• Tidak ada hasil yang ditemukan

efektivitas terapi perilaku (behavior) dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "efektivitas terapi perilaku (behavior) dalam"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU (BEHAVIOR) DALAM KONSELING ISLAM TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

REMAJA DI SMAN 1 KEDIRI

OLEH ANDI ISWAJI NIM: 1503192053

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2020

(2)

ii

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU (BEHAVIOR) DALAM KONSELING ISLAM TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

REMAJA DI SMAN 1 KEDIRI Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial

OLEH ANDI ISWAJI NIM: 1503192053

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2020

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Andi Iswaji NIM: 1503192053. dengan judul, “Efektivitas Terapi Perilaku (Behavior) Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja Di SMAN 1 Kediri.” Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: Agustus 2020

(4)

iv NOTA DINAS

Mataram, Agustus 2020

Hal : Ujian Skripsi Yang Terhormat

Rektor Universitas Islam Negeri Mataram

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Andi Iswaji

NIM : 1503192053

Jurusan : Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas : Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Judul : Efektivitas Terapi Perilaku (Behavior) Dalam Konseling

Islam Terhadap teraksi Sosial Remaja di SMAN 1 Kediri.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

(5)

vi

(6)

vii MOTTO

Orang Yang Paling Dicintai Oleh Allah Adalah Orang Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain.

(7)

viii

PERSEMBAHAN

karya ini saya persembahkan sebagai tanda baktiku kepada

1. Ibunda Tercinta (Hj. Siti Khadijah/Saninah) dan bapak (H.Irfan Idris) sebagai ungkapan terima kasihku atas setiap tetesan keringat, bimbingan, yang tiada henti-hentinya dalam memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tiada tara. Sehingga yang dengan penuh rasa ikhlas dan ketulusan hati, tanpa mengenal kata lelah dalam bekerja mampu memberikan dukungan moral maupun material.

2. Kakakku tercinta (H. Mohammad Abdullah Idris) yang selalu setia mendengarkan keluh kesah adiknya dan selalu memberikan dukungan moral dan material terbesar selain dari kedua orang tuaku sehingga saya bisa menyelesaikan study sampai saat ini.

3. Kakakku (Deni Ardi Idris beserta istri dan Idayati Uspan Idris beserta suami) adik mu mengucapkan banyak terima kasih karena telah memberikan dukungan semangat yang tiada henti sehingga adikmu ini selalu semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Buat semua guru-guruku yang telah mengajarkanku dari masih kecil sampai saat ini saya mengucapkan banyak terima kasih.

5. Spesial buat orang tersayang yang selalu mendampingiku 6. Sahabat-sahabatku URAP-URAP SQUAD

7. Semua teman kelas dan semua jurusan se-BKI

8. Semua dosen-dosen yang telah sudi memberikan ilmu kepadaku

9. Kajur terkece bapak Rendra khaldun M.Ag selaku Ketua Jurusan dan bapak termurah senyumnya kepada seluruh Mahasiswa H Masruri Lc.Ma selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam sekaligus dosen pembimbing

10. Kepada ibu Dr.Faizah Ma selaku dosen pembimbing 11. Almamaterku tercinta

Semoga Tuhan membalas budi baik kalian semua…… Amin yarabbal alamin

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Rahman dan Rahim yang telah memberikan manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk dan tuntunan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan Karya Ilmiah (Skripsi) ini sesuai dengan target dan waktu yang telah ditentukan. Salawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan cahaya keimanan, serta keluarga dan sahabatnya yang telah sama- sama memperjuangkan agama Allah SWT.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan agar penulis bisa menyelesaikan jenjang Strata Satu (SI), dan penulis bisa mendapatkan gelar kesarjaan sebagaimana yang telah dicita-citakan oleh penulis.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan, arahan, dan informasi yang berharga kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Yaitu mereka antara lain adalah:

1. Ibu Dr. Faizah, M.A Selaku dosen pembimbing pertama dan bapak H.Masruri Lc. M.A. Selaku dosen pembimbing ke dua atas segala petunjuk, arahan, dan saran selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mutawalli, M.A selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.

3. Bapak Dr. H. Subhan Abdullah, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah yang telah banyak memberikan bekal di Fakultas Dakwah, Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) serta segenap karyawan UIN Mataram yang telah menyediakan tempat dan memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

x

4. Bapak Rendra khaldun M.Ag selaku Ketua Jurusan dan bapak H.masruri Lc.Ma selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas dakwah

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram yang telah mengajarkan penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Staf Akademik Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

7. Kepada bapak Kepala Sekolah, seluruh Guru dan Staf yang ada di SMAN 1 Kediri yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam mencari informasi yang dibutuhkan

8. Kepada kedua orang tuaku tercinta yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan baik dalam bentuk moral maupun material.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala dan diberikan balasan yang berlipat-lipat oleh Allah SWT. dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Mataram, November, 2019

Penulis,

Andi Iswaji

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Dan Manfaat penelitian ... 4

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ... 5

E. Telaah Pustaka ... 6

F. Kerangka Teori ... 9

G. Metode Penelitian ... 23

(11)

xii

BAB II PAPARAN DAN TEMUAN ... 33

A. Gambaran Umum Sekolah ... 33

B. Efektivitas Terapi Perilaku Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial remaja ... 45

C. Faktor Penghambat Terapi Perilaku Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja ... 49

BAB III PEMBAHASAN ... 54

A. Analisis Efektivitas Terapi Perilaku Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja ... 54

B. Faktor penghambat Efektivitas terapi perilaku dalam konseling Islam terhadap interaksi sosial remaja ... 57

BAB IV PENUTUP ... 59

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Telaah Pustaka,... 6

Tabel 2.1 Nama Kepala Sekolah Yang Pernah Menjabat Di SMAN 1 Kediri, ... 35

Tabel 2.2 Profil Sekolah SMAN 1 Kediri, ... 35

Tabel 2.3 Sarana dan Prasarana yang Menunjang di SMAN 1 Kediri, ... 38

Tabel 2.4 Nama Guru Di SMAN 1 Kediri, ... 40

Table 2.5 Jumlah Siswa SMAN 1 Kediri, ... 44

(13)

xiv

Efektivitas Terapi Perilaku (Behavior) Dalam Bimbingan Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja Di SMAN 1 Kediri

Oleh:

