• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGUKURAN HUMANWARE UNTUK PENGELOLAAN KINERJA PEGAWAI PADA PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENGUKURAN HUMANWARE UNTUK PENGELOLAAN KINERJA PEGAWAI PADA PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya adalah operator air minum perpipaan terbesar di Indonesia. Peta permasalahan yang ditemukan oleh Perpamsi (Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia) yang dilihat dari aspek kinerja manajemen mengindikasikan rendahnya kualitas sumber daya manusia, seperti kurangnya wawasan dan pengetahuan teknologi yang dimiliki.

Penelitian ini diawali dengan penentuan kriteria kecanggihan humanware dan kriteria SOA humanware

yang diikuti dengan pembuatan kuisioner. Proses

pengambilan sampel melibatkan sejumlah objek penelitian pada departemen teknis dan TSI dikarenakan kedua bagian ini dianggap memiliki gap tingkat derajat yang mewakili

permasalahan sumber daya manusia pada PDAM.

Pengukuran tingkat kecangihan humanware dihitung dengan menggunakan metode teknometrik yang dikembangkan oleh UNESCAP. Penilaian derajat kecanggihan disesuaikan dengan penilaian kinerja yang ada pada PDAM, yakni dengan menggunakan skala 1-5 yang tiap-tiap skala mewakili tingkat derajat kepentingan. Sedangkan untuk pembobotan tiap kriteria dan sub kriteria menggunakan metode AHP.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecanggihan departemen teknis lebih tinggi dibandingkan dengan TSI dengan tingkat kecanggihan sebesar 1,42 sementara bagian TSI memiliki skor 1,31. Usulan rekomendasi yang diberikan disesuaikan dengan jawaban dengan nilai bobot tertinggi dan terendah karena dianggap mewakili kondisi eksisting. Dari hasil analisa, maka usulan rekomendasi untuk bagian teknis adalah meningkatkan kemampuan menghadapi resiko dan orientasi waktu. Rekomendasi untuk bagian pemeliharaan adalah memperbaiki orientasi bekerja sama dan kreatifitas. Bagian TSI menghasilkan dua rating tertinggi dengan

meningkatkan orientasi berpikir dan kemampuan

menghadapi resiko. Sementara rekomendasi yang dihasilkan dari nilai bobot terendah adalah orientasi waktu.

Kata kunci : assesment, AHP, humanware, PDAM,

teknometrik

I. PENDAHULUAN

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya saat ini adalah operator air minum perpipaan terbesar di Indonesia. Peta permasalahan yang ditemukan oleh Perpamsi (Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia) [2] pada tahun 2010 dilihat dari aspek kinerja manajemen adalah adanya penurunkan kinerja perusahaan serta efisiensi dalam bekerja sehingga mengakibatkan dalam penananganan sistem

jaringan yang ada, pegawai tidak cukup tanggap. Selain itu dari prinsip kualitas sumber daya manusia seperti kurangnya wawawan dan pengetahuan teknologi yang dimiliki dianggap sebagai ketidaksiapan sumber daya manusia dalam membuat terobosan baru.

Pada tahun 2012 tingkat kebocoran air PDAM Surya Sembada Kota Surabaya mencapai 34% dari total produksi per tahun [3] ( kapasitas produksi 10.500m3/dtk. Dari aspek SDM, kondisi PDAM yang sering mengalami kebocoran pipa sering dikaitkan dengan ketidaksiapan dari SDM sehingga dalam menangani daerah kebocoran yang terkesan lambat. Pada tahun 2014 PDAM Surya Sembada Surabaya yakin mampu menekan kebocoran hingga 30%. Untuk dapat menurunkan tingkat kehilangan air yang disebabkan karena kebocoran pipa, diperlukan perencanaan konsep jangka pendek dan jangka panjang yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang ada pada PDAM. Selain itu, diperlukan pula komitmen mulai dari top manajemen (direksi) dan seluruh staf pelaksana baik di bidang teknik maupun administrasi bahwa program ini adalah program bersama, serta dukungan dari stakeholder.

Terlebih PDAM harus memiliki personil yang mampu melaksanakan program yang terkait dalam bidang masing – masing dan memiliki SDM yang mampu mencari terobosan baru. Selain itu perlu dicamkan oleh pihak manajemen PDAM bahwa program penurunan tingkat kehilangan air sama dengan melaksanakan manajemen di bidang lainnya, di mana perencanaan, operasional/pelaksanaan, evaluasi, monitoring/control, harus dilaksanakan secara terus menerus dengan mempergunakan SOP secara konsekuen. Kebijakan tersebut mendorong perusahaan untuk selalu meningkatkan manajemen SDM untuk perbaikan kinerja perusahaan.

