• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu jenis perpustakaan yang keberadaannya ada pada perguruan tinggi yang secara khusus dimanfaatkan oleh civitas akademik. Sebagai alat bantu atau sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran diperguruan tinggi. Untuk memperjelas pengertian perpustakaan perguruan tinggi dapat kita perhatikan beberapa pendapat tentang pengertian perpustakaan perguruan tinggi.

Menurut Sulistyo Basuki (1991: 51): “Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi atau badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama memberikan tercapainya tujuan perguruan tinggi”.

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (1991: 1) Menyatakan bahwa “Perpustakaan perguruan tinggi adalah unit kerja yang merupakan bagian yang integral dari suatu lembaga perguruan tinggi induknya, yang bersama-sama dengan unit kerja bagian lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda melaksanakan program Tri dharma”.

2.1.1Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sebagai sebuah lembaga yang telah dibentuk dalam penyelenggaraannya perpustakaan harus memiliki tujuan agar setiap proses kegiatan yang dilaksanakan dapat berhasil sesuai dengan tujuannya, demikian juga halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi juga harus mempunyai tujuan tertentu yang harus dicapai.

Didalam buku pedoman pengelolaan koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999: 4) dinyatakan bahwa tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

adalah :

1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran, dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpul, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi para peneliti.

(2)

3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui kegiatan mengumpul, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.

Sedangkan menurut Supriyanto (2006: 2) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah: 1. Memenuhi keperluan informasi pengajar dan mahasiswa

2. Menyediakan bahan literatur rujukan pada semua tingkat akademik. 3. Menyediakan jasa peminjaman serta jasa informasi aktif bagi pemakai.

Berdasarkan beberapa uraian di atas terlihat bahwa perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan untuk menyediakan berbagai informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna yang berbeda-beda.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sebagai lembaga perpustakaan perguruan tinggi memiliki fungsi tertentu dalam menjalankan aktifitasnya yang merupakan sumber informasi demi tercapainya tujuan. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (2004: 3), dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :

a. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi civitas akademika, oleh karena itu koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung evaluasi pembelajaran

b. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah di akses oleh pencari dan pengguna informasi.

c. Fungsi Riset

Perpustakaan merupakan fungsi bahan–bahan riset dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan teknologi dan seri koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya–karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang. d. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreatifitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

(3)

e. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh karya perguruan tingginya civitas akademik dan non akademik.

f. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan. g. Fungsi Interprestasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber–sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan Tri dharmanya.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa perpustakaan perguruan tinggi memiliki bermacam fungsi untuk menunjang tercapainya tujuan dari perpustakaan tersebut. Adapun fungsi dari perpustakaan perguruan tinggi yang utama adalah fungsi edukatif dan informatif.

2.2 Tata Ruang Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi sangat penting artinya bagi insan perguruan tinggi, dalam upaya untuk pengembangan daya intelektualitas oleh karena itu keberadaan perpustakaan dapat ditemukan pada setiap perguruan tinggi dan sekolah tinggi baik negeri maupun swasta. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya peranan dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran diperguruan tinggi. Seiring dengan perkembangan perpustakaan dalam penyelenggaraan perpustakaan terdapat faktor utama dalam lingkungan perpustakaan yang sangat mempengaruhi kelancaran tugas dan fungsi perpustakaan yang terkadang selalu terabaikan padahal mempunyai peranan yang sangat penting dalam kenyamanan, kesejukan dan keindahan dari suatu perpustakaan yaitu tata ruang perpustakaan.

Perpustakaan sering kali terlihat hanya sebagai gedung tempat terkumpulnya berbagai jenis bacaan, yang tidak tertata dengan baik, kurang nyaman, kurang pencahayaan sehingga terasa membosankan.

Akan tetapi bila tata ruang perpustakaan didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai hal yang dapat memberikan rasa nyaman bagi penggunanya maka hal tersebut akan dapat menjadikan perpustakaan benar–benar pusat informasi yang memberikan kesan positif bagi penggunanya. Dwijati (2006: 58) menyatakan bahwa perpustakaan dikatakan baik jika perpustakaan

(4)

1. Koleksi yang relevan, aktual dan akurat 2. Tenaga yang berkualitas dan professional 3. Sistem pelayanan yang cepat dan tepat

4. Didukung oleh sarana dan prasaran yang memadai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Tata Ruang Perpustakaan adalah: “Aturan atau cara menyusun ruang, kamar, bilik”. Berdasarkan Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 16 (1990: 133) bahwa “Tata ruang adalah upaya penataan dan pemanfaatan ruang”.

Sedangkan Afriyanto (2007: 3) menyatakan bahwa :

Tata ruang adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan. Ruangan yang tertata rapi dan buku–buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemakai perpustakaan tertarik untuk membaca buku dan berlama–lama di perpustakaan.

