• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA

KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS

(MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)

DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU

KESEMBUHAN BALITA DI

PUSKESMAS TEUNOM

KECAMATAN TEUNOM

ACEH JAYA

SKRIPSI

Oleh:

RATNA DEWI

08C10104176

PROGRAM ILMU STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ACEH BARAT

(2)

ii

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA

SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM

KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

SKRIPSI

Oleh:

RATNA DEWI 08C10104176

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

(3)

iii

UNIVERSITAS TEUKU UMAR 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

TENAGA KESEHATAN DAN

PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN

TINGKAT KEPUASAN ATAU

KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

Nama Mahasiswi : RATNA DEWI

NIM : 08C10104176

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Munawar Iha, MM Arham, SKM

NIDN. 0112065202

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Masyarakat Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sufyan Anwar, SKM, MARS Citra Ovalisa Rahmi, SKM

(4)

iv

Tanggal Lulus : 30 Juli 2013

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU

KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

Nama Mahasiswa : RATNA DEWI

NIM : 08C10104176

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 30 Juli 2013 dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Drs. Moenawar Iha, MM.

(Dosen Pembimbing Ketua) ...

2. Arham, SKM

(Dosen Pembimbing Anggota) ...

3. Hasrah Junaidi, SKM

(Dosen Penguji I) ...

4. Kartini SE, Mkes

(Dosen Penguji II) ...

Alue Peunyareng, 30 Juli 2013 Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

(5)

v ABSTRAK

Ratna Dewi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dan Penatalaksanaan MTBS Dengan Tingkat Kepuasan Atau Kesembuhan Balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya. Dibawah bimbingan Drs. Munawar Iha, MM dan Arham, SKM.

Setiap tahun lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima. Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007, Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu 44 balita per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak 1 – 5 tahun, yaitu 10 per 1000 kelahiran hidup. Kematian tersebut 70% disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali merupakan kombinasi dari/keadaan tersebut diatas.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.

Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada balita di ruangan MTBS Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya yang diteliti secara bersamaan dengan metode Totall sampling.

Hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden yang pengetahuan tenaga kesehatan yang Kepuasan atau kesembuhan balitanya baik sebanyak 76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga kesehatannya kurang Kepuasan atau kesembuhan balitanya juga kurang sebanyak 58,8% dan dari 26 responden yang penatalaksanaan MTBS yang Kepuasan atau kesembuhan balitanya baik sebanyak 80,8% sedangkan dari 21 responden yang penatalaksanaan MTBSnya kurang Kepuasan atau kesembuhan balitanya juga kurang sebanyak 57,1%.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS) mempunyai hubungan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun dimana p value < α (0,05).

Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas teunom agar dapat lebih meningkatkan lagi kinerjanya dalam pelaksanaan MTBS, dan Kepada Ibu-ibu agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelaksanaan MTBS kepada balita dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit pada balita.

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : RATNA DEWI

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Suak Seumaseh, 12 Mai 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Padang kleng Kecamatan Teunom Aceh Jaya

Nama Orang Tua

Ayah : Razali (alm)

Pekerjaan : -

Ibu : Nyakminan (alm)

Pekerjan : -

Alamat : Suak Seumaseh Kecamatan Samatiga Aceh Barat

Pendidikan Formal:

Sekolah Dasar (1996-2002) : SDN Suak Seumaseh SLTP (2002-2005) : SMP N 1 Samatiga

SLTA (2005-2008) : SMA N 1 Teunom

PT (2008-2013) : FAkultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Pendidikan Non Formal:

- Pelatihan Komputer dan Bahasa Inggris si Childern Center Muhammaddiyah (2005)

Tertanda

(7)

vii

PE RSE M BAH AN K U

“Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut menjadi tinta ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya , niscaya tidak akan habis-habisnya ( dituliskan ) kalimat ALLAH, sesungguhnya ALLAH maha perkasa lagi maha bijaksana berikan agar setara dengan pengorbananmu padaku, kasih sayangmu tak pernah bertepi cintamu tak pernah berujung . . . .tiada kasih seindah kasihmu, tiada cinta semurni cintamu, kepadamu ananda persembahkan salam yang harumnya melebihi kasturi, yang sejuknya melebihi embun pagi, hangatnya seperti mentari diwaktu dhuha,salam suci sesuci air telaga kautsar yang jika diteguk menghilangkan dahaga selalu menjadi penghormatan kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalamsegala musim dan peristiwa, tapi kini engkau berdua telah tiada disaat ananda ingin mempersembahkan sebuah kebagian yang ananda rasakan, Terima kasih ayah dan bunda engkau telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.

Suamiku tercinta “Bachtiar” . . .

Kau yang selama ini menjaga dan menyayangiku, jika aku berbuat salah kau yang menegurku, jika aku tersesat kaulah yang menuntunku, kau adalah pahlawan bagiku, kaulah yang memberikan motivasi dan semangat bagiku.

Anakku tercinta “Raysa Aulani Bactiar”. . .

Kehadiranmu sangat berati dalam hidupku, kaulah penawar lukaku....kaulah senyumanku...terimakasih sayang.

Dengan ridha Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini kepada : Ayahanda dan Ibundaku yang telah tiada

Suami dan Anakku tercinta ( Terimakasih atas do’a, tawa & canda yang selalu menguatkan )

Kakak dan adik-adikku tersayang (Terimakasih atas do’a, semangat dan motivasinya ) Bapak Drs.Munawar iha dan Bapak Arham,Skm ( atas bimbingannya dan arahannya) Teman-teman Hera,Ria,Yuli,ana,k’wardah and novi ( terimakasih atas pertisipasinya)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tenaga Kesehatan Dan Penatalaksanaan MTBS Dengan Tingkat Kepuasan

Atau Kesembuhan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya

“.skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih

derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari

kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua saya ayahanda Razali dan ibunda Nyakminan

(alm) dan juga kepada suami saya Bachtiar atas dukungannya.

