• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSIDENGAN UPAYA MENCEGAHTERJADINYA STROKE DI RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013 - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSIDENGAN UPAYA MENCEGAHTERJADINYA STROKE DI RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013 - Repository utu"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM FAK

KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH: SAMSIDAR NIM: 10C10104193

M STUDI ILMU KESEHATAN MASYARA KULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT

2013

(2)

KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar

OLEH : SAMSIDAR NIM: 10C10104193

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT

(3)

1 1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2008). Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti penyakit parenkim ginjal, serta akibat obat. Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Peranan faktor genetik pada etiologi hipertensi didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa hipertensi terjadi di antara keluarga dekat walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stress, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain (Lubis 2010).

(4)

tahun 2000 dan diprediksi akan meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025 (Chandra, 2011).

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010 menunjukkan hipertensi pada pria 12,2% dan wanita 15,5%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 2008, 2009, dan 2010 selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16%, 18,9%, dan 26,4%. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir padastroke(Chandra, 2011).

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu (Vitahealth, 2006). Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor resiko utama terjadinyastroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana kasusnyadiperkirakan lebih besar peluangterjadinya pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2006).

Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya hipertensi, komplikasi dan cara pengendaliannyaantara lain melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya. Melaluiupayaini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor resiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darahdanjantung koroner di Indonesia (King, 2008).

(5)

tidak semudah yang diperkirakan. Banyak faktor yang harus diperhatikan baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Dekker, 2007).

Dari dataProfilDinasKesehatanProvinsi Acehtahun 2010hipertensi berada di peringkat 6 untuk pola 20 besarpenyakit rawat inapberdasarkanumurdanjeniskelamin. Hipertensi primer(essential)tercatatsebanyak 790 orang laki-lakidan 1.202 orang perempuan.Kasusseluruhnyaberjumlah1.992 orang. Sedangkanpenderitadenganstrokeberjumlah 855 orang (Dinkes Prov. Aceh, 2010).

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan merupakan rumah sakit yang ada di Kabupaten Aceh Selatan yang melayani pasien rawat jalan maupun rawat inap.Hasilstudiawal penelitimendapatkan jumlah pasien penderitahipertensidaribagian Rekam MedikRSUDdr. H. Yuliddin Away Tapaktuan pada tanggal 7Januari2013. Berdasarkan data tersebutdiketahuijumlah pasien hipertensi dari bulan Januari sampai Desember 2011 sebanyak 2.215 orangrawat jalandan 184 orangrawatinap. Pasienhipertensiyang dirawatinapsebanyak109 orang (59,23%) adalah penderita hipertensi dengan strokedan 75 oranglainnya (40,76%) adalah penderita hipertensi tanpastroke.

Kemudianpadatahun 2012 jumlahpasienhipertensirawatjalansebanyak 2.523 orang dan yang dirawatinapsebanyak162 orang, denganrincian 128 orang(89%) adalahpenderitahipertensidenganstroke, dan34 orang (21%) adalahpenderitahipertensitanpastroke. Dari data

(6)

adanyapeningkatankasushipertensidenganstrokesebesar 19,87% dibandingkandengantahun 2011(Data RekamMedikRSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, 2013).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dansikappenderita hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusanmasalahdalampenelitianiniadalah :Apakah adahubungan antarapengetahuan dansikappenderita hipertensi denganupaya mencegah terjadinyastrokediRSUD dr. H. Yuliddin Away TapaktuanTahun 2013?.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dansikappenderita hipertensi dengan upaya mencegah terjadinyastrokedi RSUD dr. H. Yuliddin Away TapaktuanTahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahuitingkat pengetahuan pasien hipertensitentangstrokedi RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

b. Untuk mengetahui sikap pasien hipertensiterhadapstroke di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

(7)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis :

Sebagai bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam upaya penyebaran informasi mengenai hubungan pengetahuan dansikappenderita hipertensi dengan upaya mencegah terjadinyastroke.

1.4.2. Manfaat Aplikatif : a. Bagi Rumah Sakit :

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada pasien penderita hipertensi melalui discharge planning kepada pasien yang sedang dirawat dan keluarganya dan penyuluhan-penyuluhan tentang komplikasi hipertensi seperti stroke, pencegahan, dan pengobatannya sehingga akan meningkatkan upaya yang dilakukan pasien penderita hipertensi dalam mencegah terjadinyastroke.

b. Bagi Peneliti :

(8)

6 2.1. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang. Pengetahuan juga dapat membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap sesuatu hal. Dari pengalaman dan penelitian diketahui bahwa ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang dimilikiseseorangmempengaruhiperilakunya, semakinbaikpengetahuanseseorangmakaperilakunya pun akansemakinbaikdanpengetahuanitusendiridipengaruhitingkatpendidikan,

sumberinformasi, danpengalaman.

Pengetahuanmerupakanhasildaripenggunaanpancaindera yang didasarkanatasintuisidankebetulan, otoritasdankewibawaan, tradisi, danpendapatumum (Effendy, 2006).

