i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA
KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS
(MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)
DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU
KESEMBUHAN BALITA DI
PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM
ACEH JAYA
SKRIPSI
Oleh:
RATNA DEWI
08C10104176
PROGRAM ILMU STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
ii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA
SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
SKRIPSI
Oleh:
RATNA DEWI 08C10104176
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
iii
UNIVERSITAS TEUKU UMAR 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
TENAGA KESEHATAN DAN
PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN
TINGKAT KEPUASAN ATAU
KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
Nama Mahasiswi : RATNA DEWI
NIM : 08C10104176
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Munawar Iha, MM Arham, SKM
NIDN. 0112065202
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Masyarakat Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sufyan Anwar, SKM, MARS Citra Ovalisa Rahmi, SKM
iv
Tanggal Lulus : 30 Juli 2013
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU
KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
Nama Mahasiswa : RATNA DEWI
NIM : 08C10104176
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 30 Juli 2013 dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Drs. Moenawar Iha, MM.
(Dosen Pembimbing Ketua) ...
2. Arham, SKM
(Dosen Pembimbing Anggota) ...
3. Hasrah Junaidi, SKM
(Dosen Penguji I) ...
4. Kartini SE, Mkes
(Dosen Penguji II) ...
Alue Peunyareng, 30 Juli 2013 Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
v ABSTRAK
Ratna Dewi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dan Penatalaksanaan MTBS Dengan Tingkat Kepuasan Atau Kesembuhan Balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya. Dibawah bimbingan Drs. Munawar Iha, MM dan Arham, SKM.
Setiap tahun lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima. Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007, Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu 44 balita per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak 1 – 5 tahun, yaitu 10 per 1000 kelahiran hidup. Kematian tersebut 70% disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali merupakan kombinasi dari/keadaan tersebut diatas.
Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada balita di ruangan MTBS Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya yang diteliti secara bersamaan dengan metode Totall sampling.
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden yang pengetahuan tenaga kesehatan yang Kepuasan atau kesembuhan balitanya baik sebanyak 76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga kesehatannya kurang Kepuasan atau kesembuhan balitanya juga kurang sebanyak 58,8% dan dari 26 responden yang penatalaksanaan MTBS yang Kepuasan atau kesembuhan balitanya baik sebanyak 80,8% sedangkan dari 21 responden yang penatalaksanaan MTBSnya kurang Kepuasan atau kesembuhan balitanya juga kurang sebanyak 57,1%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS) mempunyai hubungan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun dimana p value < α (0,05).
Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas teunom agar dapat lebih meningkatkan lagi kinerjanya dalam pelaksanaan MTBS, dan Kepada Ibu-ibu agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelaksanaan MTBS kepada balita dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit pada balita.
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : RATNA DEWI
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Suak Seumaseh, 12 Mai 1991
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Padang kleng Kecamatan Teunom Aceh Jaya
Nama Orang Tua
Ayah : Razali (alm)
Pekerjaan : -
Ibu : Nyakminan (alm)
Pekerjan : -
Alamat : Suak Seumaseh Kecamatan Samatiga Aceh Barat
Pendidikan Formal:
Sekolah Dasar (1996-2002) : SDN Suak Seumaseh SLTP (2002-2005) : SMP N 1 Samatiga
SLTA (2005-2008) : SMA N 1 Teunom
PT (2008-2013) : FAkultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Pendidikan Non Formal:
- Pelatihan Komputer dan Bahasa Inggris si Childern Center Muhammaddiyah (2005)
Tertanda
vii
PE RSE M BAH AN K U
“Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut menjadi tinta ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya , niscaya tidak akan habis-habisnya ( dituliskan ) kalimat ALLAH, sesungguhnya ALLAH maha perkasa lagi maha bijaksana ” berikan agar setara dengan pengorbananmu padaku, kasih sayangmu tak pernah bertepi cintamu tak pernah berujung . . . .tiada kasih seindah kasihmu, tiada cinta semurni cintamu, kepadamu ananda persembahkan salam yang harumnya melebihi kasturi, yang sejuknya melebihi embun pagi, hangatnya seperti mentari diwaktu dhuha,salam suci sesuci air telaga kautsar yang jika diteguk menghilangkan dahaga selalu menjadi penghormatan kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalamsegala musim dan peristiwa, tapi kini engkau berdua telah tiada disaat ananda ingin mempersembahkan sebuah kebagian yang ananda rasakan, Terima kasih ayah dan bunda engkau telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.
Suamiku tercinta “Bachtiar” . . .
Kau yang selama ini menjaga dan menyayangiku, jika aku berbuat salah kau yang menegurku, jika aku tersesat kaulah yang menuntunku, kau adalah pahlawan bagiku, kaulah yang memberikan motivasi dan semangat bagiku.
Anakku tercinta “Raysa Aulani Bactiar”. . .
Kehadiranmu sangat berati dalam hidupku, kaulah penawar lukaku....kaulah senyumanku...terimakasih sayang.