2. Bapak Drs. H. Alfian Ibrahim, MS., selaku Rektor Universitas Teuku

Umar Meulaboh.

3. Bapak Sufyan Anwar, SKM., MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

4. Kepada Bapak Drs. Munawar Iha, MM., selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun skripsi

ini.

5. Kepada Bapak. Arham, SKM, selaku Pembimbing II, yang telah

(9)

ix

6. Bapak Citra Ovalisa Rahmi, SKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar serta Civitas Akademika Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah

memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran

dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempuranaan

skripsi ini dimasa mendatang.

Meulaboh, Juli 2013

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR

HALAMAN JUDUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2.Tujuan Khusus ... 4

1.4.Manfaat penelitian ... 5

1.4.1.Manfaat teoritis... 5

1.4.2.Manfaat Praktis... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ... 6

2.1.1. Pengertian MTBS ... 6

2.1.2Proses Manajemen Kasus ... 6

2.1.3.Prosedur Penerapan MTBS di Puskesmas ... 8

2.2. PUSKESMAS ... 10

2.2.1. Batasan Puskesmas ... 10

2.2.2. Tujuan Upaya Kesehatan Puskesmas ... 11

2.2.3. Kegiatan Pokok Puskesmas ... 12

2.2.4.Azaz Penyelenggaraan ... 13

2.2.5.Fungsi dan Peran Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Masyarakat ... 14

2.2.6.Organisasi dan Manajemen Puskesmas... 15

2.3. Pengetahuan ... 18

2.4. Pengertian Kepuasan... 20

(11)

xi

2.6.Kerangka Konsep ... 21

2.7.Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

3.2. Lokasi Penelitian ... 22

3.3. Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1. Populasi ... 22

3.3.2. Sampel ... 22

3.4. Metode Penelitian ... 23

3.4.1. Jenis dan Sumber Data ... 23

3.5. Definisi Operasional ... 24

3.6. Aspek Pengukuran Variabel... 24

3.7. Tehnik Analisis Data ... 26

3.7.1. Analisis Univariat ... 26

3.7.2.Analisis Bivariat ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1.Hasil Penelitian ... 28

4.1.1. Gambaran Umum ... 29

4.1.2. Analisis Univariat ... 30

4.1.3. Analisis Bivariat 4.2.Pembahasan ... 32

4.2.1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita ... 32

4.2.2. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1. Kesimpulan ... 42

5.2. Saran ... 42

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Table 3.1. Definisi Operasional Variabel ... 23

Tabel 4.1.Jumlah Tenaga Kesehatan ... 28

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ... 29

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan MTBS Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 .. 29

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ... 30

Tabel 4.5. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ... 30

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ... 21

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Tabel Skor

Lampiran 3. Master Tabel

Lampiran 4. Analisis Data

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari FKM-UTU

(15)

xv BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals)

tahun 2015 dan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) adalah untuk

menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Arah dantujuan

pembangunan kesehatan yang sama ini telah dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009.

Dalam pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka

kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita dilakukan dengan berbagai cara

diantaranya program: (1) peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan akses

pelayanan kesehatan, (2) peningkatan manajemen program kesehatan, (3)

peningkatan kemitraan serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam

perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi, anak balita

(Depkes RI, 2007).

Menurut WHO (World Health Organisation) (2006) Untuk meningkatkan

kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayibaru lahir dan bayi dan anak

balita kegiatan yang dilakukan melalui penerapan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu program

intervensi berisi penjelasan secara rinci penanganan penyakit pada balita. Proses

manajemen kasus MTBS dilaksanakan pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun

pada balita yang sakit dan pedoman ini telah diperluas mencakup Manajemen

(16)

xvi

keadaan sehat maupun sakit. Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan

yang memperlihatkan langkah langkah dan penjelasan cara pelaksanannya,

sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan

rujukan secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi dan

memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan. Selain itu ibu balita

juga diberi konseling tatacara memberi obat di rumah, pemberian nasihat

mengenai makanan yang seharusnya diberikan dan memberitahu kapan harus

kembali (kunjungan ulang) atau segera kembali untuk mendapatkan pelayanan

tindak lanjut (Depkes RI, 2007).

Setiap tahun lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal

sebelum ulang tahunnya yang kelima. (Depkes RI, 2005) Berdasarkan Hasil

Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI), Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian

Balita (Akaba), yaitu 44 balita per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak

1 – 5 tahun, yaitu 10 per 1000 kelahiran hidup. Kematian tersebut 70%

disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali

merupakan kombinasi dari/keadaan tersebut diatas ( Aidsindonesia.or.id, 2009).

Pendekatan program perawatan balita sakit selama ini adalah program

intervensi secara terpisah untuk masing-masing penyakit. Program intervensi yang

terpisah ini akan menimbulkan kesulitan bagi petugas karena harus

menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani anak yang

menderita beberapa penyakit. Oleh sebab itu perlu penanganan yang terintegratif,

(17)

xvii

Strategi yang diterapkan adalah menggunakan pendekatan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain itu MTBS juga merupakan program

pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) balita, yang

terdapat pada Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang diatur dalam

Kepmenkes no. 1537.A/MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal 5 Desember 2002

(Depkes, 2002).