(9)

sehinggaseseorangmaumengadopsiperilakubaru, yaitukesiapanpsikologis yang ditentukanolehtingkatpengetahuan. Dijelaskan pulaoleh Green dkk (2000 dalam Kristina dkk, 2008), bahwapengetahuanmerupakansalahsatufaktorpredisposisi agar suatusikapmenjadiperbuatan.

2.1.1. Tingkat Pengetahuan

MenurutNotoatmodjo (2007)Pengetahuan yang tercakupdalam domain kognitifmempunyaienamtingkatan, yaitu :

1. Tahu(know).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami(Comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut secara benar, harusdapatmenjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi(application).

(10)

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis(analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya.

6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kritera-kriteria yang telah ada.

(11)

2.1.2. Faktor- faktor yang mempengaruhiPengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhipengetahuanmenurut Green dalamNotoatmodjo (2007) yaitu :

a. Tingkat pendidikan

Semakintinggitingkatpendidikanseseorang,

makadiaakanlebihmudahdalammenerimahal-halbarusehinggaakanlebihmudah pulauntukmenyelesaikanhal-haltersebut

b. Informasi

Seseoarang yang mempunyaisumberinformasi yang lebihbanyakakanmemberikanpengetahuan yang jelas.

c. Budaya

Budayasangatberpengaruhterhadaptingkatpengetahuanseseorang,karenainform asi-informasibaruakandisaringkira-kirasesuaiatautidaknyadengankebudayaan yang adadan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalamandisiniberkaitandenganumurdanpendidikanindividu,maksudnyapend idikan yang tinggipengalamanakanluassedangkanumursemakinbertambahtua. e. Sosialekonomi

Sosialekonomi yang rendahberpengaruhpadapengetahuan orang tua tentangtumbuhkembanganak, dalammemenuhihidupsehatterutama perawatankebersihan.

(12)

Sikapadalahrespontertutupseseorangterhadap stimulus atauobjektertentuyang sudahmelibatkanfaktorpendapatdanemosi yang bersangkutan (senang-tidaksenang, setuju-tidaksetuju, baik - tidak-baik, dansebagainya).

Menurut(Notoatmodjo,2007)sepertihalnyapengetahuan,

sikapjugamempunyaitingkat-tingkatberdasarkanintensitasnya, sebagaiberikut: a. Menerima(receiving)

Menerimadiartikanbahwaseseorangatausubjekmaumenerima,dapatdiketahuiata udiukur.

b. Menanggapi(Responding)

Menanggapidisinidiartikanmemberikanjawabanatautanggapanterhadappertanya anatauobjek yang dihadapi.

c. Menghargai(Valuing)

Menghargaidiartikansubjek, atauseseorangmemberikannilai yang positifterhadapobjekatau stimulus, dalamartimembahasnyadengan orang lain danbahkanmengajakataumempengaruhiataumenganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggungjawab(responsible)

Sikap yang paling tinggitingkatannyaadalahbertanggungjawabterhadapapa

yang paling diyakininya.Seseorang yang

telahmengambilsikaptertentuberdasarkankeyakinannya,

(13)

2.3. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka kematian (mortalitas). Penyakit ini dapat menyerang siapasaja, muda maupun tua, kaya maupun miskin dan merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Hipertensi tidak dapat membunuh secara langsung tetapi dengan cara memicu penyakit yang tergolong berat yang dapat mengakibatkan kematian. Bisa dikatakan besar kemungkinan hipertensi yang diderita akan memicu penyakit lainnya, seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal. Penyakit ini tidak dapat sembuh secara permanen walaupun mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada sebagian kasus memang bisa disembuhkan total, tapi persentasenya kecil dan itupun hanya hipertensi ringan (Marliani, 2007).

2.3.1 KlasifikasiTekananDarah

(14)

Tabel 2.1: Klasifikasi Hipertensi menurut Seven Report of the Joint National Committee VII on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatmentof High Blood Pressure.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

PraHipertensi 120-139 80-89

Hipertensi = 140 =90

Stadium 1 140 - 159 91-99

Stadium 2 160 - 180 100-110

National Institute of Health, lembaga kesehatan nasional di Amerika mengklasifikasikan sebagai berikut (Indriyani, 2009).

Tabel 2.2:Klasifikasi Hipertensi menurutNational Institute of Health.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal =119 <79

Pra-hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 =160 =100

Tabel2.3 :KlasifikasiHipertensi menurut WHO :

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 140 90

Borderline 140-159 90-94

Hipertensi definitif 160 95

Hipertensi berat 160-179 95-140

(Ismudiati, 2003, dalam Rohaendi, 2009).

2.3.2. Gejala hipertensi

Padasebagianbesarpenderita,

hipertensitidakmenimbulkangejala.Jikamenunjukkangejala,

(15)

kali tidakterkaitdenganhipertensi. Akan tetapimenurutIndriyani(2009), jikahipertensinyaberatataumenahundantidakdiobati, bisatimbulgejala, antara lain sakitkepala, kelelahan, mualdanmuntah, sesaknapas, napaspendek (terengah-engah), gelisah, pandanganmenjadikabur, mataberkunang-kunang, mudahmarah, telingaberdengung, sulittidur, rasa berat di tengkuk, nyeri di daerahkepalabagianbelakang,otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat, atau tidak teratur, impotensi, darah di urin.

