• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU DENGAN METODE LOVAAS / APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU DENGAN METODE LOVAAS / APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU DENGAN METODE LOVAAS / APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) TERHADAP PENGENDALIAN

KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK AUTIS DI ASA CENTER SURAKARTA

TAHUN 2010

SKRIPSI Oleh :

SRI YANTI

K 5105030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU DENGAN METODE LOVAAS / APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) TERHADAP PENGENDALIAN

KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK AUTIS DI ASA CENTER SURAKARTA

TAHUN 2010

Oleh : Sri Yanti

Pembimbing : Dra. Munzayanah Drs. Gunarhadi, M.A

ABSTRACT

Sri Yanti. K5105030. AN EFFECTIVENESS OF BEHAVIOR THERAPY USING LOVAAS /APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) METHOD ON THE GROSS MOTOR COMPETENCY CONTROL OF AUTISM CHILD IN SURAKARTA ASA CENTRE IN 2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, 22 June 2010.

This research aims to find out the effectiveness of behavioral therapy using Lovaas method/ Applied Behavior Analysis (ABA) on gross motor competency of autism child in Surakarta ASA CENTER in 2010.

In line with the objective of research, the research method employed was experimental method. The study employed One Group Pre Test Post Test Design. The population of research was all autism children in Surakarta ASA CENTER as many as 6 children. Technique of collecting data used was non verbal or action/treatment test, because the subject of research was measured based on the gross motor competency level. Technique of analyzing data used was non parametrical statistic analysis Wilcoxon Signed Ranks Test.

From the result of data analysis worked on, it is obtained the mean post test value higher (55.17) than the mean pre test (42.83) value. The result of non parametrical statistic analysis using Wilcoxon Signed Ranks Test obtains the Z value = -2.201; with p = 0.028 at significance level of 5% (α = 0.05), Ho is rejected and Ha is supported. Thus, from the result of analysis, it can be concluded that behavioral therapy using Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) method is effective in controlling the gross motor competency of autism child in Surakarta ASA CENTER in 2010.

(3)

ABSTRAK

Sri Yanti. K 5105030. EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU DENGAN METODE LOVAAS/ APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) TERHADAP PENGENDALIAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK AUTIS DI ASA CENTER SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 22 Juni 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi perilaku dengan metode Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010.

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan One Group Pre Test Post Test Design. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua anak autis di ASA CENTER Surakarta yang berjumlah 6 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes non verbal atau tes perbuatan/ perlakuan, subjek penelitian diukur berdasarkan tingkat kemampuan motorik kasarnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test.

Dari hasil analisis data yang dikerjakan diperoleh nilai mean post test lebih besar (55,17) dari pada nilai mean pre test (42,83). Hasil analisis statistic non parametrik dengan teknik Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai Z = -2,201; dengan P = 0,028 dengan taraf signifikansi 5 % (α = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) efektif terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010.

(4)

A.

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan pembahasan tentang gangguan autisme banyak menarik perhatian masyarakat. Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan autis dan menganggap anak mereka hanya terlambat bicara biasa. Komunikasi yang seharusnya dilakukan secara dua arah tidak dapat dilakukan anak autis. Faktor utamanya adalah anak autis tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan interaksi dengan orang yang berada disekitarnya. Menurut Depdiknas dalam Abdul Hadis (2006: 43) “Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi”. Gejala autis mulai terlihat sebelum anak-anak berumur tiga tahun. Gejala-gejala tersebut tampak ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya serta tidak merespon kehadiran orang tuanya.

Mengingat jumlah penyandang autis terus meningkat maka perlu adanya perhatian khusus. Penanganan yang intensif dan terpadu disesuaikan dengan kebutuhan anak agar pelaksanaanya dapat memberikan hasil yang maksimal. Ada beberapa jenis terapi yang diterapkan guna menangani anak autis antara lain terapi biomedik, terapi wicara, terapi perilaku, terapi okupasi, dan terapi medikamentosa. Salah satu terapi yang digunakan bagi anak autis adalah terapi perilaku dimana dalam terapi tersebut mengurangi perilaku yang berlebih atau tidak wajar dan mengajarkan perilaku yang lebih bisa diterima lingkungan. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Powers dan Osborn, 1976 (dalam Munawir Yusuf dan Edy Legowo, 2007: 131) “Terapi perilaku merupakan penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut”. Terapi perilaku ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap peraturan. Semakin patuh anak akan aturan yang berlaku bagi anak seusianya, semakin ia bisa diharapkan agar dapat membaur dalam kehidupan masyarakat luas.