Dari pendapat dan uraian diatas maka dapat dijelaskan bahwa tata ruang perpustakaan perguruan tinggi adalah “suatu cara mengatur dan menyusun ruang perpustakaan perguruan tinggi dengan memperhatikan berbagai aspek antara lain:

1. Tata ruangan perpustakaan

2. Tata letak perabot dan perlengakapan 3. Sirkulasi udara

4. Penerangan 5. Keserasian warna

Jika memperhatikan aspek tersebut maka di perpustakaan akan tercipta suasana kondusif dan menyenangkan yang pada gilirannya akan memberikan suasana sejuk dan menyenangkan yang pada gilirannya akan memberikan suasana nyaman baik bagi penyelenggara maupun pengguna perpustakaan.

2.2.1 Tujuan Tata Ruang Perpustakaan

Kenyamanan ruang bagi pengguna perpustakaan merupakan hal yang sangat menunjang kegiatan membaca maupun kegiatan lainnya. Perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki sub–sub sistem yang memiliki fungsi berbeda–beda oleh karena itu dalam perencanaan

(5)

gedung dan ruang perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur–unsur keharmonisan dan keindahan, baik interior maupun eksterior.

Tata atau penataan ruang perpustakaan bertujuan untuk (Lasa 2005: 148) :

1. Memperoleh efektivitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran

2. Menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara dan nyaman warna.

3. Meningkatkan kwalitas pelayanan

4. Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan.

Untuk pencapaian tujuan tata ruang perpustakaan perlu diperhatikan azas–azas tata ruang dan prinsip–prinsip tata ruang. Adapun azas–azas tataruang menurut Lasa ( 2005: 149) antara lain :

1. Azas jarak. Yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

2. Azas rangkaian karya. Yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. 3. Azas pemanfataan. Yaitu tata susunan ruang yang memanfaatkan sepenuhnya ruang

yang ada.

Prinsip–prinsip tata ruang adalah sebagai berikut : 1. Penempatan

a. Bagian pelayanan umum ditempatkan dibagian lokasi yang strategis.

b. Bagian yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan diruang terpisah aman dari kebisingan dan gangguan.

c. Perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. 2. Kenyamanan

a. Jarak satu mobeler dengan lainnya dibuat agak lebar agar orang yang lewat lebih leluasa.

b. Baian yang menimbulkan suara berisik hendaknya hendaknya dibuat diruang terpisah.

c. Ukuran tinggi rendah, panjang, lebar, luas dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa.

3. Keamanan

a. Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk keselamatan apabila sewktu–waktu terjadi bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran dan lain–lain.

b. Menempatkan jalan darurat kearah luar pada tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.

c. Pengamanan secara maksimal pada semua sistem instalasi serta penyediaan alat– alat pemadaman kebakaran.

(6)

2.2.2 Ruangan Perpustakaan

Pada dasarnya setiap perpustakaan besar maupun kecil memiliki bagian atau tempat tertentu yang terdiri dari sejumlah ruangan yang memiliki fungsi yang berbeda–beda. Pembagian ataupun penataan ruangan harus disesuaikan dengan sifat kegiatan, sistem kegiatan, kapasitas pengguna dan sifat, fasilitas ruangan, faktor keamanan dan kenyamanan, selain itu beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merencanakan ruang perpustakaan perguruan tinggi agar berfungsi dengan baik adalah alokasi luas lantai, pembagian ruang menurut fungsi, tata ruang, struktur dan utilitas (manfaat), ergonomi (ruangan atau penyerasian ruang, pengamanan ruang–ruang perpustakaan serta rambu–rambu). Disamping itu, dalam menghitung lantai perlu diperhatikan rencana pengembangan perpustakaan untuk 10 tahun mendatang (Perpustakaan Perguruan Tinggi, Buku Pedoman 2004: 125).Kebutuhan ruang untuk perpustakaan perguruan tinggi lebih variatif. Kebutuhan itu menurut keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi no. 162 tahun 1967 tanggal 16 Desember 1967 ditetapkan bahwa “Kebutuhan luas lantai bangunan perpustakaan perguruan tinggi berdasarkan penghitungan 1 m² / pengguna (Diknas 1994: 112) ketentuan ini berlaku umum bagi perguruan tinggi tanpa membedakan status dan nilai akreditasi perguruan tinggi yang bersangkutan”. Pada dasarnya kebutuhan masyarakat perpustakaan ditentukan penggunaanya untuk koleksi, pemakai / pengguna, staf dan keperluan lain.

Adapun standar pembagian ruangan perpustakaan menurut persentase seluruh luas lantai perpustakaan yang diperuntukkan bagi kepentingan koleksi, pengguna, dan staf ( Purwanti, 2007: 7 ) adalah sebagai berikut :

a. Untuk perpustakaan dengan sistem tertutup : Untuk koleksi 45 %

Untuk pengguna 25 %

Untuk staf 20 %

Untuk keperluan lainnya 10 % b. Untuk Perpustakaan dengan sistem terbuka :

Untuk koleksi dan pengguna 70 %

Untuk Staf 20 %

Untuk keperluan lain 10 %

Suatu perpustakaan yang paling sederhana sekali pun harus memiliki sejumlah ruangan yang mempunyai fungsi yang berbeda. Dengan kata lain, suatu perpustakaan harus mempunyai ruang pokok yang merupakan kebutuhan setiap perpustakaan.