Lebih jauh, fokus pengetahuan dan keterampilan karyawan sebaiknya terus diperluas sesuai dengan tuntutan perubahan, sehingga tidak hanya menyangkut keterampilan kerja dibidang tugasnya, namun mampu mencakup pengetahuan tentang proses-proses kerja yang lebih kompleks, seperti kompetensi dalam hal inovasi. Dengan demikian nilai perusahaan akan meningkat secara berkelanjutan, jika setiap anggota dan organisasi tersebut mampu menumbuh kembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk memaksimumkan manfaat dan keberadaan teknologi yang dimiliki oleh PDAM.

MODEL PENGUKURAN HUMANWARE UNTUK PENGELOLAAN

KINERJA PEGAWAI PADA PDAM SURYA SEMBADA KOTA

SURABAYA

Windarti Listyarini, Udisubakti Ciptomulyono, dan Dewanti Anggrahini

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

Untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, maka dapat dimulai dari perbaikan SDM yang dilihat dari tingkat kecanggihan humanware yang ada pada perusahaan.

Cara yang digunakan yakni dengan menentukan kriteria-kriteria tingkat kecanggihan humanware yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai penilaian perusahaan terhadap sumber daya manusia. Penilaian derajat kecanggihan ini disesuaikan dengan penilaian kinerja yang ada pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, yakni dengan menggunakan skala 1-5 yang tiap-tiap skala mewakili tingkat derajat kepentingan. Nilai 1 untuk tingkat derajat kecanggihan paling rendah (tidak memiliki kompetensi sesuai standar penilaian) sampai pada nilai skala 5 yang memiliki derajat kecanggihan paling tinggi (memiliki kompetensi diatas kriteria kompetensi). Serta pemberian rekomendasi saran perbaikan bagi perusahaan kedepannya.

Pembatasan masalah dilakukan pada departemen teknis dan Teknologi Sistem Informasi (TSI) dikarenakan pada kedua bagian ini memiliki gap tingkat derajat yang dianggap mewakili permasalahan sumber daya manusia yang ada pada PDAM. Kemudian, untuk penilaian pembobotan kriteria-kriteria pada humanware, diusulkan dengan menggunakan pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP adalah suatu metode yang dapat merumuskan masalah yang kompleks agar dapat diuraikan ke dalam beberapa kelompok sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik tetapi juga memberikan dasar yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang terbaik.

Dalam penelitian ini adalah pengukuran tingkat kecanggihan difokuskan pada komponen humanware dari keempat kontribusi komponen teknologi yang meliputi technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Adapun pengukuran tingkat derajat humanware dilakukan pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya untuk departemen teknis dan TSI.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Pengukuran Teknologi

Teknologi didefinisian sebagai pengetahuan, produk, proses, cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan dalam menghasilkan nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. (Khalil, 2000).

Selain itu, (Ramanathan, 2003) menyebutkan teknologi merupakan integrasi antara keempat komponennya yaitu: Technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Komponen technoware (T) berkaitan dengan peralatan manual, fasilitas terintegrasi.

II.2 Manajemen Teknologi

Manajemen teknologi merupakan bidang kajian interdisipliner yang mengintegrasikan iptek dan pengetahuan/teori manajemen dan prakteknya untuk menciptakan kesejahteraan (wealth creation) . Hal ini dikarenakan manajemen teknologi menggabungkan antara

penelitian, pengembangan, desain, manajemen, serta berbagai macam ilmu lainnya menjadi satu kesatuan utuh. II.3 Teknologi Dalam Sistem Industri

Teknologi merupakan core business dari suatu perusahaan. Semakin berkembangnya industri di dunia, mendukung perubahan teknologi yang bersifat manual menjadi semi-otomsi atau bahkan fully-otomasi. Dalam rangka pemenuhan kebetuhan konsumen dan juga untuk meningkatkan kualitas daya saing, mengakibatkan teknologi yang dikembangkan juga semakin beragam. II.4 Audit Teknologi

Audit teknologi merupakan kegiatan [4] sistematis yang memiliki tujuan untuk membandingkan aset teknologi (humanware, infoware, technoware, dan orgaware) yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan dengan kriteria/standar yang telah ditentukan.