Dengan ridha Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini kepada : Ayahanda dan Ibundaku yang telah tiada
Suami dan Anakku tercinta ( Terimakasih atas do’a, tawa & canda yang selalu menguatkan )
Kakak dan adik-adikku tersayang (Terimakasih atas do’a, semangat dan motivasinya ) Bapak Drs.Munawar iha dan Bapak Arham,Skm ( atas bimbingannya dan arahannya) Teman-teman Hera,Ria,Yuli,ana,k’wardah and novi ( terimakasih atas pertisipasinya)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tenaga Kesehatan Dan Penatalaksanaan MTBS Dengan Tingkat Kepuasan
Atau Kesembuhan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya
“.skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih
derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari
kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada kedua orang tua saya ayahanda Razali dan ibunda Nyakminan
(alm) dan juga kepada suami saya Bachtiar atas dukungannya.
2. Bapak Drs. H. Alfian Ibrahim, MS., selaku Rektor Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
3. Bapak Sufyan Anwar, SKM., MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
4. Kepada Bapak Drs. Munawar Iha, MM., selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun skripsi
ini.
5. Kepada Bapak. Arham, SKM, selaku Pembimbing II, yang telah
ix
6. Bapak Citra Ovalisa Rahmi, SKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar serta Civitas Akademika Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah
memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempuranaan
skripsi ini dimasa mendatang.
Meulaboh, Juli 2013
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR
HALAMAN JUDUL DALAM ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1.Tujuan Umum ... 4
1.3.2.Tujuan Khusus ... 4
1.4.Manfaat penelitian ... 5
1.4.1.Manfaat teoritis... 5
1.4.2.Manfaat Praktis... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ... 6
2.1.1. Pengertian MTBS ... 6
2.1.2Proses Manajemen Kasus ... 6
2.1.3.Prosedur Penerapan MTBS di Puskesmas ... 8
2.2. PUSKESMAS ... 10
2.2.1. Batasan Puskesmas ... 10
2.2.2. Tujuan Upaya Kesehatan Puskesmas ... 11
2.2.3. Kegiatan Pokok Puskesmas ... 12
2.2.4.Azaz Penyelenggaraan ... 13
2.2.5.Fungsi dan Peran Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Masyarakat ... 14
2.2.6.Organisasi dan Manajemen Puskesmas... 15
2.3. Pengetahuan ... 18
2.4. Pengertian Kepuasan... 20
xi
2.6.Kerangka Konsep ... 21
2.7.Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 22
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
3.2. Lokasi Penelitian ... 22
3.3. Populasi dan Sampel ... 22
3.3.1. Populasi ... 22
3.3.2. Sampel ... 22
3.4. Metode Penelitian ... 23
3.4.1. Jenis dan Sumber Data ... 23
3.5. Definisi Operasional ... 24
3.6. Aspek Pengukuran Variabel... 24
3.7. Tehnik Analisis Data ... 26
3.7.1. Analisis Univariat ... 26
3.7.2.Analisis Bivariat ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1.Hasil Penelitian ... 28
4.1.1. Gambaran Umum ... 29
4.1.2. Analisis Univariat ... 30
4.1.3. Analisis Bivariat 4.2.Pembahasan ... 32
4.2.1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita ... 32
4.2.2. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1. Kesimpulan ... 42
5.2. Saran ... 42
xii
DAFTAR TABEL
Table 3.1. Definisi Operasional Variabel ... 23
Tabel 4.1.Jumlah Tenaga Kesehatan ... 28
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ... 29
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan MTBS Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 .. 29
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ... 30
Tabel 4.5. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ... 30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori ... 21
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Tabel Skor
Lampiran 3. Master Tabel
Lampiran 4. Analisis Data
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari FKM-UTU
xv BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals)
tahun 2015 dan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) adalah untuk
menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Arah dantujuan
pembangunan kesehatan yang sama ini telah dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009.
Dalam pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka
kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya program: (1) peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan akses
pelayanan kesehatan, (2) peningkatan manajemen program kesehatan, (3)
peningkatan kemitraan serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi, anak balita
(Depkes RI, 2007).
Menurut WHO (World Health Organisation) (2006) Untuk meningkatkan
kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayibaru lahir dan bayi dan anak
balita kegiatan yang dilakukan melalui penerapan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu program
intervensi berisi penjelasan secara rinci penanganan penyakit pada balita. Proses
manajemen kasus MTBS dilaksanakan pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun
pada balita yang sakit dan pedoman ini telah diperluas mencakup Manajemen
xvi
keadaan sehat maupun sakit. Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan
yang memperlihatkan langkah langkah dan penjelasan cara pelaksanannya,
sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan
rujukan secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi dan
memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan. Selain itu ibu balita
juga diberi konseling tatacara memberi obat di rumah, pemberian nasihat
mengenai makanan yang seharusnya diberikan dan memberitahu kapan harus
kembali (kunjungan ulang) atau segera kembali untuk mendapatkan pelayanan
tindak lanjut (Depkes RI, 2007).
Setiap tahun lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal
sebelum ulang tahunnya yang kelima. (Depkes RI, 2005) Berdasarkan Hasil
Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI), Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian
Balita (Akaba), yaitu 44 balita per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak
1 – 5 tahun, yaitu 10 per 1000 kelahiran hidup. Kematian tersebut 70%
disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali
merupakan kombinasi dari/keadaan tersebut diatas ( Aidsindonesia.or.id, 2009).