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), merupakan pedoman terpadu

yang menjelaskan secara rinci penanganan penyakit yang banyak terjadi pada bayi

dan balita. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak,

malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang

meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang

bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita dan menekan

morbiditas untuk penyakit tersebut (Depkes, 2005).

Data cakupan pelayanan MTBS Aceh Jaya tahun 2012, cakupan MTBS

pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) dengan menggunakan form MTBM yaitu

sebanyak 1644 (95,19%) dari jumlah sasaran bayi yang ada. Sedangkan MTBS

pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu sebanyak 1989 (26%) dari jumlah

sasaran balita yang ada. Pada lokasi penelitian yaitu puskesmas Teunom, MTBS

mulai dibentuk pada tahun 2005 pengobatan atau pemerikasaan yang pernah

dilakukan oleh MTBS di Puskesmas Teunom adalah pengobatan penyakit

Peunomia, Diare, Malaria, Campak, Infeksi telinga, Gizi buruk, Anemia berat,

ISPA, dan dermatitis. Serta juga pengembangan berat badan, imunisasi dan

pemberian vitamin pada balita dengan jmlah tenaga kesehatan MTBS yaitu 47

(18)

xviii

dan 17 perawat . Penyakit yang banyak diderita oleh balita dicatatan MTBS

Puskesmas Teunom adalah Kasus ISPA sebanyak 155 kasus dari 329 kasus pada

tahun 2011, diare sebanyak 39 kasus, campak 1 kasus, infeksi telinga 20 kasus,

dermatitis 42 kasus, keluhan lain 70 kasus dan gizi buruk 2 kasus.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka muncul permasalahan yaitu bagaimana

hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS

dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom

Kecamatan Teunom Aceh Jaya.

1.3.Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan

dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan

balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan

dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas

Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.

2. untuk mengetahui hubungan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat

kepuasan atau kesembuhan balita usia di Puskesmas Teunom

(19)

xix 1.4.Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Bagi penulis, Untuk menambah wawasan secara mendalam tentang

manajemen pelayanan kesehatan pada unit perawatan dasar khususnya

Manajemen Terpadu Balita Sakit.

2. Bagi peneliti selanjutnya, Memberikan tambahan wacana tentang

pelaksanaan Program MTBS yang kemudian dapat menjadi bahan

perbandingan kepada penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Aplikatif

1. Bagi Dinas Kesehatan Aceh Jaya, hasil penelitian ini dapat memberi

masukan dalam upaya mengembangkan strategi peningkatan

pelaksanaan MTBS terhadap Puskesmas di lingkungan kerjanya.

2. Bagi puskesmas, dapat digunakan sebagai masukan untuk

meningkatkan kinerja bagi pengelola program MTBS dalam

(20)

xx BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 2.1.1. Pengertian MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan

keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat

jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit

pneumonia, diare, campak, malaria, DHF, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya

promotif serta preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan

konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian

Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas untuk penyakit tersebut. (Depkes

RI, 2005)

2.1.2. Proses Manajemen Kasus

Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk menfasilitasi kesehatan yang

optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan

dengan aktifitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajemen,

masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada

anak dengan kebutuhan khusus.

Perhatian tradisional yang berfokus pada diagnosis dan manajemen saat ini

telah berkembang dengan skrining penyakit dan mendeteksi tanda-tanda dini yang

asimtomatik di populasi. Para petugas kesehatan telah mengakui manfaat dari

program upaya preventif/pencegahan. Contohnya adalah program imunisasi pada

(21)

xxi

pelayanan kesehatan dasar. Penekanan yang terbaru adalah berkaitan dengan

konsep promosi kesehatan yang mengutamakan kesehatan yang optimal dan

kesejahteraan anak daripada hanya penanganan saat ada masalah. (Overby, 2002).

Proses manajeman kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan

urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Bagan tersebut

menjelasakan langkah-langkah berikut ini (Depkes, 2005):

a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.

Menilai anak sakit, berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Sedangkan membuat klasifikasi dimaksudkan membuat

sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat

keparahannya. Klasifikasi merupakan suatu katagori untuk menentukan

tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.

b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan

Adalah merupakan penentuan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas

kesehatan yang sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum

di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan

lain yang harus dilakukan di rumah.

c. Memberi konseling bagi ibu

Konseling berarti mengajari atau menasehati ibu yang mencakup mengajukan

pertanyaan, mendengarkan jawaban ibu, memuji, memberikan nasehat yang

relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman ibu. Juga

termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian

makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke

(22)

xxii

d. Memberi pelayanan tindak lanjut

Adalah menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk

kunjungan ulang.

e. Manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari – 2 bulan

Meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi

pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan

baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi

muda umur 1 hari – 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan – 5

tahun.

2.1.3. Prosedur Penerapan MTBS di Puskesmas

a. Persiapan penerapan MTBS (Depkes, 2005):

1) Diseminasi Informasi

MTBS kepada seluruh petugas Puskesmas Kegiatan diseminasi informasi

MTBS kepada seluruh petugas pelaksana Puskesmas dilaksanakan dalam suatu

pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas yang meliputi perawat, bidan,

petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola

P2M, petugas loket dan lain-lain. Informasi yang harus disampaikan adalah :

a) Konsep umum MTBS

b) Peran dan tanggung jawab petugas Puskesmas dalam penerapan MTBS.

