BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada suatu peradaban yang membutuhkan potensi intelektual yang berkualitas. Peran ilmu-ilmu pasti selama ini telah terbukti, saat ini yang diperlukan adalah kesan bahwa ilmu pasti bukan hanya ilmu teoritis, tapi mampu menjadi ilmu yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kontribusi ilmu pengetahuan bagi kehidupan masyarakat. Perkembangan pemakaian energi listrik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, tidak hanya untuk kebutuhan penerangan saja melainkan juga untuk kebutuhan industri menjadi salah satu lahan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ketenagalistrikan.
Dunia kerja sebagai lahan penerapan ilmu pengetahuan merupakan bentuk luas sebuah komunitas yang melibatkan kemampuan dan kecerdasan intelegensia dan kecerdasan emosional. Disamping itu, dalam dunia kerja diperlukan kemampuan untuk melakukan sosialisasi dan bekerja dalam suatu kesatuan yang harus terintegrasi satu sama lain. Suatu hasil dan tujuan tidak akan maksimal ketika suatu tanggung jawab dipikul sendiri-sendiri, tanpa melibatkan kerjasama yang baik dari semua komponen dan sumber daya yang ada.
Oleh karena itu, untuk peningkatan kompetensi mahasiswa dan pengenalan ruang lingkup aplikasi ilmu ketengalistrikan disebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang tersebut, maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat dilaksanakan mahasiswa di luar aktivitas perkuliahan di kampus. Salah satu kegiatan ini adalah Kerja Praktek (KP), sehingga dengan berbagai alasan dan latar belakang kerja praktek dijadikan sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program SI Teknik Elektro STT-PLN Jakarta. Adapun motivasi kami memilih di PT.PLN Unit Pengelola Jaringan Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng Posko Kalideres sebagai tempat kerja praktek adalah untuk mempelajari saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) dan penyambungannya, penanganan gangguan jaringan baik JTR maupun JTM serta macam pemeliharaan rutin pada sistem jaringan distribusi. Atas dasar pengalaman kerja praktek di PT.PLN Unit Pengelola Jaringan Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, maka kami dapat menyusun laporan ini.
1.2 Waktu dan Lokasi Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada tanggal 31 Januari sampai dengan 29 Februari 2012 di PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng, Posko Pelayanan Teknik Kalideres.
1.3 Tujuan Kerja Praktek 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kerja praktek yaitu sebagai berikut :
- Mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja dan penerapannya dalam bidang kelistrikan.
- Memberikan pengenalan dan pengalaman kerja yang nyata kepada mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
- Mampu menerapkan ilmu ketenagalistrikan yang diperoleh di bangku perkuliahan.
- Menumbuhkan sikap profesionalisme yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
- Memenuhi prasyarat mata kuliah wajib.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun Tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini adalah :
- Mendapatkan gambaran umum tentang proses penyaluran energi listrik hingga pihak konsumen.
- Mempelajari kinerja serta fungsi dari Area Pelayanan yang bergerak dibidang penyaluran energi listrik.
- Mendapatkan gambaran nyata tentang peralatan listrik penunjang proses pendistribusian energi listrik.
1.4 Batasan Masalah
Penulisan laporan Kerja Praktek ini dibatasi sesuai dengan penempatan unit kerja. Penulis ditempatkan pada unit gangguan dan pemeliharaan distribusi (JTR dan JTM).
1.5 Metode Penyusunan Laporan
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, metode pencarian data dan informasi yang kami lakukan adalah :
Pendekatan Masalah
Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada saat dilakukan kegiatan di lapangan.
Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap denga cara wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kerja pelayanan ditribusi. Sumber Data
Data-data studi lapangan didapatkan dari PT.PLN Unit Pengelola Jaringan Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Sedangkan data-data untuk studi kepustakaan diperoleh dari literatur dan sumber buku lain yang berkaitan dengan topik penulisan
1.6 Sistematika Penulisan
Sisematika penulisan dimaksudkan untuk mempermudah dan mempelajari bagian-bagian dari sebuah kesatuan tulisan, memahami ciri-ciri masing-masing bagian-bagian, dan hubungan antar tiap bagian sehingga dapat disusun tulisan yang merupakan garis-garis besar yang merupakan keseluruhan tulisan.
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang kerja praktek, tujuan penulisan, batasan masalah, metoda penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG AREA CENGKARENG POSKO PELAYANAN TEKNIK KALIDERES
Membahas mengenai profil dan sejarah berdirinya PT.PLN Unit Pengelola Jaringan Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang , serta meliputi struktur organisasi pada instansi tersebut diatas.
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK DI PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN KALIDERES
Membahas mengenai kegiatan sehari-hari yang dilakukan selama kerja praktek berlangsung serta penjelasan mengenai kegiatan harian tersebut.
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO)
2.1 Sekilas Berdirinya PT.PLN (Persero)
Sejarah berdirinya PT.PLN diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik oleh salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) bergerak di bidang eksplorasi gas, yang terletak di Gang Ketapang (Jl. K. H. Zaenul Arifin, Jakarta Pusat), kemudian berkembang berdasarkan surat izin beroperasi Wilayah Batavia Nomor 28 tanggal 27 Juni 1913, di bidang kelistrikan, yang ditandai dengan pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berlokasi di Gambir. Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka pada masa pemerintahan Jepang, NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh pemerintahan Jepang dan berganti nama Seibu Djawa Djigio Kosha Djakarta Shisa, kemudian dialihkan ke perusahaan Jepang lainnya bernama Djawa Denki Jigyosa Djakarta Shisa. Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta, yang selanjutnya dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan namanya berubah menjadi NV OGEM, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja.
Kemudian dengan berakhirnya masa konsesi NV OGEM Cabang Jakarta yang selanjutnya diikuti dengan nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01 Januari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke Perusahaan Listrik Jakarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta Raya, Kebayoran & Tangerang.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahan pun terus bergulir sesuai kronologi berikut ini:
1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961, dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN),yang bergerak di bidang listrik, gas, dan kokas, khusus untuk wilayah Jakarta dengan nama Perusahaan Listrik Negara Exploitasi XII.
2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62 tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda.
3. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW.
4. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang Tanjung Priok (1970).
5. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.
6. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23 Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota, Kebayoran, Jatinegara, Tanjung Priok, Tangerang dan Bengkel Karet. 7. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8 Agustus 1976, nama PLN
Distribusi IV dirubah menjadi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No. 025/PST/1976 tanggal 17 April 1976).
8. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978, PLN yang semula bernaung di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL), dialihkan menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi
9. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan.
Dua yang disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang. Satuan Bengkel Pusat Klender diserahkan kepada PLN Distribusi dan di gabung dengan Bengkel Karet menjadi Bengkel Pemeliharaan Kelistrikan. Dengan demikian PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memiliki satuan kerja sebagai berikut ;
a). Unsur Pelaksana : Cabang Gambir, Cabang Kota, Cabang Kebayoran,
Cabang Jatinegara, Cabang Tanjung Priok, Cabang Tangerang, Cabang Kramat Jati. b). Unsur Penunjang :
Unit Pengatur Distribusi, Bengkel Pemeliharaan.
10. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik.
