• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter Ekologis Kawasan Gambut

Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan gambut, tinggi muka air tanah, pengaliran air, kualitas penutupan vegetasi, sumber air, dan kualitas air. Penilaian karakter ekologis kawasan dilakukan untuk mengetahui tingkat kealamian kawasan gambut Baning Kota Sintang. Hasil penilaian karakter ekologis kawasan disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Hasil penilaian karakter ekologis kawasan gambut Baning

No Unit lanskap Karakter ekologis N ila i Tingkat kealamian K et e ba lan gamb ut S um ber a ir K u a lit a s a ir K ual it as penut upan v ege tas i T ingg i muk a a ir D rai n as e 1. 2. 3. 4.

Hutan gambut primer Hutan sekunder Semak rawa-belukar Pemukiman-Tanah kosong 3 2 1 1 4 3 2 2 3 2 2 1 4 3 2 1 3 2 1 1 4 3 2 2 21 15 10 8 Tinggi Sedang Rendah Rendah Sumber: Hasil olahan data 2011

Berdasarkan Tabel 18 di atas diketahui bahwa kondisi biofisik kawasan gambut Baning masih baik. Area hutan gambut primer memiliki tingkat kealamian yang tinggi dengan nilai 21 dari enam parameter karakter ekologis yang dinilai, hutan sekunder dengan nilai 15, semak rawa-belukar dengan nilai 10 dan pemukiman-tanah kosong dengan nilai 8. Area hutan gambut primer umumnya terdapat di bagian tengah kawasan dan tidak terlalu terpengaruh langsung oleh kondisi di luar kawasan. Karakter ekologis hutan gambut primer berupa ketebalan gambut, kualitas air, dan tinggi muka air telah mengalami sedikit penurunan kualitas, hal ini terjadi karena pengaruh kondisi hidrologi kawasan secara keseluruhan. Hutan sekunder telah sedikit terpengaruh dengan kondisi di sekeliling kawasan, terutama area hutan sekunder yang berdekatan dengan batas luar kawasan. Semak rawa-belukar telah mengalami penurunan kualitas ekologis karena letaknya yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk atau kebun di luar kawasan. Saluran air yang dibuat di batas luar kawasan tanpa adanya pintu pengaturan air menyebabkan semakin cepatnya

(2)

56

penurunan kualitas ekologis kawasan gambut. Luasan area dalam kawasan gambut Baning berdasarkan tingkat kealamian ditunjukkan pada Tabel 19.

Tabel 19 Tingkat kealamian dan luasan area dalam kawasan gambut Baning

No. Tingkat kealamian Luasan

Hektar % 1. 2. 3. Tinggi Sedang Rendah 94,5 72,5 46 44,4 34 21.6 213 100

Sumber: Hasil olahan data 2011

Luasan area dalam kawasan gambut Baning berdasarkan tingkat kealamiannya menunjukkan bahwa tingkat kealamian kawasan dengan kategori tinggi memiliki luas sebesar 94,5 hektar atau 44,4% dari luas seluruh kawasan, kategori sedang sebesar 72,5 hektar atau 34%, dan kategori rendah sebesar 46 hektar atau 21,6%. Area tinggi dan alami dalam kawasan gambut Baning dengan luasan yang lebih dari setengah kawasan ini memiliki potensi sebagai sumber daya ekowisata kawasan.

Area dengan tingkat kealamian tinggi dijadikan sebagai kawasan preservasi. Area dengan tingkat kealamian sedang dapat dikembangkan aktivitas ekowisata yang sedikit lebih intensif. Bentuk aktivitas ekowisata yang dikembangkan dapat berupa wisata pendidikan dan rehabilitasi hutan gambut. Area ini dapat dijadikan sebagai kawasan rehabilitasi hutan gambut sekaligus sebagai kawasan penyangga bagi area dengan tingkat kealamian tinggi yang merupakan area preservasi. Area dengan tingkat kealamian rendah dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata dengan aktivitas yang lebih intensif lagi, namun dengan tetap memperhatikan keberlanjutan ekologis kawasan. Aktivitas ekowisata dapat lebih beragam dan dilengkapi dengan fasilitas yang sesuai dengan aktivitas ekowisata yang dikembangkan. Karena sebagian besar kawasan dengan tingkat kealamian rendah ini terletak berdekatan dengan pinggiran kawasan dan area pemukiman di luar kawasan, bentuk aktivitas dan fasilitas ekowisata dapat disesuaikan dangan lokasi dan kondisi area di sekitarnya. Gambar 10 menunjukkan peta tingkat kealamian kawasan gambut Baning berdasarkan penilaian karakter ekologis.

(3)

Tinggi Sedang Rendah

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 10 Peta tingkat kealamian kawasan berdasarkan karakter ekologis.

(4)

58

Untuk mencapai keberlanjutan kawasan, upaya untuk menjaga dan memperbaiki kualitas karakter ekologis kawasan harus dilakukan. Kualitas ekologis kawasan dapat ditingkatkan dengan melakukan tindakan rehabilitasi. Penelitian McKinney et. al. (2011) mengenai lahan basah sebagai habitat pada lanskap perkotaan menunjukkan pentingnya habitat lahan basah bagi burung, dan menambah kumpulan bukti yang mendukung perlindungan dan restorasi lahan basah sebagai sarana menuju mempertahankan atau meningkatkan heterogenitas habitat dan keanekaragaman hayati di lanskap perkotaan.

Upaya restorasi lahan gambut untuk meningkatkan akumulasi gambut dalam kawasan perlu dilakukan dengan membuat pengaturan pemasukan dan pengeluaran air ke dalam dan ke luar kawasan. Pembuatan bendungan dengan pintu air yang disesuaikan dengan kondisi hidrologis kawasan sangat diperlukan untuk mencapai kapasitas air maksimum dalam kawasan sampai ketinggian sedikit di bawah, sejajar, atau sedikit di atas permukaan gambut. Menjaga kuantitas air dalam kawasan seperti ini dapat meningkatkan proses pembentukan dan akumulasi gambut yang selanjutnya dapat memperbaiki kualitas ekologis lain dalam kawasan, terutama vegetasinya. Dalam kawasan gambut alami dengan kondisi yang baik, akumulasi gambut rata-rata adalah 0,5-1 mm per tahunnya dan umumnya lebih cepat di daerah tropis (Parish et. al. 2008).

Potensi Ekowisata Kawasan Gambut Potensi Objek dan Daya Tarik Ekowisata Kawasan Gambut

Potensi objek dan daya tarik ekowisata dalam kawasan yang dinilai berupa keunikan ekosistem, flora, dan fauna. Penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata dilakukan berdasarkan sebaran jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan gambut.

Kondisi kimia dan hidrologi yang ekstrim dari hutan gambut tampaknya telah membatasi keragaman pohon lokal dan regional. Meskipun demikian, hutan gambut tropis memiliki keragaman tumbuhan berbunga tertinggi jika dibandingkan dengan semua jenis tipe lahan gambut yang ada di dunia, kebanyakan vegetasi yang ditemukan di lahan gambut di belahan bumi utara adalah lumut dan rumput (Posa et. al. 2011). Keragaman tumbuhan berbunga ini dapat menjadi daya tarik untuk kegiatan ekowisata. Kebanyakan tumbuhan berbunga di hutan gambut memiliki warna yang menarik dan bentuk yang unik.

(5)

Misalnya bunga pohon Keruing (Dipterocarpae sp.) yang memiliki sayap dan berwarna merah muda cerah.

Jenis fauna di dalam kawasan telah banyak berkurang mengingat kondisi vegetasi yang telah banyak mengalami perubahan serta letak kawasan yang berada di tengah kota. Keberadaan jenis fauna langka seperti kelasi dapat diasosiasikan dengan kondisi vegetasi berupa jenis flora yang menjadi habitat hidupnya.

Penyebaran flora dan fauna yang terdapat dalam kawasan menunjukkan bahwa pada area bagian tengah kawasan dengan hutan gambut primer masih terdapat beberapa jenis flora langka dan dilindungi. Penilaian terhadap potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan ditampilkan pada Tabel 20.