(5)

Bagi anak khususnya pada masa bayi, gerakan-gerakan motorik dan pengalaman sensori merupakan aspek yang sangat penting karena disamping dapat merangsang pertumbuhan fisik juga untuk meningkatkan dan memperkaya kualitas fungsi fisik tersebut. Sebagian dari anak autis mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan dengan anak-anak lain seumurnya. Gangguan perkembangan motorik ini tampak dari sikap atau aksi yang dilakukan tanpa adanya tujuan yang jelas dan berulang-ulang. Kelainan koordinasi atau kerjasama antara otot dan sendi saraf anggota tubuh akan berakibat gerakan yang tidak dapat dikendalikan oleh anak autis sehingga anak tidak dapat melakukan suatu pekerjaan/ kegiatan/ aktivitas tanpa bimbingan dari orang lain.

Suatu layanan yang diberikan bagi anak autis harus disesuaikan dengan metode yang tepat sehingga dapat di terapkan secara langsung. Beberapa metode tersebut antara lain metode Lovaas atau Applied Behavior Analysis (ABA) dan metode Son-Rise. Jessica Kingley (2006: 20) mengemukakan “Applied Behavior Analysis (ABA) adalah:

Ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip yang diperoleh secara eksperimental perilaku sosial untuk meningkatkan perilaku yang signifikan. ABA mengambil apa yang kita ketahui tentang perilaku dan menggunakannya untuk membawa perubahan positif (Applied). Perilaku yang didefinisikan dalam istilah diamati dan terukur untuk menilai perubahan dari waktu ke waktu (Behavior). Perilaku dianalisis dalam lingkungan untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi perilaku (analisis).

Pada penerapan metode Lovaas atau Applied Behavior Analysis (ABA) ini anak diajarkan menjadi disiplin karena kurikulumnya dimodifikasi dari aktivitas sehari-hari dan dilaksanakan secara konsisten. Metode Lovaas atau Applied Behavior Analysis (ABA) ini memiliki ciri terukur, terarah dan terstruktur sehingga memudahkan disetiap pemantauan dan perkembangannya. Fokus penanganannya terletak pada pemberian penguatan yang positif setiap kali anak merespon dengan benar dan sesuai dengan instruksi yang diberikan.

(6)

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diutarakan tersebut timbul pemikiran untuk mengetahui lebih dalam dengan melakukan penelitian dengan mengambil judul “Efektivitas Terapi Perilaku Dengan Metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) Terhadap Pengendalian Kemampuan Motorik Kasar Anak Autis di ASA CENTER Surakarta Tahun 2010”.

2.

Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui efektivitas terapi perilaku dengan metode Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010”.

3.

Kajian Pustaka

a) Tinjauan Tentang Anak Autis

Istilah autis atau autisma pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Leo Kanner pada tahun 1943 menurutnya, “Penyandang autisma seakan-akan hidup di dunianya sendiri” (Handojo, 2003: 12). Sedangkan menurut Depdiknas yang dikutip oleh Abdul Hadis (2006: 43) “Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi”.

Dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland (1998: 120) disebutkan juga mengenai definisi gangguan autistik (Early Autistik):

Gangguan autistik (Early Autistik) adalah kelainan berat komunikasi dan tingkah laku biasanya mulai sejak lahir, selalu ada pada usia 3 tahun, ini ditandai dengan keasikan pada diri sendiri, penolakan berat dari hubungan dengan orang lain, termasuk tokoh ibu, keinginan untuk hal-hal yang sama, preokupasi dengan obyek-obyek yang tak bernyawa dan gangguan perkembangan bahasa.

b) Tinjauan Tentang Terapi Perilaku

Dalam artikel yang berjudul Terapi Perilaku yang dikutip dari

(7)

(http://terapiperilaku.blogspot.com/2008/12/pengertian-terapi-perilaku-menurut.html) terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit”. Dalam perkembangannya terapi tidak saja berkaitan dengan pengobatan jasmani yang mengarah pada normalitas fisik saja, tetapi juga mengarah pada fungsi penyesuaian diri dan fungsi mental serta intelektual.