11. Sejalan dengan kebijakan diatas, berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
12. Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka Pemerintah meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan sesuai Keputusan Menko WASPAN No. 39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero) Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya & Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit/Investment Centre.
13. Sehubungan dengan butir no. 10 di atas, maka Direksi PLN telah mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September 2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Sesuai SK Direksi tersebut. Yaitu satu General Manager (GM), satu Internal Auditor, serta 14 Manajer Bidang. Kantor Distribusi membawahi unit-unit yaitu Unit Pelayanan (UP), Unit Pengelola Jaringan (UPJ), Unit Pengatur Distribusi (UPD), dan Unit Pengelola Gardu Induk (UPGI). UP dan UPJ sudah lengkap terbentuk sejak Oktober 1999, UPD juga sudah di re-organisasi dengan SKGM nomor 002.K/021/GM.IV/2001 tanggal 22 Januari 2001. UPD dipimpin oleh 4 Asisten Manager (Asman), yaitu Asman Engineering, Asman Operasi, Asman Pemeliharaan, dan Asman Administrasi dan Asman Keuangan. Untuk UPGI belum terbentuk, hingga sekarang (2006) masih tarik-ulur, karena berdasarkan Rapat Koordinasi Jawa Bali, Distribusi belum siap menerima limpahan gardu induk 150KV dari P3B. Maka susunan organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut :
b). Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang :
Pemasaran dan Pengembangan Usaha Pelayanan Pelanggan
Komersil Perencanaan
Operasi dan Pelayanan Gangguan Pemeliharaan Logistik Teknologi Informasi Keuangan Akuntansi Organisasi dan SDM Hukum Hubungan Masyarakat Umum
c). Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern d). Unit Pelayanan (UP)
e). Unit Pengelola Jaringan (UPJ) f). Unit Gardu Induk
g). Unit Pengatur Distribusi (UPD)
14. Kemudian pada tanggal 23 Januari 2001 SK Direksi tersebut ditindak lanjuti dengan SK GM nomor 003.K/021/GM.IV/2001 tentang bagan susunan jabatan PT. PLN Distribusi Jakarta Raya (DISJAYA) dan Tangerang. Karena perlu pertimbangan pekerjaan yang sangat operasional dan perlu komando, maka GM membentuk 22 Deputy Manager (DM) untuk bidang-bidang tertentu, pembentukan ini diharapkan tidak menciptakan birokrasi baru, sebetulnya mereka ’fungsional’, namun karena pekerjaannya sangat spesifik maka diberi istilah Deputy Manager.
15. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali, maka susunan organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali sebagai berikut :
a). Unsur Pimpinan adalah General Manager
Perencanaan Distribusi Niaga Keuangan
SDM dan Organisasi
Komunikasi Hukum dan Administrasi c). Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern d). Area Pelayanan (AP)
e). Area Jaringan (AJ)
f). Area Pengatur Distribusi (APD) g). Area Pelayanan dan Jaringan :
Unit Pelayananan
Unit Pelayananan Jaringan
Unit Pelayananan dan Jaringan ( untuk sementara struktur organisasi PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang masih mengacu kepada butir No.11 )
Mengenai kesan yang timbul bahwa organisasi ini lebih menggelembung, dikarenakan bidang-bidang tersebut ditugaskan unutk menangani pekerjaan-pekerjaan yang sangat spesifik agar tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih dan kerja rangkap, sehingga dapat bekerja lebih profesional dan meningkatkan kinerjanya
Hal inipun bersifat sementara karena sewaktu-waktu kemungkinan terjadi perubahan organisasi, karena organisasi ini bersifat dinamis. Dalam organisasi baru ini disebutkan bahwa PT. PLN UB Disjaya dan Tangerang ditetapkan sebagai Strategic Business Unit (SBU), sehingga memiliki unit yang lebih luas untuk mengelola aset sendiri dan menentukan kebijakan SDM sendiri. Untuk menentukan bobot dan pekerjaan suatu jabatan PT. PLN UB Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang mengacu pada skema dan penilaian jabatan dari Pricew Waterhouse, yaitu Pendidikan, Pengalaman, Kompleksitas kerja, Lingkup kerja, Segi pemecahan masalah, segi kebebasan bekerja, hasil pengambilan keputusan, Hubungan kerja, Wewenang yang dimiliki dan Tanggung jawab pengawasan manajerial. Peringkat jabatan ditentukan berdasarkan hasil analisa dan evaluasi jabatan dengan menentukan 10 indikator tersebut.
2.2 Visi dan Misi PT PLN (Persero)
Adapun visi dan misi PT. PLN (Persero) adalah sebagai berikut : Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang tumbuh, berkembang, unggul, dan terpercaya, dengan bertumpu pada potensi insani.
Misi
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
2.3 Nilai – nilai Perusahaan
PT. PLN mempunyai Nilai-nilai perusahaan yang dijunjung tinggi dalam menjalankan dan mengembangkan perusahaan tersebut yakni Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar
Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan
Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secaracepat, tepat dan sesuai.
Penghargaan pada harkat dan martabat manusia
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam menjalankan bisnis.
Integritas Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam pengelolaan bisnis.
Kualitasproduk
Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan.
Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan.
Inovatif
Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
Mengutamakan kepentingan perusahaan
Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin di dalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan perusahaan.
Pemegang saham
Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi pemegang saham.
2.4 Pengembangan Perusahaan
Dalam perkembangannya, PT PLN (Persero) telah mendirikan 6 Anak Perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan yaitu :
PT Indonesia Power
Yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait, yang berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PJB I dan baru pada tanggal 1 September 2000 namanya berubah menjadi PT Indonesia Power.
PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB)
Bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lainyang terkait dan berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PJB II dantanggal 22 September 2000, namanya berubah menjadi PT PJB.
Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam)
Yang bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di Wilayah Pulau Batam, didirikan tanggal 3 Oktober 2000.
PT Indonesia Comnets Plus
Yang bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi didirikan tanggal 3 Oktober 2000. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring ( PT PLN Enjiniring)
Bergerak di bidang Konsultan Enjiniring, Rekayasa Enjiniring dan Supervisi Konstruksi, didirikan pada tanggal 3 Oktober 2002.
Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT PLN Tarakan)
Bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Tarakan.
Geo Dipa Energi
Perusahaan patungan PLN - PERTAMINA yang bergerak di bidang Pembangkit Tenaga Listrik terutama yang menggunakan energi Panas Bumi.
Sebagai Perusahaan Perseroan Terbatas, maka Anak Perusahaan diharapkan dapat bergerak lebih leluasa dengan antara lain membentuk Perusahaan Joint Venture, menjual Saham dalam Bursa Efek, menerbitkan Obligasi dan kegiatan-kegiatan usaha lainnya. Di samping itu, untuk mengantisipasi Otonomi Daerah, PLN juga telah membentuk Unit Bisnis Strategis berdasarkan kewilayahan dengan kewenangan manajemen yang lebih luas.
2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero)
Struktur organisasi PT PLN digambarkan dalam diagram dibawah ini.
2.6 Wilayah Kerja PT. PLN Distribusi Jakarta dan Tangerang
Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan dan barometer perekonomian nasional memerlukan dukungan energi listrik yang besar, bermutu dan handal. PT PLN Disjaya dan Tangerang merupakan salah satu ujung tombak dalam melayani pelanggan di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, serta sebagian Kabupaten Bogor, Kabupaten Depok dan Kabupaten Bekasi. Total luas wilayah operasi adalah 2.067 km2.
