• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Hak Pasien Tahap Terminal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Hak Pasien Tahap Terminal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA SATU KLATEN NOMOR : 057 /PER/DIR/DDS/IX/2015

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL DI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA SATU KLATEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA SATU KLATEN Menimbang : a. Bahwa sesuai dengan perkembangan organisasi dan untuk

menunjang kelancaran pelayanan Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua Satu Klaten, maka perlu dibuat peraturan tersebut dan ditetapkan dengan surat peraturan direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua Satu Klaten.

Mengingat : 1. Undang – undnag Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2. Undang – undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA SATU KLATEN TENTANG PANDUAN PASIEN TAHAP TERMINAL

KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua Satu Klaten Tentang Panduan Hak Pelayanan Pasien Tahap Terminal

KEDUA : Panduan dicantum pertama terlampir dalam lampiran peraturan ini. KETIGA : Panduan dimaksud dicantum kedua agar digunakan sebagai acuan

dalam tertib administrasi dilingkungan rumah sakit.

(2)

ketentuan apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan. Ditetapkan : di Klaten

Pada tanggal : 21 September 2015 Rumah Sakit Khusus Bedah

Diponegoro Dua Satu Klaten Plt. Direktur dr. Endah Prastyowati NIP.2008.09.51 Tembusan : 1. Rawat Inap 2. Rawat Jalan 3. UGD 4. Hemodialisa 5. Khemoterapi BAB I DEFINISI

(3)

Penyakit terminal atau akhir hayat (end stage) merupakan panyakit yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, dan kankeratau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah giveup (menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spritual bagi individu. Pasien terminal adalah pasien-pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.

Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan dalam kehidupan, karena mati itu termasuk bagian dalam kehidupan. Manusia dilahirkan, hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan.

Perawatan palatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,fisik, psikososial dan spiritual.

Jenis-jenis penyakit terminal atau ujung akhir hayat (end stage) : 1. Koma diabetikum.

2. Penyakit kanker stadium lanjut. 3. Stroke.

4. Penyakit immunocompromised contoh HIV-AIDS stadium 3 dan 4. 5. Akibat kecelakaan fatal.

Fase-fase menjelang kematian

(4)

Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya. Reaksi pertama setelah mendengar, bahwa penyakitnya diduga tidak dapat disembuhkan lagi adalah, “tidak, ini tidak mungkin terjadi dengan saya”. Penyangkalan ini merupakan mekanisme pertahanan yang biasa ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar berita mengejutkan tentang keadaan dirinya. Hampir tak ada orang yang percaya, bahwa kematianya sudah dekat, dan mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat mengatasi shock khususnya kalau menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia dapat benar-benar menerima kenyataan, bahwa kematian memang harus ia hadapi.

2. Anger (Fase Kemarahan)

Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus.masanya tiba dimana ia mengikui, bahwa kematian sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan. “Mengapa ini terjadi dengan diriku?”. Kemarahan ini seringkali diekspresikan dalam sikap rewel dan mecari kesalahan pada pelayanan Rumah Sakit atau di rumah. Bahkan kadang-kadang ditunjukan pada orang-orang yang dikasihaninya, dokter, pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga menjadi bingung dan tidak menegrti apa yang harus dilakukan. Umumnya mereka tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal, meskipun normal, sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang tersinggung oleh karena kemarahanya.

3. Bergaining (Fase Tawar Menawar)

Ini adalah fase dimana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaanya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam hal kepada Tuhan, “Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu, dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk melayanimu.

(5)

Setelah ternyata penyakitnya semakin parah, tibalah fase depresi. Penderita merasa putus asa melihat masa depanya yang tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan keadaan yang jauh lebik baik yang telah Tuhan sediakan di surga. Nmaun, meskipun demikian perasaan putus asa masih akan dialami.

5. Acceotance (Fase Menerima)

Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidaj tertarik lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di sekitarnya. Pasien-pasien seperti ini biasanya membosankan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan keluarganya, padahal kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat-saat terakhir justru menjadi sangat besar.

BAB II RUANG LINGKUP

(6)

Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa dukacia. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan dankunjungan atau rawat rumah.

BAB III TATA LAKSANA

(7)

1. Aspek Keperawatan Assesment keperawatan

Perawat dapat berbagipenderitaan pasien menjelang ajal dan mengintervensi dengan melakukan assesment yang tepat sebagai berikut:

a. Assesment tingkat pemahaman pasien dan keluarga 1) Closed Awareness

Pasien dan atau keluarga percaya bahwa pasien akan segera sembuh. 2) Mutual Pretese

Keluaraga mengetahui kondisi terminal pasien dan tidak membicarakanya lagi, kadang-kadang kelurga menghindari percakapan tentang kematian demi menghindarkan dari tekanan.