Dalam pengembangan audit teknologi, terdapat suatu metode yang dikenal dengan nama teknometrik. Teknometrik merupakan suatu alat pengukuran kualitatif pada kualitas teknologi atau kecanggihan teknologi yang digunakan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan produk [5]. Langkah penyusunan metode teknometrik adalah:

1. Memperkirakan Derajat Sophistication.

Prosedur penilaian (scoring) yaitu menentukan batas atas (UTi) dan batas bawah (LTi) dari derajat sophistication suatu komponen-komponen teknologi. Dengan nilai pembatas adalah untuk semua batas atas ≤ 9 dan untuk semua batas batas bawah ≥1.

2. Menilai State Of the Art

Prosedur penilaian state-of-the-art adalah menggunakan kriteria spesifik sistem rating state-of-the-art. Maka, rating state-of-the-art dari humanware, dapat diketahui. Perhitungan State-of-the-art untuk item i dari humanware adalah :

l h l j

l

hj

SH

1

/

10

dimana l = 1,2,…,lh Hjl = nilai kriteria ke 1 untuk humanware kategori ke j

3. Menentukan Kontribusi Komponen Teknologi atau Normalisasi.

Berdasarkan pada pengetahuan tentang batas level sophistication dan rating state of the art maka pada langkah ketiga ini data kontribusi komponen kemudian dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut.

Hj = [Lhj + SHj (UHj – LHj)]

Dimana : LHj batas komponen humanware kategori j SHj : state of the art komponen humanware kategori j Uhj : batas bawah komponen i kategori j

II.5 Manajemen Sumber Daya Manusia

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada metode yang dikembangkan oleh UNESCAP (United Nation Economics and Social Commision for Asia amd the Pasific, 1989) dengan enam kriteria yang meliputi kreativitas, orientasi berpikir, orientasi bekerja sama, orientasi efisiensi, kemampuan dalam menghadapi resiko, serta orientasi waktu. Definisi

(3)

mengenai keenam kriteria tersebut akan dijelaskan pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Definisi Tiap Kriteria Kecanggihan Humanware

No Kriteria Sub Kriteria Model Kompetensi Definisi

1 Kreatifitas Kemampuan berpikir

analitis

Spencer & Spencer (1993)

Kemampuan untuk memahami situasi dan memecahnya menjadi beberapa bagian atau menelusuri adanya suatu keterlibatan dalam membaca situasi dengan pendekatan sebab-akibat

Kemampuan berpikir konseptual

Spencer & Spencer (1993)

Kemampuan dalam memahami situasi atau masalah dalam waktu bersamaan, melihatnya sebagai suatu gambaran yang didalamnya terdapat identifikasi pola atau hubungan antar situasi, kemampuan dalam mengidentifikasi inti permasalahan

Keahlian teknis/profesional/manaje

rial

ORO (2007)

Mempertanyakan tentang pendekatan konvensional, mengeksplorasi alternatif dan menanggapi tantangan dengan solusi inovatif, kemampuan dalam menggunakan intuisi, mampu bereksperimentasi dan berperspektif.

Tingkat inovasi Spencer & Spencer

(1993)

Penguasaan tentang pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan (dapat bersifat teknis, profesional, atau manajerial), dan motivasi untuk memperluas, menggunakan, dan mendistribusikan pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan untuk orang lain.

2

orientasi berpikir

Orientasi Berpikir Spencer & Spencer

(1993)

Perhatian untuk bekerja dengan baik atau untuk bersaing dengan standar keunggulan.

Sifat kompetitif - Kemampuan dalam merumuskan strategi untuk mencapai keuntungan melalui optimalisasi dari

pendapatan. Kemampuan dalam mengorganisasi serta kesadaran terhadap lingkungan ORO (2007)

Kemapuan dalam memahami struktur, tugas dan budaya organisasi serta isu-isu politik, sosial dan ekonomi, untuk mencapai hasil yang baik

3 Orientasi

bekerja sama

Pemahaman personal Spencer & Spencer (1993) Kemampuan untuk mendengar secara akurat dan memahami pikiran-pikiran tak terucap atau sebagian yang tidak dapat diungkapkan, perasaan, dan keprihatinan orang lain. Kemampuan dalam

bekerja sama

Spencer & Spencer (1993)

Sebuah niat tulus untuk bekerja sama dengan orang lain, untuk menjadi bagian dari tim, untuk bekerja sama sebagai lawan untuk bekerja secara terpisah atau kompetitif.