ANDI ISWAJI NIM: 1503192053

ABSTRAK

Sekolah adalah lembaga pendidikan di mana sekolah menjadi pusat untuk proses belajar mengajar serta tempat belajar dan mengajar. Namun di dalam lembaga pendidikan ada beberapa peraturan, sistem yang harus diterapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah efektivitas terapi perilaku (behavior) dalam konseling Islam terhadap interaksi sosial remaja di SMAN 1 Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriftif yang mengambil latar penelitian di sekolah SMAN 1 Kediri, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah: (1) efektivitas terapi perilaku dalam konseling Islam terhadap interaksi sosial remaja merupakan terapi yang selalu dilakukan oleh pihak sekolah dalam bentuk kegiatan imtaq dan solat zuhur berjamaah yang diikuti oleh seluruh siswa di SMAN 1 kediri berjalan dengan baik dan (2) adapun hambatan yang dihadapi dalam pemberian terapi perilaku dalam bentuk kegiatan imtaq dan solat zuhur berjamaah yaitu kurang memadainya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses berlangsungnya kegiatan imtaq dan solat zuhur berjamaah dan kurang partisipasi dan kerja sama dari beberapa pihak guru lainnya dalam membina, mengkoordinir siswa dalam pemberian terapi perilaku dalam kegiatan imtaq dan solat zuhur berjamaah.

Kata Kunci: Sekolah, Siswa, Remaja, Interaksi Sosial.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Remaja adalah salah satu mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk menjaga kehidupannya di masa kini dan di masa depan. Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja terutama pada teknologi yang semakin hari semakin canggih. Mereka dituntut untuk menerima dan menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya.

Menurut Mappiare dalam Muhamad Ali dan Muhamad Asrori yang berjudul psikologi remaja, perkembangan masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.1

Masa Remaja sangat panjang perjalanannya untuk ke pase selanjutnya yaitu pase dewasa, remaja harus memanfaatkan waktu tersebut agar bisa berbaur dengan orang dewasa maupun masyarakat yang ada di sekitarnya, masa remaja adalah masa di mana remaja tumbuh untuk mencapai kematangan, remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam

1Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 9-10.

1

(15)

2

aspek intelektual, dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu beradaptasi ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga karakter merupakan yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga bisa diterima di golongan orang dewasa. Remaja ada di tengah-tengah antara anak-anak dan dewasa. Dalam perkembangannya, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan agar anak dapat masuk pada tahap dewasa. Tugas perkembangan masa remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja.

Kemampuan kreatif ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.

Menurut Kathryn Geldard dalam buku konseling remaja, Setiap remaja adalah seorang individu dengan sikap, keyakinan, kontrak, prilaku dan respon uniknya masing-masing dalam menghadapi tantangan yang akan dihadapinya sekarang atau besok.2

Jadi Remaja sangat membutuhkan terapi perilaku yang dilakukan untuk mencapai kematangan agar bisa diterima di kalangan orang dewasa maupun masyarakat di sekelilingnya. Hal inilah yang melatar belakangi

2 Kathryn Geldard, Konseling Remaja, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 3.

(16)

3

peneliti melakukan penelitian tentang “Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Remaja di SMAN 1 Kediri”.

Karena perilaku remaja di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosial saat ini banyak penyimpangan, dalam rangka menciptakan kehidupan yang baik masyarakat selalu memberikan bimbingan-bimbingan kepada remaja agar dapat mematuhi aturan-aturan berupa nilai dan norma demi keberhasilan remaja di fase kognitif ini.

Namun ada saja remaja yang bertingkah laku berlainan dengan apa yang diharapkan oleh guru maupun masyarakat. Perlu diketahui pula perilaku penyimpangan dalam suatu lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tidak berarti merupakan penyimpangan karena adanya perbedaan nilai-nilai dan norma.

Menurut James Vander Zander, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang. Sedangkan menurut Robert M. Z. Lawang Idianto Muin dalam bukunya sosiologi, perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.3 Dalam observasi awal yang dilakukan peneliti di SMAN 1 Kediri peneliti menemukan bahwa, kebanyakan siswa-

3 Idianto Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 152-153

(17)

4

siswinya membuat kelompok dan tidak mau berinteraksi sama kelompok lain yang bukan kelompoknya.4

Dari konteks penelitian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Efektivifitas Terapi Perilaku (Behavior) Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja Di SMAN 1 Kediri”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks masalah peneliti di atas maka fokus masalah dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimanakah Efektivitas Terapi Prilaku Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja (Studi Kasus di SMAN 1 Kediri)?

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat Terapi Prilaku Dalam Konseling Islam Terhadap Interaksi Sosial Remaja (Studi Kasus di SMAN 1 Kediri)?

C. Tujuan Dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi prilaku dan Konseling Islam terhadap interaksi remaja yang dilakukan Di SMAN 1 Kediri. Untuk mengetahui faktor penghambat yang terjadi dalam pembentukan prilaku.

2. Manfaat Penelitian

4 Observasi, Dikutip 19 Juli 2019

(18)

5

Manfaat penelitian merupakan kegunaan yang diperoleh dari suatu penelitian. Harapan penelitian, dari penelitian ini dapat diperoleh dua manfaat yaitu:

a. Secara Teoritis.

1. Menambah pengetahuaan dan wawasan terapi perilaku.

2. Sebagai bahan acuan penelitian berikutnya.

b. Secara Praktis.

1. Untuk membantu pihak sekolah supaya bisa jadi bahan evaluasi dan bahan acuan dalam kegiatan tersebut.

2. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi yang berguna bagi fakultas.

3. Bagi peneliti sendiri untuk menambahkan wawasan keilmuan mengenai Terapi prilaku dan lebih bisa paham mengenai materi tersebut.

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di SMAN 1 Kediri.

1. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian hanya melakukan penelitian di lingkungan SMAN 1 Kediri.

2. Setting Penelitian

Seperti yang tertera di dalam judul, penelitian ini adalah efektivitas terapi prilaku dalam Konseling Islam terhadap interaksi sosial remaja yang dilakukan guru di SMAN 1 Kediri.