Tabel 20 Hasil penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut Baning

No Unit lanskap

Potensi objek dan daya tarik ekowisata N ila i Kategori Keunik -an Kelang -kaan Keala-mian Kera-gaman F lo ra F a u n a H ab it at F lo ra F a u n a H ab it at F lo ra F a u n a H ab it at F lo ra F a u n a H ab it at 1. 2. 3. 4.

Hutan gambut primer Hutan sekunder Semak rawa-belukar Pemukiman-tanah kosong 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 3 2 1 1 4 2 2 1 3 2 2 1 4 2 2 1 2 3 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 30 21 15 12 Tinggi Sedang Rendah Rendah Sumber: Hasil olahan data 2011

Keterangan: 1 = kurang 2 = sedang 3 = baik 4 = sangat baik

Tabel 20 menunjukkan bahwa hutan gambut primer memiliki tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata tertinggi. Berdasarkan hasil penilaian terhadap potensi objek dan daya tarik ekowisata, kawasan gambut Baning masih memiliki beberapa jenis flora unik dan langka. Jenis flora endemik yang ditemui di kawasan ini adalah Nepenthes bicalcarata yang merupakan jenis kantong semar endemik Sintang. Kantong semar tersebut memiliki habitat berupa hutan gambut sehingga kawasan gambut Baning adalah habitat yang sesuai untuk flora ini. Tabel 21 menunjukkan luasan area dalam kawasan gambut Baning berdasarkan tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata.

(6)

60

Tabel 21 Luasan area dalam kawasan gambut Baning berdasarkan potensi objek dan daya tarik ekowisata

No. Potensi objek dan daya tarik ekowisata Luasan Hektar % 1. 2. 3. Tinggi Sedang Rendah 34 126,5 52,5 16 59,4 24,6 213 100

Sumber: Hasil olahan data 2011

Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa kawasan gambut Baning dengan tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata tinggi memiliki luasan area sebesar 34 hektar atau 16%, tingkat potensi sedang sebesar 126,5 hektar atau 59,4%, dan tingkat potensi rendah sebesar 52,5 hektar atau 24,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan gambut Baning memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Area dengan tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata rendah dan sedang dapat ditingkatkan menjadi potensi sedang dan tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat rencana pengembangan lanskap kawasan ekowisata yang dapat meningkatkan potensi objek dan daya tarik ekowisata yang sudah ada. Objek dan daya tarik ekowisata yang telah ada dapat ditingkatkan dengan kegiatan penanaman vegetasi alami hutan gambut. Pembuatan danau atau kolam buatan yang dapat meningkatkan keragaman ekosistem kawasan dan sekaligus sebagai area penampungan air dapat menjadi daya tarik untuk kegiatan ekowisata di kawasan gambut ini. Gambar 11 menunjukkan peta hasil penilaian tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata.

Potensi Kualitas Visual Kawasan Gambut

Potensi visual dalam kawasan dinilai dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Potensi visual yang dinilai adalah pemandangan (view) pepohonan dan vegetasi dalam kawasan.

Grafik hasil penilaian responden terhadap kualitas visual masing-masing pemandangan kawasan gambut Baning ditampilkan pada Gambar 12. Berdasarkan grafik, pemandangan 14 merupakan lanskap yang memiliki nilai SBE tertinggi (109,8) menurut responden, sedangkan pemandangan 6 merupakan pemandangan yang memiliki nilai SBE terendah (-52,5).

(7)

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 11 Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut Baning.

(8)

62

Gambar 12 Grafik nilai SBE kawasan gambut Baning.

Pemandangan dengan kerapatan vegetasi tinggi dan arsitektur pohon yang unik cenderung lebih disukai responden. Kerapatan vegetasi dan pohon yang tinggi menghasilkan suatu kesan utuh dan memiliki kesatuan. Pemandangan dengan struktur pohon tegak lurus dan mudah dikenali memperoleh nilai tertinggi, terlihat pada slide pemandangan 14 (nilai SBE = 109,8). Hasil penelitian Chiang et. al. (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara preferensi keindahan dengan atribut estetik formal, yakni kesatuan (unity) dan perubahan bertahap (gradation). Gambar 13 menunjukkan ilustrasi foto kualitas visual pemandangan dalam kawasan yang memiliki peringkat nilai SBE tertinggi.

Hutan gambut memiliki jenis vegetasi yang unik sebagai akibat adaptasi terhadap kondisi ekosistem gambut. Bentuk adaptasi ini menghasilkan arsitektur pohon yang unik dan penampilan visual yang menarik, seperti penampilan pohon yang besar dan memiliki banir atau jenis-jenis pohon yang memiliki akar napas. Hal ini juga menjadi pertimbangan responden dalam menilai kualitas visual pemandangan yang disajikan, terlihat bahwa pemandangan dengan nilai kualitas visual tertinggi adalah pemandangan pada area hutan gambut primer.

-12,3 57,6 20,4 79,0 0,0-52,5 62,2 -2,7 41,5 -49,0 61,5 -8,4-2,4 109,8 -4,5-15,9 53,6 -25,3-9,8 48,2 -4,1-29,5 35,8 64,2 -29,7-14,5 93,8 -9,5-21,3 36,4 -80,0 -60,0 -40,0 -20,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nilai SBE Pemandangan

(9)

Peringkat 1 (Nilai SBE = 109,8) Peringkat 2 (Nilai SBE = 93,8)

Peringkat 3 (Nilai SBE = 79,0) Peringkat 4 (Nilai SBE = 64,2) Gambar 13 Pemandangan dengan peringkat nilai kualitas visual tinggi.

Pemandangan dengan kerapatan vegetasi rendah dan telah mengalami campur tangan manusia merupakan pemandangan yang dinilai responden sebagai pemandangan dengan kualitas visual yang rendah. Pemandangan yang tidak lagi berupa hutan dan telah terdapat pemukiman memiliki kealamian yang telah menurun. Gambar 14 adalah ilustrasi foto pemandangan dalam kawasan gambut Baning dengan nilai SBE terendah.

(10)

64

Peringkat 30 (Nilai SBE = -52,5) Peringkat 29 (Nilai SBE = -49,0)

Peringkat 28 (Nilai SBE = -29,7) Peringkat 27 (Nilai SBE = -29,5) Gambar 14 Pemandangan dengan peringkat nilai kualitas visual rendah.

Tabel 22 menunjukkan potensi kualitas visual kawasan gambut Baning Kota Sintang dan luasannya. Area dengan pemandangan yang memiliki kualitas visual tinggi seluas 18,5 hektar atau 8,7% dan terdapat di area hutan gambut primer dan sebagian area hutan sekunder. Area dengan kualitas visual sedang memiliki luas sebesar 189 hektar atau 88,7%, dan area dengan kualitas visual rendah seluas 5,5 hektar atau 2,6%. Area dengan kualitas visual sedang dan tinggi memiliki potensi untuk direncanakan menjadi kawasan ekowisata. Area dengan kualitas visual rendah dapat ditingkatkan kualitas visualnya dengan membuat rencana perbaikan terhadap kualitas visual yang sudah ada. Usaha untuk meminimalkan pengaruh elemen buatan dalam lanskap dapat dilakukan dengan upaya pengaturan struktur dan bentuk bangunan fisik dan penanaman vegetasi untuk meningkatkan kualitas visualnya.

(11)

Tabel 22 Potensi kualitas visual kawasan gambut Baning dan luasannya berdasarkan nilai SBE

No. Kualitas visual Luasan

Hektar % 1. 2. 3. Tinggi Sedang Rendah 18,5 189 5,5 8,7 88,8 2,6 213 100

Sumber: Hasil olahan data 2011

Sebagian besar kawasan gambut Baning masih memiliki kualitas visual yang baik, terutama area berupa hutan gambut primer dan hutan sekunder. Area dengan kualitas visual sedang dan tinggi ini dapat dikembangkan sebagai area wisata untuk mendapatkan pemandangan hutan yang bagus. Peta kualitas visual berdasarkan Tabel 22 diatas ditampilkan pada Gambar 15.

Zona Ekowisata Potensial Kawasan Gambut

Zona ekowisata potensial kawasan gambut Baning di Kota Sintang diperoleh dari hasil tumpang susun (overlay) peta potensi objek dan daya tarik ekowisata dan peta potensi kualitas visual kawasan. Tabel 23 menunjukkan tingkat potensi ekowisata kawasan dan luasannya.