Nilai etika ORO (2007) Membina dan mendukung prinsip-prinsip dan nilai-nilai organisasi dan Pelayanan Publik secara

keseluruhan

4 Orientasi

efisiensi

Orientasi melakukan efisiensi

Spencer & Spencer (1993)

Sebuah drive yang mendasari untuk mengurangi ketidakpastian di sekitarnya.

Disiplin - Sikap hormat, patuh baik terhadap perarturan tertulis atau aturan tidak tertulis, dan mampu

menerapkannnya. Pengelolaaan Sumber

Daya ORO (2007)

Kemampuan untuk memastikan penggunaan yang efektif, efisien dan sustainable sumber daya yang menggunakan Layanan Publik dan aset, sumber daya manusia dan keuangan, dan informasi bisnis.

5

Kemampuan dalam menghadapi

resiko

Inisiatif Spencer & Spencer

(1993)

Sebuah preferensi yang digunakan untuk mengambil tindakan, melakukan sesuatu yang lebih dari yang dibutuhkan atau diharapkan dalam pekerjaan, melakukan hal-hal sebelum ada yang meminta sehingga dapat memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan atau mampu menemukan atau menciptakan peluang baru.

Komitemen Spencer & Spencer

(1993)

kemampuan inidividu dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku sendiri dengan kebutuhan, prioritas, dan tujuan organisasi, dalam rangka untuk mempromosikan tujuan organisasi atau memenuhi kebutuhan organisasi.

Fleksibel Spencer & Spencer

(1993)

Kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja secara efektif dengan berbagai situasi, individu, atau kelompok.

Kemampuan untuk memahami dan menghargai perspektif yang berbeda dan berlawanan pada masalah.

Sikap percaya diri Spencer & Spencer

(1993)

Keyakinan seseorang dalam menyelesaikan tugas

6 Orientasi

waktu

Orientasi masa depan ORO (2007) Mengembangkan dan menginspirasi komitmen sesuai dengan visi keberhasilan, mendukung,

mempromosikan dan menjamin keselarasan dengan visi dan nilai-nilai organisasi perencanaan serta

pengorganisasian ORO (2007)

Mendefinisikan tugas dan tonggak dalam mencapai tujuan, dengan memastikan penggunaan sumber daya yang optimal untuk memenuhi tujuan tersebut

Sumber : (Wiratmadja, 2010) [6]

II.6 Peformance Appraisal PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Penilaian kinerja pada PDAM dilakukan oleh departemen SDM setiap satu tahun sekali dengan standar penilaian seperti pada Tabel 2 berikut

Tabel 2 Standar Penilaian Kinerja Pada PDAM Surabaya

INTEVAL

PENILAIAN KATEGORI KETERANGAN

4,200 5,00 MT Menjadi Teladan

3,400 4,20 M Memuaskan

2,600 3,40 PMK Potensi Masih Dapat Dikembangkan

1,800 2,60 PMP Perlu Mendapat Perhatian

1,000 1,80 PMPK Perlu Mendapat Perhatian Khusus

Sumber : (Departemen SDM PDAM Surabaya)

II.7 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan alat pendukung keputusan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah keputusan yang

kompleks. Hal ini dikarenakan AHP menggunakan struktur multi-level hirarkis tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif.

III. METODOLOGIPENELITIAN III.1 Tahap Pengembangan Model

Tahap pengembangan model diawali dengan penyusunan kriteria penilaian derajat kecanggihan humanware dan penyesuaian beserta alat ukurnya serta penyusunan kriteria state of the art humanware beserta alat ukur, dan penyesuaian persamaan keduanya.

III.1.1 Pengembangan Kriteria Penilaian Derajat Kecanggihan Humanware dan Penyesuaian

Dalam pengembangan kriteria penilaian derajat kecanggihan digunakan suatu alat ukur terdiri dari kriteria penilaian yang meliputi kriteria tipe pekerjaan, tipe

(4)

pengambilan keputusan, usaha mental, tingkat pelatihan, kategori pekerjaan, serta tingkat pendidikan.

III.1.2 Pengembangan Kriteria Penilaian State Of The Art Humanware

Pada tahapan sebelumnya, setelah tersusun model kecanggihan humanware yang dikembangkan oleh (UNESCAP, 1989) maka untuk menentukan kriteria state of the art, model dari UNESCAP akan digabungkan sebagai masukan dalam menentukan kriteria state of the art.