(7)

Adapun ruang yang harus dimiliki oleh sebuah Perpustakaan Nasional RI, (1992: 5) adalah: 1. Ruang koleksi

Ruang koleksi adalah ruang tempat menyimpan koleksi perpustakaan, luas ruangan ini tergantung pada jenis dan jumlah bahan pustaka yang dimiliki serta besar kecilnya luas bangunan perpustakaan. Ruangan koleksi dapat terdiri dari suatu ruangan atau beberapa ruang, misalnya ruang koleksi buku, ruang koleksi majalah, ruang koleksi referensiruang koleksi audio visual .

2. Ruang baca

Ruang baca adalah ruang yang digunakan untuk membaca bahan pustaka, luas ruangan ini tergantung pada jumlah bahan pustaka pembaca/pemakai jasa perpustakaan.

3. Ruang pelayanan

Ruang pelayanan adalah tempat peminjaman dan pengembalian buku, meminta keterangan kepada petugas, menitipkan barang atau tas, mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog.

4. Ruang kerja teknis administrasi

Ruang kerja teknis administrasi adalah ruangan yang digunakan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Pemerosesan bahan pustaka mulai dari pengadaan sampe bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan kepada pemakai perpustakaan

b. Ruang Khusus adalah ruang yang terdiri dari kamar kecil, ruang diskusi / pertemuan.

Dari pengertian diatas maka yang dimaksud dengan ruang perpustakaan adalah tempat atau bagian tertentu dalam suatu gedung perpustakaan yang memiliki fungsi tertentu seperti ruang koleksi, ruang untuk pengguna (baca), dan ruang staff pelayanan.

2.2.3 Perabot dan Kelengkapan Perpustakaan

Perabot adalah segala jenis barang yang diperlukan didalam ruang perpustakaan sebagai sarana penunjang keberhasilan fungsi tugas dan peran serta kegiatan perpustakaan yang tidak habis dalam suatu pemakaian. Perabot dan perlengkapan di setiap ruang perpustakaan disesuaikan dengan fungsi dan spesifikasi jenis kegiatan yang dilaksanakan. Dalam Buku Pedoman Umum Kelengkapan Perpustakaan Umum (1992: 4) perabot perpustakaan adalah: “Barang–barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, papan peragaan dan lain sebagainya. Sedangkan perlengkapan perpustakaan adalah barang–barang yang merupakan perlengkapan dan suatu komponen atau kegiatan perpustakaan misalnya mesin ketik, layar proyektor, dan sebagainya”.

(8)

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa perabot dan perlengkapan perpustakaan adalah segala jenis barang yang dibutuhkan oleh ruang perpustakaan yang berdasarkan fungsi dan spesifikasi ruang yang merupakan komponen yang sangat penting guna menunjang kelancaran kegiatan kerja pegawai dan pengguna perpustakan. Perabot dan perlengkapan yang ada didalam suatu ruangan perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan dan pelayanan serta kegiatan yang dilaksanakan di ruang tersebut.

Dalam Buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992: 5) disebutkan perabot dan perlengkapan yang diperlukan pada setiap ruangan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1.Perabot dan perlengkapan ruang koleksi a. Rak buku, terdiri dari:

- Rak buku satu muka - Rak buku dua muka

- Rak buku serbaguna untuk ruang kerja b. Rak Majalah

c. Tangga injakan

d. Gantungan surat kabar e. Rak atlas

f. Rak kamus g. Rak brosur

h. Rak piringan hitam

i. Lemari alat piringan hitam / kaset

j Lemari untuk menyimpan slide dan gambar OHP (Over Head Proyektor)

k. Rak untuk menyimpan roll film l. Kotak kartu mikro

m.Rak untuk menyimpan pita video dan kaset n. Rak kaset video

(9)

p. Alat pemadam api q. Telepon

r. AC / kipas angin rak referensi

2.Perabot dan perlengkapan ruang baca a. Meja baca, terdiri dari:

- Meja serbaguna - Meja rendah

b.Kursi baca, terdiri dari: - Kursi duduk rendah

c. Sice untuk membaca santai (lobi) d. Karel / meja belajar perorangan e. Telepon

f. AC / Kipas angin

3.Perabot dan perlengkapan ruang pelayanan a.Meja sirkulasi

b.Locker / rak penitipan c.Lemari catalog d.Lemari kartu kardeks e.Papan pengumuman f.Rak buku baru

g.Tanda–tanda petunjuk h.Kotak saran

i.Mesin foto kopi

j.Mikrofilm reader printer k.Video cassette /televise

(10)