3) Open Awareness

Keluarga telah mengetahui tentang proses kematian dan tidak merasa keberatan untuk memperbincangkanya walaupun terasa sulit dan sakit. Kesadaran ini membuat keluarga mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah, bahkan dapat berpartisipasi dalam merencanakan pemakaman. Pada tahapan ini, perawat atau dokter dapat menyampaikan isu yang sensitif bagi keluarga.

b. Assesment faktor fisik pasien.

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada berbagai masalah menurunya fisik, perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada pasien terminal meliputi :

1) Pernafasan (breath)

a) Apakah teratur atau tidak teratur.

b) Apakah ada suara napas tambahan seperti ronkhi, wheezing, stridor, crackles.

c) Apakah terjadi sesak nafas.

d) Apakah ada batuk, bila ada apakah produktif atau tidak.

e) Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah, warna, bau dan jenisnya. f) Apakah memakai ventilasi mekanik (ventilator) atau tidak

(8)

2) Kardiovaskuler (blood)

a) Bagaimana irama jantung, apakah reguler atau ireguler.

b) Bagaimana akral, apakah hangat, kering, merah,dingin, basah dan pucat. c) Bagaimana pulsasi, apakah sangat kuat, kuat teraba, lemah teraba, hilang

timbul atau tidak teraba.

d) Apakah ada pendarahan atau tidak, bila ada dimana lokasinya. e) Berapa tekanan darah dan MAP dalam ukuran mmHg.

3) Persyaratan (brain)

a) Bagaimana ukuran GCS total untuk mata, verbal, motorik dan kesadaran pasien.

b) Apakah ada tanda TIK seperti nyeri kepala atau muntah proyektil. c) Bagaimana konjungtiva, apakah anemis atau kemerahan.

4) Perkemihan (blader).

a) Bagaimana area genital, apakah bersih atau kotor. b) Berapa jumlah cairan masuk dalam hitungan cc/hari.

c) Bagaimana cara buang air kecil, apakah spontan atau dengan bantuan dower kateter/.

d) Bagaimana produksi urin, berapa jumlah cc/jam, bagaimana warnanya, bagaimana baunya

5) Pencernaan (bowel).

a) Bagaimana nafsu makan, apakah baik atau menurun. b) Bagaimana porsi makan, habis atau tidak.

c) Minum berapa cc/hari, dengan cairan apa. d) Apakah mulut bersih, kotor atau berbau. e) Apakah ada mual atau muntah.

f) Buang air besar berapa kali sehari, apakah teratur atau tidak, bagaimana konsistensi, warna dan bau dari fases

6) Muskulosekeletal / intergumen

a) Bagaimana kemampuan pergerakan sendi, bebas atau terbatas.

b) Bagaimana warna kulit, apakah ikterus, sianotik, kemerahan, pucat atau hiperpigmentasi.

(9)

c) Apakah ada odema atau tidak, bila ada di mana lokasinya. d) Apakah ada dekubitus atau tidak bila ada di mana lokasinya.

e) Apakah ada lika atau tidak bila ada dimana lokasinya dan apa jenis lukanya/

f) Apakah ada kontraktur atau tidak, bila ada di mana lokasinya.

g) Apakah ada fraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya dan apa jenis frakturnya.

h) Apakah ada jalur infus atau tidak, bila ada dimana lokasinya. c. Assesment tingkat nyeri pasien

Lakukan asesmen rasa nyeri pasien. Bila nyeri sangat mengganggu, maka segera lakukan manajemen nyeri yang memadai.

d. Assesment faktor kulturopsikososial

1) Tahap Danial : Assesment pengetahuan pasien, kecemasan pasien dan penerimaan pasien terhadap penyakit, pengobatan dan hasilnya.

2) Tahap Anger : Pasien menyalahkan semua orang, emosi tidak terkendali, komunikasi ada dan tiada, orientasi pada diri sendiri.

3) Tahapan Bergaining : pasien mulai menerima keadaan dan berusaha untuk mengulur waktu, rasa marah sudah berkurang.

4) Tahapan Depresi : Assesment potensial bunuh diri, gunakan kalimat terbuka untuk mendapatkan data dari pasien.

5) Tahapan Acceptance : Assesmen keinginan pasien untuk istirahat atau menyendiri.

e. Assesment faktor spiritual

Assesment kebutuhan pasien akan bimbingan rohani atau seseorang yang dapat membantu kebutuhan spiritualnya, biasanya padasaat pasien sedang berada di tahapan bargaining.

a) Intervensi Keperawatan.

b) Pertahankan kebersihan tubuh, pakaian dan tempat tidur pasien. c) Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien.

d) Lakukan “suction” bila terjadi penumpukan secret pada jalan nafas. e) Berikan nutrisi dan cairan dan adekuat.

f) Lakukan perawatan mata agar tidak terjadi kekeringan / infeksi kornea. g) Lakukan oral hygiene.

