ANALISIS KONTINGENSI PADA SISTEM JAWA-BALI 500KV UNTUK
MENDESAIN KEAMANAN OPERASI
Arif Rachman
2207.100.625
Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111
Abstrak : Tugas akhir ini menjelaskan tentang kontingensi yang disebabkan oleh terlepasnya saluran transmisi yang terjadi pada sistem interkoneksi Jawa-Bali 500KV. Akibat terputusnya saluran transmisi menyebabkan perubahan tegangan pada bus dan overload pada saluran transmisi, sehingga perlu sekali untuk mengatasi masalah ini dengan sebuah simulasi analisis kontingensi untuk menemukan solusi dari masalah yang ditimbulkan akibat terputusnya saluran transmisi. Hasil menunjukkan ketika terjadi kontingensi pada saluran transmisi 500KV Jawa-Bali antara Suralaya-Gandul membuat arus di saluran Cilegon-Cibinong naik 2.583,18A, Paiton-Grati membuat arus di saluran Ungaran-Surabaya naik 2.101A, Mandirancan-Ungaran membuat arus di saluran Gandul-Depok naik 1.989,49A dan tegangan bus terendah terjadi di bus bandung yaitu 0,775 pu saat terjadi kontingensi di saluran Saguling-Bandung. Hasil dari perhitungan analisis kontingensi dapat digunakan secara optimal untuk perencanaan operasi sistem pembangkitan energi listrik, dengan begitu perencanaan sistem dapat mempengaruhi keandalan dan keamanan dari sistem interkoneksi.
1. PENDAHULUAN
Di dalam operasi sistem tenaga listrik terjadi suatu gangguan adalah suatu masalah yang tidak dapat dihindari. Banyak gangguan yang dapat terjadi namun bila dilihat frakuensi terjadinya gangguan, pada saluran transmisi adalah yang paling sering terjadi. Gangguan itu bisa berupa gangguan hubung singkat atau terputusnya salah satu saluran dan lain-lain. Untuk langkah pengamanan dari gangguan sistem tersebut perlu diadakan pemutusan saluran dari jaringan sistem, dengan tidak bekerjanya suatu saluran (Line outage) maka akan terjadi perubahan aliran daya pada saluran-saluran lain akibat adanya perubahan aliran daya tersebut. Dari permasalahan itu diperlukan Analisis Kontingensi untuk mengetahui jika ada saluran yang bermasalah apakah saluran yang masih tersisa sudah over load atau masih bisa di bebani.
2. TEORI PENUNJANG 2.1 Studi aliran daya.
Studi aliran daya adalah studi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai aliran daya atau tegangan sistem dalam kondisi operasi tunak. Informasi ini sangat dibutuhkan guna mengevaluasi unjuk kerja sistem tenaga dan menganalisis kondisi pembangkitan maupun
pembebanan. Analisis ini juga memerlukan informasi aliran daya dalam kondisi normal maupun darurat.
Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran daya dan tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu.Di dalam studi aliran daya, bus-bus dibagi dalam 3 macam, yaitu :
a. Slack bus atau swing bus.
b. Voltage controlled bus atau bus generator. c. Load bus atau bus beban.
Pada tiap-tiap bus hanya ada 2 macam besaran yang ditentukan sedangkan kedua besaran yang lain merupakan
hasil akhir dari perhitungan. Besaran-besaran yang
ditentukan itu adalah :
a. Slack bus ; harga skalarVdan sudut fasanya .
b. Voltge controlled bus; daya real P dan harga skalar
teganganV.
c. Load bus; daya real P dan daya reaktif Q.
Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya real P dan daya reaktif Q pada sistem.
2.2 Metode Newton Raphson.
Persamaan umum dari arus yang menuju bus adalah n j Vj ij Y i I 1 (1) Persamaan diatas bila ditulis dalam bentuk polar adalah :
j ij j V n j Yij i I 1 (2)
Daya kompleks pada bus i adalah :
i I i V i JQ i P * (3)
sehingga dengan mensubsitusikan persamaan di atas didapatkan ) 1 n j j ij j V ij Y i i V i JQ i P (4)
Pisahkan bagian riil dan imajiner : ) ( 1 n j Vi Vj YijCos ij i j i P (5) ) 1 ( n j ViVjYijSin ij i j i Q (6)
Nilai-nilai P dan Q dapat ditetapkan untuk semua bus kecuali slack bus dan memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap bus kecuali slack bus yang mana besar dan sudut tegangan telah ditentukan. Nilai perkiraan
ini akan digunakan untuk menghitung nilai P danQ dengan menggunakan persamaan di atas, sehingga didapatkan
ΔP = Pspec−Pcalc
(7)
ΔQ = Qspec
−Qcalc
(8) Pada slack bus nilai magnitude tegangan (V) dan sudut
tegangan (δ) adalah tetap, sehingga tidak dilakukan
perhitungan pada setiap iterasinya. Sedangkan pada generator bus, daya aktif (P) dan magnitude tegangan (V) bernilai tetap. Sehingga hanya daya reaktif yang dihitung pada setiap iterasinya. Matrik Jacobian terdiri dari turunan parsial Pdan Q terhadap masing-masing variabel dalam persamaan di atas. Dapat dituliskan sebagai berikut
J J V J J Q P 4 3 2 1 (9 )Submatrik J1, J2, J3, J4 menunjukkan turunan parsial dari persamaan di atas terhadap δdan V yang bersesuaian, dan secara matetatis dapat dituliskan sebagai berikut :
Nilai untuk elemen J1 adalah :
) 1 ( n j ViVj YijSin ij i j i i P (10) ) ( ij i j Sin ij Y j V i V j i P J1 (11)
Nilai untuk elemen J2 adalah :
) ( 1 2Vi YiiCos ii Vj YijCos ij i j i V i P 12) ) ( ij i j Cos ij Y i V j V i P J1 (13 )
Nilai untuk elemen J3 adalah :
) ( 1 ij i j Cos ij Y j V j i V i i Q (14) ) ( ij i j Cos ij Y j V i V j i Q J1 (15)
Nilai untuk elemen J4 adalah :
) ( 1 2 YijSin ij i j j Vj ii Sin ii Y i V V i Q i (16) ) ( ij i j Sin ij Y i V j V i Q J1 (17)
Setelah seluruh persamaan diselesaikan, maka nilai koreksi magnitude dan sudut tegangan ditambahkan ke nilai sebelumnya. k i k i k i ( )1 (18) k i V k i V k i V( )1 (19) 2.3 Kontingensi
Kontingensi adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh kegagalan atau pelepasan dari satu atau lebih generator dan/atau transmisi. Istilah ini berkaitan erat dengan kemampuan suatu sistem tenaga listrik untuk melayani beban bila terjadi gangguan pada salah satu komponennya. Untuk alasan kontingensi pula, lebih dari satu saluran digunakan untuk menyalurkan daya listrik ke beban, meski sebenarnya dalam keadaan normal.