Gambar Peta Wilayah Operasi
2.7 Tujuan dan Sasaran PT. PLN Distribusi Jakarta dan Tangerang a). Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang mandiri
Transparansi/ akuntabilitas dalam bidang peran, tugas, tanggung jawab dan wewenang Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha
b). Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang mandiri. Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee Value.
Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM.
Mengupayakan penerapan tarif tenaga listrik sesuai dengan nilai ekonominya (Customer Oriented Company)
Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.
Tugas pokok PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. meliputi distribusi, penjualan tenaga listrik dan pelayanan pelanggan. Operasionalisasi tugas pokok tersebut awalnya sebelum tahun 2010 tepatnya pada bulan Oktober dikendalikan melalui unsur pelaksana yang terdiri dari 35 Area Pelayanan yang tersebar dipenjuru Jakarta dan Tangerang, didukung oleh 4 Area Jaringan (AJ) dan 1 Area Pengatur Distribusi (APD) yang terletak di Kantor Induk Gambir. Namun sekarang operasionalnya dilaksanakan oleh Area wilayah dan dengan koordinasi antara posko pelayanan teknik tiap-tiap area. Dan salah satu area tersebut adalah area cengka
reng dan tetap dibawah koordinasi Area Pengatur Distribusi (APD) yang terletak di Kantor Induk Gambir.
2.8 PT PLN (Persero) Area Cengkareng
Area Cengkareng merupakan gabungan antara Area Pelayanan Kalideres dengan Area Pelayanan Cengkareng. Penggabungan ini terjadi pada bulan Oktober 2010. Adanya penggabungan tersebut menuntut adanya adaptasi sistem dari sistem area pelayanan menjadi sistem Area. Dalam sistem area, pengelolaan bidang teknis maupun bidang non teknis menjadi satu dalam area tersebut. Dengan penggabungan tersebut, juga diharapkan mampu meningkatkan pelayanan tehadap masyarakat.
2.8.1 Batasan Wilayah Kerja Cengkareng
PT PLN (Persero) Area Cengkareng terletak di Jalan Lingkar Luar Duri Kosambi Cengkareng, Jakarta Barat. Area Cengkareng mencakup kecamatan Cengkareng dan sebagian kecamatan Cipondoh. Berbatasan wilayah dengan 4 Area lain yang berada di bawah Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yaitu:
- Bagian Utara dan timur berbatasan dengan Area Bandengan - Bagian Selatan berbatasan dengan Area Kebon Jeruk
- Bagian Barat berbatasan dengan Area Cikokol dan teluk naga 2.8.2 Aset Distribusi Area Cengkareng
Tabel Aset Distribusi Area Cengkareng (Status s/d februari 2012)
ASET Jumlah Satuan
GI 4 Buah Penyulang 79 Buah SKTM 59 Buah SUTM 14 Buah Campuran 6 Buah Panjang Penyulang 927,299 Kms SKTM 642,151 Kms SUTM 191,012 Kms Campuran 94, 135 Kms
Gardu Distribusi 889 Buah
Beton 614 Buah Portal 185 Buah RMU 53 Buah Kios 14 Buah Tingkat 5 Buah Cantol 18 Buah
Gardu Hubung 8 Buah
Trafo Distribusi 994 Buah
Kubikel 2282 Buah
Tiang TM 876 Buah
Tiang TR 15743 Buah
Jumlah Pelanggan 214.674 Pelanggan
2.9 Ruang Lingkup Pelayanan Teknik Kalideres
Untuk bagian operasi dan pelayanan ganguan Area Cengkareng terbagi menjadi dua wilayah yakni wilayah kalideres dan cengkareng. Untuk masing-masing wilayah dipusatkan pada satu posko pelayanan teknik (Yantek), dan salah satunya adalah yantek distribusi kalideres. Yantek distribusi kalideres sendiri bertempat di kantor AP Kalideres dan dibawahi Seksi Operasi Distribusi. Tugasnya pada umumnya merupakan perpanjangan dari tugas Seksi Operasi Distribusi dalam memberikan pelayanan pada daerah kerja AP Kalideres. Sebagai lini terdepan yang langsung bersentuhan dengan pelanggan. Yantek ini merupakan refleksi dari system dan kualitas pelayanan dari PLN sehingga mutu dan kualitas pelayanan harus betul-betul diperhatikan.
Gambar 2.6 PT.PLN ( Persero ) APL Kalideres
Disamping itu Yantek juga menjadi sumber data yang akurat bagi jajaran manajemen yang lebih tinggi. Dimana data-data tersebut baik teknis maupun non teknis sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan, pembuatan rencana pemeliharaan, investasi dan lain-lain.
Beberapa tugas operasional pokok yang dilaksanakan pada kantor Yantek Kalideres antara lain:
1. Pengendalian Operasi system distribusi 20 kV
- Memantau sytem dan melaksanakan maneuver-manuver yang diperlukan baik untuk pelaksanaan pemeliharaan, pengalihan beban overload dari penyulang dan lain-lain. - Melakukan pemantauan secara berkala dan sistematis terhadap perkembangan beban
penyulang dan gardu distribusi.
- Melakukan koordinasi dengan PLN Area Cengkareng mengenai kondisi system - Secara berkala melakukan upgreat jaringan dengan program sicad 2000
2. Melayani gangguan
- Melakukan perbaikan gangguan yang sifatnya langsung dapat terselesaikan - Mengkoordinasikan dengan PLN Area Cengkareng jika terjadi gangguan berat - Melakukan system administrasi gangguan baikmanual maupun dengan system
komputerisasi
3. Pengukuran Beban Gardu Distribusi
- Pengukuran beban ini dilaksanakan untuk memantau secara berkala perkembangan beban dari tiap gardu distribusi
- Melakukan pemantaun secara visual terhadap kondisi gardu 4. Pengendalian Material pemeliharaan
- Pengadaan material peralatan dari kantor PLN Area Cengkareng - Penyimpanan material pemeliharaan
- Penggunaan material pemeliharaan 5. Pelaporan
- Laporan rutin antara lain laporan Saidi Saifi, Pengukuran beban gardu Distribusi, laporan pemadaman, Laporan penggunaan material dan lain-lain.
- Laporan Insidentil misalnya usulan perbaikan system, penggantian peralatan, gangguan berat dan lain-lain.
Seluruh kegiatan tersebut dilakukan dengan format SOP yang telah ditentukan Data Pengusahaan Area Cengkareng.
Tugas pokok dari bidang operasi distribusi adalah : Bertanggung jawab dalam melaksanakan perencanaan sistem, kebutuhan material untuk pngoperasian sistem pendistribusiaan tenaga listrik dan pelaksanaan perbaikan sarana penyediaan tenaga listrik dan pelaksanaan perbaikan sarana penyediaan tenaga listrik yang terganggu dan membuat analisa dan evaluasi penyebab gangguan tersebut serta menjamin kontinuitas pendistribusiaan tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang baik.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diatas,Asisten manajer operasi distribusi mempunyai fungsi:
Merencanakan/melaksanakan pengoperasiaan saana pendistribusiaan tenaga listrik. Membuat rencana kebutuhan material pengoperasiaan sistem pendistribusiaan
tenaga listrik
Melaksanakan pembinaan terhadap instalatir jaringan tenaga listrik.
Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan gardu serta jaringan distribusi tenaga listrik
Melaksanakan kegiatan pengaturan operasional system pendistribusiaan tenaga listrik.
Melaksanakan pelayanan/penanggulangan gangguan jaringan tegangan rendah, gardu distribusi ,alat pengukur dan pembatas (APP) rangkaian jaringan ke pelanggan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Asisten Manajer dibantu oleh Supervisor Distribusi yang mempunyai tugas pokok yaitu bertanggung jawab dalam melaksanakan pengoperasiaan sistem pendistribusiaan tenaga listrik dan pelaksaan perbaikan sarana penyediaan tenaga listrik yang terganggu dan membuat analisa dan evaluasi penyebab gangguan tersebut serta menjamin kontinyuitas pendistribusiaan tenaga listrik dan mutu keandalan yang baik.
Mengkoordinir pelaksanaan pengoperasiaan sarana pendistribusian tenaga listrik.
Mengkoordinir pembuatan rencana kebutuhan material pengoperasiaan sistem pendistribusian tenaga listrik.melaksanakan pembinaan terhadap instalatir jaringan distribusi tenaga listrik.
Melaksanakan pembinaan instalatir jaringan distribusi tenaga listrik.
Mengkoordinir pelaksaan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan gardu serta jaringan distribusi tenaga listrik.
Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pengaturan operasional system pendistribusian tenaga listrik.
Mengkoordinir pelaksaan pelayanan /penanggulangan ganguan jaringan tegangan rendah,alat pembatas dan pengukur rangkaian jaringan ke pelanggan Membuat laporan kegiatanyang berhubungan dengan pengoperasiaan dan
penanggulangan gangguan jaringan tenaga listrik.
Sedangkan tugas pokok dari asisten manajer bidang pemeliharaan yaitu bertanggung jawab dalam melaksanakan perencanaan sistem,kebutuhan material untuk pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik,pelaksanaan kegiatan pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB) serta menjamin kepastian jadwal dan ketepatan waktu pelaksanaan pemeliharaaan asset jaringan dalam mendukung kelangsungan pendistribusian tenaga listrik.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diatas,asisten Manajer Pemeliharaan mempunyai fungsi antara lain sbagai berikut :
Merencanakan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik.
Melakasanakan pengawasan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik. Merencanakan kebutuhan material pemeliharaan sistem pendistribusian tenaga listrik. Melaksanakan administrasi pelelangan pekerjaan pemeliharaan sarana pendistribusian
tenaga listrik.
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK DI PT. PLN (PERSERO) AREA
CENGKARENG POSKO PELAYANAN TEKNIK KALIDERES
3.1
Tabel Kegiatan Harian Kerja Praktek
NO HARI/ TANGGAL
KERJA PRAKTEK KEGIATAN KERJA PRAKTEK
1 SELASA
31 JANUARI 2012
1. Perkenalan dengan Pembimbing Kerja Praktek 2. Pengenalan regu Kerja Lapangan
3. Pengenalan sistem distribusi
2 RABU
1 FEBRUARI 2012
1. Penggantian MCB (Mini Circuit Breaker) untuk daya 2200 VA, 10 A
2. Penggantian joint sleeve pada konsumen Tegangan Menengah 20 KV.
3 KAMIS
2 FEBRUARI 2012
1. Penggantian NH Fuse 160 A dan ground plat 2. Mencari letak gangguan SKTM dengan
menggunakan GFD (Ground Fault Detector) pada gardu BC 211
4 JUMAT
3 FEBRUARI 2012
1. Pemasangan gardu portal baru BC 119 dengan kapasitas trafo 400 KVA dan dibagi menjadi 4 jurusan, beserta pengetesan arah putaran fasa.
5 SENIN
6 FEBRUARI 2012
1. Pengaturan tap changer di gardu beton 198 dengan kondisi awal pada tap 5 kemudian diturunkan menjadi tap 3
6 SELASA
7 FEBRUARI 2012
1. Manuver penyulang kosmetik ke penyulang boing melalui GH 37
2. Pemasangan gardu cantol baru BC 26C dengan kapasitas trafo 160 KVA untuk mengurangi beban pada gardu BC 2P.
7 RABU
8 FEBRUARI 2012
1. penangan gangguan SKTM pada Penyulang Centeng dengan GFD
2. perbaikan kabel SR lost contact
8 KAMIS
9 FEBRUARI 2012 1. Pemberian materi
9 JUMAT
10 FEBRUARI 2012
1. Perbaikan kabel SR yang kendor 2. Perbaikan sekuen 3. Penggantian kabel SR 10 SENIN 13 FEBRUARI 2012 1. Penggantian NH Fuse 1000 A 2. Pengawatan OK 11 SELASA 14 FEBRUARI 2012
1. Perbaikan SR lost contact 2. Pengecekan gardu 12 RABU 15 FEBRUARI 2012 1. Revisi gardu 2. Penggantian MCB 6A 13 KAMIS 16 FEBRUARI 2012
1. Tidak ada kegiatan Kerja Praktek, dikarenakan mengikuti ujian praktikum Peralatan Tegangan Tinggi di Lab. Duren Tiga
14 JUMAT
17 FEBRUARI 2012
1. Inspeksi SUTM pada penyulang Susu
2. Penggantian fuse di BC314 beserta ground plat
15 SENIN 20 FEBRUARI 2012 1. Penggantian NH Fuse 2. Penggantian MCB 3. Penggantian SR putus 16 SELASA 21 FEBRUARI 2012
1. Penanganan trip pada penyulang Celak akibat kelebihan beban pada trafo di GI
17 RABU
22 FEBRUARI 2012
1. Penggantian Fuse link cutout 2. Penggantian MCB 4A
18 KAMIS
23 FEBRUARI 2012
1. Penggantian kawat grounding pada arrester salah satu fasa yang lepas di BDA 12 P
2. Penggantian fuse dan ground plat di BC 275 P
19 JUMAT
24 FEBRUARI 2012
1. Penggantian NH fuse
2. Penggantian SR akibat gesekan dengan genteng 3. Losing daya pada meteran
20 SENIN
27 FEBRUARI 2012 1. Revisi gardu yang meledak di BC 116
21 SELASA
28 FEBRUARI 2012
1. Penggantian SR akibat kebakaran rumah 2. Penyambungan kabel SKTM
22 RABU
29 FEBRUARI 2012
1. Pelepasan LBS akibat penyulang Kalahari overload pada BC 148 dan disuplai dari penyulang Niagara 2. Pengoperasian gardu baru antara BC 257 dan BC 47
3.2 Penjelasan Pelaksanaan Kerja Praktek 1. Pengenalan sistem distribusi
Distribusi tenaga listrik meliputi semua saluran tegangan menengah dan saluran tegangan rendah. Konstruksi saluran distribusi tegangan menengah 20 kV ada dua macam yaitu saluran udara (SUTM) dan saluran bawah tanah (SKTM).