2) Penyiapan logistik

Sebelum penerapan MTBS perlu diperhatikan adalah penyiapan obat, alat,

formulir MTBS dan Kartu Nasehat Ibu (KNI). Secara umum obat-obatan yang

(23)

xxiii

(DOEN) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang

digunakan di Puskesmas.

b. Penerapan MTBS di Puskesmas

Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),

tidak ada patokan khusus besarnya persentase kunjungan Balita sakit yang

ditangani dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Tiap

Puskesmas perlu memperkirakan kemampuannya mengenai seberapa besar

balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan kapan akan

dicapai cakupan 100% penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di

Puskesmas secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan

rawat jalan di tiap Puskesmas.

Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut:

1) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang per hari

pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat diberikan

langsung kepada seluruh balita.

2) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 – 25 orang per hari,

memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada

50% kujungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 3 bulan pertama

diharapkan telah seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS).

3) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 – 50 orang per hari,

memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada

(24)

xxiv

diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS).

c. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pelayanan

Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas yang menerapkan MTBS sama

dengan Puskesmas yang lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan

dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan

yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi MTBS ke dalam kode

diagnosis dalam SP2TP sebelum masuk ke dalam sistem pelaporan.

2.2. PUSKESMAS

2.2.1. Batasan Puskesmas

Puskesmas adalah pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi

mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan

pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk

kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya (Wiyono, 1997)

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

Puskesmas diartikan sebagai suatu organisasi kesehatan fungsional yang

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Budioro, 1997)

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

(25)

xxv

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai

wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam

wilayah kerjanya (Depkes RI, 1998).

2.2.2. Tujuan Upaya Kesehatan Puskesmas

a. Tujuan Umum

Tujuan umum program peningkatan upaya kesehatan Puskesmas adalah

menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas yang bermutu, merata,

terjangkau dengan peran serta masyarakat secara aktif sehingga tercapai

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi seluruh rakyat.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus program kesehatan Puskesmas adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan pencakupan, hasil guna, dan daya guna program Puskesmas

yang meliputi kegiatan pengembangan, pembinaan, dan pelayanan.

2) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri

dalam bidang kesehatan dan peningkatan peran serta masyarakat, termasuk

swasta, dalam berbagai bentuk upaya kesehatan

3) Peningkatan status gizi masyarakat melalui perbaikan gizi keluarga dan

perubahan perilaku dan gaya hidup yang mendukung tercapainya

perbaikan gizi.

4) Peningkatan mutu lingkungan hidup masyarakat melalui perbaikan

(26)

xxvi

5) Pengurangan kesakitan, kematian, cacat fisik sebagai akibat penyakit dan

kecelakaan, gangguan jiwa, penyalahgunaan narkotika dan bahan

berbahaya serta pengaruh lingkungan yang tidak sehat.

6) Pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

2.2.3. Kegiatan Pokok Puskesmas

Fungsi pengembangan, pembinaan, dan pelayanan Puskesmas

diselenggarakan melalui berbagai kegiatan pokok Puskesmas yang akan terus

dikembangakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya, Di Indonesia

rumusan-rumusan usaha kesehatan pokok Puskesmas dikembangkan sesuai

dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan saat itu yaitu 7 usaha pokok

Puskesmas, 12 usaha pokok Puskesmas, 13 usaha pokok Rencana Pokok Program

Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RP3JPK) yang kemudian

sekarang menjadi 18 usaha pokok Puskemas yaitu (Wiyono, 1997)

a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

b. Keluarga Berencana (KB)

c. Usaha Peningkatan Gizi

d. Peningkatan kesehatan lingkungan

e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisasi dan

pengamatan penyakit

f. Pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan

g. Penyuluhan kesehatatan masyarakat

h. Kesehatan sekolah

(27)

xxvii

j. Perawatan kesehatan masyarakat

k. Kesehatan kerja

l. Peningkatan kesehatan gigi dan mulut

m. Peningkatan kesehatan jiwa

n. Kesehatan mata

o. Pemeriksaan laboratorium sederhana

p. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

q. Kesehatan usia lanjut

r. Pembinaan pengobatan tradisional.

2.2.4. Azas Penyelenggaraan

Sebagai sarana pelayanan terdepan tingkat pertama di Indonesia,

pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat azas yaitu

(Azwar, 2007).

a. Azas Pertanggung jawaban Wilayah

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus

melaksanakan azas pertanggungjawaban wilayah artinya Puskesmas harus

bertanggung jawab atas masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya,

sehingga banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

masyarakat. Dengan adanya azas ini maka pelaksanaan program Puskesmas

tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya menanti kunjungan

masyarakat ke Puskesmas, melainkan secara aktif yaitu memberikan

(28)

xxviii

b. Azas peran Serta Masyarakat

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus

melaksanakan azas peran serta masyarakat, artinya berupaya melibatkan

masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran

serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan banyak macamnya. Salah satunya

adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

c. Azas Keterpaduan

Dalam menyelenggarakan program kerjanya Puskesmas berupaya

memadukan program kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan

lain (lintas program) tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektor).

Dengan dilaksanakan azas keterpaduan ini, berbagai manfaat akan diperoleh.

Bagi Puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan bagi masyarakat

lebih muda memperoleh pelayanan kesehatan.

d. Azas Rujukan

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, apabila Puskesmas tidak

mampu menangani masalah kesehatan harus merujuk ke sarana kesehatan yang

lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran, jalur rujukan adalah rumah sakit.

Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah

berbagai kantor kesehatan.

2.2.5. Fungsi dan Peran Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Masyarakat

a. Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas dalam sistem kesehatatan masyarakat yaitu:

(29)

xxix

2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat

3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Peran Puskesmas

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran

yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki

kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditujukan dalam bentuk ikut serta

menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan

tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan

yang akurat (Azwar, 2007).