l.Meja proyektor m.Telepon n.Kipas angin / AC o.Komputer

4.Perabot dan perlengkapan ruang kerja teknisi administrasi a.Meja / kursi kerja

b.Lemari arsip c.Rak / lemari

d.Alat pembersih lantai e.Kursi tamu

f.Meja pengolahan g.Alat penjilidan h.Telepon i.AC / Kipas angin

j.Mesin penghitung /kalkulator k.Book charger

l.Computer

5.Perabot dan perlengkapan ruang khusus a.Meja dan kursi

b.Alat penghisap debu c.Papan tulis

d.AC / Kipas angina e.TV / Video kaset

f..Kaset / perekam, tape recorder g.Microphone

(11)

h.Earphone / intercom i.Overhead proyektor j.Apaque proyektor k.Layar

l.Proyektor slide

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa untuk mencapai tujuan tataruang perpustakaan kita harus memperhatikan azas-azas dan prinsip-prinsip dalam menata ruang perpustakaan. Selain itu kita juga harus memperhatikan kelengkapan dan perabot-perabot yang cocok untuk digunakan dalam ruang perpustakaan, termasuk penataan dari perabot–perabot tersebut.

2.3 Lingkungan dan Kondisi fisik Tata Ruang Perpustakaan

Penataan ruang perpustakaan yang serasi, bersih dan tenang dapat mempengaruhi kenyamaan pengguna perpustakaan untuk berlama-lama berada di perpustakaan, serta dapat meningkatkan kinerja petugas perpustakaan. Untuk itu, penetaaan ruangan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek.

Salah satu cara yang dilakukan perpustakaan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional. Selain itu, perpustakaan harus memperhatikan faktor lingkungan fisik pada tataruang perpustakaan, karena lingkungan dan kondisi fisik tataruang yang baik dapat mempengaruhi hasil kinerja seseorang. Bila kondisi lingkungan kerja baik, keadaan seseorang tersebut mampu melakukan kegiatannya secara optimal dengan baik, sehat, nyaman, dan tenang.

Menurut Lasa (2005: 161), yang termasuk fisik tataruang perpustakaan adalah: 1. Tata letak

2. Temperatur (Suhu Ruangan) 3. Pencahayaan (Penerangan) 4. Pewarnaan

2.3.1 Tata letak

Didalam suatu perpustakaan penempatan dan penataan perabot maupun kelengkapan lainnya serta bahan–bahan bacaan perlu diletakkan dan ditata sedemikian rupa agar apa yang

(12)

Adapun tujuan dari penempatan dan penataan perabot dan kelengkapan perpustakaan lainnya adalah:

1. Tidak terjadi hambatan lalu lintas pemakai disetiap ruangan atau antar ruangan. 2. Wajar dan menarik

3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksana kerja.

4. Adanya efisiensi pemakaian ruangan (Perpustakaan Nasional RI, 1992: 175).

Perlu diperhatikan bahwa tata letak adalah perabot dan perlengkapan perpustakaan diupayakan untuk mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu, agar dapat menghilangkan kesan yang membosankan dan menjenuhkan serta memberikan suasana yang lebih segar dan menyenangkan baik bagi pengguna perpustakaan maupun penyelenggara perpustakaan.

Pendapat di atas menyatakan bahwa tata letak adalah penataan dan pengaturan letak perabotan dan perlengkapan perpustakaan dalam suatu ruangan perpustakaan agar dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pengguna perpustakaan

2.3.2 Sistem Ventilasi

`Ventilasi secara sederhana dapat diartikan sebagai perputaran udara secara bebas didalam suatu ruangan. Demikian halnya perpustakaan sebagai suatu bangunan harus mempunyai system ventilasi karena ventilasi merupakan salah satu komponen yang terdapat pada kondisi fisik tata ruang perpustakaan, yang dapat membantu perputaran udara dengan lancar yang akan memberikan kenyamanan dan kesegaran udara bagi penyelenggara perpustakaan maupun penggunanya.

Sulistiyo Basuki (1993: 130) menyatakan bahwa “Perpustakaan yang terang dan sejuk berkat ventilasi yang baik akan lebih besar peluangnya untuk menarik perhatian pengunjung serta menyenangkan pustakawan”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan ventilasi adalah:

1. Menempatkan lubang ventilasi jendela/ lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan 2. Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin.

3. Mengusahakan luas lobang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang, (sekurang–kurangnya 10 % dari luas ruang yang bersangkutan)

Penentuan letak lubang ventilasi juga perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban yang rendah sehingga keamanan dari koleksi buku dan pustaka yang lain dapat terjamin. Terdapat 2 macam system ventilasi yang digunakan oleh perpustakaan yaitu:

(13)

1. Ventilasi pasif adalah ventilasi yang didapat dari alam, caranya dengan membuat lubang angin atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin local. Luas lubang angin atau jendela diusahakan sebanding dengan persyaratan dan dan fasilitas ruang (10 % dari ruang bersangkutan). Bila menggunakan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak tidak ditempatkan dekat jendela demi keamanan koleksi dan terhindar dari matahari langsung.