MenurutWolff (2008), daftar keluhan berikut ini adalah yang paling sering disebutkan oleh penderita kasus hipertensi yang berkepanjangan. Tetapi karena keluhan itu muncul sama seringnya dengan orang pada kelompok usia sama yang tidak mengidap tekanan darah tinggi, gejala itu bisa menjadi gejala penyakit lainnya.

Tabel : 2.4. Keluhan yang tidak spesifik pada hipertensi

Keluhan Frekuensi (kira-kira)

Kegelisahan 35%

Jantung berdebar-debar 32%

Pusing 30%

Rasa sakit di dada 26%

Sakit kepala 23%

Depresi, kurang semangat 7%

2.3.3. PenyebabHipertensi

MenurutIndriyani (2009),

(16)

1. Hipertensiesensial/primer, yaituhipertensi yang tidakdiketahuipenyebabnyadanadakemungkinankarenafaktorketurunanataugene tik (90%).

2. Hipertensisekunder, yaituhipertensi yang merupakanakibatdariadanyapenyakit lain sepertikelainanpembuluhginjaldangangguankelenjartiroid (10%). Faktorinibiasanyajugaerathubungannyadengangayahidupdanpolamakan yang kurangbaik. Faktormakanan yang sangatberpengaruhadalahkelebihanlemak (obesitas), konsumsigaramdapur yang tinggi, merokok, danminumanberalkohol.

Jikakeduaorangtuamemilikiriwayathipertensimakakemungkinanbesarketurunan nyajugamenderitahipertensi.

Faktainimendukungdugaanbahwafaktorketurunanmempunyaiperan di dalamterjadinyahipertensi, baiksecaralangsungmaupuntidaklangsung.

Olehkarenaitu,

hipertensikarenafaktorketurunantidakdapatdihindarilagi.Tindakan yang harusdilakukanadalahmengontrolfaktor-faktorrisikolainnyaseperti stress, kegemukan (obesitas), polamakan, merokok, danolahraga.Sudahbanyakhasilpenelitian yang membuktikanbahwafaktor-faktortersebutdapatmenimbulkanhipertensi.

2.3.4. KomplikasiHipertensi

Hipertensidapatberakibat fatal

jikatidakdikontroldenganbaikataubiasadisebutdengankomplikasi.Komplikasihipert

ensiterjadikarenakerusakan organ yang

(17)

organ-organ yang paling seringrusakantaralainotak, mata, jantung, pembuluhdaraharteri, sertaginjal.Padaotak, hipertensiakanmenimbulkankomplikasicukupmematikan. Berdasarkanpenelitian, sebagianbesarkasusstrokedisebabkanhipertensi.

pikun.Iniadalahpenyakitkehilangandayaingatdankemampuan mental yang lain. Risikodemensiadapatditurunkandenganpengobatanhipertensi.

Pada mata, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus pada retina (bagian belakang mata) robek. Darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kebutaan. Kejadian ini dapat dihindari dengan pengendalian hipertensi secara benar.

Komplikasi yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah yaitu ateriosklerosis yaitu pengerasan pada dinding arteri yang terjadi karena terlalu besarnya tekanan, aterosklerosis yaitu penumpukan lemak pada pembuluh darah, aneurisma yaitu terbentuknya gambaran seperti balon pada dinding pembuluh darah akibat melemah atau tidak elastisnya pembuluh darah, penyakit pada arteri koronaria misalnya karena plak,hipertropi bilik kiri jantung akibat ototnya yang bekerja terlalu berat ketika memompakan darah ke aorta, gagal jantung yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak kuat memompa darah ke seluruh tubuh.

Pada ginjal, komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran darah ke ginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya (Marliani, 2007).

(18)

Diet ini adalah bagian dari pengobatan tanpa obat. Diet bagi penderita hipertensi haruslah diet yang dapat menurunkan atau mencegah kenaikan tekanan darah. Diet ini bertujuan untuk mengurangi asupan garam, mengurangi kadar lemak dalam tubuh sehingga didapat berat badan yang sehat, mempertahankan agar tetap berada pada berat badan yang sehat (Marliani, 2007).

Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan empat cara yaitu diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).

1. Diet rendah garam.

Yang dimaksud garam di sini adalah garam natrium, kandungan mineral antrium (sodium). Bukan hanya garam dapur yang harus dibatasi tetapi semua bahan makanan sumber natrium. Natrium bersifat mengikat air sehingga garam tersebut akan mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuleryang menyebabkan meningkatnya volume darah.

2. Diet rendah kolesterol.

Kolesterol adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan tubuh. Kolesterol HDL dan LDL harus dalam keadaan seimbang. Saat terjadi ketidakseimbangan dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri, membuat pembuluh darah menyempit, dan menghalangi aliran darah dan terjadi peningkatan tekanan darah.

3. Diet tinggi serat.

(19)

jenuh dan kolesterol, menghindari kelebihan gula dan natrium, serta membantu mengontrol berat badan.