2.2.6. Organisasi dan Manajemen Puskesmas

a. Susunan Organisasi Puskesmas terdiri dari (Depkes RI, 1998)

1) Unsur Pimpinan yaitu kepala Puskesmas yang mempunyai tugas pokok

dan fungsi memimpin, mengawasi, dan mengkoordinir kegiatan

Puskesmas.

2) Unsur pembantu pimpinan yaitu urusan tata usaha

3) Unsur pelaksana yang terdiri atas unit-unit pelaksana kegiatan.

b. Manajemen Puskesmas

Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya Puskesmas didukung oleh suatu

sistem manajemen yang sebenarnya sudah dibakukan oleh Departemen

(30)

xxx

1) Perencanaan Tingkat Puskesmas

Dahulu di kenal dengan Micro Planning, kemudian dirubah dengan

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang kurun waktu

perencanaannya tiap tahun dan diupayakan agar memenuhi kebutuhan

perencanaan tahunan kesehatan Dati II. PTP merupakan proses kegiatan

sistematis untuk menyusun atau menyiapkan kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan

cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya

mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat. Proses PTP ini dapat di

susun dua rumusan perencanaan, yaitu dalam bentuk Rencana Usulan

Kegiatan (RUK) dan Rencana Kegiatan Pelaksanaan (RPK).

2) Penggerakan dan pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanakannya melalui kegiatan ”mini

lokakarya” dalam bentuk pertemuan dan rapat kerja berkala. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan tenaga Puskesmas untuk

bekerja sama dalam team, baik lintas program (antar program dalam

Puskesmas), maupun lintas sektoral (dengan sektor lain di luar

Puskesmas).

3) Pemantauan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas (SP2TP)

SP2TP kemudian disederhanakan menjadi Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Puskesmas (SP3) adalah tata pencatatan dan pelaporan yang

(31)

xxxi

sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh

Puskesmas. Proses pelaksanaan SP3 mencakup 3 hal yaitu pencatatan,

pelaporan dan pengolahan/analisa/pemanfaatan. Pencatatan kegiatan

dicatat dalam buku register yang berlaku untuk masing-masing program.

Kemudian data tersebut di rekapitulasikan kedalam format laporan SP3

yang sudah dibakukan.

Koordinator SP3 di Puskesmas menerima laporan-laporan dalam

format baku tadi dalam 2 rangkap. Yaitu satu untuk arsip dan yang

lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dati II. Koordinator Dati II

meneruskan ke masing-masing program di Dati II. Dari Dati II setelah

diolah dan dianalisa dikirim ke koordinator SP3 Dati I, dan seterusnya

untuk dimanfaatkan. Frekuensi pelaporan adalah sebagai berikut:

a) Bulanan, misalnya untuk data kesakitan, gizi, KIA, Imunisasi, KB,

P2M, penggunaan obat-obatan, dan lain-lain

b) Tribulanan, meliputi kegiatan Puskesmas antara lain: Kunjungan

Puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan, pelayanan gigi, dan

lain-lain

c) Tahunan, terdiri dari data dasar (fasilitas pendidikan, kesehatan

lingkungan), data ketenagaan Puskesmas dan data tentang peralatan

Puskesmas.

4) Stratifikasi Puskesmas

Yaitu suatu upaya untuk melakukan peningkatan prestasi kerja

Puskesmas dengan mengelompokkannya menjadi 3 strata, yaitu yang

(32)

xxxii

Aspek yang dinilai adalah mengenai hal-hal sebagai berikut:

a) Hasil cakupan program kegiatan pokok Puskesmas

b) Proses manajemen yaitu P1, P2 dan P3

c) Sumber daya atau sarana

d) Aspek lingkungan (Budiarto, 1997)

2.3. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi

melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori

pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan ( Notoatmodjo,

2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata

perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan,

yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau

(33)

xxxiii

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysa)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesa)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada.

Pengetahuan juga dapat dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan itu

(34)

xxxiv

Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi

ransangan dari luar yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru didalam memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai suatu

hal yang baru sampai pada saat yang memutuskan untuk menerima atau menolak

ide baru tersebut. (FKM UI, 2000).

2.4.Pengertian Kepuasan

Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005). Sedangkan Kotler (2003) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang,

perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Tingkat

kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan

harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa.

Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja

melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. harapan pelanggan dapat dibentuk

oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi

dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive

(35)

xxxv 2.5. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

2.7.Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan antara pengetahuan bidan dengan tingkat kepuasan

atau kesembuhan balita usia 2 bulan sampai 5 tahun.

2. Adanya hubungan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau

kesembuhan balita usia 2 bulan sampai 5 tahun.

- Pengetahuan Tenaga Kesehatan

- Penatalaksanaan MTBS

Kepuasan atau

kesembuhan balita usia 2 bulan sampai 5 tahun Pengetahuan Bidan

(36)

xxxvi BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross

Sectional yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan tenaga

kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan

balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan

Teunom Aceh Jaya dan penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Mei sampai 03

Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan di

Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan pada balita di ruangan MTBS Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

(37)

xxxvii 3.4. Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari

hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat

kesesuaian.

2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam

pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka.

3. Transfering yaitu : Data yang telah diberi kode secara berurutan mulai dari

responden pertama hingga responden terakhir untuk dimasukkan kedalam

tabel.

4. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk

master tabel.

3.4.1. Jenis dan sumber data

1. Data primer

Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan

mengunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Teunom Kecamatan

(38)

xxxviii 3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.5 Definisi Operasional

No Variabel Keterangan Variabel Independen

1 Pengetahuan Tenaga kesehatan

Definisi Pengetahuan bidan

mengenai MTBS.