(19)

6 E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka untuk membandingkan hasil penelitian terdahulu dengan apa yang diteliti sekarang dengan topik yang senada. Oleh karena itu pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian terdahulu dengan tujuan untuk menegaskan kebaharuan penelitian bagi pengembangan keilmuan serta untuk menghindari adanya duplikasi dalam penelitian ini, maka peneliti akan memaparkan hasil penelitian skripsi yang telah ditulis sebelumnya dan membandingkan dengan judul penelitian yang peneliti akan teliti saat ini diantaranya:

No Nama/ Judul Skripsi Persamaan Perbedaan Hasil 1. Suhirman“Peran Tradisi

Ijtima’ Dalam Membina Perilaku Remaja Dusun Paok Tawah Desa Bunut Baok Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah”5

Sama-sama membahas tentang perilaku remaja dan mengunakan metode kualitatif

Perbedaannya adalah

tentang tradisi ijtima’

yang dilakukan remaja dusun paok tawah desa bunut baok kecamatan

Pelaksanaan tradisi ijtima dalam membina prilaku remaja

dilaksanakan satu seminggu sekali yaitu setiap malam juma’at, dengan adanya kegiatan- kegiatan ijtima’

remaja lebih

5 Suhirman, peran tradisi ijtima dalam membina perilaku remaja dusun paok tawah desa bunut baoq kecamatan praya kabupaten Lombok tengah,(Skripsi fakultas dakwah dan ilmu komunikasi, jurusan bimbingan dan konseling islam) tahun 2017. hal. 71.

(20)

7

praya kabupaten Lombok tengah

meluangkan waktunya ke hal- hal positif dan dengan adanya kegiatan ini yang bernuansa islami maka itu sebagai Pembina perilaku remaja.

2 Kuni Afifa “Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis Di Graha Autis Mataram”6

Persamaannya adalah sama- sama

membahas tetang efektivifitas terapi perilaku, interaksi sosial dan sama-sama

Perbedaanya adalah subjek dari

penelitian, yang subjeknya adalah anak- anak autis di graha autis mataram

a. Pola interaksi sosial anak autis di Graha Autis Mataram, yaitu : pola interaksi satu arah, interaksi dengan teman sebaya, dan interaksi dengan guru atau pengasuh.

6 Kuni Afifa, Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis Di Graha Autis Mataram, (skripsi fakultas dakwah dan ilmu komunikasi jurusan bimbingan dan konseling islam, 2017), hal. 86.

(21)

8

menggunakan metode kualitatif

b. Efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis di Graha Autis Mataram terbilang efektif karena sebagian besar anak autis yang terapi sudah bisa melakukan interaksi sosial dengan orang lain dan juga sebagian anak sudah bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah formal dengan tetap didampingi oleh pengasuh.

c. Kendala yang

(22)

9

terjadi di dalam proses terapi yang

dilaksanakan di Graha Autis Mataram yakni kurang

kerjasama antara orang tua dan pengasuh.

F. Kerangka Teori 1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Efektivitas adalah akibat atau hasil dari sebuah kegiatan atau rutinitas yang telah dilaksanakan. Efektivitas adalah sebuah tolak ukur atas keberhasilan suatu lembaga atas pembinaan terhadap pelaksanaan program yang sudah maupun yang sedang berjalan. Efektivitas pembinaan dalam sebuah lembaga atau panti merupakan faktor yang sangat menentukan pada berhasil atau tidaknya

(23)

10

suatu kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang berkaitan erat dengan program-program suatu lembaga.7

Efektivitas berarti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien tentu juga berarti efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan, atau akibat yang dikehendaki dari perbuatan itu telah dicapai secara maksimal (mutu atau jumlahnya). Sebaliknya dilihat dari segi usaha efek yang diharapkan juga telah tercapai dan bahkan dengan penggunaan unsur usaha secara maksimal.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas merupakan suatu hasil yang dapat dicapai dengan kesesuaian dari apa yang telah dilakukan dengan baik dan tepat.

2. Terapi Tingkah Laku

Teori tingkah laku pada konseling berfokus pada tingkah laku klien yang luas cakupannya. Sering kali, seseorang mengalami kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman. Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya membantu klien mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat, atau membantunya mengubah atau menghilangkan tindakan yang berlebihan. Pada kasus semacam itu, tingkah laku adaptif menggantikan tingkah laku mal-adaftif, dan konselor berfungsi sebagai spesialis pembelajaran bagi kliennya.

7 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal 82

(24)

11

Pendekatan konseling tingkah laku sangat populer dalam lingkungan institusional, seperti rumah sakit jiwa dan instansi pendidikan.

Ini adalah pendekatan yang dipilih untuk klien yang mempunyai masalah seperti penyimpangan kebiasaan makan, penyalahgunaan obat, dan disfungsi psikoseksual. Pendekatan tingkah laku juga berguna dalam menangani kesulitan yang berhubungan dengan kegelisahan, stress, kepercayaan diri, hubungan dengan orang tua, dan interaksi sosial.

B.F. (Burrhus Frederick) Skinner adalah orang yang mempopulerkan metode perawatan tingkah laku. Analisis tingkah laku terapan adalah “perpanjangan langsung dari tingkah laku radikal skinner, yang didasarkan pada pengkondisian operant. 8

Terapi behavioristik adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistimatik prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.

Berdasarkan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku.

a. Asumsi Dasar

Skinner adalah salah satu tokoh yang terang- terangan menentang penggunaan hukuman sebagai cara untuk mengendalikan hubungan-hubungan manusia ataupun untuk mencapai maksud-maksud

8 Samuel T. Gladding, Konseling Propesi Yang Menyeluruh, (Jakarta Barat:

Permata Puri Media), hal. 260-261.

(25)

12

lembaga masyarakat. Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya yaitu :

1. Tingkah laku memiliki hukum tertentu. Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.

2. Tingkah laku dapat diramalkan. Ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.

3. Tingkah laku dapat dikontrol, ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk (sedikit-banyak) tingkah laku seseorang.

Skinner bukan hanya ingin mengetahui bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi ia sangat berkeinginan memanipulasinya.

b. Teknik Terapi Behavioristik

Salah satu teknik konseling terapi behavioristik adalah teknik desensitisasi sistimatik. Desensitisasi sistimatik adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam tingakah laku. Desensitisasi sistimatik digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan teknik ini menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi mengarahkan klien untuk menampilkan

(26)

13

suatu respons yang tidak konsisten dengan kecemasan.9

Wolpe, pengembang teknik desensitisasi, mengajukan argumen bahwa segenap tingkah laku neorotik adalah ungkapan dari kecemasan dan bahwa respons kecemasan bisa dihapus oleh penemuan respons- respons yang secara berlawanan dengan respons tersebut. Dengan pengkondisian klasik, kekuatan stimulus penghasil kecemasan bisa dilemahkan, dan gejala kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus.