Sedangkan arti perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”.(http://terapiperilaku.blogspot.com/2008/12/pengertian-terapi-perilaku-menurut.html). Hal serupa juga diungkapkan oleh Powers dan Osborn, 1976 (dalam Munawir Yusuf dan Edy Legowo, 2007: 131) “Terapi perilaku merupakan penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut”.

c) Tinjauan Tentang Metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) Menurut pendapat Jessica Kingley (2006: 20) “Applied Behavior Analysis (ABA) adalah:

Ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip yang diperoleh secara eksperimental perilaku sosial untuk meningkatkan perilaku yang signifikan. ABA mengambil apa yang kita ketahui tentang perilaku dan menggunakannya untuk membawa perubahan positif (Applied). Perilaku yang didefinisikan dalam istilah diamati dan terukur untuk menilai perubahan dari waktu ke waktu (Behavior). Perilaku dianalisis dalam lingkungan untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi perilaku (analisis).

Menurut Matt Potak yang dikutip dari

(http://www.shapingbehavior.com) bahwa “Applied Behavior Analysis is the design, implementation, and evaluation of environmental modifications to produce socially significant improvement in human behavior. ABA includes the use of direct observation, measurement, and functional analysis of the relations between environment and behavior”.

(8)

d) Tinjauan Tentang Motorik Kasar

Menurut Sunardi dan Sunaryo (2007: 113) menyatakan bahwa:

Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dan diperlukan agar anak dapat memfungsikan otot - otot tubuhnya dengan benar seperti kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya.

Yudha M. Saputra (2005: 18) mengemukakan bahwa “Gerak kasar adalah ketrampilan anak beraktivitas dengan mengunakan otot-otot besarnya. Ketrampilan menggunakan otot-otot besar ini tergolong pada ketrampilan gerak dasar”.

B.

METODE PENELITIAN

Metode yang tepat dalam mengungkap data sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan sangat menentukan hasil penelitian agar dapat dipertanggung- jawabkan kebenarannya. Sebelum penulis mengemukakan metode yang dipakai dalam penelitian ini, terlebih dahulu dikemukakan tentang metode penelitian dari beberapa pendapat para ahli, yaitu:

Suharsimi Arikunto (2006: 160) mengemukakan “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Menurut Sugiyono (2008: 6) “Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.

Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 52) mengemukakan “Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan langkah-langkah/cara/prosedur yang dilakukan

(9)

peneliti untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran atas pertanyaan atau isu-isu serta pemecahan masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan.

Hadari Nawawi (1995: 62) berpendapat pada dasarnya terdapat empat macam metode penelitian, diantaranya :

1. Metode filosofis

Metode filosofis adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki secara rasional melalui perenungan atau pemikiran yang terarah, mendalam, dan mendasar tentang hakikat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik dengan mempergunakan pola pikir induktif, maupun deduktif, fenomenologis dan lain-lain dengan memperhatikan hukum-hukum berpikir (logika).

2. Metode deskriptif

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

3. Metode historis

Metode historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalunya atau peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali hasilnya dapat digunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan yang akan datang.

4. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain.

Berdasarkan macam-macam metode penelitian di atas, metode eksperimen sesuai dengan judul yang penulis ambil karena penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene (2003: 123) yang mengemukakan bahwa “Metode eksperimental merupakan suatu metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan hubungan sebab akibat dengan memanipulasi variabel independen dan mengobservasi akibatnya pada variabel dependen”.

(10)

Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektivitas terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis.

Adapun desain penelitian yang penulis gunakan yaitu dengan One Group Pre test-Post test design sebagai berikut :

Pre-test Treatmen Post-test

Keterangan :

T1 : Tes yang diberikan kepada subyek penelitian sebelum diberi perlakuan/

pre test

X : Perlakuan yang diberikan kepada subyek penelitian oleh peneliti T2 : Tes yang sudah diberikan kepada subyek penelitian setelah diberi

perlakuan/ post test

Penelitian ini melibatkan dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab (X). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA). 2. Variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi

(Y). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan motorik kasar anak autis.

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mendapat data yang sama dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes non verbal atau tes perbuatan/ perlakuan, karena subjek penelitian diukur berdasarkan tingkat kemampuan motorik kasarnya yaitu dengan cara melakukan perintah yang diberikan oleh terapis. Penilaianya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh anak setelah anak melaksanakan tugas tersebut.

(11)

Dalam penelitian ini pengujian validitas menggunakan rumus korelasi product moment sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 170) sebagai berikut:

(

)(

)

(

)

{

å

å

-

å

å

}

{

å

å

-

(

å

)

}

-= 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan : xy

r : koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

X : skor item

Y : skor total

N : jumlah subjek

å

(sigma) : jumlah nilai

Untuk mengetahui reliabilitas tes, penulis menggunakan pendekatan teknik Cronboach Alpha karena penelitian ini mengukur instrumen yang skornya merupakan rentangan dari beberapa nilai/ dalam bentuk skala bertingkat. Skala dalam instrumen yang digunakan adalah 1 – 4. Diuji cobakan pada hasil try out dengan jumlah soal sebanyak lima belas butir.