2. Ventilasi aktif adalah ventilasi yang menggunakan system penghawaan buatan yaitu menggunakan AC karena temperature dan kelembaban ruang perpustakaan yang stabil maka dapat menjaga keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengar dan computer (Purwanti 2007: 9).

Dari uraian di atas jelas bahwa kedua jenis ventilasi tersebut mempunyai peran untuk kenyamanan dan keawetan koleksi buku dan bahan pustaka lainnya maupun peralatan (perabot) untuk mencegah gangguan serangga dan cendawan buku disamping itu juga untuk menjaga kesetabilan temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan sehingga kenyamanan pada ruang perpustakaan tetap terjaga dengan baik, sebab kondisi dalam ruangan akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam melaksanakan pekerjaan diruangan tersebut jika pemasangan ventilasi pasif tidak dapat menjangkau keseluruhan ruang perpustakaan, maka ruang yang perlu mendapat prioritas utama kondisi temperature dan kelembabannya adalah:

1. Area penyimpanan penggunaan multi media 2. Area koleksi buku langka

3. Area koleksi buku 4. Ruang baca

5. Ruang kerja perpustakaan (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004: 131)

Untuk Tingkat pengkondisian ruang yang digunakan adalah temperatur 22 - 24° C (untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang kerja) 20° C (untuk ruang komputer) Kelembaban 45 – 55% (Departemen Pendidkan Nasional RI, 2004: 131).

Sedangkan menurut Poole “Dasar Perencanaan... ITB 1981 : 40” Batas pengaturan hawa yang umum untuk sebuah perpustakaan perguruan tinggi adalah 21° C ± 2° C (19° – 23° C) dan kelembaban 45% ± 5% = (40% – 50%). Pada umumnya dapat dikatakan setiap keawetan suhu 5° C.

Uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kegunaan dari pemasangan ventilasi adalah: 1. Ventilasi pasif berguna agar peredaran atau sirkulasi udara, angin dapat terjaga dengan

baik.

2. Ventilasi aktif untuk mengatur temperatur atau suhu didalam ruangan perpustakaan serta untuk mempercepat terjadinya pertukaran udara didalam ruangan.

(14)

2.3.3 Sistem Penerangan

Perpustakaan merupakan tempat berbagai jenis kegiatan melihat, dari yang mudah sampai kepada yang sulit, dari membaca huruf besar dengan kontras yang baik antara huruf yang besar dan kertas sampai kepada tulisan tangan dengan pensil yang keras pada kertas kelabu, derajat dan kualitas pencahayaan harus cukup tinggi sehingga memudahkan orang membaca tulisan susah dilihat diatas meja, ditempat bekerja dikantor, didaerah katalog, dilorong rak buku, dan ditempat yang lain–lain. Pola pencahayaan perlu merata karena diperpustakaan sudah lumrah terjadi perubahan atau pergeseran ruang baca dan tempat rak. Sistem pencahayaan harus mempunyai kekuatan 500 kw dan menimbulkan silau baik yang langsunng dari sumbernya maupun sebagai pantulan ( Poole 1981: 28,29).

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (Departemen Pendidikan Nasional RI 2004: 131) daftar intensitas penerangan cahaya dalam suatu ruangan perpustakaan dibedakan sebagai berikut:

1. Area baca (majalah dansurat kabar) 200 Lumen 2. Meja baca (ruang baca umum) 400 Lumen 3. Meja baca (ruang baca rujukan) 600 Lumen 4. Area sirkulasi 600 Lumen 5. Area pengadaan 400 Lumen 6. Area Akses tertutup 100 Lumen

7. Area koleksi buku 200 Lumen

8. Area kerja 400 Lumen 9. Area Pandang dengar 100 Lumen

Adapun usaha yang ditempuh agar penerangan tidak menyebabkan penurunan gairah membaca serta tidak membuat silau (Diknas, 2004: 132) adalah:

1. Mungkin dari sinar matahari langsung

2. Memilih jenis lampu yang dapat memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat misalnya, lampu pijar akan memberikan cahaya yang bersifat setempat, lampu TL/ PL/ Fluorescent akan memberikan cahaya yang merata, lampu sorot akanmemberikan cahaya yang terfokos pada objek tertentu.

Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:

1. Kegiatan diperpustakaan sebagian besar adalah kegiatan membaca dan menulis maka diperlukan pengaturan penerangan atau cahaya yang cukup karena merupakan syarat mutlak untuk melakukan aktivitas didalam ruangan.

2. Penerangan atau cahaya yang masuk kedalam ruangan terdiri dari 2 macam yaitu cahaya alami dan cahaya buatan.

3. Penerangan didalam sebuah perpustakaan harus dibedakan sesuai dengan intensitas dari masing–masing kepentingan ruangan.

(15)

4. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya pencahayaan yang baik antara lain meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja, mengurangi ketegangan pada mata dan kelehan jiwa serta dapat meningkatkan prestise suatu lembaga perpustakaan.

5. Hindari sinar matahari secara langsung serta memilih secara langsung lampu yang dapat memberikan sifat dan penerangan yang tepat.