4. Diet DASH.

Diet DASH (Dietary Aproaches to Stop Hypertension) menunjukkan bahwa diet makanan kaya padi-padian, buah-buahan, sayuran, dan susu rendah lemak atau tanpa lemak dapat menurunkan tekanan sistolik rata-rata 6-11 mmHg. Buah yang dianjurkan untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Makanan yang dilarang dikonsumsi oleh penderita hipertensi adalah daging kambing dan durian(Indriyani, 2009).

2.4. Stroke

Stroke atau disebut juga CVA (cerebrovaskuler accident) merupakan serangan yang ditakuti namun sebagian besar belum memahaminya dengan pasti. Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang dikarenakan berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba (Adib, 2009). Masih menurut Adib, otak mendapat aliran darah lebih kurang 55cc/100gr/menit (15% cardiac output) dan bila aliran darah menurun kurang dari 20cc/gr/menit akan mengakibatkan gangguan fungsi sel otak. Penghambatan aliranoksigenkesel-selotakselama 3 atau 4 menitsajasudahmulaimenyebabkankerusakansel-selotak(Hartanto, 2009).

(20)

penumpukan lemak. Akibatnya, aliran darah ke otak tak lancar. Strokeiskemik meliputi kurang lebih 88% dari semuastroke.

2. Stroke perdarahan, atau biasa dikenal dengan strokehemoragis, disebabkan pembuluh darah bocor atau pecah di dalam otak. Darah yang menggenangi otak membuat fungsi otak terganggu.

Gejala-gejala yang terjadi berbeda-beda tergantung dari jenis strokenya, yaitu (Marliani, 2007) :

1. Infark otak atau kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan pembuluh darah. Kejadian serangan biasanya mendadak, kadang bertahap atau didahului TIA(Trans Ischemic Attack). Penderita sering mengeluh sakit kepala disertai muntah. Umumnya kelainan saraf dirasakan pada waktu bangun tidur atau sedang istirahat. Infark otak ini paling sering terjadi pada usia tua dengan hipertensi atau usia muda dengan kelainan jantung. Pada permulaan sakit, kesadaran umumnya tidak terganggu.

2. Perdarahan otak. Serangan sangat mendadak diikuti rasa sakit kepala hebat, muntah-muntah dan kadang disertai kejang. Perdarahan otak umumnya terjadi pada usia tua atau setengah tua, dengan atau tanpa hipertensi, tergantung dari faktor penyebabnya. Kadang-kadang disertai pula dengan gejala kaku kuduk.

(21)

Faktor risiko mayor (faktor dominan) biasanya merupakan penyakit dan gangguan lain yang memang sudah bersarang di tubuh penderita stroke. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, penyakit jantung, dan sudah ada manifestasi aterosklerosissecara klinis (gejala-gejala pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermitten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, diabetes mellitus, polisitemia, pernah terserangstroke,hiperlipidemia, tingginya sel darah merah, gangguan pembuluh darah, penyakit pada katup jantung atau otot jantung yang disebut endocarditis, mengerasnya pembuluh arteri (aterosklerosis, atau penumpukan kolesterol pada dinding arteri), ketidaknormalan irama jantung sepertiatrial fibrillation.

Faktor risiko minor ini antara lain adalah kadar lemak darah yang tinggi, hematokrit tinggi, merokok, kegemukan (obesitas), kadar asam urat tinggi, kurang gerak badan/olahraga, fibrinogen tinggi, suku bangsa (negro/spanyol), jenis kelamin (pria), penyalahgunaan obat-obatan (narkoba). Bila faktor risiko ditanggulangi dengan baik, maka kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi(Adib, 2009).

Lumbantobing (2007) mengatakan bahwa pada konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia 2004, dikemukakan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahterjadinyastrokeyaitu dengan cara :

1. Menghindari : merokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golonganamfetamin,kokaindan sejenisnya.

(22)

4. Menganjurkan : konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur. Penderita stroke biasanya mengalami kehilangan kesadaran sehingga harus selalu dibawa ke rumah sakit sebelum terjadi komplikasi lain. Berikut pertolongan pertama yang dapat dilakukan di rumah sebelum dibawa ke rumah sakit:

1. Bilapenderitapingsanataumengorok, segerabawakerumahsakit. Saatdibawakerumahsakit, perhatikanjalannapaspenderita agar tetaplancar. Bilamulutatauhidungpenderitamengeluarkanbusa, segeradibersihkan. Kadang-kadangpenderitamuntah.

Segerasisamuntahnyadibersihkandarimulutmaupunhidungnya,

sambilposisiberbaringtubuhnyadibuat miring. Hal inipentinguntukmenghindarkan agar sisamuntahnyatidakmasukkejalannapas yang

dapatmengakibatkankomplikasiinfeksisalurannapasbahkandapatmenyumbatjala nnapassehinggamenyebabkankematian.

2. Hindarimemberiminumataumakananpadapenderita yang sedangpingsan, ataukesadarannyatampakmenurundibandingdengan orang normal. Hal iniuntukmencegah agar air ataumakanan yang diberitidakmengganggujalannapaspenderitatersebut

(23)

4. Sebaiknya tidak panik bila menemukan seseorang terserang stroke. Bila serangan stroke cepat ditangani, mudah-mudahan hasilnya akan lebih baik daripada kita panik dan akhirnya tidak melakukan apa-apa.