Pendekatan program perawatan balita sakit selama ini adalah program
intervensi secara terpisah untuk masing-masing penyakit. Program intervensi yang
terpisah ini akan menimbulkan kesulitan bagi petugas karena harus
menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani anak yang
menderita beberapa penyakit. Oleh sebab itu perlu penanganan yang terintegratif,
xvii
Strategi yang diterapkan adalah menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain itu MTBS juga merupakan program
pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) balita, yang
terdapat pada Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang diatur dalam
Kepmenkes no. 1537.A/MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal 5 Desember 2002
(Depkes, 2002).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), merupakan pedoman terpadu
yang menjelaskan secara rinci penanganan penyakit yang banyak terjadi pada bayi
dan balita. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita dan menekan
morbiditas untuk penyakit tersebut (Depkes, 2005).
Data cakupan pelayanan MTBS Aceh Jaya tahun 2012, cakupan MTBS
pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) dengan menggunakan form MTBM yaitu
sebanyak 1644 (95,19%) dari jumlah sasaran bayi yang ada. Sedangkan MTBS
pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu sebanyak 1989 (26%) dari jumlah
sasaran balita yang ada. Pada lokasi penelitian yaitu puskesmas Teunom, MTBS
mulai dibentuk pada tahun 2005 pengobatan atau pemerikasaan yang pernah
dilakukan oleh MTBS di Puskesmas Teunom adalah pengobatan penyakit
Peunomia, Diare, Malaria, Campak, Infeksi telinga, Gizi buruk, Anemia berat,
ISPA, dan dermatitis. Serta juga pengembangan berat badan, imunisasi dan
pemberian vitamin pada balita dengan jmlah tenaga kesehatan MTBS yaitu 47
xviii
dan 17 perawat . Penyakit yang banyak diderita oleh balita dicatatan MTBS
Puskesmas Teunom adalah Kasus ISPA sebanyak 155 kasus dari 329 kasus pada
tahun 2011, diare sebanyak 39 kasus, campak 1 kasus, infeksi telinga 20 kasus,
dermatitis 42 kasus, keluhan lain 70 kasus dan gizi buruk 2 kasus.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka muncul permasalahan yaitu bagaimana
hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS
dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom
Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
1.3.Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan
dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan
balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan
dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas
Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
2. untuk mengetahui hubungan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat
kepuasan atau kesembuhan balita usia di Puskesmas Teunom
xix 1.4.Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi penulis, Untuk menambah wawasan secara mendalam tentang
manajemen pelayanan kesehatan pada unit perawatan dasar khususnya
Manajemen Terpadu Balita Sakit.
2. Bagi peneliti selanjutnya, Memberikan tambahan wacana tentang
pelaksanaan Program MTBS yang kemudian dapat menjadi bahan
perbandingan kepada penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Aplikatif
1. Bagi Dinas Kesehatan Aceh Jaya, hasil penelitian ini dapat memberi
masukan dalam upaya mengembangkan strategi peningkatan
pelaksanaan MTBS terhadap Puskesmas di lingkungan kerjanya.
2. Bagi puskesmas, dapat digunakan sebagai masukan untuk
meningkatkan kinerja bagi pengelola program MTBS dalam
xx BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 2.1.1. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, DHF, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya
promotif serta preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian
Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas untuk penyakit tersebut. (Depkes
RI, 2005)
2.1.2. Proses Manajemen Kasus
Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk menfasilitasi kesehatan yang
optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan
dengan aktifitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajemen,
masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada
anak dengan kebutuhan khusus.
Perhatian tradisional yang berfokus pada diagnosis dan manajemen saat ini
telah berkembang dengan skrining penyakit dan mendeteksi tanda-tanda dini yang
asimtomatik di populasi. Para petugas kesehatan telah mengakui manfaat dari
program upaya preventif/pencegahan. Contohnya adalah program imunisasi pada
xxi
pelayanan kesehatan dasar. Penekanan yang terbaru adalah berkaitan dengan
konsep promosi kesehatan yang mengutamakan kesehatan yang optimal dan
kesejahteraan anak daripada hanya penanganan saat ada masalah. (Overby, 2002).
Proses manajeman kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan
urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Bagan tersebut
menjelasakan langkah-langkah berikut ini (Depkes, 2005):
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
Menilai anak sakit, berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Sedangkan membuat klasifikasi dimaksudkan membuat
sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat
keparahannya. Klasifikasi merupakan suatu katagori untuk menentukan
tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
Adalah merupakan penentuan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas
kesehatan yang sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum
di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan
lain yang harus dilakukan di rumah.
c. Memberi konseling bagi ibu
Konseling berarti mengajari atau menasehati ibu yang mencakup mengajukan
pertanyaan, mendengarkan jawaban ibu, memuji, memberikan nasehat yang
relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman ibu. Juga
termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian
makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke
xxii
d. Memberi pelayanan tindak lanjut
Adalah menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk
kunjungan ulang.
e. Manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari – 2 bulan
Meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi
pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan
baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi
muda umur 1 hari – 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan – 5
tahun.