Kegiatan diperpustakaan sebagian besar adalah merupakan kegiatan membaca oleh karena itu perlu pengaturan cahaya yang baik, agar terhindar dari hal–hal yang tidak diinginkan seperti:

1. kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi 2. kelelahan mental

3. keluhan–keluhan pegal didaearah mata, dan sakit kepala sekitar mata 4. keluhan kerusakan alat penglihatan

5. meningkatkan kecelakaan (Lasa, 2005: 169)

Menurut Lasa (2005: 170,171) pada dasarnya cahaya yang masuk kedalam ruangan ada dua macam yaitu :

a. Cahaya alam adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari harus dibatasi dan diusahakan tidak langsung masuk keruangan karena dapat menyebabkan kenaikan suhu ruangan.Cahaya kubah langit adalah cahaya yang berasal dari kubah langit, dan dapat dimanfaatkan untuk penerangan ruangan karena tidak membawa radiasi panas secara langsung seperti sinar matahari.

b. Cahaya buatan, adalah cahaya yang ditimbulkan oleh benda atau gerakan benda yang dibuat manusia baik yang berupa lampu TL maupun lampu pijar. Penggunaan lampu TL sebagai alat penerangan sebaiknya dengan menggunakan komponen TL (Ballast, Kondensator, Starter) yang baik sehingga dapat mengurangi getaran cahaya yang timbul dari sumber cahaya tersebut (Departemen Pendidikan Nasional RI 2004: 132)

2.3.4 Sistem Pewarnaan

Warna sangat mempengaruhi orang yang bekerja dan membaca diperpustakaan, warna juga dapat mengoptimalkan konsentrasi dan mempengaruhi jiwa seseorang yang dapat membuat seseorang menjadi nyaman, hangat. Oleh karenanya dalam perencanaan ruang perpustakaan perlu di pahami sifat dan pengaruh warna. Lasa (2005: 164) Mengatakan bahwa warna yang kondusif untuk ruang perpustakaan antara lain :

a. warna merah menggambarkan panas, warna kegemaran, dan kegiatan bekerja. Warna ini berguna untuk merangsang panca indra dan jiwa agar bermanfaat dalam melaksanakan tugasnya.

b. Warna kuning menggambarkan kehangatan, warna ini akan merangsang mata dan syaraf yang dapat menimbulkan perasaan gembira.

c. Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian oleh karena warna ini cocok untuk tempat–tempat ibadah, dan lainnya.

(16)

Dalam pemilihan warna untuk suatu ruangan perpustakaan sangat erat hubungannya dengan faktor penerangan, artinya harus diperhatikan nilai–nilai pemantulannya. Misalnya warna dinding sebelah bawah misalnya harus lebih gelap dari warna dinding sebelah atas agar tidak terjadi pemantulan dari bagian lain ruang tersebut.

Menurut Lasa (2005: 164) Pemilihan warna yang sesuai untuk ruang dalam akan memberi kesan:

1. suasana yang menyenangkan dan menarik

2. dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja, sehingga akan mampu meningkatkan produktivitas kerja.

3. mengurangi kelelahan.

Sedangkan menurut Purwono dalam Suryanto (2006: 355) bahwa ”Pemilihan warna untuk suatu ruangan agar tampil indah dan nyaman dipadukan dengan perabot, asesoris pendukung tata ruang serta sistem pencahayaan akan menghadirkan suasana ruang yang berbeda-beda. Seperti warna terang (kuning, orange, merah) membuat ruangan terasa meriah, hangat dan akrab”.

Lain halnya dengan Darmono (2001: 202) menyatakan bahwa, pilihan warna dinding juga dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana tenang, maka pilihan warna dasar ruangan hendaknya jangan terlalu tajam dan mencolok. Warna netral dan tenang sangat menunjang suasana tenang diperpustakaan.

Dari uraian diatas jelas bahwa warna memiliki pengaruh psikologis bagi manusia, pemilihan warna yang tepat akan sangat mempengaruhi jiwa seseorang yang dapat membuat suasana nyaman, hangat,yang pada gilirannya akan membuat seseorang dapat bertahan lebih lama lagi didalam suatu gedung perpustakaan, demikian sebaliknya pemilihan warna yang tidak sesuai akan mengakibatkan kejenuhan, rasa bosan, kurang nyaman dan lain sebagainya. Pemilihan warna-warna ruang perpustakaan harus disesuaikan dengan keadaan perpustakaan yang memerlukan tenang dan terang, maka faktor pemantulan cahaya juga perlu mendapat perhatian khusus, disamping cahaya hendaknya perlu dihindari penggunaan warna gelap, karena warna ini menimbulkan kesan suram, sempit dan sesak pada suatu ruangan.