Cara ukur Wawancara

Alat ukur Kuesioner

Hasil ukur 1. Baik

2. Kurang

Skala ukur Ordinal

2 Penatalaksanaan MTBS

Definisi Program penatalaksanaan

MTBS di puskesmas

terhadap balita.

Cara ukur Wawancara

Alat ukur Kuesioner

Definisi Kepuasan yang dirasakan

ibu balita atas

penatalaksanaan MTBS di Puskesmas

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam

penelitian ini adalah skala Likert yaitu memberikan skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden dengan rumus Rentang:

=

1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan

Pertanyaan untuk pengetahuan bidan berjumlah 10 pertanyaan dengan skor

(39)

xxxix

tertinggi adalah 10 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan

masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:

10+ 0 = 5 2

Jadi:

Baik jika skor > 5

Kurang jika skor < 5

2. Penatalaksanaan MTBS

Pertanyaan untuk penatalaksanaan MTBS berjumlah 10 pertanyaan dengan

skor untuk jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0. Jumlah

skor tertinggi adalah 10 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan

masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:

10+ 0 = 5 2

Jadi:

Baik jika skor > 5

Kurang jika skor < 5

3. Kepuasan atau kesembuhan Balita

Pertanyaan untuk Kepuasan atau kesembuhan Balita berjumlah 6 pertanyaan

dengan skor untuk jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0.

Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk

menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:

6+ 0 = 3 2

(40)

xl

Baik jika skor > 3

Kurang jika skor < 3

3.7. Tenik Analisa Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi.

Pada penelitian ini analisa data dengan statistik univariat akan

digunakan untuk menganalisa:

a. Tingkat pengetahuan Tenaga Kesehatan

b. Penatalaksanaan MTBS

c. Tingkat kepuasan dan kesembuhan balita.

3.7. 2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan

menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan

variabel Dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic

chi-square (X2) (Budiarto, 2001).

X2= ( )

Keterangan: X2 = Chi-square

O = Nilai pengamatan

E = Nilai yang diharapkan

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

akan dihitung nilai ood ratio (OR).

(41)

xli

a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”

b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai

sebaiknya“Continuity Correction (a)”

c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan

uji“Pearson Chi-Square”

d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya

digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisa stratifikasi pada

bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel

katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak untuk

membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)

(42)

xlii BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum

Puskesmas Teunom terletak dijalan Banda Aceh- Meulaboh KM 189,

kecematan Teunom.

Adapun batas-batas Puskesmas Teunom adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Pidie.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Aceh Barat.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan samudra hindia.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan panga.

Puskesmas Teunom melakukan pelayanan kesehatan terhadap 4

kemukiman, 36 Desa dan 96 dusun, dengan luas wilayah 669 km2. Puskesmas

teunom terletak 38km dari ibukota kabupaten aceh jaya 60km dari ibu kota

kabupaten Aceh Barat dan 189km dari ibu kota propinsi Aceh, dengan jarak

tempuh desa terdekat 2km dan jarak tempuh terjauh 25km.

Jumlah petugas kesehatan di puskesmas Teunom berjumlah 47 orang yang

terdiri dari:

Tabel 4.1. Jumlah Tenaga Kesehatan No Tenaga kesehatan Jumlah

1 Dokter 3 orang

2 Bidan 14 orang

3 Petugas gizi 8 orang

(43)

xliii

5 Kesling 3 orang

6 Perawat 17 orang

Total 47 orang

Sumber dari data sekunder (Tahun 2013)

4.1.2. Analisis Univariat

Sebelum dilakukannya analisis univariat untuk melihat hubungan antar

variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan table distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.

1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.

No Pengetahuan Tenaga Kesehatan

Frekuensi %

1 Baik 30 63,8

2 Kurang 17 36,2

Total 47 100

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 47 responden pengetahuan tenaga

kesehatan baik sebanyak 63,8% sedangkan yang kurang hanya 36,2%.

2. Penatalaksanaan MTBS

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan MTBS Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.

No Penatalaksanaan MTBS Frekuensi %

1 Baik 26 55,3

2 Kurang 21 44,7

(44)

xliv Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa dari 47 responden penatalaksanaan MTBS

baik sebanyak 55,3% sedangkan yang kurang hanya 44,7%.

3. Kepuasan atau kesembuhan balita

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa dari 47 responden kepuasan atau

kesembuhan balita baik sebanyak 55,3% sedangkan yang kurang hanya 44,7%.

4.1.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.

a. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita

Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.

Pengetahuan

(45)

xlv Sumber: data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 30 responden yang pengetahuan

tenaga kesehatan yang baik Kepuasan atau kesembuhan balita juga baik sebanyak

76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga kesehatannya

kurang Kepuasan atau kesembuhan juga kurang sebanyak 58,8%. Dari hasil uji

chi square di dapat nilai P Value = 0,034 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga

terdapatnya hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Tenaga Kesehatan

dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan

Teunom Aceh Jaya.

Dilihat dari nilai OR 4,694 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan

tenaga kesehatan yang baik memiliki peluang 5 kali Kepuasan atau kesembuhan

balita baik di bandingkan dengan tenaga kesehatan yang pengetahuannya kurang.

b. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Tabel 4.5. Hubungan Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau

kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.

(46)

xlvi Sumber: data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 26 responden yang

penatalaksanaan MTBS yang baik Kepuasan atau kesembuhan balita juga baik

sebanyak 80,8% sedangkan dari 21 responden yang penatalaksanaan MTBSnya

kurang Kepuasan atau kesembuhan balita juga kurang sebanyak 57,1%. Dari hasil

uji chi square di dapat nilai P Value = 0,017 dan ini lebih kecil dari α= 0,05

sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Penatalaksanaan MTBS

dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan

Teunom Aceh Jaya.