Pemilihan konstruksi saluran distribusi tersebut berdasarkan kondisi daerah, tingkat kepadatan penduduk dan permintaan beban. Untuk daerah perkotaan dan perindustrian sebaiknya digunakan saluran bawah tanah (SKTM), selain mempunyai keindahan lingkungan juga mempunyai kehandalan penyaluran tenaga listrik yang tinggi.
Sistem saluran distribusi merupakan penyaluran tenaga listrik mulai dari gardu induk sampai ke alat pengukuran dan pembatas (APP) pada pelangan.
GD
Rumah konsumen GH
GI
Jaringan Distribusi primer
Jaringan Distribusi sekunder
Sambungan Rumah SKTM
TR
TR
SUTM
Sub Divisi Sistem Distribusi Terdiri dari :
1. Primary Distribusi : saluran distribusi yang menggunakan tegangan menengah 20 kV dan menyalurkan energi listrik mulai dari transformator sisi sekunder pada gardu induk sampai transformator primer gardu distribusi.
2. Sekunder Distribusi : saluran distribusi yang menggunakan tegangan rendah 220/380 Volt dan menyalurkan energi listrik dari Transformator sisi sekunder pada gardu distribusi sampai ke APP konsumen.
Gambar Jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder
Struktur Saluran Distribusi Terdiri Dari : 1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Konstruksi saluran distribusi tegangan menengah 20 kV terdiri dari dua macam yaitu saluran udara (SUTM) dan saluran bawah tanah (SKTM).
Keuntungan SUTM :
- Relatif lebih murah untuk jarak yang panjang - Mudah untuk melihat dan melokalisir gangguan. Kerugian SUTM :
- Lebih mahal untuk jarak yang lebih dekat
- Mudah terkena petir dan gangguan lain seperti pohon - Tidak ramah lingkungan.
- Keahlian yang tinggi dan alat alat khusus dibutuhkan untuk instalasi.
Keuntungan SKTM :
- Relatif lebih murah untuk jarak yang pendek - Tidak nudah terkena petir atau gangguan lainnya. - Ramah lingkungan, estetika
- Pemeliharaan yang relatif tidak intensif. Kerugian SKTM :
- Mahal untuk jarak yang panjang.
- Tidak Mudah untuk melokalisir gangguan. Tipe dasar sistem distribusi primer
1. Saluran Radial 2. Saluran Loop 3. Saluran Spindel
4. Saluran Grid(Network) 2. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Dari Tegangan 20 kV kemudian diturunkan menjadi tegangan 220/380 V disebut dengan Tegangan Rendah. Kontruksi saluran distribusi tegangan rendah umumnya mengunakan saluran udara dan biasanya rawan terhadap gangguan dari luar misalnya pepohonan, laying-layang, dan lain-lain.
3. Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR)
Sambungan tenaga listrik tegangan rendah ialah penghantar dibawah atau diatas tanah termasuk peralatannya mulai dari titik penyambungan pada JTR sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP) pada pelanggan.
Gambar 4.3.1 Kontruksi Pemasangan SLTR tipe A
Gambar Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah KONSTRUKSI PEMASANGAN SLTR TIPE A tiang JTR APP Sambungan Pada APP Sambungan Pada Tiang SLP SMP
KONSTRUKSI PEMASANGAN SR TIPE B
Tiang Atap
Kabel SR
APP Tiang TR
Rumah Tunggal Jalan JTR
JTR Titik penyambungan APP PHB Dalam bangunan Luar Bangunan SLP SMP APP IP SLTR
Dimana :
JTR = Jaringan Tegangan Rendah SLP = Sambungan Luar Pelayanan SMP = Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR = Sambungan Listrik Tegangan Rendah IP = Instalasi Pelanggan
APP = Alat Pembatas dan Pengukur PHB = Papan Hubung Bagi
Sambungan Luar Pelayanan (SLP)
Sambungan luar pelayanan ialah bagian dari SL yang dipasang dibawah atau diatas tanah dan berada diluar bangunan.
Sambungan Masuk Pelayanan (SMP)
Sambungan masuk pelayanan ialah bagian dari SL yang dipasang dibawah atau diatas tanah dan berada didalam bangunan.
Alat Pembatas dan Pengukur (APP)
Alat pembatas dan pengukur adalah tempat penyambungan penghantar Saluran masuk (SMP) ke instalasi pelanggan. App merupakan batas pemisah antara PLN dengan pelanggan. App digunakan untuk menggukur pemakaian energi listrik dan pembatasan daya sesuai dengan paket pelanggan. Energi listrik disalurkan dari APP ke saluran utama konsumen menuju PHB utama dan seterusnya didistribusikan ke jaringan instalasi rumah. Terdiri dari alat ukur kwh meter dan pembatas arus 450 VA sampai dengan 4.400 VA untuk sistem satu fasa
2. Penggantian miniature circuit breaker (MCB 10A)
Pemutus mini (MCB) berfungsi sebagai peralatan pengaman terhadap gangguan hubung singkat dan beban lebih yang mana akan memutuskan arus listrik secara otomatis apabila telah melebihi arus nominalnya. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu phasa dan tiga phasa.
Dengan menggunakan MCB maka dapat mencegah terjadinya korsleting/hubungan pendek ataupun kerusakan peralatan listrik akibat melonjaknya arus listrik. Pada rumah model lama, pemutus arus listrik ini berupa fuse (sekering) sudah tidak praktis lagi, karena bilamana putus, harus mengganti sekering tersebut. Dengan adanya MCB maka setiap kali arus listrik over sehingga circuit terputus, sesudah instalasi normal kembali maka untuk menghidupkan listrik cukup dengan menekan tuas pada MCB tersebut.
Keuntungan menggunakan MCB sebagai berikut :
- Dapat memutuskan rangkaian tiga phasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah satu phasanya.
- Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau beban lebih.
- Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.
Terdapat dua jenis pengaman pada MCB yaitu secara thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan. Sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu phasa, sedangkan untuk pengaman tiga phasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus.
(a) MCB 1 fasa (b) MCB 3 fasa
Pada standar International Electrotechnical Commission (IEC) 60898, berdasarkan karakteristik pemutusan dan peruntukannya MCB dapat dibagi menjadi :
- Tipe B penggunaan umum sebagai pengaman instalasi dan peralatan - Tipe C penggunaan pada beban yang sangat induktif
- Tipe D penggunaan terutama untuk aplikasi industri
- Tipe aplikasi khusus seperti tipe CL yang digunakan untuk pembatas penggunaan daya listrik, selain pengaman terhadap arus lebih dan hubung-singkat.
MCB yang dipasang pada box meteran PLN (putih dengan tuas warna biru dan bersegel PLN) adalah piranti untuk mengamankan arus yang masuk ke dalam gedung/rumah. Sedang MCB di dalam rumah (instalasi sesudah box meteran PLN) biasanya tuasnya berwarna hitam, adalah pembagi arus listrik menjadi beberapa zone sesuai kebutuhan masing-masing cabang. Untuk keamanan (terutama bagi gedung bersifat publik) umumnya MCB ini dipasang dalam kotak panel yang terkunci.
Untuk mencegah penggunaan MCB yang kurang baik kualitasnya, peraturan kelistrikan mengatur agar MCB yang digunakan memenuhi standar industri, di Indonesia digunakan standar SNI.