Berikut pertolongan darurat pada penderitastroke selama menunggu dokter(Adib, 2009):

1. Jika orang itu sadar, tenangkan dia. Baringkan dengan hati-hati, taruh bantal di bawah kepalanya dan selimuti.

2. Jika orang itu tidak sadar, periksalah pernapasannya. Bila masih bernapas, miringkanlah badannya dan biarkan kepalanya di atas lantai. Selimuti dia. 3. Jika pernapasannya berhenti, bila anda ahli, segera berikan pernapasan buatan

dari mulut ke mulut (resusitasi). Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernapas kembali. Ingat bahwa bila pernapasan terhenti dalam 2-3 menit, akan terjadi kerusakan otak,dan bila sampai 4-6 menit, akan terjadi kematian.

4. Bila penderita tersebut sebelumnya terjatuh, periksa apakah terjadi perdarahan hebat. Hentikan perdarahan dengan melakukan penekanan selama 5 menit di atas lukanya.

2.5. Kerangka Teoritis

Kerangkateoridalampenelitianiniberdasarkanteoripengetahuandansikapoleh Notoatmodjo (2007) danupayapencegahan stroke yang dikemukanolehLumbantobing (2007).Kerangkateoritisdigambarkansebagaiberikut :

UpayaMencegahTe rjadinyaStroke Pengetahuan

(24)

Gambar2.1 : Kerangka Teoritis

2.6. KerangkaKonsepPenelitian

Kerangka konseptual dari penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dansikappenderita hipertensi dengan upaya mencegah terjadinyastroke.KerangkaKonsepPenelitianinidapatdigambarkansebagaiberikut :

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep Penelitian

2.7. HipotesaPenelitan :

2.7.1. Ha : Terdapathubungan yang

bermaknaantarapengetahuandenganupayamencegahterjadinya stroke padapenderitahipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

2.7.2. Ha: Terdapathubungan yang

bermaknaantarasikapdenganupayamencegahterjadinya stroke padapenderitahipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

VariabelDependen UpayaMencegahTerjadinya

Stroke VariabelIndependen

(25)

23 3.1 JenisdanDesainPenelitian

JenispenelitianiniadalahanalitikdengandesainCross Sectionalyang mengukur hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

subjek (Notoatmodjo,

2005).Dalampenelitianakandianalisishubunganantaravariabelindependen

(pengetahuandansikappenderitaHipertensi) denganvariabeldependen (upayapencegahanterjadinyastroke).

3.2. LokasiPenelitiandanWaktu 3.2.1. LokasiPenelitian

Lokasipenelitianakandilakukan di

poliklinikpenyakitdalamRumahSakitUmumdr. H. Yuliddin Away

TapaktuanKabupaten Aceh Selatan.

AlasanpemilihanlokasiinidenganpertimbanganbahwaRumahSakitUmumdr. H.

Yuliddin Away

TapaktuanmerupakanrumahSakitUmumrujukanuntukwilayahpantaiselatan yang memberikanpelayananrawatjalandanrawatinap.

3.2.2. WaktuPenelitian

Penelitianinitelahdilaksanakandaritanggal12Maretsampai 05 April tahun 2013.

(26)

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang berobat jalan di poliklinikpenyakitdalamRSUdr. H. Yuliddin Away Tapaktuandenganjumlahkunjungan rata-rata perbulansebanyak 73 orang (Medikal Record RSUD dr. H.Yuliddin AwayTapaktuan, 2012).

3.3.2. Sampel

TeknikpenarikansampelsecaraAccidental Sampling, yaitupenarikansampelsecarakebetulanbertemupadasaatsedangberlangsungnyapene litian, sampai didapatkan sampel sebanyak 50 orang.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi yaitu respondenyang belumpernahmengalamistroke, bersedia menjadi responden, bisa membaca dan menulis.

3.4. Instrumen Penelitian

Padabagianawalkuesionerberisi data demografiresponden.Data demografi yang digunakanbertujuanuntukmengidentifikasikarakteristikresponden yang meliputi, umur, jeniskelamin, pendidikan, pekerjaan, dankeluarga yang pernahmenderitatekanandarahtinggi.

Kuesionerbagiankeduauntukmengidentifikasipengetahuanrespondententa ngpenyakithipertensi

(27)

Kuesionerbagianketigauntukmengidentifikasisikaprespondenterhadappen yakithipertensiberdasarkanskalaLikertyangterdiridari5pernyataandenganpilihanja wabanSangatSetuju (skornya 3), Setuju (skornya 2), TidakSetuju (skornya 1), SangatTidakSetuju (skornya 0).

Kuesionerbagiankeempatuntukmengidentifikasiupayapasienmencegahterj

adinyastroke yang terdiridari 10

pernyataanberdasarkanskalaGutmanndenganpilihanjawabanYadanTidak.Bilarespo ndenmemilihjawaban” Ya” skornya 1 danbilajawaban“Tidak” skornya 0.

3.5. MetodePengumpulan Data

Data sekunderberupa data jumlahpasien yang diperolehdaribagianRekamMedik RSUD dr. Yuliddin Away Tapaktuandan data -data dariberbagailiteratur lain yang berhubungandengan masalah yang diteliti.