Dilihat dari nilai OR 5,600 maka dapat diartikan bahwa penatalaksanaan

MTBS yang baik memiliki peluang 6 kali Kepuasan atau kesembuhan balita baik

di bandingkan dengan penatalaksanaan MTBSnya yang kurang.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi

melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori

pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo,

2003).

Pada lokasi penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan tenaga

kesehatan dengan kepuasan atau kesembuhan balita dimana dari 30 responden

(47)

xlvii

juga baik sebanyak 76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga

kesehatannya kurang Kepuasan atau kesembuhan balita juga kurang sebanyak

58,8%, yang dapat diartikan bahwa semakin baik penegathuan tenaga kesehatan

semakin baik pula kepuasan dan kesembuhan balaita begitu juga sebaliknya, dan

ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) dimana pengetahuan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dan diperkuat dengan dengan nilai OR yaitu

4,694 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan yang baik

memiliki peluang 5 kali Kepuasan atau kesembuhan balita baik di bandingkan

dengan tenaga kesehatan yang pengetahuannya kurang.

4.2.2. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau kesembuhan balita

Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk menfasilitasi kesehatan

yang optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan

dengan aktifitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajemen,

masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada

anak dengan kebutuhan khusus (Overby, 2002).

Pada lokasi penelitian terdapat hubungan signifikan yang dilihat dari hasil

uji chi square di dapat nilai P Value = 0,017 dan ini lebih kecil dari α= 0,05

sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Penatalaksanaan MTBS

dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan

Teunom Aceh Jaya, sejalan dengan teori Overby (2002) dimana sebuah pelayanan

yang tidak baik dapat mempengaruhi kepuasan seseorang dan dapat dilihatdengan

nilai OR 5,600 yang diartikan bahwa penatalaksanaan MTBS yang baik memiliki

peluang 6 kali Kepuasan atau kesembuhan balita baik di bandingkan dengan

(48)

xlviii BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Adanya hubungan pengetahuan tenaga kesehatan terhadap kepuasan atau

kesembuhan balita dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu

0,034.

2. Adanya hubungan penatalaksanaan MTBS terhadap kepuasan atau

kesembuhan balita dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu

0,017.

2.2. Saran

1. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Aceh Jaya agar dapat mengambil

kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan program MTBS.

2. Kepada Tenaga Kesehatan di Puskesmas teunom agar dapat lebih

meningkatkan lagi penyuluhan dan promosi kesehatan yang berkaitan

dengan pelaksanaan MTBS serta meningkatkan kinerjanya dalam

memberikan pelayanan MTBS pada balita.

3. Kepada Ibu-ibu agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya

pelaksanaan MTBS kepada balita dan pencegahan terhadap

(49)

xlix

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, 2007. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar. Jakarta.

Budiarto, Eko, 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Yayasan Bina Pusaka. Jakarta

Budiorto, 1997. Pengantar Epidemiologi. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Semarang

Depkes RI, 1998. Buku I Perawatan Kesehatan. Jakarta

________ 2002. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

________, 2004. Perawatan Ibu Di Puskesmas. Surabaya

________, 2005. Perdoman Pekan Kesehatan Nasional, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta

________, 2007. Pedoman Pengendalian Demam Tripoid. Jakarta

FKM UI, 2000. Perilaku Ibu Terhadap Pengobatan Penyakit Diare Pada Balita. Jakarta.

Kotler , Philip, 2003. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran. PT Gramedia Pusaka Utama. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.

________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.

________. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.

Overby, R., 2002. Promosi Kesehatan. Bina Pustaka Utama. Jakarta.

Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius., 2005. Manajemen Kualitas Jasa. Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta.

(50)

l

(51)

li Lampiran I

KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN

ATAU KESEMBUHAN BALITA USIA 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS TEUNOM

KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

Petunjuk

1. Isilah biodata anda dengan tepat dan benar

2. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar

3. Kuesioner ini hanya digunakan semata-mata untuk penelitian skripsi

penulis bukan untuk merugikan seseorang dikemudian hari

4. Pengisian secara benar dan tepat membantu kelangsungan dalam

penelitian ini

Untuk Petugas Kesehatan I. Karakteristik Responden

No. Responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jenis Kelamin :

(52)

lii II. Pertanyaan

A. Pengetahuan Tenaga Kesehatan

1. Apa yang dimaksud dengan MTBS?

a. Suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang

datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar

yang meliputi upaya kuratif.

b. Suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada

pasien

2. Apa tujuan pelayanan kesehatan anak?

a. Untuk memfasilitasi kesehatan yang optimal dan kesejahteraan bagi

anak dan keluarganya.

b. Untuk memberikan kenyamanan kepada anak pada saat diberikan

pelayanan.

3. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5

tahun adalah salah satu langkah dalam MTBS?

a. Ya b. Tidak

4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan tindak lanjut?

a. Menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang umtuk

kunjungan ulang

b. Melakukan tindakan pada saat pasien datang untuk pertama kali

5. Program imunisasi dalam MTBS adalah salah satu?

a. Program deteksi dini dan pemberdayaan masyarakat dalam

(53)

liii

b. Program pemberian vitamin pada bayi

6. Apa-apa saja yang perlu diperhatikan dalam penerapan MTBS?

a. Penyiapan obat, alat, formulir MTBS dan Kartu Nasehat Ibu

b. Penyiapan dana yang banyak, pendataan ibu-ibu.