(10)

h) Lakukan reposisi tidur setiap 2 jam sekali dan lakukan masase pada daerah penonjolan tulang dengan menggunakan minyak kayu putih untuk mencegah decubitus.

i) Lakukan manajemen nyeri yang memadai.

j) Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan mengajak pasien berdoa.

k) Tunjukan perhatian dan empati serta dukungan kepada keluarga yang berduka. l) Ajak keluarga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap

asuhan pasien, seperti penghentian bantuan hidup atau penundaan bantuan hidup.

2. Aspek Medis

2.1 Intervensi Medis

Ketika pasien mengalami cidera barat atau sakit yang serius, maka beberapa intervensi medis dapat memperpanjang hidup pasien, sebagai berikut :

a. Tindakan Resusitasi Jantung Paru.

Pemeberian bantuan hidup dasar dan lanjut kepada pasien yang mengalami henti nafas atau henti jantung. RJP didindikasikan untuk pasien yang tidak bisa bernafas dan tidak menunjukan tanda-tanda sirkulasi, dan tanpa instruksi DNR di rekam medisnya.

b. Pemakaian Alat Ventilasi Mekanik (Ventilator)

Pemakaian ventilator, ditunjukan untuk keadaan tertentu karena penyakit yang berpotensi atau menyebabkan gagal nafas.

c. Pemberian Nutrisi

1) Feeding Tube, seringkali psien sakit terminal tidak bisa mendapatkan makanan lewat mulut langsung, sehingga perlu dilakukan pemasangan feeding tube untuk memenuhi nutrisi pasien tersebut.

2) Parenteral Nutrition, adalah sebuah upaya untuk mengirim nutrisi secara langsung ke dalam pembuluh darah, yang berguna untuk menjaga kebutuhan nutrisi pasien.

d. Tindakan Dialisis.

Tindakan dialisis diberikan pada pasien terminal yang mengalami penurunan fungsi ginjal, baik yang akut maupun yang kronik dengan LFG < 15

(11)

mL/menit. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai uremia.

e. Pemberian Antibiotik

Pasien terminal, memiliki resiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan pasien lainya. Infeksi berat ini paling sering ditemukan pada saluran pernafasan, saluran kemih, peredaran darah, atau daerah trauma/operasi. Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, pemanjangan masa perawatan, dan pembengkaan biaya perawatan. Penyebab meningkatnya risikp infeksi ini bersifat multifaktoral, meliputi penurunan fungsi imun, gangguan fungsi barrier usus, penggunaan antibiotik spektrum luas, ketokolamin, penggunaan preparat darah, atau dari alat kesehatan yang digunakan (seperti ventilator)

Pasien menderita penyakit terminal dengan prognose yang buruk hendaknya diinformasikan lebih dini untuk menolak atau menerima bila dilakukan resusitasi maupun ventilator.

2.2 Withdrawing life support dan witholding life support.

BAB IV DOKUMENTASI 1. Formulir Terintegrasi

(12)

2. Formulir Informed Consent

3. Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran 4. Formulir Penolakan Tindakan Kedokteran

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini menguraikan rencana pemanfaatan ruang, rencana daerah pelayanan, proyeksi jumlah penduduk serta proyeksi kebutuhan air minum di Kabupaten Maluku Tenggara

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Standard Minute Value yang juga dikenal sebagai waktu standar adalah waktu yang dialokasikan untuk operasi berdasarkan studi gerak operasi.. Ini adalah waktu yang dibutuhkan

Dari tinjauan pustaka ini didapatkan beberapa kekurangan, sehingga pada PKM ini akan dibuat timbangan untuk mengukur berat badan secara digital dan disimpan

Untuk dapat menjadi apoteker pengelola apotek, maka seorang apoteker harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

Menghitung pupuk anorganik dan organik per tanaman/ha dengan dosis yang tepat untuk tanaman sayuran, palawija dan perkebunan.. Menimbang pupuk anorganik dan organik

Dari hasil pengujian absorbsi terlihat bahwa penggunaan fly ashsebagai cementitious, baik yang telah melalui proses rekayasa maupun tidak dapat memperkecil nilai absorbsi

Tingkat kecanggihan humanware dihasilkan dari perkalian antara bobot yang diperoleh pada sub bab sebelumnya dan dikalikan dengan total rating tiap bagian