Desensitisasi sistimatik juga melibatkan teknik-teknik relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi. Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan itu terhapus. Dalam teknik ini, Wolpe telah mengembangkan suatu respons, yakni relaksasi, yang secara fisiologis bertentangan dengan kecemasan yang secara sistimatik diasosiasikan dengan aspek-aspek dari situasi yang mengancam.

c. Fungsi dan Peran Terapis

9 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal 343

(27)

14

Peran trapis dalam terapi tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah- masalah manusia, para kliennya. Terapis secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.

Krasner mengemukakan bahwa terapis atau pemberi pengaruh adalah suatu mesin perkuatan, yang dengan kehadirannya memasok kekuatan yang digeneralisasikan pada setiap kesempatan dalam situasi terapi, terlepas dari teknik atau kepribadian yang terlibat. Ia menyatakan bahwa tingkah laku klien tunduk pada manipulasi yang halus oleh tingkah laku terapis yang memperkuat. Hal itu seringkali terjadi tanpa disadari, baik oleh klien maupun oleh terapis.

Goodstein juga menyebut peran terapis sebagai pemberi penguat. Menurut Goodstein, peran konselor adalah menunjang perkembangan tingkah laku yang secara sosial layak dengan cara sistimatik memperkuat jenis tingkah laku semacam itu.10

3. Interaksi Sosial

Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya.

10 Muhamad Azis Ikrumullah, Konseling Melalui Terapi Behavioristik Terhadap Perilaku Bullying Pada Anak Di SD Negeri 2 Kalijaga Aikmel Lombok Timur, (Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam, 2017), hal. 21- 24.

(28)

15

Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan hubungan secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Hubungan sosial diartikan sebagai

“cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya”. Hubungan sosial ini juga menyangkut juga penyesuaian diri terhadap lingkungan, seperti makan dan minum sendiri, berpakaian sendiri, menaati peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok atau organisasinya, dan sejenisnya.

Hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya. Namun demikian, yang sering terjadi adalah bahwa hubungan sosial remaja dimulai dari rumah, dilanjutkan dengan teman sebaya, baru teman-temannya di sekolah. Kesulitan hubungan sosial dengan teman sebaya atau teman di sekolah sangat mungkin terjadi manakala individu dibesarkan dalam suasana pola asuh yang unjuk kuasa dalam keluarga. Penyebab kesulitan hubungan sosial sebagai akibat pola asuh orang tua yang penuh dengan unjuk kuasa ini adalah timbul dan berkembangnya rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani mengambil inisiatif, tidak berani mengambil keputusan, dan tidak berani memutuskan pilihan teman yang dianggap sesuai.

Thibaut dan Kelley, yang merupakan pakar dalam ilmu interaksi,

(29)

16

mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, dalam setiap kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan utuk memengaruhi individu lain. Sebagai contoh, A bertemu dengan B di jalan, kemudian ia menghentikan B dan mengajaknya ngobrol tentang cuaca, mendengarkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya, dan kemudian mereka bertukar pendapat dengan caranya masing-masing. Chaplin juga mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak.

Adapun Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas atau suatu sentiment yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Jadi, konsep yang dikemukakan oleh Homans mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Sedangkan Shaw mendefinisakan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku memengaruhi satu

(30)

17 sama lain. 11

4. Remaja

a. Pengertian Remaja

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti remaja, yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Artinya berangsur-angsur menuju kematangan fisik, akal, kejiwaan dan sosial, serta emosional. Hal ini mengisaratkan pada hakikat umum, bahwa pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap. Ia juga bukan pertumbuhan pemuda atau permulaan yang memungkinkanya menjadi sandaran. Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.12

Masa remaja pastilah masa bertambahnya kekuatan seseorang anak laki-laki 14 tahun punya 14 kali sel otot lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki usia 5 tahun. Sedangkan anak perempuan mempunyai sel 10 kali lebih banyak dari pada anak perempuan usia 5 tahun. Secara psikologis, remaja adalah masa yang

11 C. George Boeree, General Psychology, (Yogyakarta; Prismasophie, 2016), hal.

148-150

12 Muhamad Azis Ikrumullah, Konseling Melalui Terapi Behavioristik Terhadap Perilaku Bullying Pada Anak Di SD Negeri 2 Kalijaga Aikmel Lombok Timur, (Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam, 2017), hal. 9- 10

(31)

18

paling sibuk. Menjadi dewasa secara seksual melibatkan sejumlah hal yang sesungguhnya.Anak laki-laki saling berkompetisi menarik perhatian dengan menunjukan kemampuan fisik dan memperlihatkan keberanian.

Suatu hal yang paling penting di masa remaja ini adalah penerimaan sosial. Jika seseorang remaja tidak punya lingkungan pertemanan, maka di dunia remaja tanggung (usia belasan), remaja tersebut bukan siapa-siapa. Bagi remaja tanggung, baik isolasi karena kepindahan keluarga atau rintangan sosial, maupun karena abnormal fisik atau tidak memenuhi standar kemenarikan, maka isolasi atau ketidak terimaan mereka merupakan suatu penyebab depresi dan kadang bunuh diri pada remaja tersebut13

b. Ciri-ciri perkembangan remaja . 1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik sudah dimulai pada masa pra remaja dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir.

Perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat dewasa.14

13 C. George Boeree, General Psychology, (Yogyakarta; Prismasophie, 2016), hal.

348-349.

14 Muhamad Azis Ikrumullah, Konseling Melalui Terapi Behavioristik Terhadap Perilaku Bullying Pada Anak Di SD Negeri 2 Kalijaga Aikmel Lombok Timur, (Skripsi

(32)

19 2. Perkembangan Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif remaja adalah tahap mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir, berkembang secara maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran pada tahap perkembangan selanjutnya.

Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum mempunyai kelengkapan struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa. Namun hal itu tidak berarti bahwa pemikiran remaja dengan penalaran formal sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa karena hanya secara potensial sudah tercapai.

3. Perkembangan Emosi Remaja

Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam hubungannya dengan orang lain pada khususnya. Keseimbangan antar ke tiga ranah psikologis sangat dibutuhkan sehingga Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam, 2017), hal. 9- 10

(33)

20

manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus yang dihadapinya.

