Fauna
A
. A
Indonesia
Pusat Penelitian
Biologi
-
LIP1
Bogor
Fauna Indonesia Vol7(1) Juni 2007 : 21-24
M Z I
NAUTILIDA, CEPHALOPODA
PRIMITIF
Nova Mujiono
Bidang Zoologi Puslit Biologi LIP1
Summary
Nautilida is one order of Cephalopods that first appeared in Devonian age (400 million years ago). They are certainly indicative of Cephalopods at their most primitive state of development by possessing external shell with approximately 90 arm-like appendages for their locomotion. Passing through their evolutionary phase, there are only two genera exsist at present day. According to their characters, Nautilida perhaps to be a living
fossils and the ancestor of all living Cephalopods.
Cephalopoda muncul pertama kali pada akhir era Kambrian dengan ukuran yang sangat kecil, hanya beberapa rnilimeter saja dengan cangkang yang kasar dan berongga. Hewannya sendiri hidup di dalam rongga terluar cangkang, tubuhnya melekat pada bagian sisi rongga dengan otot adductor. Karakter ini masih diwariskan pada semua Nautilus yang mash ada sekarang. Nautilus sendiri pertama kali muncul pada awal era Devonian dan mengalami masa kejayaan pada era Carboniferous. Saat itu mereka
berkembang mencakup 16 suku dan 75 marga.
Kemudian jumlahnya berkurang secara bertahap pada awal era Triassic menjadi 6 suku dan 35 marga,
dan pada akhir Cretaceous berkurang menjadi 3 suku dan 5 marga. Sampai dengan saat ini Nautilus hanya terdiri dari 1 suku dan 2 marga saja (Eyden, 2006).
Seluruh Cephalopoda yang mash hidup sekarang terbagi menjadi dua sub kelas yaitu Nautiloidea dan Coleoidea. Nautiloidea hanya memiliki satu bangsa, Nautilida, sedangkan Coleoidea mencakup enam bangsa Spirulida, Sepiida, Sepiolida, Teuthida, Octopoda dan Vampyromorphida. Nautilida mempunyai karakter khusus yang unik dibanding bangsa lainnya, karena
mempunyai cangkang luar yang bergelung dan
berwarna sepem mutiara. Karakter ini juga dimiliki oleh Moluska lain, yaitu Gastropoda.
Nautilida pertama kali dikenal sejak Linnaeus mendeskripsi spesimen yang berasal dari perairan sekitar Ambon, ibukota Maluku, yang kemudian diidentifikasi sebagai Nautilus pompilius Linnaeus,l758 (Ward & Saunders, 1997). Nautilida hanya terdiri dari satu suku Nautilidae, dan dua marga Nautilus dan Allonautilus. Marga Nautilus Linnaeus, 1758 mencakup lima jenis yaitu Nautilus pompilius pompilius Linnaeus,l758; N . pompilius suluensis Habe & Okutani,1988; N . befauensis Saunders,l981; N . macromphalus Sowerby1849 dan N . stenomphalus Sowerby,l848 (Jereb & Roper, 2005).
Pada tahun 1786 Lighdoot mendeskripsi
spesimen lain yang berasal dari Pulau Ndrova, Papua New Guinea yang dikenal N . scorbicuhtus Lightfoot, 1786. Pada tahun 1997 Ward dan Saunders mempublikasikan hasil penelitiannya m e n g g u n h analisis filogenetik clan fenetik terhadap beberapa spesimen N . scorbicufatus dan N . petJoratus. Mereka menyimpulkan bahwa beberapa karakter sepem
permukaan cGgkang, umbilikus yang dimiliki oleh kedua jenis ini berbeda dibanding kelima jenis lainnya, sehingga cukup kuat untuk dimasukan ke dalam marga yang berbeda. Akhirnya kedua jenis ini mas& ke dalam marga baru, ~llonautiius Ward & Saunders, 1997. Sejak saat itupun penamaannya berubah menjadi A . scorbicufatus (Lightfoot,l786) dan A. pevforatus (Conrad,1847) ( Ward & Saunders,
Gambarl. Perbandingan tekstur dan potongan melintang cangkang Nautilus (kiri) dan Allonautilus (kanan). (Sumber: PJereb & C.F.E. Roper, 2005)
1997).
Ciri Nautilus ialah memiliki umbilikus yang * kecil - sedang, atau sekitar 5-16% dari diameter cangkang, serta potongan melintang cangkangnya yang berbentuk oval. Allonautilus memiliki umbilikus yang lebih besar, sekitar 20% dari diameter cangkang, serta potongan melintang cangkangnya yang berbentuk segi empat. Perbandingan tekstur dan potongan melintang cangkang Nautilus dan Allonautilus dapat dilihat pada Gambar 1.