Tabel 23 Tingkat potensi ekowisata kawasan gambut Baning dan luasannya No. Potensi ekowisata kawasan Luasan

Hektar % 1. 2. 3. Tinggi Sedang Rendah 41 119 53 19,2 55,9 24,9 213 100

Sumber: hasil olahan data 2011

Berdasarkan Tabel 23, diketahui bahwa areal dalam kawasan gambut Baning yang memiliki tingkat potensi ekowisata tinggi seluas 41 hektar atau 19,2% dari seluruh luas kawasan, potensi sedang seluas 119 hektar atau 55,9%, dan potensi rendah seluas 53 hektar atau 24,9%. Luas areal dengan potensi tinggi yang besar menunjukkan bahwa kawasan gambut Baning dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Hasil analisis data Tabel 23 dapat dipetakan seperti ditampilkan pada Gambar 16.

(12)
(13)

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 15 Potensi visual kawasan gambut Baning berdasarkan nilai SBE.

(14)
(15)

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 16 Peta zona ekowisata potensial kawasan gambut Baning.

(16)

68

Gambar 16 menunjukkan bahwa area dengan tingkat potensi tinggi terdapat di bagian tengah sampai kearah barat laut kawasan. Letak area ini memungkinkan untuk dibuat rencana ekowisata utama di area ini. Area dengan tingkat potensi sedang dan rendah dapat direncanakan sebagai area pendukung kegiatan ekowisata utama dan fasilitas pendukung ekowisata.

Aksesibilitas dan Potensi Wisata Kota Sintang

Kota Sintang merupakan kota yang menarik berdasarkan letak geografisnya karena kota ini terletak di persimpangan dua sungai terbesar di provinsi Kalimantan Barat. Sungai Kapuas dan Sungai Melawi berada di tengah Kota Sintang dan membagi kota ini menjadi tiga bagian.

Untuk mencapai Kota Sintang dapat ditempuh melalui jalur transportasi darat, air, dan udara. Jalur darat dengan menggunakan kendaraan umum berupa bis atau oplet. Terdapat dua terminal kendaraan umum dalam kota, masing-masing terminal Sungai Durian di BWK A dan terminal Tanjungpuri di BWK B. Jalur transportasi air dapat ditempuh dengan menggunakan perahu motor sedang dan kecil. Akses ke Kota Sintang melalui jalur air umumnya dimanfaatkan untuk pengangkutan barang terutama di daerah sepanjang Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Terdapat sebuah pelabuhan kecil di BWK A di bagian Sungai Kapuas. Jalur transportasi udara dapat ditempuh dengan pesawat dari Bandara Supadio di Pontianak langsung ke Bandara Susilo di dalam Kota Sintang. Bandara ini terletak di BWK A. Jalur akses menuju kawasan ditunjukkan dengan diagram seperti pada Gambar 17.

Jalur 1: Bandara Supadio

Pontianak

Bandara Susilo

Sintang Jl. M.T Haryono Jl. Lintas Melawi Jl. Oevang Oeray

Kawasan gambut Baning Jalur 2: Terminal Sungai Ukoi Jl.

Sintang-Pontianak Jl. M.T Haryono Jl. Lintas Melawi Jl. Oevang Oeray

Kawasan gambut Baning

Jalur 3: Terminal Sungai

Durian Jl. M.T Haryono Jl. Lintas Melawi

Kawasan gambut Baning Jl. Oevang Oeray Jalur 4: Terminal Tanjungpuri Jn S. Parman Jl. PKP

Mujahidin Jl. Oevang Oeray

Jl. Wahidin Sudirohusodo

Kawasan gambut Baning

(17)

Akses dalam Kota Sintang dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Kondisi jalan dalam kota secara umum baik dengan permukaan beraspal. Akses dalam kota menjangkau hingga ke kawasan gambut Baning.

Objek wisata yang dapat ditemui dalam kota menyebar di tiga bagian wilayah kota. Wilayah Kota Sintang pada dasarnya memiliki pembagian fungsi yang jelas. Secara umum BWK A adalah kawasan perdagangan, jasa, dan industri; BWK B adalah kawasan perkantoran dan pendidikan; BWK C adalah kawasan bersejarah.

Fasilitas wisata yang terdapat di sekitar kawasan dan di dalam kota telah cukup mendukung kegiatan wisata dalam kota. Terdapat beberapa penginapan yang menyebar di BWK A dan BWK B dengan kualitas yang cukup baik. Penyediaan air bersih diperoleh dari PDAM Kota Sintang atau dari sumur pribadi. Sarana komunikasi dalam kota telah menyebar dengan jaringan telepon dan internet yang dapat digunakan di seluruh bagian kota.

Kawasan ini sering dikunjungi untuk kepentingan wisata pendidikan dan kegiatan penelitian oleh pihak dalam dan luar negeri. Beberapa peneliti yang berasal dari luar negeri pernah melakukan kegiatan penelitian di kawasan ini, di antaranya, dari Belanda dan Jerman. Peneliti dari dalam negeri berasal dari beberapa universitas yang berada di Kalimantan Barat. Kelompok pelajar dari sekolah-sekolah yang berada di Kota Sintang juga kerap kali mengadakan kunjungan ke kawasan ini. Selain itu, terdapat juga pengunjung yang merupakan masyarakat lokal dari Kota Sintang dan pengunjung yang berasal dari kota-kota lainnya yang berdekatan.

Zonasi Ekowisata Kawasan (Peta Komposit)

Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning di Kota Sintang didapat dari hasil tumpang susun (overlay) peta tingkat kealamian kawasan (Gambar 10) dengan peta potensi ekowisata (Gambar 16). Zonasi ekowisata kawasan yang dihasilkan (Gambar 18) menunjukkan pembagian areal dengan potensi tertentu untuk kegiatan ekowisata. Jenis dan bentuk pengembangan kegiatan ekowisata yang direncanakan akan disesuaikan dengan zonasi ekowisata yang telah dihasilkan. Tabel 24 menunjukkan luasan zonasi ekowisata kawasan yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan ekowisata di kawasan gambut Baning Kota Sintang.

(18)

70

Tabel 24 Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning dan luasannya No. Zonasi

ekowisata

Luasan

Peruntukan Hektar %

1. Terbatas 35,5 16,7 - Ekowisata penelitian flora dan fauna - Ekowisata pendidikan

2. Semi intensif 121 56,8 - Ekowisata pendidikan - Ekowisata konservasi - Ekowisata penjelajahan dan

petualangan

3. Intensif 56,5 26,5 - Ekowisata pendidikan - Ekowisata konservasi - Ekowisata penjelajahan dan

petualangan

Jumlah 213 100

Sumber: Hasil olahan data 2011

Zonasi ekowisata dalam kawasan gambut Baning terdiri dari zonasi ekowisata terbatas seluas 35,5 hektar atau 16,7%, zonasi ekowisata semi intensif seluas 121 hektar atau 56,8%, dan zonasi ekowisata intensif seluas 56,5 hektar atau 26,5%. Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut.

1) Zonasi ekowisata terbatas

Zonasi ekowisata terbatas adalah zonasi ekowisata dengan tingkat kealamian yang tinggi dan sumber objek dan daya tarik ekowisata tinggi. Zonasi ini merupakan zona ekowisata yang menjadi daya tarik utama karena memiliki sumber daya ekowisata berupa jenis kantong semar endemik. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata dengan tetap menjaga kealamian kawasan, area zonasi ini menjadi zonasi dengan rencana pengembangan kegiatan ekowisata yang dibatasi, baik dalam jenis dan bentuk kegiatan ekowisata maupun dalam jumlah dan waktu kunjungan. Kegiatan ekowisata yang dapat dikembangkan berupa ekowisata minat khusus seperti penelitian mengenai ekosistem hutan gambut dan kegiatan mengamati flora dan fauna. 2) Zonasi ekowisata semi intensif

Zonasi ekowisata semi intensif adalah zonasi ekowisata dengan tingkat potensi ekowisata sedang dan tingkat kealamian kawasan sedang. Kegiatan ekowisata dengan jumlah pengunjung yang lebih banyak dapat dilakukan pada area ini. Zonasi ekowisata semi intensif dapat memiliki akses terbatas dan fasilitas sederhana dengan skala kecil yang tidak menyebabkan

(19)

penurunan kualitas ekologis kawasan gambut. Waktu kunjungan dapat lebih lama, tetapi dengan pengaturan jumlah pengunjung dan waktu kunjungan. Kegiatan ekowisata dapat berupa kegiatan penelitian, penjelajahan dan petualangan, serta konservasi. Kegiatan ekowisata pada zonasi ini ditujukan untuk menunjang usaha perbaikan dan peningkatan kualitas ekologis kawasan gambut.