7. Di bawah ini yang manakan pentahapan penerapan MTBS?

a. Jika kunjungan balita 10-25 per hari diberikan pelayanan MTBS

kepada 50% kunjungan.

b. Jika kunjungan balita 10-25 per hari diberikan pelayanan MTBS

kepada 25% kunjungan.

8. Apa yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan

MTBS?

a. SP2PT

b. Rekam Medis

9. Apakah pemberian konseling pada tahap awal pelayanan MTBS kepada

ibu balita di perlukan?

a. Ya b. Tidak

10.Apakah penilaian secara anamnesis salah satu pelayanan MTBS?

(54)

liv KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN

ATAU KESEMBUHAN BALITA USIA 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS TEUNOM

KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

Untuk Ibu-Ibu

III. Karakteristik Responden

No. Responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

B. Penatalaksanaan MTBS

1. Apakah di puskemas tempat ibu tinggal sudah melakukan kegiatan

program imunisasi secara rutin?

a. Ya b. Tidak

2. Pada saat anak ibu diberi pelayanan apakah ibu diberi tahu tata cara

pengobatan kepada anak ibu?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang ibu ajukan kepada tenaga

kesehatan di jawab oleh tenaga kesehatan?

(55)

lv

4. Apakah anak ibu pernah diberikan pelayanan MTBS?

a. Ada b. Tidak ada

5. Pada saat anak ibu sakit apakah tenaga kesehatan langsung memberikan

tindakan pelayanan kesehatan kepada anak ibu?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anak ibu sebelum dilakukan tindakan di periksa terlebih dahulu

dengan bertanya kepada ibu?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah ibu diberi konseling oleh tenaga kesehatan?

a. Ya b. Tidak

8. Pada saat ibu datang untuk kedua kalinya, apakah petugas kesehatan

memberi tindakan lanjut kepada anak ibu?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah ibu ada melihat petugas menulis apa yang ibu keluhkan

mengenai penyakit anak ibu?

a. Ya b. Tidak

10.Setelah dilakukan pemeriksaan apakah anak ibu diberikan obat dan

dijelaskan mengenai obat tersebut?

(56)

lvi

C. Kepuasan atau Kesembuhan Bayi umur 2-5 tahun

1. Apakah anak ibu merasa nyaman saat mendapatkan pelayanan MTBS

dari petugas?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anak ibu sembuh dan tidak perlu berobat lagi setelah mendapatkan

pelayanan MTBS dari petugas?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah ibu puas dengan jawaban yang ibu dapatkan dari

pertanyaan-pertanyaan yang ibu ajukan kepada petugas?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah ibu mengerti dengan konseling yang diberikan oleh petugas?

a. Ya

b. Tidak

5. Setelah mendapatkan pelayanan MTBS di Puskesmas apakah anak ibu

menjadi tambah parah penyakitnya?

a. Tidak

b. Ya

6. Menurut ibu obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan ibu sudah tepat

dan apakah membuat anak ibu sembuh?

(57)
(58)

lviii GET

FILE='D:\entrian data\dewi.sav'.

FREQUENCIES VARIABLES=pengetahuan penatalaksanaan kepuasan /ORDER=ANALYSIS.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 26 55.3 55.3 55.3

kurang 21 44.7 44.7 100.0

(59)

lix

kepuasan atau kesembuhan Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 30 63.8 63.8 63.8

kurang 17 36.2 36.2 100.0

Total 47 100.0 100.0

CROSSTABS

/TABLES=pengetahuan penatalaksanaan BY kepuasan /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT EXPECTED ROW /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet1] D:\entrian data\dewi.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan bidan * kepuasan

atau kesembuhan Balita

47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

penatalaksanaan MTBS *

kepuasan atau kesembuhan

Balita

(60)

lx

pengetahuan bidan * kepuasan atau kesembuhan Balita

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 3.485 1 .062

Likelihood Ratio 4.728 1 .030

Fisher's Exact Test .059 .031

Linear-by-Linear Association 4.647 1 .031

N of Valid Cases 47

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.51.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

kepuasan atau kesembuhan Balita

(61)

lxi Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pengetahuan

bidan (baik / kurang)

3.929 1.114 13.851

For cohort kepuasan atau

kesembuhan Balita = baik

1.707 .979 2.976

For cohort kepuasan atau

kesembuhan Balita = kurang

.434 .202 .935

N of Valid Cases 47

penatalaksanaan MTBS * kepuasan atau kesembuhan Balita

Crosstab

kepuasan atau kesembuhan Balita

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori
Tabel 3.5 Definisi Operasional
Tabel 4.1. Jumlah Tenaga Kesehatan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tenaga
+4

Referensi

Dokumen terkait

In the previous section, it was shown that the range precision ( � � ) of a point strongly depends on range ( ρ ), incidence angle ( � ) of the incoming laser beam and reflectivity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa construct yang dibuat dari TPB, berupa Konsekuensi, Norma Subyektif, Faktor Situasional dan Kontrol Perilaku bisa efektif untuk

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Dengan multimedia informasi yang disajikan menjadi lebih variatif dan menarik Aplikasi ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa dalam mempelajari matakuliah Pengantar Sistem

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Oleh karena itu dibuat penulisan ilmiah mengenai pembuatan aplikasi multimedia pariwisata Pulau Bali, dimana akan ditampilkan sajian informasi yang menarik dan interaktif, yang

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Game jaringan Reversi dapat menjadi sarana melatih keterampilan dan kemampuan berpikir, karena selain strategi yang tepat, pemain juga harus memperhitungkan berbagai kemungkinan