3.6. DefenisiOperasionalVariabel

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Independen 1. Nama Variabel : Pengetahuan

Definisi

Cara Ukur

:

:

Segalainformasi yang

(28)

Alat Ukur

2. Nama Variabel : Sikap Definisi berobatjalan di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuanupayamencegahterjadinyastroke.

(29)

P : Panjang kelas

Rentang : Selisih nilai tertinggi dan terendah

Banyak kelas : Jumlah kelas dari hasil ukur masing-masing variabel

3.7.1. Pengukuranvariabelpengetahuan

Hasilpenilaiankuesionerpadavariabeliniadalahnilaitertinggi14dannilaitere ndah 0.Hasilpengukurantingkatpengetahuandibagikedalamduabagianyaitu : 1. Pengetahuandikategorikanbaikbilaskor : 8 - 14

2. Pengetahuandikategorikankurangbilaskor : 0- 7

3.7.2. Pengukuranvariabelsikap

Hasilpenilaiankuesionerpadavariabeliniadalahnilaitertinggi15dannilaitere ndah 0.Hasilpengukurantingkatpengetahuandibagikedalamduabagianyaitu : 1. Sikapdikategorikanpositifbilaskor : 8-15

2. Sikapdikategorikannegatifbilaskor : 0 -7,5

3.7.3. UpayaPencegahanStroke

Hasilpenilaiankuesionerpadavariabeliniadalahnilaitertinggi10dannilaitere ndah 0.Hasilpengukurantingkatpengetahuandibagikedalamduabagianyaitu : 1. Upayadikategorikanbaikbilaskor :6 - 10

2. Upayadikategorikankurangbilaskor :0 - 5

3.8. Analisa Data 3.8.1. Analisa Univariat

(30)

besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi(Hastono, 2007).

3.8.2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan satu variabel independen dengan satu variabel dependen, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan tanpa mempertimbangkan variabel independen atau faktor-faktor lainnya. Analisis ini menggunakan uji kai kuadrat (Chi-square).Prinsip dasar uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observed) dengan frekuensi harapan (expected). Uji statistik Chi-squarejuga untuk melihat suatu hubungan (jika ada) antara dua variabel sehingga diperoleh nilai χ2dan kemaknaan statistik (nilai p value).

(31)

29 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Tapaktuan dibangun pada tahun 1957, terletak di Pesisir Laut Selatan, merupakan satu satunya Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Sebelum Rumah Sakit ini dibangun, kota Tapaktuan telah memiliki Rumah Sakit peninggalan Belanda yang sekarang tidak berfungsi lagi dan bangunannya dimanfaatkan sebagai tempat sekolah Akademi Perawat Kesehatan (AKPER) Pemda.

Akibat terus meningkatnya tuntutan masyarakat yang semakin membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu, maka Proyek Kesehatan Pedesaan dan Kependudukan (Proyek ADB III Loan No. 1299-INO) merekomendasikan Pembangunan Rumah Sakit Baru di Tapaktuan.

Pada tanggal 26 Januari 1997 oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Prof. dr. Syamsuddin Mahmud telah melakukan peletakan batu pertama Pembangunan Rumah Sakit Tapaktuan di desa Gunung Kerambil, dan pada tanggal 13 Mei 1999 telah di resmikan oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Prof. dr. Syamsuddin Mahmud untuk digunakan sebagai tempat pelayanan kesehatan di Kabupaten Aceh Selatan.

(32)

RSUD dr. H. Yuliddin Away. Pemberian nama ini untuk mengenang nama seorang putra Aceh Selatan yang sangat berjasa dalam memajukan serta mensosialisasikan pengobatan tradisional ke pengobatan medis. Pada tanggal 20 Mei 1997 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 470/MENKES/SK/V/1997 Rumah Sakit Tapaktuan ditingkatkan kelasnya menjadi Kelas/Tipe C.

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) dibawah Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan sesuai dengan Qanun No. 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan rujukan, serta mempunyai fungsi–fungsi :

a. Penyelenggaraan Pelayanan Medis

b. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis c. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

d. Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Rujukan e. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan f. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan g. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan

(33)

penghambat pelaksanaan pelayanan yang prima sehingga masih banyak mendapat keluhan - keluhan dan protes dari masyarakat Kabupaten Aceh Selatan.

Untuk menyelaraskan arah dan tujuan RSUD Tapaktuan dengan kebijakan Pemda Aceh Selatan maka ditetapkan visi sebagai berikut : “Menjadi Rumah Sakit yang Prima dan Mandiri.”.Sedangkan misi RSUD Tapaktuan adalah : a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan dilandasi

pelayanan kesehatan bernuansa islami

b. Menyelenggarakan Pelayanan rujukan bagi masyarakat di wilayah pantai Barat selatan

c. Berperan serta aktif membantu pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam bidang kesehatan sesuai visi dan misi RSUD dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan (Profil RSUD dr. H.Yuliddin Away, 2012).

4.1.2. Analisa Univariat

4.1.2.1. Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1 yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan.Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.1: Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Penderita Hipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

(34)

Tabel 4.2: Distribusi KarakteristikUmur Penderita Hipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Pada tabel diatas menunjukkan mayoritas responden penderita hipertensi berumur>40 tahun (68%) berdasarkan jawaban dari 50 responden.