3) Zonasi ekowisata intensif

Zonasi ekowisata intensif adalah zonasi ekowisata dengan tingkat potensi ekowisata rendah dan tingkat kealamian kawasan rendah. Kegiatan ekowisata pada area ini dilakukan dengan jumlah waktu kunjungan yang lebih lama dan dengan jumlah pengunjung yang lebih banyak. Pengaturan waktu dan jumlah pengunjung dapat lebih bervariasi, karena pada area ini dimungkinkan untuk melakukan kegiatan ekowisata yang lebih beragam. Fasilitas ekowisata yang menunjang seluruh kegiatan ekowisata dalam kawasan dapat dibangun pada area ini. Fasilitas yang dibangun adalah fasilitas ekowisata sederhana dan sesuai dengan kondisi lahan gambut.

Tabel 24 dapat dispasialkan menjadi peta zonasi ekowisata kawasan gambut Baning seperti pada Gambar 18. Peta zonasi ekowisata menunjukkan bahwa area dengan zonasi ekowisata terbatas terletak di tengah kawasan, sedangkan area dengan zonasi ekowisata semi intensif dan intensif berada di bagian luar zonasi terbatas. Area dengan zonasi intensif berbatasan langsung dengan area di luar kawasan, sehingga pada zonasi intensif perlu dibuat area penyangga sebagai batas kawasan dengan area di sekelilingnya.

Zonasi ekowisata kawasan gambut dibuat untuk menentukan rencana pengembangan dan penataan lanskap kawasan ekowisata di kawasan gambut Baning di Kota Sintang yang disesuaikan dengan dukungan dan keinginan masyarakat kota dan dukungan kebijakan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang.

(20)
(21)

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 18 Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning.

(22)
(23)

Dukungan Masyarakat Kota Sintang terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang

Kawasan gambut Baning di Kota Sintang merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dalam bentuk Taman Wisata Alam. Sebagai kawasan konservasi, upaya pelestarian sangat diperlukan untuk menjamin keberlanjutan kawasan di masa datang. Namun, letak kawasan yang berada di tengah kota sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dan masyarakat kota. Bentuk rencana pengembangan kawasan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat kota sehingga perlu diketahui bentuk dukungan masyarakat kota terhadap rencana pengembangan ekowisata dalam kawasan. Hal ini diharapkan dapat memberikan acuan bentuk rencana pengembangan kawasan ekowisata yang dapat menjaga karakter ekologis kawasan serta dapat selaras dengan kondisi lingkungan dan masyarakat Kota Sintang.

Upaya untuk mencapai hal tersebut di atas dapat dilakukan dengan penentuan prioritas rencana pengembangan kawasan ekowisata di kawasan gambut Baning sehingga diperoleh suatu arahan kebijakan penataaan dan pengelolaan yang dapat menjamin keberlanjutan kawasan. Penentuan prioritas rencana pengembangan kawasan ekowisata di kawasan gambut Baning dapat dilakukan dengan analisis proses hierarki (AHP).

Rencana pengembangan kawasan ekowisata yang akan dilakukan didasarkan pada prioritas utama dari tiga alternatif. Prioritas utama diketahui dari pendapat responden pakar (n=10) yang mengetahui permasalahan di kawasan gambut dan lingkungan serta masyarakat Kota Sintang.

Penilaian Kriteria untuk Mencapai Tujuan

Kawasan gambut Baning berada di tengah Kota Sintang. Dukungan masyarakat Kota Sintang terhadap pengembangan kawasan ini penting untuk dinilai. Penilaian preferensi ditujukan untuk mengetahui bentuk rencana pengembangan kawasan ekowisata yang sesuai dengan keinginan masyarakat kota. Penilaian terhadap kriteria untuk mencapai tujuan berdasarkan pada kriteria menjaga ekosistem kawasan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kesadaran masyarakat, memperbaiki lingkungan perkotaan, dan memperbaiki fasilitas kota. Tabel 25 menyajikan hasil analisis terhadap keinginan masyarakat kota menggunakan AHP pada tingkat kriteria untuk mencapai tujuan.

(24)

74

Tabel 25 Penilaian bobot dan prioritas pada tingkat kriteria

Kriteria Bobot Prioritas

Menjaga ekosistem kawasan

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat Perbaikan lingkungan perkotaan Perbaikan fasilitas kota

0,3421 0,1905 0,1876 0,1545 0,1253 1 2 3 4 5

Consistency Ratio (CR) sebesar 0,05

Sumber: Hasil olahan data 2011

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Consistency Ratio (CR) yang diperoleh sebesar 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh dari responden berada pada tingkat kepercayaan yang cukup tinggi, cukup baik, dan dapat diterima (CR < 0,1). Responden konsisten dalam memberikan nilai bobot dengan tingkat penyimpangan yang kecil.

Penilaian responden menyatakan bahwa menjaga ekosistem kawasan dengan nilai bobot 0,3421 adalah prioritas utama yang harus dilakukan. Keberlanjutan kawasan gambut Baning ditentukan oleh kondisi ekosistem kawasan, perubahan kondisi ekosistem akan menyebabkan seluruh aspek yang berkaitan dengan keberadaan kawasan akan mengalami perubahan. Berkaitan dengan pengembangan ekowisata, menjaga keberlanjutan ekosistem kawasan sangat penting karena merupakan sumber objek dan daya tarik ekowisata.

Keberlanjutan ekosistem kawasan dapat tercapai bila masyarakat di sekitar kawasan juga turut mendukung upaya pelestarian kawasan. Dukungan masyarakat akan didapat jika masyarakat mendapatkan manfaat dari upaya pelestarian kawasan tersebut. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan nilai bobot 0,1905 menjadi prioritas kedua yang dipilih responden karena masyarakat merupakan bagian dari keberadaan kawasan dan kegiatan ekowisata dalam kawasan semestinya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat di sekitar kawasan. Masyarakat adalah bagian dari kegiatan ekowisata dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan kegiatan ekowisata di suatu tempat. Peran serta masyarakat dalam menjaga keberlanjutan kawasan untuk kegiatan ekowisata akan dicapai bila masyarakat merasa mendapat keuntungan berupa peningkatan kesejahteraan dari kegiatan yang dilakukan dalam kawasan.

Menjaga ekosistem kawasan untuk keberlanjutan kawasan dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem kawasan untuk

(25)

keberlanjutan kegiatan ekowisata. Responden memilih meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,1876 karena kesadaran merupakan faktor penting dari tindakan seseorang. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan gambut akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat tersebut dalam keikutsertaannya untuk menjaga ekosistem kawasan untuk keberlanjutan kawasan. Sikap dan perilaku masyarakat dalam mendukung kegiatan ekowisata di suatu tempat sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan tersebut bagi keberadaan masyarakat sehingga kawasan yang terus terjaga keberlanjutannya akan tetap mendukung keberadaan masyarakat di sekitar kawasan tersebut.

Letak kawasan yang berada di tengah kota menyebabkan kawasan gambut ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas pembangunan dan pengembangan dalam kota. Oleh sebab itu, perbaikan lingkungan perkotaan dengan nilai bobot 0,1545 menjadi prioritas keempat yang dipilih responden. Kondisi lingkungan perkotaan akan secara tidak langsung mempengaruhi kondisi ekosistem dalam kawasan gambut. Upaya perbaikan lingkungan perkotaan merupakan tindakan yang dapat mengurangi tingkat pencemaran dan limbah kegiatan perkotaan yang mungkin dapat masuk ke dalam kawasan.

Kualitas lingkungan perkotaan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh fasilitas yang terdapat di dalam kota tersebut. Perbaikan lingkungan perkotaan akan dapat dicapai bila fasilitas kota juga mengalami perbaikan, karenanya responden memilih perbaikan fasilitas kota sebagai prioritas kelima dengan nilai bobot 0,1253. Perbaikan fasilitas kota secara tidak langsung akan mendukung upaya perbaikan lingkungan perkotaan. Fasilitas kota sangat berkaitan erat dengan kualitas lingkungan dalam suatu kota.