Tabel kapasitas MCB
Daya (Watt) Kapasitas MCB(A)
450 2 900 4 1300 6 2200 10 3200 16 4400 20 5500 25 7700 35 11000 50
Penggantian MCB ini dilakukan dikawasan perumahan, dimana konsumen mengeluh karena seringnya trip pada MCB tersebut. Hal ini disebabkan karena beban yang berlebih sehingga melebihi kapasitas pemakaian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada
pelanggan beralasan untuk tidak menambah daya. Oleh karena tuas pada MCB tersebut sudah rusak, maka untuk sementara pihak pelayanan teknik mengganti MCB tersebut dengan kapasitas yang sama yaitu 10A.
3. Penggantian joint sleeve pada konsumen TM
Joint sleeve merupakan salah satu jenis konektor yang secara umum dipakai sebagai material penyambung dua buah penghantar. Pada prinsipnya tujuan utama penggunaan konektor ini untuk menyatukan dua penghantar sedemikian rupa sehingga tahanan kontak penyambung itu menjadi sangat kecil bahkan mendekati nol.
Joint sleeve merupakan konektor yang berupa selonsong, dimana pada ujung-ujung penghantar yang akan disambung dimasukkan kedalam selonsong joint sleeve tersebut, kemudian dipress dengan alat press. Jenis konektor ini mempunyai sifat mekanis yang baik (tarikannya kuat) maupun sifat elektrisnya dimana kontak antara dua penghantar yang disambung memungkinkan kemampuan daya hantar (KHA) konektor sama dengan KHA penghantarnya.
Dalam kasus ini salah satu kabel fasa pada konsumen TM disuatu pabrik alumunium isolasinya terbakar dibagian sambungan, sehingga harus diganti dengan terlebih dahulu memotong bagian yang terbakar dan kemudian baru dilakukan penyambungan kembali dengan menggunakan joint sleeve. Dalam hal ini digunakan tipe joint sleeve yang salah satu sisinya terbuat dari tembaga yang dipasang untuk penghantar tegangan menengah, sedangkan sisi yang lainnya terbuat dari alumunium untuk dipasang pada penghantar tegangan rendah. Ukuran joint sleeve berbeda-beda tergantung dari luas penampang penghantar yang digunakan.
4. Penggantian NH Fuse 160A dan ground plat
Fuse merupakan pemutus hubungan listrik bilamana konsumsi daya telah melebihi kapasitas dari fuse tersebut dan juga digunakan sebagai pengaman jika terjadi gangguan pada instalasi listrik. Fuse sama halnya dengan MCB, yang membedakan hanyalah kapasitas arus fuse lebih besar dibandingkan dengan MCB yang berarti fuse tersebut digunakan untuk daya yang besar. Sedangkan ground plat merupakan tempat untuk menempatkan fuse. Prinsip kerjanya sama yakni ketika terjadi gangguan hubung singkat dan beban lebih, maka akan memutuskan arus listrik secara otomatis apabila telah melebihi arus nominal sebagai pembatas pada fuse tersebut.
5. Mencari letak gangguan SKTM dengan menggunakan GFD (Ground Fault Detector) pada gardu BC 211 penyulang bedak
Ground Fault Detector (GFD) merupakan detector gangguan hubung singkat ke tanah yang bertujuan untuk mempercepat melokalisir gangguan pada saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 20 kV. Jaringan SKTM yang gardunya terpasang Ground Fault Detector (GFD) lebih menguntungkan dibandingkan dengan jaringan SKTM yang gardunya masih kurang terpasang Ground Fault Detector (GFD), karena jaringan yang gardunya sudah banyak terpasang Ground Fault Detector (GFD) akan lebih cepat mengisolir gangguan.
Alat ini biasanya dipasang pada middle point gardu distribusi dan gardu percabangan. Dalam satu feeder kemungkinan dipasang beberapa GFD tergantung jumlah gardu pada feeder tesebut. Prinsip kerjanya adalah mendeteksi arus gangguan tanah dan selanjutnya diproses menjadi sinyal gangguan yang dikeluarkan melalui lampu indikator. Ketika terjadi gangguan tanah lampu indikator ini akan hidup berkedip-kedip sesuai dengan setting waktu.
Dalam hal ini terdapat laporan bahwa terjadinya pemadaman listrik pada penyulang bedak, diperkirakan bahwa adanya gangguan kabel tanah yang menyebabkan pemadaman tersebut. Salah satu tim pelayanan teknik pun menuju GFD yang terpasang pada gardu BC 221. Perlu diketahui bahwa ketika menggunakan GFD untuk mencari titik gangguan kita harus melihat saluran kabel yang menuju dan yang keluar dari gardu sampai ke gardu lain. Oleh karena itu sistem kerjanya harus melihat kondisi dari GFD yang terpasang pada sebelum dan sesudahnya gardu yang lebih dekat menuju titik gangguan.
Cara penanganannya dengan terlebih dahulu membuka CB dan PMS tanah di ground, selanjutnya mengukur tahanan isolasi fasa netral dari arah GI Cengkareng dan arah GH 37 dengan menggunakan megger. Dari hasil pengukuran megger nilai tahanan isolasi fasa netral dari arah GI kecil, yang berarti diperkirakan gangguan berasal dari arah GI. Selanjutnya dilakukan hal yang sama pada gardu BC 39 , BC 223, BC 220, dan BC 170 oleh tim lainnya, setelah mengukur tahanan isolasi masing-masing fasa dihubungkan ke ground dengan tujuan membuang tegangan sisa pada masing-masing fasa tersebut. Prosedur terakhir PMS tanah dilepas dan CB dinormalkan kembali (dihubungkan).
6. Pemasangan gardu portal baru BC 119P dengan kapasitas trafo 400 KVA
Meningkatnya konsumsi pemakaian listrik yang disuplai oleh gardu beton BC 119 pada penyulang susu mengharuskan untuk pemasangan gardu baru BC 119P guna pemecahan beban beban yang ditanggung oleh gardu BC 119, sehingga dapat meningkatkan keandalan/mengurangi pemadaman akibat overload.
Penormalan gardu BC 119P diawali dengan pemutusan beban (PB di off) pada gardu BC 119 dan pemutusan beban pada gardu BDA 12P dengan menggunakan cut out untuk memutus hubungan/saluran TM dan TR. Dalam kondisi mati maka dilakukan pemasangan cut out outdoor BC 119P dan setelah terpasang cut out tersebut dimasukkan (dalam keadaan on), langkah selanjutnya cut uot outdoor pada gardu portal BDA 12P tersebut dimasukkan sehingga menyambungkan saluran TM dan TR serta siap dibebani, kemudian pemutus beban dimasukkan kembali (PB on) pada gardu beton BC 119, setelah itu dilakukan pengecekan arah putaran fasa dengan menggunakan phase rotation indicator, hasil pengecekan menunjukan arah putaran yang benar (searah jarum jam) , BC 119P pun siap dibebani tetapi dalam hal ini beban baru sampai rak TR atau dengan kata lain belum sampai terjadinya pembagian beban ,beban masih ditanggung oleh gardu BC 119.
7. Pengaturan tap changer di gardu beton 198
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Untuk memenuhi kualitas tegangan sesuai kebutuhan konsumen, tegangan keluaran sekunder trafo harus dapat diubah sesuai keinginan. Oleh karena itu pada salah satu atau pada kedua sisi belitan trafo dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan rasio trafo.