Setelah itu, langkah selanjutnya yaitu membuat alat ukur. Penyusunan alat ukur disesuaikan dengan definisi dan kriteria dari state of the art humanware. Penilaian state of the art humanware yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan standar pengukuran kinerja yang ada pada PDAM.

Tabel 3 Penilaian State Of Art Dari Aspek Humanware

Nilai Definisi

1 Masing-masing kriteria humanware tidak memiliki kompetensi sesuai

standar

2 Masing-masing kriteria humanware memiliki kompetensi dibawah rata-rata

3 Masing-masing kriteria humanware berada pada setara dengan standar

4 Masing-masing kriteria humanware berada sedikit diatas rata-rata

5 Masing-masing kriteria humanware memiliki kompetensi yang tinggi

(memiliki derajat kecanggihan paling tinggi)

III.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tahap pengumpulan dan pengolahan data terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama dimulai dengan penentuan objek penelitian, penyebaran kuisioner, dan yang terakhir adalah tahapan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

III.2.1 Penentuan Responden

Responden untuk pengukuran batas nilai atas dan nilai bawah dari penentuan derajat kecanggihan humanware terdiri dari para Kepala dan staff dari departemen pengelolaan SDM karena dianggap memiliki kapabilitas dalam memberikan penilaian. Sementara untuk kuisioner kedua tentang penilaian state of the art, objek penelitian akan diberikan kepada bagian teknis dan sistem informasi yang ada pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya. III.2.2 Penyebaran Kuisioner

Sampel penelitian dilakukan pada staff departemen teknis (objek penelitia terbagi menjadi 12 orang pada bagian teknis dan yang berjumlah 8 orang pada bagian pemeliharaan) dan staff tetap pada bagian TSI yang berjumlah 7 orang pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.

III.2.3 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian ini dimulai dari pembagian kuisioner yang berisi tentang kriteria pengukuruan untuk kecanggihan humanware kepada pegawai tiap departemen. Kemudian hasil kuisioner tersebut diolah untuk mendapatkan bobot kepentingan setiap kriteria dengan menggunakan AHP. Setelah itu, dilakukan identifikasi

untuk mengetahui bobot kriteria paling tinggi dan paling rendah untuk tiap-tiap bagian.

Untuk pengolahan data SOA setelah didapatkan nilai bobot untuk setiap kriteria, dilanjutkan dengan perhitungan teknometrik sesuai dengan data peformance appraissal yang terdapat pada departemen SDM untuk mendapatkan nilai skor dan nilai SOA. Setelah itu, baru diketahui kriteria mana yang memiliki nilai SOA tertinggi dan terendah untuk tiap bagian.

III.3 Analisis dan Intepretasi Data

Setelah tahap pengambilan dan pengolahan data selesai, maka akan dilanjutkan dengan tahap analisis dan intepretasi data. Pada tahap ini akan dilakukan analisis pembobotan kriteria dan sub kriteria dan analisis hasil pengolahan data. III.4 Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini berisi tetang kesimpulan dan saran dari pengolahan data yang telah diolah pada bab sebelumnya sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian dan juga akan diberikan rekomendasi saran perbaikan dalam pengelolaan sumber daya manusia pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.

.

IV. HASILDANDISKUSI

IV.1 Pembobotan Kriteria Kecanggihan Humanware Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Pada penelitian ini digunakan metode AHP untuk memberikan nilai bobot dari kriteria–kriteria kecanggihan humanware yang disepakati oleh objek penelitian. Hasil pembobotan kriteria tersebut ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan Bobot Untuk Tiap Kriteria

Bobot tiap bagian untuk tiap kriteria

Kriteria Informasi Teknis Pemeliharaaan

Tipe pekerjaan 0,226 0,134 0,134

Tipe pengambilan keputusan 0,122 0,121 0,152

Usaha mental 0,09 0,173 0,113

Tingkat Pendidikan 0,098 0,19 0,208

Pelatihan 0,219 0,251 0,205

Kategori pekerja 0,244 0,13 0,189

Berdasarkan rekapitulasi pengolahan data didapatkan bobot kriteria tertinggi untuk bagian teknis ada pada kriteria pelatihan sementara kriteria yang memiliki bobot paling rendah ada pada tipe pengambilan keputusan. Pada bagian pemeliharaan, kriteria dengan bobot tertinggi ada pada tingkat pendidikan sementara kriteria dengan nilai bobot terendah ada pada usaha mental.