Menurut Saifuddin Azwar, 1992 (dalam Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 48) rumus yang digunakan adalah:

r

11 =

(

)

úûù ê ë é -1 k k ú ú û ù ê ê ë é -

å

2 1 2 1 s sb Keterangan:

r

11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal/pertanyaan

å

2

b

(12)

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dengan Analisis Non Parametrik Wilcoxon Signed Rank Test yang bersimbol P. Alasan penulis menggunakan teknik ini adalah:

1. Teknik ini cocok untuk menguji hipotesis tentang perbedaan dari dua variabel yang datanya berhubungan dan tidak bebas. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta.

2. Adanya kesesuaian jenis data yaitu variabel bebas merupakan data nominal dan variabel terikat merupakan data ordinal.

3. Adanya kesesuaian dengan jenis eksperimen yaitu menggunakan pretest dan post test. Pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir.

C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Hasil Penelitian

Terdapat perbedaan antara kemampuan motorik kasar anak autis setelah mendapatkan perlakuan (treatment) berupa terapi perilaku dengan metode Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) lebih baik daripada sebelum mendapatkan perlakuan (treatment). Hal ini dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan motorik kasar pada saat pre test diperoleh nilai 42,83 dan nilai rata-rata kemampuan motorik kasar pada saat post test diperoleh nilai 55,17.

Hasil uji hipotesis tentang kemampuan motorik kasar diketahui bahwa dihasilkan negatif rank mean sebesar 0 dengan sum of rank sebesar 0 dan positif rank mean sebesar 3,50 dengan sum of rank sebesar 21,00 pada test statistik dihasilkan Z= -2,201 dengan probabilitas= 0,028. Oleh karena nilai probabilitas dari Z hitung lebih kecil dari probabilitas kesalahan yaitu 5% (α = 0,05). Nilai P= 0,028< 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) efektif terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di

(13)

ASA CENTER Surakarta tahun 2010” adalah signifikan, sehingga dapat diterima kebenarannya.

2.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010 dalam proses pemberian terapi antara sebelum dan sesudah penggunaan terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA). Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil rerata kemampuan motorik kasar anak autis sebelum dan sesudah pemberian terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA). Rerata sebelum diberikan treatment berupa terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) diperoleh 42,83 dan sesudah diberikan treatment berupa terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) diperoleh 55,17 serta Z hitung -2,201 dengan probabilitas sebesar 0,028. Oleh karena nilai probabilitas dari Z hitung lebih kecil dari probabilitas kesalahan yaitu 5% (α = 0,05). Nilai P= 0,028< 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) efektif terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010.

D.

SIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang efektivitas terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) efektif terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010. Hal ini dapat

(14)

ditunjukkan dari perbedaan nilai rata-rata hasil pre test dan post test yang semakin meningkat, dimana nilai rata-rata pre test 42,83 dan nilai rata-rata post test 55,17.

2. Dari hasil uji Wilcoxon didapatkan Z = -2,201 dengan probabilitas = 0,028, oleh karena nilai probabilitas = 0,028<0,05 maka dapat dikatakan bahwa terapi perilaku dengan metode Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) efektif terhadap pengendalian kemampuan motorik kasar anak autis di ASA CENTER Surakarta tahun 2010 sehingga dapat diterima kebenarannya.

2.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Hendaknya kepala sekolah lebih menekankan kepada para terapis untuk menggunakan metode Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) dalam mengendalikan kemampuan motorik kasar anak autis. 2. Hendaknya orang tua bersikap proaktif dalam menangani anak autis

diantaranya dengan jalan menerapkan prinsip dasar metode Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) yang telah dikenal melalui treatment yang dilakukan terapis dirumahnya masing-masing.

3. Hendaknya orang tua berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan metode Lovaas/ Applied Behavior Analysis (ABA) dengan sesering mungkin menanyakan hal yang belum dikuasai kapada terapis.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta.

Abdul Salim Choiri. 1993. Materi Penyuluhan Stimulasi Perkembangan Motorik Anak Balita Usia Prasekolah. Surabaya: Universitas Airlangga.

Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Bandi Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama.

Bonny Danuatmaja. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara. Budi Santoso. 2006. Autisme, Makalah Politeknik Kesehatan. Surakarta, 20 Mei. Deteksi Dini Autisme. (online) http://www.kaskus.us. (diakses tanggal 10 Januari

2010).