Tabel 4.3: Distribusi Karakteristik Tingkat Pendidikan Penderita Hipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Pada tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan penderita hipertensi yang terbanyak adalah SLTP (36%) berdasarkan jawaban dari 50 responden.

Tabel 4.4: Distribusi Karakteristik Pekerjaan Penderita Hipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

(35)

4.1.2.2. Pengetahuan Responden

Tabel 4.5 : Distribusi Tingkat PengetahuanResponden Mengenai Hipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Tabel diatas menggambarkan bahwatingkat pengetahuan responden mengenai hipertensi mayoritas pada kategori kurang (68%) berdasarkan hasil jawabandari 50 responden.

4.1.2.3. Sikap Responden

Tabel 4.6 :Distribusi Sikap Responden Terhadap Hipertensi di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Sikap Frekuensi Persentase

Positif 12 24

Negatif 38 76

Total 50 100

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Tabel diatas menggambarkan bahwa sikap responden terhadap hipertensi mayoritas pada kategori negatif (76%) berdasarkan hasil jawabandari 50 responden.

4.1.2.4. Upaya Pencegahan Stroke

Tabel 4.7 :Distribusi Upaya Responden Dalam Mencegah Stroke di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Upaya Pencegahan Stroke Frekuensi Persentase

Baik 12 24

Kurang 38 76

Total 50 100

(36)

Tabel diatas menggambarkan bahwa upaya responden dalam mencegah stroke mayoritas pada kategori kurang (76%) berdasarkan hasil jawabandari 50 responden.

4.1.3. Analisa Bivariat

4.1.3.1. PengetahuanResponden dengan Upaya Pencegahan Stroke

Tabel 4.8 : Tabel Silang PengetahuanResponden dengan Upaya Pencegahan Stroke di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Pada tabel diatas terlihat bahwa dari 16responden yang memiliki pengetahuan kategori baik (32%), upayanya dalam pencegahan strokepada kategori baik (24%) dan pada kategori kurang (8%).Pada tabel silang ini terlihat bahwa semakin baik tingkat pengetahuan responden, maka semakin baik pula upayanya dalam mencegah terjadinya stroke.

(37)

4.1.3.2. SikapResponden dengan dengan Upaya Pencegahan Stroke

Tabel 4.9 : Tabel Silang Sikap Responden dengan Upaya Pencegahan Stroke di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

Sikap

Upaya Pencegahan

Stroke Total P

value OR Baik Kurang

n % n % n %

0,002

-Positif 12 24 0 0 12 24

Negatif 0 0 38 76 38 76

Total 12 24 38 76 50 100

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Pada tabel diatas terlihat bahwa dari 12 responden yang memiliki sikap pada kategori positif, upayanya dalam pencegahan stroke semua pada kategori baik (24%).Kemudian dari 38 responden yang memiliki sikap pada kategori negatif, upayanya dalam pencegahan stroke semua pada kategori kurang (76%).Pada tabel silang ini terlihat bahwa sikap responden sangat menentukan baik atau tidaknya upaya dalam mencegah terjadinya stroke.

(38)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengetahuan Responden

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang hipertensi mayoritas pada kategori kurang(68%).Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Rosy tentang Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011.Dari hasil penelitian Rosy diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden pada kategori kurang sebanyak 59%.

Pengetahuan responden disini berhubungan erat dengan tingkat pendidikan responden, karena faktor pendidikan bisa mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.Pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa mayoritas responden dengan latar belakang pendidikan SD (32%) dan SLTP (36%).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka dia akan lebihmudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pulauntuk menyelesaikan hal-hal tersebut.

(39)

4.2.2. Sikap Responden

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden (76%) memiliki sikap yang negatif terhadap penyakit hipertensi.Hasil disini juga sejalan dengan penelitian Rosy diatas yang menunjukkan bahwa mayoritas responden (53%) bersikap negatif terhadap penyakit hipertensi.

Notoatmodjo (2007) megemukakan bahwasikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi responden seperti senang atau tidaksenang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak-baik, dan sebagainya.

Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku.Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain perwujudan sikap tergantung pada situasi saat itu (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan teori Notoatmodjo (2007) diatas, diasumsikan bahwa sikap responden terhadap hipertensi ditentukan oleh bagaimana cara responden memandang penyakit hipertensi, yang kemudian akan terwujud dalam bentuk sikapnya terhadap penyakit hipertensi tersebut.

4.2.3. Upaya Pencegahan Terjadinya Stroke

(40)

pengetahuan pasien penderita hipertensi tentang risiko peningkatan stroke yang kurang baik akan mengurangi kewaspadaan mereka terhadap risiko pada diri mereka sendiri.

Menurut Marliani (2007) hipertensi dapat berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik atau biasa disebut dengan komplikasi salah satunya adalah stroke.Bila faktor risiko ditanggulangi dengan baik, maka kemungkinan mendapatkanstrokedapat dikurangi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap yang baik sangat penting dalam rangka mencegah terjadinya stroke atau komplikasi lainnya.