Morfologi
Nautilida merupakan anggota kelompok Cephalopoda yang mengalami tingkat perkembangan paling primitif, Hal ini dikarenakan mereka memiliki 90 buah organ tentakel, organ mata yang tak mempunyai lensa dan membran (langsung terbuka ke perairan), dua pasang insang, cangkang berongga yang didalamnya terisi oleh gas, tidak merniliki batil isap, kromatopore dan kantung tinta (Eyden, 2006).
Cangkangnya marnpat dan memipih.
Umbilikus kemunghnan ada, dengan garis sinus pertumbuhan yang kadangkala terlihat jelas. Warna cangkang bervariasi tergantung jenisnya. Pola garis tak beraturan berwarna coklat kekuningan yang berpusat dari umbilikus. Ukuran cangkang relatif lebih besar dan lebar pada hewan jantan. Memiliki radula dengan 13 elemen, termasuk 2 baris gigi lateral dan 2 baris gigi marginal, rahang dengan dentikulasi kalsium (Jereb 81: Roper, 2005).
Organ berbentuk segitiga yang disebut "hood" terletak di atas organ tentakel, berfungsi untuk menutup cangkang dan melindungi organ di dalamnya saat diserang musuh. Di bawah tentakel terdapat lekukan kulit yang membentuk lingkaran yang disebut funnel berfungsi sebagai tempat keluar masuknya air saat respirasi, tempat keluarnya kotoran
dan juga telur (Jereb & Roper, 2005). Morfologi cangkang dan organ internal Nautilus dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi cangkang dan organ internal Nautilus (Sumber: www.utmb.edul nrcc/UFAW%ZONaut.jpg -dengan modifikasi)
Lokomosi
Seperti Cephalopoda lainnya, Nautilus menggunakan tentakel untuk pergerakannya.
Mereka bergerak larnbat ke arah depan saat mencari mangsa, sedangkan saat terancam bahaya mereka cenderung melarikan diri dengan cara berenang ke arah belakang. Pergerakan ini dibantu oleh sernburan air yang cb pancarkan lewat funnel, sehingga memberi efek seperti jet (Eyden, 2006).
Hewan ini bersifat fototaksis sehingga cenderung berada di dasar perairan mencari mangsa di siang hari. Sedangkan pada malam hari mereka
cenderung berada di permukaan, mengikuti arah
pergerakan migrasi mangsanya, terutama pada saat bulan bersinar terang. Mereka kebanyakan ditangkap pada malam hari oleh nelayan dengan menggunakan perangkap jaring dan cahaya lampu.
FAUNA INDONESIA Vol7(1) Juni 2007 : 21-24
Habitat
Nautilida adalah hewan benthik yang bergerak bebas yang berasosiasi dengan terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan ini mampu menjelajah sejauh 150 krn dalam setahun. Daerah jelajah berkisar dari kedalaman 500 m sampai ke dekat permukaan air, dengan kisaran daerah optimal
sekitar 150-300 m. Faktor yang menjadi pembatas daerah jelajahnya ialah suhu perairan dan predator, terutarna ikan. Suhu sekitar 2S°C mungkin dapat menjadi lethal baginya, sehingga pemunculannya pada perairan dangkal sering terjadi pada malam hari
clan pada musim dingin (Jereb & Roper, 2005).
Kedalarnan perairan juga membatasi pergerakannya, karena semakin dalam perairan otomatis tekanan yang ditimbulkan akan semakin besar. Struktur ketebalan cangkang berkaitan langsung dengan tekanan air. Pada kedalaman 300- 400 m tekanan air dapat mengalubatkan rongga di
daam
cangkangnya terbanjiri air, sehingga ke~eimbangann~a (buoyancy) terganggu. Bahkan pa& kedalaman 800 m tekanan air dapat meyebabkan pecahn~a cangkang (Monks, 2002).Reproduksi
Nautilida merupakan hewan beteroparity, mereka mampu melakukan reproduksi lebih dari sekali dalam siklus hidupnya. Reproduksinya dapat terjadi sepanjang tahun, tanpa mengenal musim. Narnun seberapa lama mereka mampu bereproduksi,
belum ada yang mengetahui dengan pasti (Wood,
2002).