Kriteria pelatihan yang memiliki kepentingan paling tinggi sesuai dengan data individu yang diisi oleh objek penelitian dari departemen teknis yang terlihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Hasil Rekapitulasi Dokumen Individu Departemen Teknis

Frekuensi pelatihan Tidak pernah ≥ 5 thn sekali 3-5 thn 1-3 thn ≤ 1 thn 2 0 4 8 6 Durasi pelatihan Tidak pernah ≤ 1 minggu 1-2 minggu 2-4 minggu 1-3 bulan 1 16 1 0 2

(5)

Jenis pelatihan Tidak pernah Tidak bersetifikasi Sertifikasi lokal Sertifikasi nasional Sertifikasi internasional 1 5 12 1 1

Dilihat dari kriteria yang memiliki tingkat kepentingan paling rendah, yaitu ada pada tipe pengambilan keputusan dan usaha mental. Hal ini sesuai dengan hasil rekapitulasi individu seperti pada Tabel 6. Tingkat pendikan juga turut mempengaruhi pengambilan keputusan yang dibuat dan juga usaha mental yang dilakukan.

Tabel 6 Hasil Rekapitulasi Dokumen Individu Departemen Teknis

Pendidikan formal terakhir

SD/SMP/SMA D3 S1 S2 S3

15 1 3 1 0

Pada departemen TSI, nilai kriteria dengan bobot tertinggi ada pada kategori pekerja dan paling rendah ada pada kriteria tipe pengambilan keputusan. Kondisi ini sesuai dengan dokumen individu yang didapatkan untuk kategori pekerja seperti yang ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Rekapitulasi Dokumen Individu Departemen TSI

Kategori pekerja

Tidak bekerja Tidak terampil Semi

terampil

terampil Ahli

0 1 3 2 1

Sementara itu, nilai kepentingan terendah untuk bagian TSI ada pada pengambilan keputusan. Berdasarkan rekapitulasi data individu, objek penelitian melakukan pengambilan keputusan kurang dari 25% dari rentang 0-100% .

IV.2 Pembobotan State Of The Art

Tabel 8 berikut memperlihatkan hasil dari pembobotan state of the art untuk masing-masing bagian dengan menggunakan pendekatan AHP.

Tabel 8 Pembobotan State Of The Art

Bobot tiap bagian untuk tiap kriteria

Kriteria Informasi Teknis Pemeliharaan

kreatifitas 0,172 0,195 0,095

orientasi berpikir 0,15 0,142 0,142

orientasi bekerja sama 0,166 0,237 0,225

orientasi efisiensi 0,17 0,144 0,185

kemampuan menghadapi resiko 0,2 0,267 0,183

orientasi waktu 0,141 0,097 0,169

Pengukuran state of the art selanjutnya yakni dengan menghitung besarnya normalisasi bobot yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan:

Normalisasi bobot = skor / SOA Rating = Normalisasi bobot x bobot . IV.2.1 Teknometrik Departemen Teknis

Pada tahap ini, dilakukan penilaian terhadap skor dan SOA untuk masing –masing bagian yang diperoleh berdasarkan data penilaian kinerja pada bagian SDM. Tabel 9 akan memperlihatkan perhitungan teknometrik pada departemen teknis yang terbagi menjadi bagian teknis dan pemeliharaan.

Tabel 9 Perhitungan Teknometrik Departemen Teknis

Bagian Teknis

Kriteria Skor SOA

Normalisasi bobot Bobot Skor Rating kreatifitas 5 3 1,67 0,195 0,33 orientasi berpikir 5 3 1,67 0,142 0,24

orientasi bekerja sama 5 4 1,25 0,237 0,30

orientasi efisiensi 5 4 1,25 0,144 0,18 kemampuan menghadapi resiko 5 4 1,25 0,267 0,33 orientasi waktu 5 4 1,25 0,097 0,12 TOTAL 1,372 Bagian Pemeliharaan