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004: 132) dijelaskan memilih warna dinding dan perabot yang mendominasi ruang yang dapat memantulkan atau menyerap sinar yang intensitas pantulan cahaya warna antara lain:

1. White (putih) 80 2. Salman (blewak) 53

(17)

3. Ivori muda (krem) 71

4. Pale- apple green (hijau daun) 51 5. Apricot beige (kuning kunyit) 66 6. Medium grey (abu – abu) 43 7. Lemon yellow (kuning muda) 65 8. Light green (hijau muda) 41 9. Ivory (kuning gading) 59 10. Pale blue (biru muda) 41 11. Light buff (coklat muda) 56 12. Deep rose (merah muda) 12 13. Dark green (hijau tua) 9 14. Peach (kuning tua) 53

Dari daftar intensitas tersebut diatas terlihat dengan jelas warna–warna cerah seperti putih, krem, kuning kunyit, kuning muda, kuning gading, coklat muda, kuning tua memiliki intensitas yang cukup tinggi dan warna gelap seperti merah mawar, hijau tua, intensitasnya cukup rendah bahkan warna gelap lainnya seperti merah tua, hitam, coklat tua tidak memiliki intensitas untuk suatu ruangan perpustakaan.

Pemaparan di atas dapat dipahami bahwa gangguan suara baik yang bersumber dari ruang perpustakaan maupun yang bersumber dari luar perpustakaan dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi dan kenyamanan dari pengguna perpustakaan untuk itu dalam perencanaan ruang perpustakaan perlu diperhatikan penerapan sistem akustik.

Sintesis:

Sesuai dengan pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tataruang adalah suatu tatanan yang dapat menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam sebuah ruangan. Hal ini terlihat dari indikator:

1. Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan 2. Tata Letak

3. Sirkulasi udara 4. Sistem Penerangan 5. Sistem Pewarnaan

2.4 Kepuasan Pengguna

Kepuasan diartikan sebagai sesuatu keadaan dalam diri seseorang atau sekelompok orang

(18)

Karena berdasarkan etimologi pengguna adalah orang yang menggunakan suatu barang dalam kaitan perpustakaan pengguna adalah orang yang menggunakan fasilitas perpustakaan sebagaimana telah dibahas sebelumnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 404) Pelanggan adalah orang yang membeli barang secara tetap. Jadi kemiripan dari pengertian keduanya. Kepuasan seseorang dalam menggunakan suatu barang sangat erat kaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh orang yang memiliki barang tersebut. Sedangkan menurut Reitz (20024: 527)“user is any person who the resources and services of library” maksudnya pengguna perpustakaan adalah setiap orang yang menggunakan fasilitas dan layanan yang ada diperpustakaan.

Perpustakaan merupakan salah satu pusat pelayanan yang harus selalu memberikan kepuasan kepada penggunanya, seperti yang diungkapkan Kotler (1999: 52) bahwa “kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.”

Sedangkan menurut Sutarno, (2006: 112) “jika layanan kepada pelanggan memuaskan, maka baiklah kinerjanya, sebaliknya apabila layanan yang diberikan belum memuaskan maka dapat dianggap bahwa perpustakaan tersebut belum mampu melayani dengan baik.

Dari kedua pendapat tersebut diatas terdapat kesamaan yaitu menyangkut kedua komponen perasaan puas dan kinerja dari layanan yang disuguhkan oleh penyelenggara perpustakaan (pustakawan), artinya pelanggan akan terpenuhi kepuasannya apabila pelayanan yang diperoleh dari kinerja penyelenggara perpustakaan telah memenuhi harapannya. Kepuasan Pengguna Perpustakaan dapat terpenuhi melalui penyediaan jasa layanan dan ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan Pengguna. Oleh karena itu Perpustakaan sebagai penyedia jasa layanan informasi perlu mengetahui sampai di mana tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan dan produk jasa yang disediakannya.

Kepuasan dipandang sebagai suatu hasil perbandingan dari apa yang dibutuhkan dengan layanan yang diperoleh. Menurut Sutarno (2006: 113) bahwa layanan yang efektif adalah yang dapat memenuhi keinginan pemakai dalam hal:

a. penyediaan informasi yang sesuai dengan keinginan pemakai

b. waktu yang tepat, leluasa, memadai dan tidak terlalu mengikat termasuk kesempatan sore dan malam untuk kelompok masyarakat pekerja yang hendak tidak memiliki aktivitas atau sedang libur.

c. kebebasan tata cara dan akses informasi tidak kaku dengan pengawasan longgar, tidak terlalu ketat, tertib, kondusif dan simpatik.

(19)

d. Suasana yang menyenangkan, aman, tenang, tentram jauh dari kegaduhan dan kebisingan.

e. Sikap dan perilaku petugas yang penuh perhatian, ramah, santun, bersifat membimbing, memandu, penuh perhatian dan menguasai masalah.

f. Tata tertib yang sederhana, mudah dipahami, diikuti dan dilaksanakan.

g. Adanya fasilitas dan kemudahan yang lain seperti petunjuk, informasi singkat dan lainnya.

h. Menimbulkan kesan yang baik, menyenangkan dan memuaskan sehingga orang ingin kembali lagi.

i. Berorientasi kepada pelanggan/ konsumen dan bersifat mandiri.