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya bisa beroperasi untuk memindahkan tap trafo dalam keadaan trafo tidak berbeban disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan manual.
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban . Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap trafo dalam keadaan berbeban disebut “On Load Tap Changer (OLTC)” dan dapat dioperasikan secara manual maupun otomatis.
Transformator yang terpasang di gardu pada umumnya menggunakan tap changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer. Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil, umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga tanpa beban. Untuk mengisolasi dari bodi trafo (tanah) dan meredam panas pada saat proses perpindahan tap, maka OLTC direndam di dalam minyak isolasi yang biasanya terpisah dengan minyak isolasi utama trafo (ada beberapa trafo yang compartemennya menjadi satu dengan main tank).
Belitan Jepitan
Tangki minyak trafo Bushing TM
Ada laporan bahwa ketika dilakukan pengecekan posisi trafo gardu beton 198 berada pada tap 5, hal ini dilakukan oleh sekelempok pihak yang tidak bertanggung jawab dalam arti tidak mendapatkan ijin untuk menaikan posisi tap pada trafo tersebut. Trafo yang berkapasitas 400KVA ini seharusnya berada pada posisi tap yang ke 3 sesuai dengan tegangan pada sisi primer (20KV) yang masuk pada trafo tersebut. Posisi trafo sengaja dinaikan karena disinyalir bahwa terjadi kelebihan beban pada wilayah tersebut akibat penambahan daya yang semakin meningkat yang tidak mungkin sanggup ditanggung oleh trafo pada gardu tersebut. Dari hasil pengukuran tegangan yang dilakukan pada rak TR tegangan fasa netral 239V. Kenaikkan posisi tap yang tidak sesuai dengan kapasitas trafo akan memperpendek umur trafo tersebut bahkan akan menyebabkan kerusakan, oleh karena itu dilakukan penormalan kembali yang berarti posisi trafo diubah menjadi tap ke 3.
8. Manuver penyulang kosmetik ke penyulang boing
Manuver/manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat menguragi daerah
pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin.
Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
1. Memisahkan bagian-bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
2. Menghubungkan bagian-bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia disepanjang jaringan yang dimaksud peralatan tersebut yaitu peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Manuver dilakukan karena penyulang kosmetik overload yang menyebabkan trip tetapi tidak ada gangguan yang terjadi pada penyulang ini, sehingga sebagian gardu yang disuplai dari penyulang kosmetik dialihkan ke penyulang boing melalui GH 37 dimana penyulang boing merupakan expres feeder.
Pada penyulang kosmetik suplai yang berasal dari GI hanya sampai pada gardu BC 177, gardu selanjutnya TG 370 sampai gardu DK 228 disuplai oleh GH 37. Oleh karena itu PMT pada cubicle gardu BC 177 yang menghubungkan gardu TG 370 dibuka. Dengan dilakukannya manuver jaringan diharapkan kerugian yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jaringan dapat diminimalkan.
9. Pemasangan cardu cantol baru BC 26C dengan kapasitas Trafo 160 KVA untuk mengurangi beban pada gardu BC 2P
Sama halnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemasangan gardu baru (gardu cantol BC 26C) dengan kapasitas trafo 160KVA dilakukan untuk mengurangi beban yang ditanggung oleh trafo pada gardu BC 2P. Gardu ini disuplai oleh penyulang susu, dengan dilakukannya pemecahan beban maka dapat meningkatkan keandalan sistem sehingga
mengurangi tingkat pemadaman pada daerah yang disuplai oleh gardu tersebut yang berada dijalan batu jaya Tangerang.
10. Penanganan gangguan SKTM pada penyulang centeng dengan GFD
Dalam kasus ini penyulang centeng trip dan belum diketahui penyebab trip tersebut. Karena saluran yang digunakan berupa SKTM maka untuk mencari letak gangguan digunakan GFD yang terpasang di gardu tertentu pada penyulang centeng. Beberapa gardu yang terdapat GFD pada penyulang Centeng antara lain gardu BC 164, gardu BC 28A, gardu BC 28, gardu BC 165, gardu BC 61, gardu BC 213, gardu BC 250, dan gardu BC 229. Penyulang Centeng ini bermuara di gardu hubung 37 (GH 37). Langkah selanjutnya mengecek kondisi GFD yang terpasang pada gardu BC 165. Kondisi lampu GFD yang terpasang pada gardu BC 165 padam dan setelah direset lampu nyala kembali yang berarti gangguan berasal dari GH 37, sedangkan lampu GFD pada gardu BC 250 menyala tanpa direset yang bearti sumber gangguan berasal dari gardu induk, hal ini mengidentifikasikan bahwa lokasi gangguan berada diantara gardu BC 165 dan BC 250. Untuk mengatasi pemadaman akibat gangguan, gardu DK 221 mengambil jaringan dari SUTM dengan bantuan Unit Kabel Gangguan (UKB) sehingga dapat menyuplai listrik sampai ke gardu BC 28. Setelah ditelusuri oleh tim pelayanan teknik, lokasi gangguan berada dijalan daan mogot baru dimana kabel XLPE 240 mm sepanjang 6meter terbakar/hangus pada letak sambungan (jointing), dan selanjutnya dilakukan penggantian dengan menggunakan kabel minyak sepanjang kerusakan yang terjadi oleh tim rekanan PLN.
11. Pemberian materi
Pemberian materi ini disampaikan oleh supervisor distribusi area cengkareng posko kalideres, dimana membahas tentang peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem distribusi. Peralatan tersebut antara lain :
1. Pemutus Tenaga (PMT)
PMT adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana denagn tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau circuit breaker adalah: a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama b. Dapat membuka secara otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih c. Harus dapat memutus dengsn cepst bils terjsdi hubung singkat
d. Celah (gap) harus tahan bila kontak membuka secara otomatis e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu
f. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada gardu induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah (incoming cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (outgoing cubicle) yang menuju penyulang keluar dari gardu induk.
Ditinjau dari media pemadam busur api, PMT dibedakan atas beberapa macam yaitu :
a. Oil circuit breaker ( PMT yang menggunakan minyak sebagai peredam busur api)
b. SF6 Circuit breaker ( PMT yang menggunakan gas SF6 sebagai peredam busur api)
c. Vacum circuit breaker (PMT yang menggunakan vacum sebagai peredam busur api)
2. Disconecting switch (DS)
Disconecting switch (saklar pemisah) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau
spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengopearsian langsung maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengopersian lansung adalah penggabungan atau pemutusan aliran listik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik. Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara sau DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada. DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
Gambar disconnecting switch
3. Klasifikasi jaringan distribusi berdasarkan konfigurasi jaringa primer
Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinuitas pelayanannya. Adapun konfigurasi dari jaringan primer terdiri dari :
Jaringan distribusi pola radial
Jaringan distribusi pola loop
Jaringan distribusi pola grid
Jaringan distribusi pola spindel a. Jaringan distribusi pola radial
Jaringan distribusi pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernay hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah denagn tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.