D.S. Prasetyono. 2008. Serba-serbi Anak Autis (Autisme dan Gangguan Psikologis Lainnya). Yogyakarta: Diva Press.

Firdy Permana. 2000. Seminar Deteksi dan Intervensi Dini Autisme, Makalah. Yogyakarta, 8 Juli.

Galih A Veskarisyanti. 2008. 12 Terapi Autis Paling Efektif & Hemat Untuk Autisme, Hiperaktif, Retardasi Mental. Yogyakarta: Pustaka Anggrek. Gangguan Spektrum Autis. (online) http://www.ayahbunda.co.id. (diakses tanggal

25 Oktober 2009).

Gayatri Pamoedji. 2010. 200 Pertanyaan & Jawaban Seputar Autisme. Jakarta: Hasanah.

Green, G 2008. Autism and ABA. Jakarta: Gramedia.

Hadari Nawawi. 1995. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(16)

Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga. Identification and Diagnosis Of Autism. 2000. International Journal of Special

Education. Vol 15, No.1.

http://www.researchautism.net/pages/autism/identification (diakses tanggal 23 Juni 2010).

Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. 1998. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kingley, J. 2006. Applied Behavior Analysis. Jakarta: Gramedia.

Maurice, C. 1996. Behavioural Intervention for Young Children with Autism A Manual for Parents and Professionals. Austin Texas.

Mirza Maulana. 2007. Anak Autis (Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat). Yogyakarta: Katahati.

Moh. Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Munawir Yusuf dan Edy Legowo. 2007. Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak Dalam Belajar Melalui Pendekatan Modifikasi Perilaku. Surakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nana Sudjana. 2008. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nevid, J. S, Rathus, S. A, Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.

Pamuji. 2007. Model Terapi Terpadu Bagi Anak Autisme. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Perko, S. & McLaughlin, T. F. 2002. “Autism: Charateristics, Causes and Some Educational Interventions”International Journal of Special

(17)

http://www.internationalsped.com/documents/autism2(7)c.doc. (diakses tanggal 23 Juni 2010).

Potak, M. 2000. What is ABA. http://www.shapingbehavior.com. (diakses tanggal 15 Desember 2009).

Pusponegoro. 2003. Pandangan Umum Mengenai Klasifikasi Spektrum Gangguan Autistik dan Kelainan Susunan Saraf Pusat, Makalah Dalam Konferensi Nasional Autisme ke-1. Jakarta, 15 Juli.

Rudy Sutadi. 1998. Tatalaksana Perilaku Pada Penyandang Autisme, Makalah Yayasan Autisma Indonesia Jakarta. Semarang, 24 Oktober.

___________. 2002. Autisme&Applied Behavior Analysis (ABA)/ Metode Lovaas, Makalah Klinik Intervensi Dini Autisme Jakarta Medical Center. Jakarta, 7 Agustus.

Saifuddin Azwar. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Singgih D. Gunarsa. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia.

Sitta R Muslimah. 2009. Terapi ABA Anak Autistik. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

__________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani. Bandung: Nuansa.

Sumadi Suryabrata. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Terapi Perilaku. http://terapiperilaku.blogspot.com. (diakses tanggal 20 Oktober 2009).

(18)

Yuda M. Saputra. 2005. Perkembangan Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

hal tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrotul Khayati dkk (2016:4) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa modul telah memenuhi standar

Target dan luaran dalam kegiatan ini adalah mengenalkan siswa-siswa kelas 1 SD IBA Palembang pembelajaran melalui mendongeng. Pembelajaran melalui mendongeng

langkah kegiatan mulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran active knowledge sharing merupakan salah satu

En Colombia, por ejemplo, de acuerdo a los listados publicados por el Instituto Humboldt, 75 especies de mamíferos, 162 de aves, 25 de anfibios y 55 de reptiles, han sido

perkembangan anak, mengembangkan intelektual dan sosial emosional secara bersamaan. Dua aspek ini penting untuk perkembangan diri anak. Pada penelitian Ika Budi

Dari kelima faktor yang terbentuk, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan dalam menggunakan jasa ekspedisi J&amp;T Express yaitu faktor

DAFTAR BAGAN... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Struktur Organisasi Skripsi ... Multimedia Pembelajaran ... Multimedia Video

Dari berbagai alternatif yang ada, penulis menggunakan analisa yaitu dengan menghitung produktivitas excavator dan metode ekonomi teknik sebagai tools untuk pemilihan investasi