2.1.3. Prosedur Penerapan MTBS di Puskesmas
a. Persiapan penerapan MTBS (Depkes, 2005):
1) Diseminasi Informasi
MTBS kepada seluruh petugas Puskesmas Kegiatan diseminasi informasi
MTBS kepada seluruh petugas pelaksana Puskesmas dilaksanakan dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas yang meliputi perawat, bidan,
petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola
P2M, petugas loket dan lain-lain. Informasi yang harus disampaikan adalah :
a) Konsep umum MTBS
b) Peran dan tanggung jawab petugas Puskesmas dalam penerapan MTBS.
2) Penyiapan logistik
Sebelum penerapan MTBS perlu diperhatikan adalah penyiapan obat, alat,
formulir MTBS dan Kartu Nasehat Ibu (KNI). Secara umum obat-obatan yang
xxiii
(DOEN) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang
digunakan di Puskesmas.
b. Penerapan MTBS di Puskesmas
Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
tidak ada patokan khusus besarnya persentase kunjungan Balita sakit yang
ditangani dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Tiap
Puskesmas perlu memperkirakan kemampuannya mengenai seberapa besar
balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan kapan akan
dicapai cakupan 100% penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan
rawat jalan di tiap Puskesmas.
Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut:
1) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang per hari
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat diberikan
langsung kepada seluruh balita.
2) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 – 25 orang per hari,
memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada
50% kujungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 3 bulan pertama
diharapkan telah seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).
3) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 – 50 orang per hari,
memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada
xxiv
diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
c. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pelayanan
Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas yang menerapkan MTBS sama
dengan Puskesmas yang lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan
dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan
yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi MTBS ke dalam kode
diagnosis dalam SP2TP sebelum masuk ke dalam sistem pelaporan.
2.2. PUSKESMAS
2.2.1. Batasan Puskesmas
Puskesmas adalah pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk
kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya (Wiyono, 1997)
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).
Puskesmas diartikan sebagai suatu organisasi kesehatan fungsional yang
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Budioro, 1997)
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
xxv
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerjanya (Depkes RI, 1998).
2.2.2. Tujuan Upaya Kesehatan Puskesmas
a. Tujuan Umum
Tujuan umum program peningkatan upaya kesehatan Puskesmas adalah
menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas yang bermutu, merata,
terjangkau dengan peran serta masyarakat secara aktif sehingga tercapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi seluruh rakyat.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus program kesehatan Puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan pencakupan, hasil guna, dan daya guna program Puskesmas
yang meliputi kegiatan pengembangan, pembinaan, dan pelayanan.
2) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan dan peningkatan peran serta masyarakat, termasuk
swasta, dalam berbagai bentuk upaya kesehatan
3) Peningkatan status gizi masyarakat melalui perbaikan gizi keluarga dan
perubahan perilaku dan gaya hidup yang mendukung tercapainya
perbaikan gizi.
4) Peningkatan mutu lingkungan hidup masyarakat melalui perbaikan
xxvi
5) Pengurangan kesakitan, kematian, cacat fisik sebagai akibat penyakit dan
kecelakaan, gangguan jiwa, penyalahgunaan narkotika dan bahan
berbahaya serta pengaruh lingkungan yang tidak sehat.
6) Pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
2.2.3. Kegiatan Pokok Puskesmas
Fungsi pengembangan, pembinaan, dan pelayanan Puskesmas
diselenggarakan melalui berbagai kegiatan pokok Puskesmas yang akan terus
dikembangakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya, Di Indonesia
rumusan-rumusan usaha kesehatan pokok Puskesmas dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan saat itu yaitu 7 usaha pokok
Puskesmas, 12 usaha pokok Puskesmas, 13 usaha pokok Rencana Pokok Program
Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RP3JPK) yang kemudian
sekarang menjadi 18 usaha pokok Puskemas yaitu (Wiyono, 1997)
a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana (KB)
c. Usaha Peningkatan Gizi
d. Peningkatan kesehatan lingkungan
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisasi dan
pengamatan penyakit
f. Pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g. Penyuluhan kesehatatan masyarakat
h. Kesehatan sekolah
xxvii
j. Perawatan kesehatan masyarakat
k. Kesehatan kerja
l. Peningkatan kesehatan gigi dan mulut
m. Peningkatan kesehatan jiwa
n. Kesehatan mata
o. Pemeriksaan laboratorium sederhana
p. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
q. Kesehatan usia lanjut
r. Pembinaan pengobatan tradisional.
2.2.4. Azas Penyelenggaraan
Sebagai sarana pelayanan terdepan tingkat pertama di Indonesia,
pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat azas yaitu
(Azwar, 2007).
a. Azas Pertanggung jawaban Wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas pertanggungjawaban wilayah artinya Puskesmas harus
bertanggung jawab atas masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya,
sehingga banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat. Dengan adanya azas ini maka pelaksanaan program Puskesmas
tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya menanti kunjungan
masyarakat ke Puskesmas, melainkan secara aktif yaitu memberikan
xxviii
b. Azas peran Serta Masyarakat
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas peran serta masyarakat, artinya berupaya melibatkan
masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran
serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan banyak macamnya. Salah satunya
adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
c. Azas Keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya Puskesmas berupaya
memadukan program kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan
lain (lintas program) tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektor).
Dengan dilaksanakan azas keterpaduan ini, berbagai manfaat akan diperoleh.