Gambar pola jaringan radial b. Jaringan distribusi pola loop
Jaringan distribusi pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling didaerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sumber cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, maka akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Gambar pola jaringan distribusi loop
c. Jaringan distribusi pola grid
Jaringan distribusi pola grid mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
Gambar pola jaringan distribusi grid Keuntungan jaringan ini adalah :
a. Kontinuitas pelayanan lebih baik daripada pola radial atau loop b. Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban
c. Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi
Adapun kerugiannya yaitu terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal serat biaya investasi juga mahal.
d. Jaringan distribusi pola spindel
Jaringan distribusi pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express feeder.
Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung sacara seri, saluaran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh sakelar pemisah sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah sakelar beban. Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui saluran
cadangan dan GH.
gambar jaringan distribusi tipe spindel Keuntungan pola jaringan ini adalah :
a. Sederhana dalam hal tekinis pengoperasiannya seperti pola radial b. Kontinuitas pelayanan lebih baik daripada pola radial ataupun loop
c. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih muah dibandingakn dengan pola grid d. Penentuan bagian jaringan yang erganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola
grid, demikian pula sistem proteksinya lebih mudah.
e. Baik dipakai untuk daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi
12. Perbaikan kabel SR yang kendor
karena klem sebagai penyangga tiadak berfungsi/rusak. Oleh karena itu untuk memperbaiki kondisi tersebut digunakan klem baru yang dipasang diatas genteng agar kabel SR tidak membentuk andongan yang terlalu landai.
13. Perbaikan Sekuen
Hari ini melakukan perbaikan berdasarkan keluhan pelanggan yang melaporkan bahwa terjadi pemadaman pada konsumen TM tersebut. Setelah dicek dengan menggunakan test pen tidak ada arus yang melewati fuse pada salah satu fasa, oleh karena itu dilakukan penggantian fuse dengan kapasitas 63A. Ketika dilakukan penyambungan kembali terdapat percikan api, setelah ditelusuri kondisi sequence kendor dan tidak layak digunakan lagi, sehingga diganti dengan sequence yang baru sesuai dengan jenis ukuran kabel yang digunakan (25mm).
14. Penggantian kabel SR
Penggantian kabel SR milik pelanggan TR ini disebabkan karena klem tipe lama yang digunakan untuk menyangga kabel didalamnya terdapat besi yang menimbulkan gesekan diantara kabel dan klem, serta menyebabkan kerusakan pada isolasi kabel tersebut. Oleh karena rusaknya isolasi dari kabel fasa dan netral maka konduktor dari kabel fasa dan netral tersebut bersinggungan sehingga menimbulkan percikan api dan memutuskan aliran listrik. Dengan melihat kondisi tersebut maka dilakukan pemotongan kabel yang terbakar dan dilakukan penyambungan kembali, serta dilakukan penggantian klem baru yang terbuat dari bahan plastik.
15. Penggantian NH Fuse 1000 A
Penggantian NH fuse ini dapat disebabkan karena kelebihan beban yang tidak sesuai dengan kapasitasnya, gangguan antara fasa-fasa ataupun fasa-netral yang menimbulkan peningkatan suhu sehingga memutuskan fuse, dan dapat pula disebabkan karena korona akibat pemasangan yang tidak sesuai dengan konstruksinya. Pengggantian ini dilakukan pada salah satu fasa konsumen TM dengan terlebih dahulu mematikan sumber listrik dari gardu yang penyuplai, dan setelah aman baru dilakukan penggantian dengan kapasitas yang sama.
16. Pengawatan Ok
Pengawatan adalah suatu cara untuk mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada kwh meter khusus nya pada OK. OK sendiri adalah tempat dimana kabel sambungan rumah dan kabel dari instalasi bangunan bertemu. Pengawatan disini dilakukan karena kabel warna hitam (kabel pengawatan) isolasinya terbakar. Hal ini terjadi karena beban berlebih (overload).
Oleh karena itu hal yang pertama kali dilakukan adalah membongkar terlebih dahulu KWH meter. Alat yang digunakan adalah Tespen, tang press, isolasi, dan jointing. Pada kasus ini isolasinya diganti dengan isolasi tahan bakar yang terbuat dari bahan tembaga. Isolasinya dihubungkan diantara kabel pengawatan dengan menggunakan tang press.
Gambar Pengawatan OK
17. Perbaikan SR lost contact
Pelanggan mengeluhkan kenapa hanya rumahnya saja yang padam, setelah di cek pada kWh-meter ternyata tidak ada tegangan,sehingga petugas mengecek Sambungan rumah pelanggan yang ternyata kendor di tiang.
Gambar Memperbaiki sambungan rumah Langkah-Langkah perbaikan SR loss kontak :
1. Periksa sambungan SR di tiang JTR, apakah diketahui bahwa pada sambungan kendor. 2. Pada saat memeriksa, pastikan bahwa safety belt telah terpasang kencang pada tiang
3. Setelah diketahui sambungannya kendor, ganti konektor yang lama dengan yang baru antara SR dengan JTR pada tiang, lalu kencangkan dengan menggunakan kunci pas. 4. Setelah dikonektor, pastikan bahwa listrik pada pelanggan yang terganggu sudah
menyala kembali.
18. Pengecekan gardu
Pengecekan gardu yaitu mengecek beban atau arus untuk pemantauan beban dari gardu atau menghindari beban lebih (overload). Dan mengecek tegangan untuk pantauan tegangan dari gardu atau antisipasi sebelum adanya tegangan drop.
Gambar Pengecekan trafo : (a) Cek tegangan, (b) Cek Arus
19. Revisi Gardu
Revisi gardu ini bertujuan untuk meremajakan kembali gardu tersebut. Pelaksanaanya adalah dengan cara membersihkan seluruh ruangan, transformator, kubikel, rel busbar, rak TR dan lain-lain. Dengan kata lain revisi gardu ini membersihkan semua bagian dari gardu. Pada saat revisi dilakukan juga pengecekan beban. Sebelum merevisi gardu, harus dipastikan hubungan listrik gardu tersebut telah putus.
20. Penggantian MCB 6A
Alat pengaman arus lebih adalah pemutus sirkit mini yang selanjutnya disebut MCB. MCB ini memproteksi arus lebih yang disebabkan terjadinya beban lebih dan arus lebih karena adanya hubungan pendek. Dengan demikian prinsip dasar bekerjanya yaitu untuk pemutusan hubungan yang disebabkan beban lebih dengan relai arus lebih seketika digunakan electromagnet.
Pada kasus ini pelanggan mengeluhkan bahwa MCB dirumahnya selalu turun, setelah di cek oleh pihak PLN ternyata instalasi rumah pelanggan tersebutlah yang mengalami kerusakan, MCB pembagi yang berada di dalam instalasi rumah terbakar karena faktor usia dan beban berlebih. Dan benar setelah di cek dengan Tang Ampere arus yang mengalir melebihi arus yang seharusnya.
Langkah-langkah penggantian MCB akibat gangguan di lokasi pelanggan :
1. Mengadakan pemeriksaan MCB di APP dan saklar IB dalam posisi Off. 2. Menemukan kondisi MCB terbakar atau rusak.
3. Melaksanakan penggantian MCB, mencabut MCB lama dan memasang MCB baru dengan kapasitas ampere sama.
4. Memasukkan tegangan ke IB dan memberi beban. 5. Melaksanakan penyegelan kotak MCB dan OK APP.