Matang kelarnin dicapai pada usia 15-20 tahun. Reproduksi terjadi secara fertilisasi internal. Hewan jantan menggunakan 4 tentakelnya untuk memindahkan spermatopore yang akan dilekatkan pada dinding mantel betina. Setelah terjadi fertilisasi, betina akan betelur h a g a sekitar 12 butir. Ukuran telurnya mencapai 3,8 cm, terbesar dibandingkan dengan Cephalopoda lain. Saat menetas, ukuran
cangkangnya mencapai 2,s cm. Mereka merupakan bentuk miniatur induknya, tanpa melalui h e
planktonik, dan langsung bisa berburu dan mencari rnakan (Eyden, 2006).
Mata primitif Nautilus yang tidak berlensa tidak bisa digunakan untuk mencari mangsa, karena
itu mereka lebih mengandalkan indera penciumannya yang sensitif untuk mendeteksi keberadaan mangsa seperti ikan kecil dan udang serta kepiting.Terkadang mereka juga memakan bangkai hewan lain.
Hewan ini membutuhkan suplai kalsium untuk marnbentuk cangkangnya, yang dapat dipenuhi
dari memakan eksoskeleton hewan Crustacea dan tulang kerangka ikan yang mereka cerna. Cangkang Nautilus mempunyai sekat-sekat yang akan terus tumbuh dan bertambah jumlahnya seiring dengan pertumbuhannya. Pada hewan dewasa banyaknya ruangan bersekat di dalam cangkangnya &pat mencapai 30 buah (Eyden, 2006).
Status
Melihat sejarah hidupnya yang panjang, Nautilus dapat diasumsikan sebagai fosil Cephalopoda yang masih hidup. Keanekaragaman jenisnya relatif rendah dan persebaran geografisnnya terbatas hanya di daerah Indo-Pasifik. Semua jenis Nautilus &pat ditemukan dari Asia Tenggara sampai perairan Australia, sedangkan jenis AUonautilus pa& perairan laut sekitar pulau Bali, Papua New Guinea
dan Kepulauan Solomon (Ward & Saunders, 1997).
Potensi ekonomi mereka bukanlah sebagai bahan makanan, melainkan sebagai barang hiasan. Mortblogi tubuh yang unik sera motif cangkang yang rnenarik menjadikan mereka terns-menerus di
eksploitasi. Hewan ini sering dijumpai dipelihara
dalam akuarium atau kolam air asin. Struktur cangkang mereka dengan pola garis yang atraktif serta ukuran cangkang yang relatif besar, dapat mencapai diameter 30 cm, umbilikus yang relatif besar menjadikan cindera mata bagi para turis (Gambar 3).
;ambar 3. Cangkang Nautilus macromphalus, Allonaudus scorbiculatus dm Noutilus pompilius (Sumber : h V J l en.wikipedia.org/wiki/lmage:Nautilutrpecies~ shells.png)
Sejak tahun 1987, ekspor cangkang Nautilus diatur untuk dibatasi pada daerah pen~ebarannya. Namun masih ada saja negara yang melanggarnya, bahkan dalam kurun waktu dua tahun setelahnya di~erkirakan telah terjadi penangkapan sekitar 10.000 hewan hidup untuk diperdagangkan sebagai peliharaan atau dibunuh untuk diambil cangkangnya (Monks, 2002).
Pola reproduksi dan sdch hidup yang relatif
lama membuat pertumbuhan populasinya lambat. Jika tidak benar-benar dijaga maka populasin~a akan
terancam. Hal ini membuat kita berkewajiban untuk melestarikannya. Sejak tahun 1980-an kegiatan ekspor cangkang Nautilus di Indonesia sudah resrni dilarang. Pelarangan tersebut melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian No.l2/Kpts/II/l987 tanggal 12 Januari 1987 tentang penetapan tambahan jenis-jenis binatang liar yang dilindungi. Untuk itu marilah kita bersama turut menjaga kelestarian hidup hewan ini agar jangan sarnpai punah.
Eyden,
I?
2006. Nautiloids : the first Cephalopods.http://www.tonmo.com/science/fossils/
nautiloids.php. diakses 24 Desember 2006.
Jereb, P and C.F.E. Roper. 2005. Cephalopods of the world. Volume 1: Chambered nautiluses and sepioids. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Monks, N. 2002. The Perils
of
the Pearly Nautilus.http://www.thecephalopodpage.org/nautcon.php.
diakses 24 Desember 2006.
Ward, P.D and W.B. Saunders.1997. Allonautilus: A new genus of living nautiloid cephalopod and its bearing on phylogeny of the Nautilida.Journal
of
Paleontology. Vol71: 6. h d :1-12Wood, J.B. 2002. What we don't know about nautilus