Bagi Puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan bagi masyarakat
lebih muda memperoleh pelayanan kesehatan.
d. Azas Rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, apabila Puskesmas tidak
mampu menangani masalah kesehatan harus merujuk ke sarana kesehatan yang
lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran, jalur rujukan adalah rumah sakit.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah
berbagai kantor kesehatan.
2.2.5. Fungsi dan Peran Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Masyarakat
a. Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas dalam sistem kesehatatan masyarakat yaitu:
xxix
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Peran Puskesmas
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran
yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditujukan dalam bentuk ikut serta
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan
tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan
yang akurat (Azwar, 2007).
2.2.6. Organisasi dan Manajemen Puskesmas
a. Susunan Organisasi Puskesmas terdiri dari (Depkes RI, 1998)
1) Unsur Pimpinan yaitu kepala Puskesmas yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi memimpin, mengawasi, dan mengkoordinir kegiatan
Puskesmas.
2) Unsur pembantu pimpinan yaitu urusan tata usaha
3) Unsur pelaksana yang terdiri atas unit-unit pelaksana kegiatan.
b. Manajemen Puskesmas
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya Puskesmas didukung oleh suatu
sistem manajemen yang sebenarnya sudah dibakukan oleh Departemen
xxx
1) Perencanaan Tingkat Puskesmas
Dahulu di kenal dengan Micro Planning, kemudian dirubah dengan
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang kurun waktu
perencanaannya tiap tahun dan diupayakan agar memenuhi kebutuhan
perencanaan tahunan kesehatan Dati II. PTP merupakan proses kegiatan
sistematis untuk menyusun atau menyiapkan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya
mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat. Proses PTP ini dapat di
susun dua rumusan perencanaan, yaitu dalam bentuk Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) dan Rencana Kegiatan Pelaksanaan (RPK).
2) Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dan pelaksanakannya melalui kegiatan ”mini
lokakarya” dalam bentuk pertemuan dan rapat kerja berkala. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan tenaga Puskesmas untuk
bekerja sama dalam team, baik lintas program (antar program dalam
Puskesmas), maupun lintas sektoral (dengan sektor lain di luar
Puskesmas).
3) Pemantauan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP)
SP2TP kemudian disederhanakan menjadi Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Puskesmas (SP3) adalah tata pencatatan dan pelaporan yang
xxxi
sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh
Puskesmas. Proses pelaksanaan SP3 mencakup 3 hal yaitu pencatatan,
pelaporan dan pengolahan/analisa/pemanfaatan. Pencatatan kegiatan
dicatat dalam buku register yang berlaku untuk masing-masing program.
Kemudian data tersebut di rekapitulasikan kedalam format laporan SP3
yang sudah dibakukan.
Koordinator SP3 di Puskesmas menerima laporan-laporan dalam
format baku tadi dalam 2 rangkap. Yaitu satu untuk arsip dan yang
lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dati II. Koordinator Dati II
meneruskan ke masing-masing program di Dati II. Dari Dati II setelah
diolah dan dianalisa dikirim ke koordinator SP3 Dati I, dan seterusnya
untuk dimanfaatkan. Frekuensi pelaporan adalah sebagai berikut:
a) Bulanan, misalnya untuk data kesakitan, gizi, KIA, Imunisasi, KB,
P2M, penggunaan obat-obatan, dan lain-lain
b) Tribulanan, meliputi kegiatan Puskesmas antara lain: Kunjungan
Puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan, pelayanan gigi, dan
lain-lain
c) Tahunan, terdiri dari data dasar (fasilitas pendidikan, kesehatan
lingkungan), data ketenagaan Puskesmas dan data tentang peralatan
Puskesmas.
4) Stratifikasi Puskesmas
Yaitu suatu upaya untuk melakukan peningkatan prestasi kerja
Puskesmas dengan mengelompokkannya menjadi 3 strata, yaitu yang
xxxii
Aspek yang dinilai adalah mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Hasil cakupan program kegiatan pokok Puskesmas
b) Proses manajemen yaitu P1, P2 dan P3
c) Sumber daya atau sarana
d) Aspek lingkungan (Budiarto, 1997)
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan ( Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau
xxxiii
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysa)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesa)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
Pengetahuan juga dapat dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan itu
xxxiv
Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi
ransangan dari luar yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru didalam memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai suatu
hal yang baru sampai pada saat yang memutuskan untuk menerima atau menolak
ide baru tersebut. (FKM UI, 2000).
2.4.Pengertian Kepuasan
Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005). Sedangkan Kotler (2003) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang,
perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Tingkat
kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa.
Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja
melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. harapan pelanggan dapat dibentuk
oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi
dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive
xxxv 2.5. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
2.6. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
2.7.Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan antara pengetahuan bidan dengan tingkat kepuasan
atau kesembuhan balita usia 2 bulan sampai 5 tahun.
2. Adanya hubungan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau
kesembuhan balita usia 2 bulan sampai 5 tahun.
- Pengetahuan Tenaga Kesehatan
- Penatalaksanaan MTBS
Kepuasan atau
kesembuhan balita usia 2 bulan sampai 5 tahun Pengetahuan Bidan
xxxvi BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross
Sectional yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan tenaga
kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan
balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan
Teunom Aceh Jaya dan penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Mei sampai 03
Juni 2013.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan di
Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan pada balita di ruangan MTBS Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
xxxvii 3.4. Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari
hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat
kesesuaian.