4.2.4. Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Stroke

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwaterdapat hubungan yang bermakna (significan) antara pengetahuan dengan upaya pencegahan terjadinya stroke pada responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya dari Antonia (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan stroke pada pasien hipertensi di mana rho hitung (0,7398) > rho tabel (0,562).

Nilai P-Value disini bukan dari hasil uji secara Chi-squaretetapi dari uji secara Fisher`s Exact Testkarena masih terdapat nilai harapan (expected) <5 melebihi 20% dari total sel (Hastono, 2007).

4.2.5. Sikap Dengan Upaya Pencegahan Stroke

(41)

pada responden.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya dari Rosy (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pencegahan stroke pada pasien hipertensi di mana rho hitung (0,7617) > rho tabel (0,562).

(42)

40 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Mayoritas jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki (72%) 2. Mayoritas responden berumur>40 tahun (68%)

3. Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SLTP (36%) 4. Mayoritas pekerjaan responden adalah swasta (50%).

5. Tingkat pengetahuan responden mengenai hipertensi mayoritas pada kategori kurang (68%)

6. Sikap responden terhadap hipertensi mayoritas pada kategori negatif (76%) 7. Upaya responden dalam mencegah stroke mayoritas pada kategori kurang (76%) 8. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan upaya

pencegahan terjadinya stroke dengan p-value 0,001(<α 0,05 ; df :1). OR : 0,25 (CI 95%).

(43)

5.2. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran antara lain :

Bagi Rumah Sakit dr. Yuliddin Away Tapaktuan disarankan untuk dapat meningkatkan upaya dalam bentuk penyuluhan kesehatan khususnya bagi penderita hipertensi guna mencegah terjadinya stroke dan komplikasi –komplikasi lainnya

Bagi responden disarankan untuk dapat mewaspadai komplikasi akibat penyakit hipertensi dengan cara menerapkan gaya hidup yang sehat dan melakukan kontrol tekanan darah secara rutin

(44)

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka Printika.

Antonia, Fafan. (2008). Hubungan antara Pengetahuan dengan Pencegahan Stroke pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Dampit. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012 dari http://digilib.ubaya.ac.id/skripsi.

Chandra Yoga. 2011. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka Printika.

Dekker, E. (2007). Hidup dengan Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : CV Muliasari.

Effendy, R. (2006). Konsep Dasar Pengetahuan. Diakses tanggal 7 September 2012 dari 3smasosio.com. PDF.

Hartanto, Oemar Sri. (2009). Pencegahan Primer Stroke Iskemik dengan Mengendalikan Faktor Risiko. Diakses pada tanggal 4 Desember 2012 dari http://pustaka.uns.ac.id

Hidayat, A.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta, Salemba Medika.

Hastono, Sutanto. 2007.Basic Data Analysis Health Research Training. FKM-UI. Depok.

Indriyani, W.N. (2009).Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi, dan Stroke. Jakarta : Millestone.

Kristina, dkk. (2008). Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. Jakarta : Majalah Farmasi Indonesia.

Lubis, H.R., dkk. (2010).Hipertensi dan Ginjal.Medan : USU Press.

Lumbantobing, S.M. (2007).Stroke : Bencana Peredaran Darah di Otak.Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

Marliani, L. (2007).100 Questions & Answers Hipertensi(Terjemahan). Jakarta : Elex Media Komputindo.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

(45)

http://dimasmis.blogspot.com/html.

Rosy Pardosi. (2011). Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan.Medan :Reposytori USU.

RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. 2012. Data Profil RSUD Dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2012.

RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. 2012. Data Rekam Medik RSUD Dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2013.

Sa’diyah, R. (2007). Hipertensi sebagai Faktor Risiko Stroke di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Diakses tanggal 16 September 2012 dari http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php.

Gambar

Tabel 2.2: Klasifikasi Hipertensi menurut National Institute of Health.
Tabel : 2.4. Keluhan yang tidak spesifik pada hipertensi
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 4.1: Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin  Penderita Hipertensi diRSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh SelatanTahun 2013.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing kapasitas kolom untuk berbagai kelangsingan tersebut selanjutnya disusun dalam suatu kurva, baik yang diperoleh dengan cara DAM maupun cara Advance Analysis,

&#34;Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.&#34; - Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik

Penanganan fisioterapi yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami inkontinensia urin meliputi kegel exercise dan core stability exercise, kegel exercise adalah

Suatu permainan adalah bentuk penyegaran pemikiran manusia secara lahiriah maupun batiniah, sehingga permainan dapat mengubah suasana hati menjadi lebih segar, maka terciptalah

Pengolahan dan Pemasaran Hasil produksi pertanian/perkebunan Meningkatnya kualitas hasil produksi dan hasil olahan produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura.. Peningkatan

Adobe Premier juga menyediakan filter yang kaya akan nuansa dan variasi, juga efek transisi yang membentuk gerakan yang indah dan selaras pada peralihan antar clip, sehingga

Dinas Sosial &amp; Tenaga Kerja Kota Payakumbuh telah dapat melakukan identifikasi yang.. strategis yakni kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, korban bencana dan

Dan pada penulisan ini, penulis membuat proses perhitungan nilai akhir untuk memudahkan guru untuk kemudian diisikan sebagai nilai rapor dan dapat disimpan untuk digunakan lagi