Penilaian Alternatif Berdasarkan Kriteria untuk Mencapai Tujuan

Kondisi ekosistem kawasan saat ini telah mengalami penurunan kualitas sehingga sangat diperlukan upaya perbaikan untuk tetap menjaga ekosistem kawasan. Tabel 26 menampilkan penilaian bobot dan prioritas pada tingkat alternatif.

(26)

76

Tabel 26 Penilaian bobot dan prioritas pada tingkat alternatif

Kriteria Alternatif Ekowisata berbasis ekologi Ekowisata berbasis keseimbangan ekologi dan masyarakat Ekowisata berbasis masyarakat

Menjaga ekosistem kawasan

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat Perbaikan lingkungan perkotaan Perbaikan fasilitas kota

0,3940 0,3642 0,3555 0,4498 0,4695 0,4977 0,4836 0,4848 0,4343 0,4191 0,1082 0,1511 0,1597 0,1158 0,1114 Sumber: Hasil olahan data 2011

Ekosistem kawasan merupakan sumber daya alam yang dimiliki oleh kawasan gambut Baning di Kota Sintang. Menjaga ekosistem kawasan dapat menjamin keberlanjutan kawasan untuk kegiatan ekowisata karena ekosistem gambut adalah sumber daya kegiatan ekowisata di kawasan tersebut. Keberlanjutan kegiatan ekowisata dalam kawasan gambut akan mendorong peran serta masyarakat kota dalam kegiatan ekowisata, yang selanjutnya akan memberikan dampak yang menguntungkan bagi Kota Sintang secara umum.

Ekowisata berbasis keseimbangan ekologi dan masyarakat menjadi prioritas alternatif utama untuk kriteria menjaga ekosistem kawasan dengan bobot 0,4977, kriteria meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan bobot 0,4836, dan kriteria meningkatkan kesadaran masyarakat dengan nilai bobot 0,4848. Keseimbangan antara ekologi dan masyarakat diharapkan dapat memberikan porsi perhatian yang sama pada aspek ekologi dan aspek masyarakat. Keselarasan antara kedua aspek ini memungkinkan untuk dapat memberikan kesempatan yang lebih besar dalam menjaga keberlanjutan kawasan.

Alternatif berupa ekowisata berbasis ekologi adalah prioritas alternatif untuk kriteria perbaikan lingkungan perkotaan dengan nilai bobot 0,4498 dan untuk kriteria perbaikan fasilitas kota dengan nilai bobot 0,4695. Ekowisata berbasis ekologi dipilih sebagai prioritas alternatif karena alternatif ini dianggap lebih memperhatikan kondisi lingkungan untuk mencapai perbaikan lingkungan perkotaan dan perbaikan fasilitas kota.

Sintesis Alternatif Menurut Kriteria

Rencana pengembangan kawasan gambut Baning Kota Sintang untuk kawasan ekowisata berdasarkan sintesa alternatif menurut kriteria lebih

(27)

mengarah pada bentuk ekowisata berbasis keseimbangan ekologi dan masyarakat (Tabel 27).

Tabel 27 Penilaian alternatif dan prioritas untuk mencapai tujuan

No. Alternatif Bobot Prioritas

1. 2. 3.

Ekowisata berbasis ekologi

Ekowisata berbasis keseimbangan ekologi dan masyarakat Ekowisata berbasis masyarakat

0,3994 0,4730 0,1276 2 1 3

Consistency Ratio (CR) sebesar 0,07

Sumber: Hasil olahan data 2011

Tabel 27 menunjukkan bahwa pengembangan ekowisata berbasis keseimbangan ekologi dan masyarakat dengan nilai bobot 0,4730 merupakan prioritas utama dalam mengembangkan kawasan gambut Baning sebagai kawasan ekowisata. Hal ini dikarenakan faktor ekologi adalah faktor yang menentukan dalam pengembangan kawasan ekowisata, tetapi faktor masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjaga kondisi ekosistem kawasan sehingga keberlanjutan kawasan dapat dicapai.

Pengembangan kawasan ekowisata berdasarkan keseimbangan antara ekologis dan mayarakat diharapkan dapat menjaga keberlanjutan kawasan sebagai kawasan konservasi lahan gambut sekaligus sebagai kawasan ekowisata gambut di Kota Sintang.

Dukungan RDTR Kota Sintang Terhadap Keberlanjutan Kawasan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sintang merupakan suatu acuan legal kegiatan pembangunan dan pengembangan di dalam kawasan kota Sintang. Kawasan gambut Baning yang berada di tengah kota Sintang merupakan bagian penting dalam RDTRK Sintang. Perencanaan pengembangan kawasan gambut Baning sebagai kawasan ekowisata sangat berkaitan erat dengan RDTRK Sintang.

Penilaian dukungan rencana pemanfaatan ruang berdasarkan pembagian unit lingkungan di BWK B, terutama yang berdekatan dengan kawasan. Tabel 28 menampilkan hasil penilaian dukungan RDTRK Sintang terhadap keberlanjutan kawasan gambut Baning.

(28)

78

Tabel 28 Hasil penilaian dukungan kebijakan dalam RDTRK Sintang terhadap keberlanjutan kawasan gambut Baning

No Unit lingkungan BWK B

Bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam

RDTRK Sintang N ila i Kategori P em uk im an Indus tr i T rans por tas i P er k ant or an dan pendi di k an P us at per da gan gan dan j as a 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Unit lingkungan 3 Unit lingkungan 4 Unit lingkungan 10 Unit lingkungan 11 Unit lingkungan 12 Unit lingkungan 13 Unit lingkungan 14 2 3 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 13 16 14 15 15 16 14 Tidak mendukung Sangat mendukung Tidak mendukung Cukup mendukung Cukup mendukung Sangat mendukung Tidak mendukung Sumber: Hasil olahan data 2011

Tabel 28 menunjukkan bahwa bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terdiri dari sangat mendukung keberlanjutan kawasan, cukup mendukung dan tidak mendukung. Tujuh unit lingkungan di BWK B yang berbatasan langsung dengan kawasan menunjukkan kategori dukungan yang berbeda terhadap keberlanjutan kawasan. Unit lingkungan 4 dan 13 memuat rencana pemanfaatan ruang yang sangat mendukung keberlanjutan kawasan, hal ini karena dalam RDTRK Sintang kedua unit lingkungan ini direncanakan untuk kawasan pemukiman dengan kerapatan rendah. Dukungan rencana pemanfaatan ruang untuk unit lingkungan 11 dan 12 cukup mendukung dan unit lingkungan 3, 10, dan 14 tidak mendukung.

Hasil kajian terhadap RDTRK Sintang 2007-2012 diketahui bahwa Pemerintah Daerah telah memiliki komitmen pengalokasian ruang untuk Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota. Secara umum, tujuan pengembangan tata ruang Kota Sintang dalam RDTRK pada masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

1) terselenggaranya pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan daya dukung lingkungan hidup serta kebijaksanaan pengembangan Kota Sintang

2) terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di kawasan perkotaan secara terpadu

3) terwujudnya keterpaduan penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan tetap memperhatikan sumberdaya manusia

(29)

4) terwujudnya pemanfaatan ruang yang sesuai dengan fungsi kawasan dalam lingkup kota dan wilayah yang lebih luas.

Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan oleh fasilitas yang ada. Lahan-lahan bervegetasi banyak dialihfungsikan menjadi kawasan perdagangan, kawasan pemukiman, kawasan industri, jaringan transportasi (jalan, jembatan, terminal) serta fasilitas kota lainnya. Pembangunan kota pada masa lalu sampai sekarang cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau dan menghilangkan wajah alam.

Kondisi kawasan gambut Baning saat ini akan disempurnakan dan dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk menanggulangi masalah lingkungan kota (suhu udara, kebisingan, debu, kelembaban udara). Agar lebih memasyarakat fungsi dan peranan hutan kota untuk penanggulangan masalah lingkungan perlu penyebarluasan dan publikasi tentang kawasan gambut Baning sebagai Hutan Kota di Kota Sintang, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta sehingga setiap lapisan masyarakat siap untuk melakukan pembangunan dan pemeliharaan hutan kota. Hasil penilaian terhadap dukungan kebijakan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang di atas dapat dipetakan seperti pada Gambar 19.