2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam
pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka.
3. Transfering yaitu : Data yang telah diberi kode secara berurutan mulai dari
responden pertama hingga responden terakhir untuk dimasukkan kedalam
tabel.
4. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk
master tabel.
3.4.1. Jenis dan sumber data
1. Data primer
Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan
mengunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Teunom Kecamatan
xxxviii 3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.5 Definisi Operasional
No Variabel Keterangan Variabel Independen
1 Pengetahuan Tenaga kesehatan
Definisi Pengetahuan bidan
mengenai MTBS.
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur 1. Baik
2. Kurang
Skala ukur Ordinal
2 Penatalaksanaan MTBS
Definisi Program penatalaksanaan
MTBS di puskesmas
terhadap balita.
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Definisi Kepuasan yang dirasakan
ibu balita atas
penatalaksanaan MTBS di Puskesmas
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Likert yaitu memberikan skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden dengan rumus Rentang:
−
=
1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Pertanyaan untuk pengetahuan bidan berjumlah 10 pertanyaan dengan skor
xxxix
tertinggi adalah 10 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan
masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
10+ 0 = 5 2
Jadi:
Baik jika skor > 5
Kurang jika skor < 5
2. Penatalaksanaan MTBS
Pertanyaan untuk penatalaksanaan MTBS berjumlah 10 pertanyaan dengan
skor untuk jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0. Jumlah
skor tertinggi adalah 10 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan
masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
10+ 0 = 5 2
Jadi:
Baik jika skor > 5
Kurang jika skor < 5
3. Kepuasan atau kesembuhan Balita
Pertanyaan untuk Kepuasan atau kesembuhan Balita berjumlah 6 pertanyaan
dengan skor untuk jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0.
Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk
menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut:
6+ 0 = 3 2
xl
Baik jika skor > 3
Kurang jika skor < 3
3.7. Tenik Analisa Data 3.7.1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini disajikan dalam
bentuk table distribusi frekuensi.
Pada penelitian ini analisa data dengan statistik univariat akan
digunakan untuk menganalisa:
a. Tingkat pengetahuan Tenaga Kesehatan
b. Penatalaksanaan MTBS
c. Tingkat kepuasan dan kesembuhan balita.
3.7. 2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan
menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan
variabel Dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic
chi-square (X2) (Budiarto, 2001).
X2= ( )
Keterangan: X2 = Chi-square
O = Nilai pengamatan
E = Nilai yang diharapkan
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai ood ratio (OR).
xli
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya“Continuity Correction (a)”
c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan
uji“Pearson Chi-Square”
d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya
digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisa stratifikasi pada
bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak untuk
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
xlii BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum
Puskesmas Teunom terletak dijalan Banda Aceh- Meulaboh KM 189,
kecematan Teunom.
Adapun batas-batas Puskesmas Teunom adalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Pidie.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Aceh Barat.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan samudra hindia.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan panga.
Puskesmas Teunom melakukan pelayanan kesehatan terhadap 4
kemukiman, 36 Desa dan 96 dusun, dengan luas wilayah 669 km2. Puskesmas
teunom terletak 38km dari ibukota kabupaten aceh jaya 60km dari ibu kota
kabupaten Aceh Barat dan 189km dari ibu kota propinsi Aceh, dengan jarak
tempuh desa terdekat 2km dan jarak tempuh terjauh 25km.
Jumlah petugas kesehatan di puskesmas Teunom berjumlah 47 orang yang
terdiri dari:
Tabel 4.1. Jumlah Tenaga Kesehatan No Tenaga kesehatan Jumlah
1 Dokter 3 orang
2 Bidan 14 orang
3 Petugas gizi 8 orang
xliii
5 Kesling 3 orang
6 Perawat 17 orang
Total 47 orang
Sumber dari data sekunder (Tahun 2013)
4.1.2. Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis univariat untuk melihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan table distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.
1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.
No Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Frekuensi %
1 Baik 30 63,8
2 Kurang 17 36,2
Total 47 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 47 responden pengetahuan tenaga
kesehatan baik sebanyak 63,8% sedangkan yang kurang hanya 36,2%.
2. Penatalaksanaan MTBS
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan MTBS Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.
No Penatalaksanaan MTBS Frekuensi %
1 Baik 26 55,3
2 Kurang 21 44,7
xliv Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa dari 47 responden penatalaksanaan MTBS
baik sebanyak 55,3% sedangkan yang kurang hanya 44,7%.
3. Kepuasan atau kesembuhan balita
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa dari 47 responden kepuasan atau
kesembuhan balita baik sebanyak 55,3% sedangkan yang kurang hanya 44,7%.
4.1.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.
a. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita
Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.
Pengetahuan
xlv Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 30 responden yang pengetahuan
tenaga kesehatan yang baik Kepuasan atau kesembuhan balita juga baik sebanyak
76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga kesehatannya
kurang Kepuasan atau kesembuhan juga kurang sebanyak 58,8%. Dari hasil uji
chi square di dapat nilai P Value = 0,034 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Tenaga Kesehatan
dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan
Teunom Aceh Jaya.