4. Remaja dan kenakalannya

Masalah ini mencakup berbagai tingkah laku sejak dari tampilan tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial hingga tindakan kriminal karenanya. Akibat-akibat kenakalan remaja dapat berhubungan dengan persoalan sosial yang luas serta penegakan hukum. Apapun akibatnya, kenakalan remaja bersumber dari kondisi perkembangan remaja dalam interaksinya dengan lingkungan.

Menurut Santrock Jhon W, kenakalan remaja yang disebabkan faktor orang tua antara lain adalah kegagalan memantau anak secara memadai, dan pendisiplinan yang tidak efektif. Penyimpangan sikap dan perilaku remaja ditimbulkan oleh berbagai kondisi yang terjadi jauh sebelumnya, antara lain oleh kegoncangan emosi, frustasi, kehilangan rasa kasih sayang atau merasa dibenci, diremehkan, diancam, dihina, yang semua itu menimbulkan perasaan negatif dan kemudian dapat diarahkan kepada setiap orang yang berkuasa, tokoh masyarakat dan pemuka agama dengan meremehkan nilai-nilai moral akhlak. Pengentasan masalah siswa yang berhubungan dengan kenakalan remaja tidak hanya memerlukan perubahan incidental pada sikap dan

(34)

21

perlakuan orang tua serta berbagai elemen dalam masyarakat, melainkan juga dengan pengungkapan dan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor timbulnya tingkah laku yang tidak dikehendaki itu artinya diperlukan penelusuran terhadap kehidupan yang dilalui sebelumnya dengan pendekatan dan tehnik bantuan professional kehidupan remaja tersebut sebagian besarnya terkait dengan kehidupan dalam keluarga dan kondisi orang tua mereka.15 5. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”. Kata guidance adalah kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. Jadi kata guidance berarti pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.16

Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalam bentuk mashdar dari “ to counsel” secara etimologis berarti “to give advice” atau memberikan saran atau nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat, atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Jadi counseling berarti pemberian

15 Ibid

16 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafiks Offset, 2010), hal. 3

(35)

22

nasihat atau penasihatan kepada orang lain secara individual yang dilakukan dengan bertatap muka. Pengertian konseling dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan penyuluhan.17

Dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu media untuk memberikan layanan perbaikan diri.

Istilah ini sudah tidak asing bagi kalangan generasi saat ini. Secara eksplisit istilah ini merupakan dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan.

Arah tujuan bimbingan dan konseling merupakan sejalan dengan tujuan Islam yaitu untuk kemaslahatan. seperti penuturan Aunur Rahim Faqih dalam bukunya Samsul Munir Amin, bahwa bimbingan dan konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.18

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Dengan adanya Bimbingan dan Konseling Islam seseorang akan lebih mampu mengatasi segala kesulitannya sendiri dan lebih mampu mengatasi segala permasalahan yang akan dihadapi di masa- masa mendatang. Usaha dan aktivitas dari bimbingan dan konseling mempunyai arah untuk mencapai suatu nilai tertentu dan cita-cita yang hendak dicapai yang menjadi sebuah tujuan.

17 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafiks Offset, 2010), hal. 10-11

18 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafiks Offset, 2010), hal.15

(36)

23

Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi.

2. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat.

3. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain.

4. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya.

Bimbingan dapat dikatakan berhasil apabila individu yang mendapatkan bimbingan itu berhasil mencapai keempat tujuan tersebut secara bersama-sama. Menurut Arifin, sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Munir Amin tujuan bimbingan agama adalah bimbingan yang dimaksudkan untuk membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem.

Bimbingan dan konseling agama yang ditujukan kepada membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agama.19

G. Metode Penelitian

Berdasarkan judul besar dan fokus penelitian, untuk melakukan penelitian ini akan dilakukan motode penelitian kualitatif deskriftif. Menurut Staraunuss dan Corbin seperti yang dikutip oleh V. Wiranto Sujatwen, yang

19 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafiks Offset, 2010), hal 38-39.

(37)

24

dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan- penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur- prosedur statistik atau cara- cara lain dari kuantifikasi. Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisme organisasi, aktivitas sosial dan lain- lain.20

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jane Richie, dalam Lexi J.Moleong mengemukakan bahwa,”penelitian kualitatif merupakan upaya untuk menyajikan dunia soisial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan manusia yang diteliti.21

Oleh karena itu pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi kepada gejala-gejala yang bersifat alamiah sehingga dikenal dengan penelitian kualitatif naturalistik.

Di samping bersifat naturalis dan mendasarserta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan di lapangan.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini penulis melakukan pendekatan dengan penelitian kualitatif, karena data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak berupa informasi, konsep-konsep dan keterangan-keterangan bukan dalam bentuk angka-angka.

2. Kehadiran Peneliti

20 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hal 195.

21 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), hal. 6

(38)

25

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti harus menjadi instrumen kunci. Untuk itu, validitas dan reabilitas data kualitatif banyak tergantung pada keterampilan metodologis, kepekaan dan integritas peneliti sendiri. Sebagai instrumen kunci, peneliti hadir dan terlibat di lapangan agar lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian. Menurut Lofland dalam Lexy J Moleong, mengatakan bahwa,

“sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain- lain.”22

Berkaitan dengan sumber data, Suharsimi Arikunto menyatakan

“apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data, maka maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau peroses

22 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), hal. 157

(39)

26

sesuatu, dan apabila peneliti menggunakan teknik dokumentasi maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data.23

Dalam melakukan penelitian, peneliti memilih responden yang dianggap berkompeten tentang masalah yang berkaitan dengan objek penelitian. Untuk memperoleh data atau informasi yang menjadi fokus penelitian, peneliti memerlukan beberapa sumber data yang mengetahui betul permasalahan yang akan diteliti, yaitu:

a. Siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Kediri b. Guru mata pelajaran PAI SMAN 1 Kediri

c. Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 1 Kediri d. Kepala Sekolah SMAN 1 Kediri

Alasan peneliti dalam memilih ke empat sumber data tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa ke empat sumber data adalah pelaksan langsung dari program kegiatan yang di lakukan di SMAN 1 Kediri, sehingga menurut peneliti, data-data yang akan diperoleh dari sumber-sumber tersebut merupakan data yang valid.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian terpenting bagi sebuah penelitian. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik:

a. Wawancara

23 Arikunto, Prosedur Penelitrian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006), hal 15-18

(40)

27

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.24

Adapun dalam wawancara terdapat dua bagian, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Adapun penjelasannya yakni:

1. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukakan dengan terlebih dahulu membuat pertanyaan dan kemudian menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar-daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Wawancara terstruktur yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, dan wawancara yang terstuktur itu juga berpedoman pada daftar pertanyaan.