Kriteria Skor SOA

Normalisasi bobot Bobot Skor Rating kreatifitas 5 3 1,67 0,095 0,158 orientasi berpikir 5 3 1,67 0,142 0,237

orientasi bekerja sama 5 4 1,25 0,225 0,281

orientasi efisiensi 5 4 1,25 0,185 0,231

kemampuan menghadapi

resiko 5 4 1,25 0,183 0,229

orientasi waktu 5 4 1,25 0,169 0,211

TOTAL 1,3475

Pada bagian teknis, nilai skor tertinggi ada pada kemampuan menghadapi resiko dan nilai terendah ada pada orientasi waktu. Sementara untuk bagian pemeliharaan, kriteria dengan nilai tertinggi ada pada orientasi bekerja sama dan nilai dengan bobot terendah ada pada kreativitas. IV.2.2 Teknometrik Departemen TSI

Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan teknometrik pada departemen TSI yang ditampilkan pada tabel 10.

Tabel 10 Perhitungan Teknometrik Departemen TSI

Bagian TSI

Kriteria Skor SOA

Normalisasi

Bobot Bobot Skor Rating

kreatifitas 5 4 1,25 0,172 0,215

orientasi berpikir 5 3 1,67 0,15 0,25

orientasi bekerja sama 5 4 1,25 0,166 0,2075

orientasi efisiensi 5 4 1,25 0,17 0,2125

kemampuan

menghadapi resiko 5 4 1,25 0,2 0,25

orientasi waktu 5 4 1,25 0,141 0,17625

total rating 1,31125

Pada hasil pengukuran teknometrik bagian TSI diperoleh dua kriteria dengan nilai tertinggi yaitu orientasi berpikir dan kemampuan menghadapi resiko. Sementara kriteria dengan nilai bobot terendah ada pada kriteriaorientasi waktu.

IV.3 Tingkat Kecanggihan Humanware

Tingkat kecanggihan humanware dihasilkan dari perkalian antara bobot yang diperoleh pada sub bab sebelumnya dan dikalikan dengan total rating tiap bagian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Perhitungan Tingkat Kecanggihan Humanware

BAGIAN Rating Bobot Agregat Tingkat Kecanggihan

TSI 1,3113 1 1,31125 1,31125

Teknis 1,4929 0,5 0,746458

1,420208333

Pemeliharaan 1,3475 0,5 0,67375

Berdasarkan hasil diperoleh hasil bahwa kondisi humanware pada kedua bagian memiliki kompetensi akan tetapi masih dibawah rata-rata.

(6)

IV.4 Rekomendasi Perbaikan Departemen Teknis Penyusunan rekomendasi perbaikan dilakukan berdasarkan kriteria dengan nilai bobot SOA tertinggi dan terendah. Bagian teknis dengan nilai bobot tertinggi, perbaikan yang dilakukan harus meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan atau mampu menetapkan skala priorias berdasarkan resiko yang akan diterima, memiliki kemampuan dalam menciptakan peluang baru, memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku dengan kebutuhan dan prioritas perusahaan, serta kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan standar. Sedangkan rekomendasi perbaikan dari kriteria terendah terkait dengan orientasi waktu dengan melakukan sharing knowledge, serta lebih mengembangkan budaya organisasi yang lebih terstruktur.

Untuk bagian pemeliharaan, bobot tertinggi terkait dengan orientasi bekerja sama. Sehingga usulan perbaikan yakni dengan meningkatkan empati terhadap orang lain. Sedangkan usulan perbaikan yang didapatkan dari nilai bobot terendah adalah dengan dengan melakukan pelatihan, meningkatkan kualifikasi rekrutmen pegawai, dan meningkatkan dukungan dari top manajemen.

IV.5 Rekomendasi Perbaikan Departemen TSI

Rekomendasi perbaikan pada bagian TSI menghasilkan dua kriteria tertinggi. Rekomendasi pertama yang diberikan berkaitan dengan orientasi berpikir, terutama untuk kepekaan terhadap isu-isu global dan juga lebih meningkatkan orientasi pelayanan terhadap konsumen sehingga mampu mencapai optimalisasi pendapatan. Serta meningkatkan kompetensi yang berkaitan dengan komunikasi dan juga hubungan kerja yang baik antar internal perusahaan dan juga eksternal perusahaan.

Usulan rekomendasi kedua yakni terkait upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi resiko. Objek penelitian harus meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghargai perspektif berbeda.

Sementara itu, rekomendasi yang diberikan berdasarkan nilai bobot terendah yaitu dengan melakukan pelatihan, meningkatkan kualifikasi rekrutmen pegawai, dan meningkatkan dukungan dari top manajemen.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kriteria untuk mengukur tingkat kecanggihan humanware departemen teknis dan TSI adalah: tipe pekerjaan, tipe pengambilan keputusan, usaha mental, fleksibilitas, dan kategori pekerja.