Dari uraian di atas maka terlihat dengan jelas bahwa tugas pokok perpustakaan adalah memberikan layanan informasi kepada pengguna/ pelanggan dari perpustakaan agar timbul kepuasan atau rasa puas dari pengguna sehingga sehingga akan meningkatkan nilai dari kepercayaan serta dampak positif bagi pengguna perpustakaan.

2.4.1 Faktor yang Menentukan Kepuasan Pengguna

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Sutardji dan Maulidyah (2006: 33) terdapat beberapa faktor yang dianggap mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepuasan pengguna perpustakaan yaitu:

1. Sistem layanan

Sistem layanan yang diterapkan dalam suatu perpustakaan berpengaruh dalam menciptakan kepuasan penggunanya. Untuk mengakses informasi disediakan alat bantu penelusuran seperti catalog, bibliografi, indeks, dan daftar tambahan koleksi.

2. Biaya

Dalam memberikan layanan kepada penggunanya, ada beberapa pelayanan yang diharuskan untuk membayarnya jika pengguna ingin menikmati pelayanan tersebut. Mereka beranggapan bahwa kepuasan dalam memperoleh informasi yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan harga yang dibayarkan.

3. Kemudahan memperoleh informasi

Sarana yang diberikan dan disediakan diperpustakaan untuk menemukan dan memperoleh informasi (bahan pustaka) yang dibutuhkan pengguna.

4. Kecepatan memperoleh informasi

Waktu yang dibutuhkan pengguna untuk menentukan dan memperoleh informasi (bahan pustaka) baik melalui alat Bantu penelusuran maupun langsung dari petugas perpustakaan.

5. pelayanan pemberian informasi

Segala sesuatu yang diberikan dan disediakan oleh perpustakaan yang dapat memberikan layanan pengguna.

(20)

Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001: 158) bahwa untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan terdapat beberapa faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan (dalam hal ini penulis hanya mengutip faktor yang ada hubungannya dengan perpustakaan) yaitu:

1. Kualitas produk, Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan, Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Biaya,

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa faktor kualitas produk dan pelayanan yang optimal, kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh informasi serta biaya yang murah adalah merupakan faktor yang dominasi yang harus diberikan oleh sebuah perpustakaan dalam upaya untuk mencapai tingkat kepuasan dari pengguna.

2.4.2 Frekwensi Kunjungan

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1988: 245) disebutkan bahwa frekwensi adalah harapan, jumlah harapan, sedangkan kunjungan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1988: 476) kunjungan adalah hal (perbuatan, proses) mengunjungi atau berkunjungan.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa frekwensi kunjungan adalah kekerapan (keseringan) seseorang pergi kesuatu tempat untuk berkunjung. Sedangkan dalam ruang lingkup perpustakaan frekwensi kunjungan dengan sederhana dapat diartikan adalah keseringan pengguna dalam mengunjungi atau memanfaatkan fasilitas perpustakaan dalam waktu tertentu.

Setiap pengguna perpustakaan mempunyai frekwensi kunjungan yang berbeda–beda hal ini disebabkan ketergantungan mereka terhadap kebutuhan mereka akan informasi dan kepentingan lainnya, karena setiap orang mempunyai waktu, kesempatan dan kepentingan yang berbeda–beda. Ada pengguna yang setiap hari selalu menyempatkan diri untuk memanfaatkan fasilitas dan layanan perpustakaan dan ada pula pengguna perpustakaan yang jarang atau sesekali memanfaatkan fasilitas perpustakaan disebabkan karena kebutuhannya tentang informasi dari perpustakaan belum begitu penting.

Sintesis:

Sesuai dengan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepuasan pengguna adalah tingkat atau perasaan puas seseorang setelah mendapatkan suatu hasil kerja atau pelayanan suatu badan yang diberikan. Hal ini terlihat dari indikator:

(21)

1. Sistem layanan / kecepatan pemberian informasi 2. Kemudahan akses informasi

3. Survey kepuasan pengguna 4. Frekwensi kunjungan

Referensi

Dokumen terkait

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Sebagian besar jalur yang tidak beroperasi berada pada daerah operasional IV. Penelitian ini bertujuan untuk membuat skala

Keselamatan pasien rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pelayanan kesehatan pasien lebih aman dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan

Di sisi lain, dalam tahun ini terjadi rugi operasi karena produk baru (BjLAS) masih belum sempurna sehingga mengakibatkan harga pokok meningkat. Untuk tahun yang

Tingkat pendapatan rumahtangga (household income) merupakan indikator yang tidak bisa diandalkan untuk mengukur tinggi atau rendahnya kesejahteraan seseorang karena

Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam genetika adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu berkas kromosom yang sama (kromatid)

Pada uji akar unit jalur harga aset menunjukkan bahwa variabel obligasi, nilai tukar, IHK, konsumsi, investasi dan inflasi memiliki pengaruh signifikan (pada taraf nyata

Langkah-langkah dalam pengecekkan televisi yang rusak adalah sebagai berikut , Pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa bagian catu dayanya, apakah sudah ada tegangan yang