2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilaksanakan secara langsung dengan informan tanpa membuat daftar pertanyaan. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada informan. Adapun metode wawancara yang digunakan

24 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama) hal.

82

(41)

28

peneliti adalah wawancara tidak terstruktur dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar masalah yang akan diteliti. Adapun informan yang akan diwawancarai yakni: Kepala Sekolah, Guru Agama, Guru BK, Dan SIwa/I yang ada di SMAN 1 Kediri.

b. Observasi

Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan indera untuk mendapatkan data. Jadi, observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Sesuai dengan situasi dan objek penyelidikannya, dikenal tiga jenis observasi, yaitu observasi partisipan, observasi sistematis, dan observasi eksperimen.

1. Observasi partisipan adalah observasi yang pelaku observasi turut serta mengambil bagian dalam perikehidupan masyarakat yang sedang diamati itu.

2. Observasi sistematis disebut juga observasi terstruktur yang dicirikan oleh adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang diatur kategorisasinya terlebih dahulu, termasuk ciri-ciri dari setiap faktor dalam kategori tersebut.

(42)

29

3. Observasi eksperimen disebut juga observasi situasi tes.

Observasi ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat sama untuk semua yang diobservasi. (2) jika objek yang diobservasi tersebut orang, situasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga objek tersebut tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari observasi.25

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan karena peneliti harus ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan imtaq dan sholat Zuhur berjamaah, dan kegiatan tersebut dilakukan setiap hari pada waktu solat zuhur dan pada hari jum’at pagi di SMAN 1 Kediri.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, dan penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan, pengetahuan, dan bukti yang akurat berdasarkan pencatatan berbagai sumber informasi.26

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis yang dapat memberikan keterangan yang dibutuhkan peneliti. Seperti data mengenai sejararah berdirinya

25 H. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia) hal. 168- 170

26 Moleong, Metodologi,…,hal. 186

(43)

30

SMAN 1 Kediri, jumlah guru, jumlah siswa, staf pengawas, struktur organisasi SMAN 1 Kediri Kab. Lombok Barat, dan data lainnya yang menyangkut penelitian ini.

d. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini masih merupakan data mentah. Untuk memperoleh kesimpulan, maka data tersebut perlu diolah dengan menggunakan metode tertentu. Netra mengatakan, “metode analisis data dibedakan atas dua jenis yaitu:

(1) metode analisis statistik (2) metode analisis non statistik.”27 Berdasarkan tujuan pengolahan data dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Menurut Suharsismi Arikunto, “metode analisis deskriptif adalah metode yang menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat atau dipisah- pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.”28

Menurut Moleong, “metode deskriptif kualitatif adalah proses mengatur atau mengurut data sesuai dengan aturan, dengan sistematis, dan mengorganisasikannya dalam satu pola kategori dan suatu uraian dasar dengan kode-kode. Setelah terkumpul data dari sumber data maka data tersebut perlu dianalisa oleh peneliti.”29

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode analisis data merupakan suatu cara untuk memecahkan dan

27 Netra, Metodologi, …, hal 76

28 Arinkunto, Prosedur,…, hal. 207

29 Moleong, Metodologi, ….hal 159

(44)

31

mengolah hasil pengumpulan data untuk mendapatkan kesimpulan.

Analisa yang digunakan dalam suatu penelitian sangat tergantung dari jenis data yang diperoleh, karena data yang dikumpulkan berupa data deskriptif maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

e. Validitas Data

Proses terakhir dalam suatu penelitian adalah menyelidiki sejauh mana keabsahan data. Untuk mengetahui keabsahan data-data yang diperoleh dalam penelitian, Suharsimi membaginya menjadi enam macam yaitu:

a) Perpanjangan keikutsertaan b) Ketekunan pengamatan c) Triangulasi data

d) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi e) Kecukupan refrensi

f) Pengecekan anggota.30

Moleong juga mengemukakan bahwa, untuk pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan: perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan refrensi, kajian kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, audit kebergantungan, audit kepastian.31

30 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Renika Cipta, 2002) hal. 210

31 Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif,….hal 324

(45)

32

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data melalui perpanjangan keikutsertaan dan triangulasi.

Dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, nantinya kebenaran terhadap data yang telah diperoleh terhindar dari informasi yang tidak valid sebagai akibat kelalaian yang tidak disengaja oleh peneliti ketika pengumpulan data di lapangan atau atas dasar kesengajaan dari informan untuk berdusta.

Dalam teknik ini peneliti memanfaatkan penggunaan informasi yang telah dihasilkan dari informan yang berbeda dari setiap informan yang berupa data hasil pengamatan dan data hasil wawancara, akan dicek dan dibandingkan derajat kebenarannya.

Sebagaimana dikatakan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

(46)

33 BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN DATA

A. Gambaran Umum Sekolah 1. Latar belakang SMAN 1 Kediri

Awalnya sekolah ini dibangun pada tanggal 01 juli 2003, dengan status kepemilikan pemerintah daerah provinsi. SMAN 1 Kediri terletak di Jl, TGH. Abdul Karim Kediri, Lombok Barat. Dan yang menjabat sebagai kepala sekolah pada saat ini yaitu H.Ismail, M. Pd dengan jumlah siswa sebanyak 356 orang siswa. Yang di mana jumlah siswa perempuan sebanyak 193 dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 163.32

SMAN 1 Kediri berada di lingkungan masyarakat desa Gelogor yang di mana antusias masyarakat sangat tinggi dalam memberikan apresiasi untuk sekolah tersebut.33

Jumlah siswa di SMAN 1 Kediri tahun ini sebanyak 356 orang siswa, pendidikan di sekolah tersebut sudah berjalan sudah cukup lama sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik kepada masyarakat setempat,34

Adapun visi dan misi SMAN 1 Kediri yaitu Visi Sekolah

Berprestasi, berwawasan ilmiah, dan religius

32 Dokumentasi, Profil SMAN 1 Kediri, 17 Juli 2019

33 Dokumentasi, Profil SMAN 1 Kediri, 17 Juli 2019

34 Dokumentasi, Profil SMAN 1 Kediri, 17 Juli 2019

33

(47)

34 Misi Sekolah

1. Berupaya meningkatkan prestasi siswa pada bidang akademik dan non akademik dengan menggali dan mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin

2. Menumbuhkan kebanggaan pada sekolah sehingga seluruh warga sekolah termotivasi untuk berprestasi.

3. Menerapkan manajmen partispatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, komite sekolah, dan masyarakat.

4. Meningkatkan professional, kepedulian, dan tanggung jawab guru sebagai subjek utama dalam membimbing, mendidik, mengajar, melatih, dan menilai.

5. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif sehingga proses pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mencerdaskan.

6. Membudayakan warga sekolah membaca, menulis, dan karya inovatif lainnya.

7. Menanamkan nilai iman dan taqwa dengan mengoptimalkan peran pendidikan agama secara intrakulikuler dan ekstrakulikuler.

8. Membudayakan warga sekolah dengan kebiasaan baik seperti salam, senyum, sapa, sopan, dan santun.

9. Membiasakan warga sekolah peduli terhadap sesama dan lingkungan.

(48)

35

10. Mengembangkan pendidikan karakter menuju siswa yang memiliki akhlakul karimah.35

Table 2.1

Nama Kepala Sekolah Yang Pernah Menjabat di SMAN 1 Kediri 2019 No Nama kepala sekolah Tahun

1 Drs. H. M. Fadli 2003-2006 2 H. Baehaqi, S.Si.,MM 2006-2007 3 Drs. H. Mahrum, MM. 2007-2009

4 Drs. Budiman 2009-2013

5 Kasmun, S.S 2013-2014

6 H.Ismail, M.Pd 2014-

Tabel 2.2

Profil sekolah SMAN 1 Kediri

1 Nama Sekolah SMAN 1 KEDIRI

2 NPSN 50200384

3 Jenjang Pendidikan SMA

4 Status Sekolah Negeri

5 Alamat Sekolah JL. TGH. ABDUL KARIM

6 RT / RW 6 / 0

7 Kode Pos 83362

8 Kelurahan Gelogor

35 Dokumentasi, Visi Misi SMAN 1 Kediri, 18 Juli 2019

(49)

36

9 Kecamatan Kec. Kediri

10 Kabupaten/Kota Kab. Lombok Barat

11 Provinsi Prov. Nusa Tenggara Barat

12 Negara Indonesia

13 Posisi Geografis -8.640838 Lintang

116.132258 Bujur

2. Letak geografis

Lokasi SMAN 1 Kediri cukup strategis, karena terletak di antara desa Gelogor dan desa Rumak yang berada di Jln. TGH. Abdul Karim Kediri, Lombok Barat dan berada di pinggir jalan raya, sehingga dengan mudah dijangkau oleh anak-anak untuk bersekolah. Adapun potensi lingkungan yang dimiliki oleh sekolah ini antara lain hubungan kerja sama yang sangat baik antara sekolah dengan orang tua atau wali murid, keamanan cukup terjamin karena sekolah dikelilingi oleh pagar tembok sehingga siswa-siswi tetap berada di dalam lingkungan sekolah, dan udara yang segar karena sekolahan ini dekat dengan persawahan warga.36

Dilihat dari letak geografisnya sekolah ini berada di jln. TGH Abdul Karim Kediri dengan batas dan luas sebagai berikut:

Luas tanah : 18702 m2 Luas bangunan

Halaman/taman :

Sebelah utara : Persawahan dan ladang warga

36 Dokumentasi, Visi Misi SMAN 1 Kediri, 18 Juli 2019

(50)

37

Sebelah selatan : Jalan raya dan ruko warga Sebelah timur : Persawahan dan rumah warga Sebelah barat : Pergudangan desa gelogor

Dari letak geografis tersebut dapat dikatakan bahwa SMAN 1 Kediri memiliki lokasi yang strategis sebagai sebuah lembaga pendidikan, di mana lokasinya tidak jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan kecamatan Kediri, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan lembaga pendidikan tanpa harus berhadapan dengan permasalahan transportasi, teknologi, dan informasi.

3. Keadaan Sarana dan Prasarana

Setiap lembaga pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran didukung oleh berbagai perlengkapan yang terkait dengan pendidikan seperti sarana dan prasarana yang merupakan salah satu perlengkapan dalam pendidikan dan pengajaran yang membentuk suatu sistem yaitu satu kesatuan yang utuh. Sarana dan prasarana memiliki peran dan manfaat yang sangat besar dalam menunjang dan mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di SMAN 1 Kediri dapat dilihat pada table berikut: 37

37 Dokumentasi, Visi Misi SMAN 1 Kediri, 18 Juli 2019

(51)

38 Tabel 2.3

Sarana dan Prasarana yang Menunjang di SMAN 1 Kediri

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Ruang Belajar 16

2 Ruang perpustakaan 1

3 Ruang computer 1

4 Mushalla 1

5 Rak buku 12

6 Papan data 9

7 Papan tulis 16

8 Meja siswa 288

9 Kursi siswa 320

10 Globe 4

11 Peta Indonesia 4

12 Komputer 37

13 Laptop 6

14 Printer 5

15 Layar proyektor/lcd 7

16 Tape recorder 2

(52)

39

17 Lab Fisika 1

18 Lab Biologi 1

19 Toilet 7

20 Ruang BK 1

Dengan memperhatikan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMAN 1 Kediri dapat dikatakan cukup lengkap, sekalipun masih perlu disempurnakan lagi, walaupun dengan fasilitas yang ada bukan merupakan penghambat bagi pelaksana dan kelancaran kegiatan belajar mengajar.

4. Keadaan Guru SMAN 1 Kediri

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar, karena guru merupakan perancang proses belajar mengajar sekaligus sebagai pengelola belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam merancang dan mengelola proses belajar mengajar, dalam hal ini guru dituntut untuk merancang dan membuat sebuah perencanaan pembelajaran sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.