Dukungan kebijakan dalam RDTRK yang berbeda akan memiliki keterkaitan dengan kawasan gambut Baning, karena bentuk dukungan kebijakan akan mempengaruhi zonasi ekowisata dalam kawasan. Rencana pemanfaatan ruang untuk unit lingkungan yang berdekatan dengan kawasan akan secara langsung mempengaruhi kondisi ekosistem dalam kawasan. Area kawasan bagian luar yang berbatasan langsung dengan unit lingkungan di sekitar kawasan akan mengalami penyesuaian berdasarkan tingkat dukungan dari rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang. Keterkaitan antara rencana pemanfaaatan ruang dalam RDTRK Sintang dengan kawasan gambut Baning ditampilkan pada Tabel 29.

(30)

48

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 19 Dukungan kebijakan dalam RDTRK Sintang untuk BWK B terhadap keberlanjutan kawasan gambut Baning.

(31)

Tabel 29 Keterkaitan penilaian dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang dengan kawasan gambut Baning

Dukungan RDTRK Sintang Sangat mendukung Cukup mendukung Tidak mendukung Zonasi ekowisata kawasan

Terbatas Tidak berbatasan langsung. Tidak berbatasan langsung. Tidak berbatasan langsung. Semi intensif Tidak berbatasan

langsung. Tidak berbatasan langsung. Berbatasan lansung dengan unit lingkungan 3 dan 14. Perlu penyesuaian zonasi. Intensif Berbatasan langsung dengan unit lingkungan 4 dan 13. Tidak perlu penyesuaian zonasi. Berbatasan langsung dengan unit lingkungan 11 dan 12. Perlu penyesuaian zonasi. Berbatasan langsung dengan unit lingkungan 3, 10 dan 14. Perlu penyesuaian zonasi. Sumber: Hasil olahan data 2011

Tabel 29 menunjukkan bahwa zonasi ekowisata semi intensif dan intensif memiliki keterkaitan langsung dengan unit lingkungan yang rencana pemanfaatan ruangnya cukup mendukung dan tidak mendukung keberlanjutan kawasan. Hal ini dapat menimbulkan ancaman bagi kawasan, sehingga zonasi ekowisata kawasan perlu dilakukan penyesuaian dengan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang ini. Penyesuaian zonasi dapat berupa pembagian zonasi ekowisata kawasan gambut menjadi beberapa sub zonasi untuk tiap zonasi yang telah diperoleh sebelumnya. Pembagian sub zonasi ini terutama untuk zonasi ekowisata semi intensif yang berbatasan dengan unit lingkungan 3 dan 14, demikian juga untuk zonasi ekowisata intensif yang berbatasan dengan unit lingkungan 3, 4, 10, 11, 12, 13, dan 14.

Konsep Pengembangan Lanskap

Rencana pengembangan kawasan ekowisata kawasan gambut Baning di Kota Sintang dibuat berdasarkan zonasi ekowisata kawasan gambut Baning hasil tumpang susun dengan menyesuaikan terhadap bentuk dukungan dan keinginan

(32)

82

masyarakat kota dan dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang.

Pengembangan lanskap, ruang, sirkulasi, aktivitas dan fasilitas ekowisata kawasan gambut Baning di Kota Sintang diarahkan pada tujuan untuk menjaga ekosistem kawasan dengan adanya keikutsertaan peran masyarakat kota.

Lanskap

Konsep utama pengembangan lanskap kawasan ekowisata pada kawasan gambut Baning di Kota Sintang adalah kawasan ekowisata berbasis keseimbangan ekologis dan masyarakat. Konsepnya adalah menciptakan suatu kawasan ekowisata yang terstruktur dan dengan pengelolaan yang baik serta memanfaatkan sumberdaya alam untuk menjaga keberlanjutan kawasan dan meningkatkan kesejahteraan serta kesadaran masyarakat di sekitar kawasan dan masyarakat Kota Sintang pada umumnya. Konsep dibuat berupa model rencana pengembangan yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis terhadap karakter ekologis kawasan gambut, potensi objek dan daya tarik ekowisata dan potensi visual kawasan dengan memperhatikan dukungan masyarakat kota serta dukungan kebijakan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang. Kawasan ini direncanakan untuk dikembangakan sebagai area ekowisata sekaligus pusat informasi ekosistem gambut.

Pengembangan kawasan ekowisata ditujukan untuk menjaga keberlanjutan kawasan sehingga dapat terus menjadi tempat bagi aktivitas ekowisata di dalamnya. Konsep ini diterapkan melalui penerapan area penyangga di bagian luar dan dalam kawasan dengan saluran penahan air di antara area penyangga. Upaya ini didukung dengan pengelolaan lingkungan dalam kawasan dan di sekitar kawasan secara terpadu dan peningkatan kesadaran kepada masyarakat lokal dan pengunjung akan nilai penting kawasan gambut bagi kehidupan dan kestabilan ekosistem global. Konsep pengembangan dan keberlanjutan aktivitas dengan menggali potensi objek dan daya tarik ekowisata yang dimiliki kawasan sehingga dapat terus dimanfaatkan sebagai sumber daya kegiatan ekowisata.

Ruang Ekowisata

Konsep ruang ekowisata yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kondisi awal kawasan gambut. Konsep ruang yang dikembangkan diarahkan

(33)

untuk menjaga keberlanjutan kawasan gambut, baik kelestarian lingkungan dan ekosistemnya juga keberlanjutan objek dan daya tarik ekowisata dalam kawasan. Konsep ruang ekowisata yang dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan ruang untuk kegiatan ekowisata agar penyampaian informasi mengenai kawasan gambut dapat dicapai. Gambar 20 menunjukkan konsep ruang ekowisata kawasan gambut. Ruang ekowisata pendukung Ruang transisi Ruang ekowisata utama Penyangga

Gambar 20 Konsep ruang ekowisata kawasan gambut Baning.

Ruang ekowisata terdiri dari ruang ekowisata utama dan ruang ekowisata pendukung, dengan adanya ruang transisi/penyangga. Ruang ekowisata utama adalah ruang ekowisata yang menampung semua kegiatan ekowisata yang direncanakan dalam kawasan gambut dan mengakomodir kegiatan ekowisata utama mengenai kawasan gambut. Dalam ruang ekowisata utama ini terdapat objek dan atraksi ekowisata utama kawasan gambut. Ruang ekowisata pendukung adalah ruang ekowisata yang mendukung kegiatan ekowisata dalam kawasan. Ruang ekowisata pendukung terdiri dari ruang penerimaan dan pusat informasi, serta ruang pelayanan.

Ruang penerimaan merupakan ruang yang menjadi pusat informasi ekowisata dalam kawasan. Ruang ini berfungsi sebagai pintu masuk ke objek dan daya tarik ekowisata.

Sirkulasi Ekowisata

Pengembangan konsep sirkulasi yang dilakukan berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam kawasan ekowisata. Konsep dasar sirkulasi ekowisata untuk kawasan gambut Baning ini menggunakan sistem touring dengan jalur yang ditentukan berdasarkan prinsip untuk mendapatkan informasi dan pengalaman.

Konsep sirkulasi ekowisata diarahkan pada reorientasi informasi kawasan gambut untuk mengamati dan menikmati objek dan daya tarik ekowisata

(34)

84

kawasan gambut dalam kesatuan yang utuh, terstruktur, berurutan, dan ada keterkaitan satu sama lain dalam satuan ruang dan waktu. Menurut Simonds (1983) dalam perencanaan sirkulasi perlu dipertimbangkan: 1) jarak atau waktu tempuh yang merupakan fungsi dari area, sedangkan area merupakan fungsi dari ruang (space) sehingga keduanya merupakan suatu kesatuan yang utuh; 2) keutuhan, yang menggambarkan keharmonisan dan kesatuan (unity) dari elemen-elemen sehingga elemen-elemen tersebut tidak terpisah-pisah; 3) sekuen, yang menggambarkan urutan-urutan terhadap objek yang mempunyai persepsi kontinuitas, sehingga merupakan pengorganisasian dari elemen-elemen pada suatu ruang.