2. Kriteria SOA humanware yang diukur besrerta nilai bobot setiap departemen :

a. Bagian Teknis : kreativitas (0.195), orientasi berpikir (0,142), orientasi bekerja sama (0,237), orientasi efisiensi (0,144), kemampuan menghadapi resiko (0,267), orientasi waktu (0,097)

b. Bagian pemeliharaan : kreativitas (0.095),

orientasi berpikir (0,142), orientasi bekerja sama (0,255), orientasi efisiensi (0,185), kemampuan menghadapi resiko (0,183), orientasi waktu (0,169)

c. TSI kreativitas (0.172), orientasi berpikir (0,15), orientasi bekerja sama (0,166), orientasi efisiensi (0,17), kemampuan menghadapi resiko (0,2), orientasi waktu (0,141)

3. Kondisi tingkat kecanggihan humanware bagian teknis memiliki skor tingkat kecanggihan sebesar 1,42 sementara bagian TSI memiliki skor 1,31. 4. Rekomendasi yang bisa diberikan untuk

masing-masing bagian yaitu :

a) Bagian teknis dengan meningkatkan kemampuan menghadapi resiko dan orientasi waktu dengan melakukan sharing knowledge, serta lebih mengembangkan budaya organisasi yang lebih terstruktur.

b) Bagian pemeliharaan adalah dengan memperbaiki dalam hal orientasi bekerja sama dan kreativitas dengan melakukan pelatihan, meningkatkan kualifikasi rekrutmen pegawai, dan meningkatkan dukungan dari top manajemen.

c) Bagian TSI menghasilkan dua rating tertinggi dengan meningkatkan orientasi berpikir dan kemampuan menghadapi resiko. Sementara rekomendasi yang dihasilkan dari nilai bobot terendah adalah orientasi waktu dengan melakukan sharing knowledge, serta lebih mengembangkan budaya organisasi yang lebih terstruktur

DAFTAR PUSTAKA

[1] UNESCAP, 1989. Technology Atlas Project : An Overview Of Framework For Technology. s.l.:s.n.

[2] Perpamsi, 2010. Tirta Dharma Perpamsi (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia). [Online] Available at: http://perpamsi.or.id/ [Diakses 27 Maret 2013].

[3] Anon., 2012. Surabaya Post Online. [Online] Available at: http://www.surabayapost.co.id/[Diakses 1 April 2013].

[4] Gracia-Arreola, Javier, 1996. Technology Effectiveness Audit Model: A framework for Technology Auditing, s.l.: University of Miami.

[5] Frankel Amnon, 1993. Technometrics Evaluation and rechnology Policy: The case of Bidoagnostic Kits In Israel. Elseiver Science, pp. 281-292.

[6] Iwan Inrawan Wiratmadja, Riszha Gandjar, 2010. Measurement of Humanware Readiness Level in the Technology Transfer Process at Motorcycle Component Manufacturing Company. Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems Conference, Asia Pacific Regional Meeting of International Foundation for Production Research - Malaka.

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja Pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Morowali berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang telah ditentukan dalam

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengelola pasien rawat jalan dan rawat inap Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengelola pasien rawat jalan dan rawat inap yang menolak

Sedangkan untuk Jakarta (Jabotabek) dengan laju pertumbuhan penduduk 2,19% per tahun sendiri diperkirakan pada tahun 2015 terjadi ledakan penduduk menjadi sekitar 27 juta jiwa

Bentuk berpori yang dimiliki oleh ketiga sampel ini diduga disebabkan oleh adanya Neodymium yang digunakan sebagai dopan seperti yang telah dilakukan pada

Sementara itu, himpunan batuan di daerah penelitian didominasi oleh batuan metamorf derajat rendah, yang diwakili oleh sekis dan filit, sehingga dapat diinterpretasikan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 melalui bermain kartu angka bergambar anak Kelompok A RA Insan Madani

Dapat diketahui dan dijadikan bahan pertimbangan pada industri jasa dalam pembuatan kebijakan program pemasaran terkait dengan brand equity dan customer value berbasis pelanggan

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Fretes dkk (2016) dengan judul “Wife’s Forgiveness For Husband’s Affair ” memiliki hasil bahwa istri yang mengalami