Dalam hal ini, dibutuhkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya untuk membina siswa agar mereka memiliki ilmu pengetahuan yang baik. Berikut penulis paparkan keadaan

(53)

40

guru dan pegawai di SMAN 1 Kediri tahun pelajaran 2019/2020.38 Tabel 2.4

Nama Guru Di SMAN 1 Kediri

No Nama Jabatan

1 H.Ismail, M.Pd Kepala Sekolah

2 Ir. H.Lutfi, St.,Mt Ketua Komite 3 H.L. Suhandi, S.Pd Sekertaris

4 TGH. Muzhar Bendahara

5 Edi Kurniawan, S.Pd.,M.Pd Waka Kurikulum

6 Abdul Hafis, S.Pd Waka Kesiswaan

7 Chusnul Sabichunah, S.Pd Waka Sarana dan Prasarana

8 Drs. H.Nizam Waka Humas

9 Hj.Hadijah, Sh Kepala TU

10 Rita Rismananingrum Bendahara Persuratan

11 Rahmawati Bendahara barang

12 H.Tanwir Sarana dan Prasarana

13 Nurul Huda Pemb. Bendahara komite

14 Jaelani Tukang Kebun

15 Saharudin Clening Service

16 Malik Amrullah Kepegawaian

17 Iwan Muhadi Operasional sekolah

38 Dokumentasi, Profil SMAN 1 Kediri, Tanggal 18 Juli 2019

(54)

41

18 Zakhiludin Hafazah Penjaga Sekolah

19 Bq. Muliacandra Kesiswaan

20 L. Herianto, S.Pd Tukang Kebun/Umum

21 H.Sae’un Tukang Kebun/Umum

22 Nirmalayanti Kurikulum

23 Yullatin Perpustakaan

24 Jamharir Operator Dapodik

25 Siti Maryam Umum/Persuratan

26 Nurratul Laily Umum

27 Iswadi Penjaga Sekolah

28 Drs. H.Nizam Guru Bahasa Indonesia

29 Dewe Gede Intaran, S.Pd.

MM

Guru Geografi

30 Bq. Zohrah Rohana, S.Pd Guru BK

31 Nurhasanah, S,Pd Guru Ekonomi

32 H.Ahyar Efendi, S.Pdi Guru PAI

33 Abdul Hafiz,S.Pd Guru Kimia

34 Hj. Hilwati, S.Pd Guru Sosiologi

35 Zulkarnain, S.Pd Guru TIK

36 Dianita Suryana, S.Pd Guru Mulok Bhs Inggris 37 Safrudin, S.Pd. MM Guru Penjaskes

38 Drs. Bambang Suroso, S.Pd Guru Sejarah

(55)

42

39 Thalib, S.Si., M.Pd Guru Matematika

40 Rosiana, S.PdI Guru Biologi

41 Mardiati, S.Pd Guru Sejarah

42 Azminatul Falah, S.Pd Guru Matematika

43 Zainudin, S.PdI Guru Bhs Arab

44 Neni Hurmayanti, S.Pd Guru TIK

45 Nida Mardiana, S.Pd Guru Mulok Wirausaha 46 H.Basar, S.Pd. MM Guru Bhs Inggris

47 Drs. Anwar Guru PKN

48 Bq. Siti Nur Amaliya, SE Guru Ekonomi 49 Nurul Affan, S.Pd Guru Biologi

50 Hayati Utami, S.Pd Guru BK

51 Sri Krisnandari W,STP Guru Seni Budaya 52 Septiana Rahmayani, S.PdI Guru Mulok Pertanian 53 Dewi Suristia, S.Pd Guru Bhs Indonesia 54 Nurul Hidayah, S.Si Guru Mulok Pertanian 55 Dra. Hj. Nurhayati,S.Pd Guru Bhs. Indonesia 56 Chusnul Sabichunah,S.Pd Guru Ekonomi 57 Ashabul Yamin,S.Pd Guru Matematika 58 Lale Yaqti kusumh,S.Pd Guru Bahasa & Sastra 59 Halimatus Sakdiah,S.Pd Guru Fisika

60 Akhmad Abdul Gani,S.Pd Guru Bhs. Jepang

(56)

43

61 Ernawati,S.Pd Guru Ket. Bhs. Inggris 62 Sahnil Bayani,S.Pd Guru PAI

63 Evi Yulianti,S.Pd Guru Mulok Wirausaha 5. Keadaan Siswa SMAN 1 Kediri

Siswa adalah kunci utama maju dan mundurnya suatu lembaga pendidikan, sebab siswa merupakan suatu komponen pendidikan yang juga menentukan eksis tidaknya suatu lembaga pendidikan. Di samping itu, siswa merupakan sasaran tujuan lembaga pendidikan dalam melaksanakan berbagai program pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, siswa sangat berperan penting karena siswa menjadi tolak ukur berhasil tidaknya belajar mengajar. Oleh karena itu, keadaan dan peran aktif siswa mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, SMAN 1 Kediri telah banyak menerima siswa dari tahun ke tahun.

Dilihat dari siswa/siswinya, SMAN 1 Kediri dapat dikatakan cukup maju dan berkembang. Dari kualitas dan kuantitas SMAN 1 Kediri tidak jauh dengan sekolah negeri lainnya yang ada di wilayah Lombok Barat.

Jumlah siswa/siswi secara keseluruhan pada tahun 2019 2020 sebanyak 356 siswa. Untuk lebih jelasnya keadaan siswa/siswi SMAN 1 Kediri adalah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

PERUBAHAN PERILAKU PADA REMAJA PENDERITA MIGREN SETELAH MENDAPAT TERAPI PROFILAKSIS

Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

Judul yang penulis pilih dalam skripsi ini adalah suatu cara untuk mengetahui bagaimana terapi kecemasan dalam konseling Islam menurut Dadang Hawari. Adapun

Dari aktivitas-aktivitas yang selalu dilakukan kalangan remaja perempuan melalui media sosial Facebook tidak dapat terbantahkan bahwa perilaku mereka sebagai pengguna

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani trauma seorang remaja korban penculikan

Oleh karena itu perbedaan kekuatan efektivitas masing- masing terapi tunggal, kombinasi ganda dan trikombinasi terhadap penurunan skor perilaku hiperaktivitas sernakin

Adapun perlaksanaan bimbingan konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture dalam mengurangi Migrain akibat Stress adalah ada gangguan pengaruh sekeliling, yang menyebabkan klien

B.Analisis Terapi Shalat Lima Waktu dalam Menangani Perilaku Indisipliner pada Siswa Korban Perceraian Banyak sekali dampak positif dari terapi shalat ini untuk anak atau remaja akan