Sirkulasi dalam perencanaan lanskap kawasan ekowisata gambut ini diarahkan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Sirkulasi ini juga mengacu pada hasil analisis tingkat kealamian kawasan, hasil analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan dan hasil analisis kualitas visual kawasan.

Bentuk jalur sirkulasi yang akan direncanakan adalah sirkulasi satu arah untuk area dengan tingkat kealamian sangat tinggi dan sirkulasi memutar. Bentuk sirkulasi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengalaman yang optimal kepada pengunjung mengenai kawasan gambut, karena akan memberikan peluang yang tinggi dalam melihat lebih banyak objek dan daya tarik dan informasi ekowisata kawasan gambut. Bentuk ini juga bertujuan untuk mempermudah pengaturan waktu kunjungan dan jumlah pengunjung dalam tiap ruang ekowisata.

Rencana sirkulasi kawasan ekowisata terdiri dari sirkulasi utama, sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi utama merupakan sirkulasi dalam kawasan yang menghubungkan ruang-ruang ekowisata utama. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi yang menghubung antar ruang ekowisata. Sirkulasi sekunder adalah sirkulasi yang menghubungkan objek-objek wisata dalam tiap ruang ekowisata. Sirkulasi dalam kawasan berupa boardwalk dan jalur primitif/alami. Gambar 21 menunjukkan konsep sirkulasi ekowisata dalam kawasan gambut Baning.

(35)

Gambar 21 Konsep sirkulasi di kawasan ekowisata gambut Baning Keterangan:

: Ruang pendukung : Ruang ekowisata utama : Sirkulasi primer

: Sirkulasi sekunder : Pintu masuk

Aktivitas Ekowisata

Rencana pengembangan aktivitas ekowisata kawasan gambut Baning dibagi dalam dua ruang yaitu: ruang ekowisata pendukung dan ruang ekowisata utama. Rencana aktivitas ekowisata yang akan dilakukan adalah kegiatan ekowisata kawasan gambut yang terdiri dari ekowisata penelitian, ekowisata pendidikan, ekowisata konservasi, serta ekowisata penjelajahan dan petualangan.

Ekowisata penelitian adalah kegiatan ekowisata yang mengutamakan aktivitas penelitian, berupa pengamatan dan pengumpulan data mengenai gambut, flora dan faunanya. Ekowisata penelitian merupakan bentuk ekowisata minat khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai kawasan gambut yang dapat digunakan untuk kegiatan konservasi dan pelestarian. Kegiatan ekowisata ini diharapkan dapat menunjang upaya pengenalan kawasan gambut lebih mendalam untuk membantu menjaga kelestarian ekosistem gambut dan keberlanjutan kegiatan ekowisata dalam kawasan.

Ekowisata pendidikan adalah kegiatan ekowisata yang dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada pengunjung mengenai kawasan gambut. Penyampaian informasi berupa brosur dan penjelasan pemandu wisata yang

(36)

86

berupa pengetahuan umum mengenai ekosistem gambut dan faktor-faktor yang mendukung keberadaan dan kelestariannya.

Ekowisata konservasi adalah kegiatan ekowisata yang mengajak pengunjung untuk menyadari arti penting kawasan gambut. Kegiatan ekowisata berupa kegiatan yang melibatkan pengunjung secara aktif dalam upaya konservasi ekosistem gambut. Kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan adalah kegiatan penanaman pohon hutan gambut (reboisasi) dalam kawasan, restorasi dan rehabilitasi ekosistem gambut.

Ekowisata penjelajahan dan petualangan adalah kegiatan ekowisata yang dapat memberikan informasi dan pengalaman kepada pengunjung dengan kegiatan penjelajahan kawasan melalui jalur-jalur primitif/alami di antara pepohonan. Waktu untuk kegiatan ekowisata penjelajahan dan petualangan direncanakan lebih lama dengan jumlah pengunjung yang terbatas. Tabel 31 menunjukkan aktivitas yang direncanakan untuk dikembangkan pada kawasan gambut Baning di Kota Sintang.

Fasilitas Ekowisata

Rencana fasilitas yang dikembangkan disesuaikan dengan rencana ruang dan rencana aktivitas yang telah ditentukan. Fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan di kawasan dilakukan berdasarkan pada bentuk aktivitas ekowisata dengan desain bangunan berupa arsitektur lokal yang sesuai untuk kawasan gambut dan dengan intensitas pembangunan yang rendah. Fasilitas ekowisata yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik dan nyaman.

Fasilitas utama yang dikembangkan adalah jalur interpretasi berupa boardwalk dengan adanya fasilitas interpretasi yang terdiri dari papan interpretasi, papan penunjuk arah, shelter dan dek pengamatan satwa, brosur dan pemandu wisata. Fasilitas ini disediakan agar dapat membantu pemahaman pengunjung terhadap objek dan daya tarik ekowisata dalam kawasan gambut ini. Fasilitas lainnya berupa bangunan pusat informasi, pusat interpretasi dan rehabilitasi lahan gambut, pusat pendidikan alam, nursery tanaman hutan gambut rest area, kios suvenir, dan kios makanan. Tabel 30 menunjukkan fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan di kawasan.

(37)
(38)

84

Tabel 30 Rencana pengembangan aktivitas dan fasilitas ekowisata kawasan gambut Baning

Pendekatan Zona terbatas Zona semi intensif Zona intensif

Aktivitas Fasilitas Aktivitas Fasilitas Aktivitas Fasilitas

Ekologis - Ekowisata penelitian - Mempelajari ekosistem gambut - Mengamati flora dan fauna - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Mengamati flora dan fauna - Menanam jenis pohon hutan gambut - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Membuat pembibitan tanaman hutan gambut - Mengamati flora dan fauna - Outdoor classroom - Pusat informasi

- Pusat interpretasi lahan gambut - Papan petunjuk - Ekowisata pendidikan - Menanam jenis pohon hutan gambut - Photo hunting - Mengamati flora dan fauna - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Dek lokasi photo

hunting - Mengamati flora dan fauna - Photo hunting - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Mengamati flora dan fauna - Menanam jenis pohon hutan gambut - Outdoor classroom - Pusat informasi

- Pusat interpretasi lahan gambut - Rest room - Papan petunjuk - Ekowisata konservasi - Menanam jenis pohon hutan gambut - Photo hunting - Mengamati flora dan fauna - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Menanam jenis pohon hutan gambut - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Menanam jenis pohon hutan gambut - Pusat informasi

- Pusat interpretasi lahan gambut - Outdoor classroom - Rest room - Papan petunjuk - Ekowisata penjelajahan dan petualangan - - - Hiking dengan jalur primitif - Photo hunting - Boardwalk - Jalur primitif/alami - Dek pengamatan - Papan interpretasi - Papan petunjuk - Jalan-jalan - Piknik - Pusat informasi

- Pusat interpretasi lahan gambut - Outdoor classroom - Rest room - Papan petunjuk 8 7

(39)

Lanjutan….Tabel 30 Masyarakat - Ekowisata penelitian - Menjadi pemandu untuk kegiatan pengamatan peneliti - Membantu kegiatan pengamatan - Menanam jenis pohon hutan gambut - Menjadi pemandu untuk kegiatan penghijauan - Pemandu kegiatan - Menyediakan bibit tanaman hutan gambut untuk pengunjung - Menyediakan homestay - Pemandu

- Kios suvenir dan - Kios makanan - Ekowisata pendidikan - Menjadi pemandu untuk kegiatan pengamatan - Pemandu kegiatan - Pengajar - penyuluh - Menjadi pemandu untuk kegiatan penghijauan - Pemandu kegiatan - Menyediakan bibit tanaman hutan gambut untuk pengunjung - Membuat cenderamata - Menyediakan homestay - Pemandu - Kios suvenir - Kios makanan - Ekowisata konservasi - Menjadi pemandu untuk kegiatan penghijauan - Pemandu kegiatan - Pengajar - penyuluh - Menjadi pemandu untuk kegiatan penghijauan - Pemandu kegiatan - Menyediakan bibit tanaman hutan gambut untuk pengunjung - Membuat cenderamata - Menyediakan homestay - Pemandu - Kios suvenir - Kios makanan - Ekowisata penjelajahan dan petualangan - Menjadi pemandu untuk kegiatan penghijauan