Dilihat dari nilai OR 4,694 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan
tenaga kesehatan yang baik memiliki peluang 5 kali Kepuasan atau kesembuhan
balita baik di bandingkan dengan tenaga kesehatan yang pengetahuannya kurang.
b. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Tabel 4.5. Hubungan Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau
kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013.
xlvi Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 26 responden yang
penatalaksanaan MTBS yang baik Kepuasan atau kesembuhan balita juga baik
sebanyak 80,8% sedangkan dari 21 responden yang penatalaksanaan MTBSnya
kurang Kepuasan atau kesembuhan balita juga kurang sebanyak 57,1%. Dari hasil
uji chi square di dapat nilai P Value = 0,017 dan ini lebih kecil dari α= 0,05
sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Penatalaksanaan MTBS
dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan
Teunom Aceh Jaya.
Dilihat dari nilai OR 5,600 maka dapat diartikan bahwa penatalaksanaan
MTBS yang baik memiliki peluang 6 kali Kepuasan atau kesembuhan balita baik
di bandingkan dengan penatalaksanaan MTBSnya yang kurang.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Pada lokasi penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan tenaga
kesehatan dengan kepuasan atau kesembuhan balita dimana dari 30 responden
xlvii
juga baik sebanyak 76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga
kesehatannya kurang Kepuasan atau kesembuhan balita juga kurang sebanyak
58,8%, yang dapat diartikan bahwa semakin baik penegathuan tenaga kesehatan
semakin baik pula kepuasan dan kesembuhan balaita begitu juga sebaliknya, dan
ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) dimana pengetahuan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang dan diperkuat dengan dengan nilai OR yaitu
4,694 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan yang baik
memiliki peluang 5 kali Kepuasan atau kesembuhan balita baik di bandingkan
dengan tenaga kesehatan yang pengetahuannya kurang.
4.2.2. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau kesembuhan balita
Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk menfasilitasi kesehatan
yang optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan
dengan aktifitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajemen,
masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada
anak dengan kebutuhan khusus (Overby, 2002).
Pada lokasi penelitian terdapat hubungan signifikan yang dilihat dari hasil
uji chi square di dapat nilai P Value = 0,017 dan ini lebih kecil dari α= 0,05
sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Penatalaksanaan MTBS
dengan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan
Teunom Aceh Jaya, sejalan dengan teori Overby (2002) dimana sebuah pelayanan
yang tidak baik dapat mempengaruhi kepuasan seseorang dan dapat dilihatdengan
nilai OR 5,600 yang diartikan bahwa penatalaksanaan MTBS yang baik memiliki
peluang 6 kali Kepuasan atau kesembuhan balita baik di bandingkan dengan
xlviii BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Adanya hubungan pengetahuan tenaga kesehatan terhadap kepuasan atau
kesembuhan balita dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu
0,034.
2. Adanya hubungan penatalaksanaan MTBS terhadap kepuasan atau
kesembuhan balita dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu
0,017.
2.2. Saran
1. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Aceh Jaya agar dapat mengambil
kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan program MTBS.
2. Kepada Tenaga Kesehatan di Puskesmas teunom agar dapat lebih
meningkatkan lagi penyuluhan dan promosi kesehatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan MTBS serta meningkatkan kinerjanya dalam
memberikan pelayanan MTBS pada balita.
3. Kepada Ibu-ibu agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pelaksanaan MTBS kepada balita dan pencegahan terhadap
xlix
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, 2007. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar. Jakarta.
Budiarto, Eko, 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Yayasan Bina Pusaka. Jakarta
Budiorto, 1997. Pengantar Epidemiologi. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Semarang
Depkes RI, 1998. Buku I Perawatan Kesehatan. Jakarta
________ 2002. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
________, 2004. Perawatan Ibu Di Puskesmas. Surabaya
________, 2005. Perdoman Pekan Kesehatan Nasional, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta
________, 2007. Pedoman Pengendalian Demam Tripoid. Jakarta
FKM UI, 2000. Perilaku Ibu Terhadap Pengobatan Penyakit Diare Pada Balita. Jakarta.
Kotler , Philip, 2003. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran. PT Gramedia Pusaka Utama. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.
________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.
________. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.
Overby, R., 2002. Promosi Kesehatan. Bina Pustaka Utama. Jakarta.
Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius., 2005. Manajemen Kualitas Jasa. Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta.
l
li Lampiran I
KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN
ATAU KESEMBUHAN BALITA USIA 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
Petunjuk
1. Isilah biodata anda dengan tepat dan benar
2. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar
3. Kuesioner ini hanya digunakan semata-mata untuk penelitian skripsi
penulis bukan untuk merugikan seseorang dikemudian hari
4. Pengisian secara benar dan tepat membantu kelangsungan dalam
penelitian ini
Untuk Petugas Kesehatan I. Karakteristik Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
lii II. Pertanyaan
A. Pengetahuan Tenaga Kesehatan
1. Apa yang dimaksud dengan MTBS?
a. Suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif.
b. Suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada
pasien
2. Apa tujuan pelayanan kesehatan anak?
a. Untuk memfasilitasi kesehatan yang optimal dan kesejahteraan bagi
anak dan keluarganya.
b. Untuk memberikan kenyamanan kepada anak pada saat diberikan
pelayanan.
3. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5
tahun adalah salah satu langkah dalam MTBS?
a. Ya b. Tidak
4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan tindak lanjut?
a. Menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang umtuk
kunjungan ulang
b. Melakukan tindakan pada saat pasien datang untuk pertama kali
5. Program imunisasi dalam MTBS adalah salah satu?
a. Program deteksi dini dan pemberdayaan masyarakat dalam
liii
b. Program pemberian vitamin pada bayi
6. Apa-apa saja yang perlu diperhatikan dalam penerapan MTBS?
a. Penyiapan obat, alat, formulir MTBS dan Kartu Nasehat Ibu
b. Penyiapan dana yang banyak, pendataan ibu-ibu.
7. Di bawah ini yang manakan pentahapan penerapan MTBS?
a. Jika kunjungan balita 10-25 per hari diberikan pelayanan MTBS
kepada 50% kunjungan.
b. Jika kunjungan balita 10-25 per hari diberikan pelayanan MTBS
kepada 25% kunjungan.
8. Apa yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
MTBS?
a. SP2PT
b. Rekam Medis
9. Apakah pemberian konseling pada tahap awal pelayanan MTBS kepada
ibu balita di perlukan?
a. Ya b. Tidak
10.Apakah penilaian secara anamnesis salah satu pelayanan MTBS?
liv KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN
ATAU KESEMBUHAN BALITA USIA 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
Untuk Ibu-Ibu
III. Karakteristik Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
B. Penatalaksanaan MTBS
1. Apakah di puskemas tempat ibu tinggal sudah melakukan kegiatan
program imunisasi secara rutin?
a. Ya b. Tidak
2. Pada saat anak ibu diberi pelayanan apakah ibu diberi tahu tata cara
pengobatan kepada anak ibu?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang ibu ajukan kepada tenaga
kesehatan di jawab oleh tenaga kesehatan?
lv
4. Apakah anak ibu pernah diberikan pelayanan MTBS?
a. Ada b. Tidak ada
5. Pada saat anak ibu sakit apakah tenaga kesehatan langsung memberikan
tindakan pelayanan kesehatan kepada anak ibu?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah anak ibu sebelum dilakukan tindakan di periksa terlebih dahulu
dengan bertanya kepada ibu?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah ibu diberi konseling oleh tenaga kesehatan?
a. Ya b. Tidak
8. Pada saat ibu datang untuk kedua kalinya, apakah petugas kesehatan
memberi tindakan lanjut kepada anak ibu?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah ibu ada melihat petugas menulis apa yang ibu keluhkan
mengenai penyakit anak ibu?
a. Ya b. Tidak
10.Setelah dilakukan pemeriksaan apakah anak ibu diberikan obat dan
dijelaskan mengenai obat tersebut?
lvi
C. Kepuasan atau Kesembuhan Bayi umur 2-5 tahun
1. Apakah anak ibu merasa nyaman saat mendapatkan pelayanan MTBS
dari petugas?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anak ibu sembuh dan tidak perlu berobat lagi setelah mendapatkan
pelayanan MTBS dari petugas?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ibu puas dengan jawaban yang ibu dapatkan dari
pertanyaan-pertanyaan yang ibu ajukan kepada petugas?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu mengerti dengan konseling yang diberikan oleh petugas?
a. Ya
b. Tidak
5. Setelah mendapatkan pelayanan MTBS di Puskesmas apakah anak ibu
menjadi tambah parah penyakitnya?
a. Tidak
b. Ya
6. Menurut ibu obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan ibu sudah tepat
dan apakah membuat anak ibu sembuh?
lviii GET
FILE='D:\entrian data\dewi.sav'.
FREQUENCIES VARIABLES=pengetahuan penatalaksanaan kepuasan /ORDER=ANALYSIS.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 26 55.3 55.3 55.3
kurang 21 44.7 44.7 100.0
lix
kepuasan atau kesembuhan Balita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 30 63.8 63.8 63.8
kurang 17 36.2 36.2 100.0
Total 47 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=pengetahuan penatalaksanaan BY kepuasan /FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT EXPECTED ROW /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet1] D:\entrian data\dewi.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan bidan * kepuasan
atau kesembuhan Balita
47 100.0% 0 .0% 47 100.0%
penatalaksanaan MTBS *
kepuasan atau kesembuhan
Balita
lx
pengetahuan bidan * kepuasan atau kesembuhan Balita
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb 3.485 1 .062
Likelihood Ratio 4.728 1 .030
Fisher's Exact Test .059 .031
Linear-by-Linear Association 4.647 1 .031
N of Valid Cases 47
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.51.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kepuasan atau kesembuhan Balita
lxi Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan
bidan (baik / kurang)
3.929 1.114 13.851
For cohort kepuasan atau
kesembuhan Balita = baik
1.707 .979 2.976
For cohort kepuasan atau
kesembuhan Balita = kurang
.434 .202 .935
N of Valid Cases 47
penatalaksanaan MTBS * kepuasan atau kesembuhan Balita
Crosstab
kepuasan atau kesembuhan Balita