- Pemandu kegiatan - Menjadi

pemandu untuk kegiatan penghijauan - Pemandu kegiatan - Menyediakan penginapan atau homestay - Membuat cenderamata - Menyediakan homestay - Pemandu - Kios suvenir - Kios makanan 88

(40)
(41)

Rencana Lanskap Rencana Ruang Integratif (Rencana Blok)

Rencana ruang integratif yang dihasilkan berupa rencana blok (block plan) yang akan dikembangkan menjadi lanskap kawasan ekowisata. Rencana blok di tampilkan pada Gambar 22 dan konsep tata ruang dan tata letak fsilitas ditunjukkan pada Gambar 23. Rencana ruang integratif berisi rencana program dan pengembangan ekowisata kawasan dengan menyeimbangkan upaya menjaga ekosistem kawasan dan peran serta masyarakat dalam kegiatan ekowisata. Rencana ruang integratif terdiri dari ruang ekowisata utama, ruang transisi, dan ruang pendukung. Ruang ekowisata utama dikembangkan sebagai area konservasi dengan kegiatan ekowisata penelitian dan konservasi. Ruang ekowisata transisi dikembangkan sebagai area penyangga dan rehabilitasi hutan gambut. Ruang pendukung dikembangkan sebagai area penyangga dan rekreasi alam, pada ruang pendukung juga dikembangkan fasilitas yang menunjang semua kegiatan ekowisata di dalam kawasan. Tabel 31 menunjukkan program pengembangan ekowisata di kawasan.

Tabel 31 Program pengembangan ekowisata di kawasan gambut Baning Ruang ekowisata Program pengembangan

Ruang utama Pengembangan area sebagai area konservasi dengan kegiatan ekowisata penelitian dan konservasi. Kegiatan ekowisata dibatasi dan diatur dengan adanya pemandu dari pengelola. Fasilitas berupa boardwalk sempit dan fasilitas penelitian sederhana.

Ruang transisi Pengembangan area sebagai ruang penyangga dan ruang rehabilitasi hutan gambut. Kegiatan ekowisata berupa ekowisata penelitian, pendidikan, konservasi, dan penjelajahan dan petualangan. Kegiatan yang dilakukan lebih diutamakan untuk menjaga kelestarian ekosistem hutan gambut.

Ruang pendukung Pengembangan area sebagai area penyangga hutan gambut dan area untuk rekreasi alam. Kegiatan ekowisata berupa ekowisata penelitian, pendidikan, konservasi, dan penjelajahan dan petualangan. Kegiatan wisata di area ini lebih aktif namun dengan mengutamakan upaya untuk menjaga kelestarian ekosistem hutan gambut. Fasilitas yang dikembangkan ditujukan untuk menunjang semua kegiatan ekowisata di dalam kawasan.

(42)

74

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 22 Rencana blok ekowisata kawasan gambut Baning.

9

(43)

KONSEP TATA RUANG DAN TATA LETAK

Sumber: Hasil olahan data 2011

Gambar 23 Konsep tata ruang dan tata letak fasilitas ekowisata kawasan gambut Baning.

9

(44)

92

Rencana Lanskap

Rencana lanskap yang dihasilkan berupa gambar perencanaan lanskap ekowisata kawasan gambut. Rencana lanskap dibuat berdasarkan hasil analisis berupa zonasi ekowisata kawasan gambut dan konsep yang akan dikembangkan. Rencana lanskap ditunjukkan pada Gambar 24. Rencana lanskap ekowisata yang akan dikembangkan di kawasan gambut Baning terdiri dari:

1) penataan lanskap yang sesuai dengan kondisi alam kawasan gambut dan penerapan area penyangga di sekeliling kawasan

2) menjadikan area hijau lain di sekitar kawasan sebagai area penyangga sehingga terbentuk jejaring hijau dalam kota

3) penerapan saluran air dengan bangunan pengaturan air untuk menjaga ketersediaan air bagi kawasan

4) penggunaan konsep pengembangan fasilitas sederhana dan menggunakan bahan-bahan lokal yang sesuai untuk kawasan gambut

5) penerapan bangunan berupa rumah panggung dengan bahan kayu dan berukuran kecil

6) meningkatkan peran serta masyarakat kota dalam upaya menjaga kelestarian ekosistem kawasan gambut dengan melakukan sosialisasi dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan ekowisata di kawasan

7) penyediaan tanda-tanda yang jelas, baik berfungsi sebagai petunjuk, peringatan maupun informasi bagi pengunjung

8) penyediaan brosur, leaflet, booklet, film dan pustaka lainnya untuk membantu wisatawan mengenali karakteristik kawasan gambut dan potensi ekowisata yang dimiliki kawasan

9) peningkatan kewaspaadaan dan melindungi kawasan terhadap ancaman pencemaran lingkungan/degradasi kualitas ekologis

10) menjadikan kawasan gambut Baning sebagai ruang publik bagi masyarakat kota dan mengajak masyarakat ikut serta menjaga kelestarian kawasan demi keberlanjutan wisata di kawasan

11) mengembangkan usaha lokal seperti usaha penginapan (home stay), penyelenggaraan pagelaran seni dan budaya, pengembangan objek dan atraksi wisata, usaha makanan dan minuman, pembuatan dan penjualan suvenir, untuk dapat mengembangkan perekonomian masyarakat lokal.

(45)
(46)

92

Gambar 24 Rencana lanskap ekowisata kawasan gambut Baning.

(47)
(48)

94

Fasilitas di dalam kawasan adalah fasilitas yang sesuai dengan kondisi ekologis gambut dan mengadopsi arsitektur lokal Kalimantan. Contoh fasilitas dalam kawasan ekowisata gambut Baning di tunjukkan pada Gambar 25, 26, 27, dan 28.

Sumber: http//:www.dapgraphics.co.uk Sumber: http//:www.brook-meadow.hampshire.org.uk

Sumber: http//:www.theacornworkshop.co.uk Sumber: Kalcher and Schroder 2005

Sumber: http//:www.google.com/images Sumber: http//:www.lakeclaire.org

(49)

Sumber: http//:www.geograph.org.uk Sumber: Dokumentasi pribadi 2011

Sumber: Dokumentasi pribadi 2011 Sumber: Dokumentasi pribadi 2011

Sumber: http//:www.wikimepia.org Sumber:

http//:www.friendsoftheirishenvironment.net

(50)

96

Sumber: Easton 2007 Sumber: http//

Sumber: http//:www.contourdecks.co.za Sumber: http//:www.vickars.com

Sumber: http//:www.crestock.com Sumber: http//:www.riverhideaway.com

(51)

Sumber: Dokumentasi pribadi 2011 Sumber: http//:www.img25.imageshack.us

Sumber:

http//:www. anyntianovitasari.wordpress.com

Sumber: Dokumentasi pribadi 2011

Sumber: http//:www.rockwool.dk Sumber: http//:www.acadianfarm.com

Gambar 28. Contoh bangunan pusat informasi dan pusat pendidikan alam dalam kawasan gambut Baning.

Gambar

Gambar 10  Peta tingkat kealamian kawasan berdasarkan karakter ekologis.
Tabel 21  Luasan area dalam kawasan gambut Baning berdasarkan potensi                  objek dan daya tarik ekowisata
Gambar 11  Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut Baning.
Gambar 12  Grafik nilai SBE kawasan gambut Baning.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(6) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan

In this paper, we study the potential of stocks as a hedge against inflation for different investment horizons. We show that stocks can be a hedge against inflation even if

Pengungkapan potensi geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat mengandung arti bahwa potensi sumber daya alam Indonesia yang berada di permukaan dan bawah

• Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut di atas, termasuk pengakuan biaya gaji dan upah bulan Desember 2016.. Utang Biaya (Biaya yang Masih

Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi

Pada penelitian ini juga dilakukan pengkondisian ekstrim terhadap jumlahmetanol nisbah (1:10) dan katalis yang digunakan (1,4% NaOH) untuk melihat apakah hal tersebut

Spasia di mana abses ini terbentuk adalah antara muskulus buccinators dan masseter. Batas superiornya adalah spasia pterigopalatina, batas inferior dengan

Dengan kegiatan seminar ini diharapkan akan memberikan agenda bagi akademisi bidang perpajakan untuk memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang perpajakan