Analisis kontingensi adalah komponen sangat penting dari fungsi pengujian sistem keamanan dan merupakan sebagai kelanjutan hasil program load flow untuk memperhitungkan berbagai kondisi yang mungkin terjadi dalam sistem dimasa yang akan datang dengan melakukan berbagai kontingensi. Penganalisaan terhadap kontingensi yang mungkin terjadi sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah pengoperasian sistem yaitu untuk mengatasi terjadinya kasus-kasus yang ditimbulkan oleh kontingensi tersebut.
2.4 Seleksi kontingensi.
Untuk melakukan pengelompokan saluran maka diperlukan suatu parameter yang dapat dipakai untuk menghitung seberapa parah pengaruh saluran tersebut pada sistem tenaga, ide Performasi index (IP) dapat memenuhi kebutuhan ini. Definisi performasi index (IP) adalah sebagai berikut :
Pmax P
IP (20)
Penjelasan rumus diatas :
IP : Performasi index
P : Daya yang mengalir pada saluran
Pmax : Kapasitas maximum saluran.
Bila nilai IP lebih dari 1 maka nilai ini dikatakan overload dan bila dibawah 1 maka saluran tersebut baik-baik saja, semakin besar nilai PI semakin jelek kondisi dari sistem.
3. KONFIGURASI SISTEM.
Single line diagram dari Sistem Jawa-Bali ditunjukkan oleh gambar 1. Total kapasitas pembangkitan pada Sistem Jawa-Bali adalah 9199.798 MW dan 4280.,97 MVAR dan menanggung beban 9068 MW dan 3558 MVAR pada tanggal 04 Maret 2009 pada saat beban puncak siang yaitu pukul 13.30 Wib, dengan 8 unit generator dan 15 load bus. Dan selanjutnya simulasi menggunakan metode Newton-Raphson.dan hasil simulasi di tunjukkan pada tabel 1 dan 2.
3.1 Stabilitas Sistem.
Mengacu pada standar SPLN CC2.0:2007 tegangan
sistem harus dipertahankan dalam batasan. kondisi
tegangan nominal extra tinggi 500KV yaitu 5% untuk
kondisi normal, maka standar minimum untuk tegangan 500KV adalah 450KV (0.95pu) dan untuk standar maximum adalah 525 KV (1.05pu). dan untuk kemampuan hantar arus saluran mengacu pada KHA yang dimiliki masing-masing saluran.
Gambar 1. Layout jaringan sistem Jawa-Bali Tabel 1. Hasil Simulasi Load Flow Untuk Tegangan
Bus Nama Tegangan Tegangan
No Bus (pu) (KV) 1 Suralaya 1,020 510 2 Cilegon 1,017 508,5 3 Kembangan 0,982 491 4 Gandul 0,987 493,5 5 Cibinong 0,989 494,5 6 Cawang 0,983 491,5
Tabel 2. Hasil Simulasi Load Flow Untuk Arus
No Nama Saluran Arus (A)
1 Suralaya - Cilegon 1.491,83 2 Suralaya - Gandul 1.778,73 3 Cilegon - Cibinong 752,59 4 Kembangan - Gandul 832,94 5 Gandul - Cibinong 913,17 6 Gandul - Depok 502,04
Profil Tegangan Sistem Jawa-Bali Saat Kondisi Normal
450 460 470 480 490 500 510 520 S ura la ya Cileg on Kem b a ng a n Gan d ul Cib in o ng Caw a ng Beka si M uar a taw a r Cib a tu Cirat a Sagu ling Ban d u ng Man dira n c an Un g a ran Tanju ngJa ti S ur ab aya B aratGresi k Dep o k Tasik m ala y a Peda n Ked i ri Paito n Gr a ti Nama Bus T e g a n g a n (K V )
Gbr. 2. Grafik Profil Tegangan Saat Kondisi N ormal
Profil Arus Sistem Jawa-Bali Saat Kondisi Normal
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 Sura lay a -Ci l egon Sur alay a-Ga ndu l Ci l e go n-C ibi n ong Kem b ang an-G and u l G an dul -C ib i nong G an dul -Dep ok Ci b i non g-B ekas i Cibi nong -Mua rat a war Ci b i non g-Sa gul i n g Caw ang -Bek asi C aw a ng-M uara taw ar Mua rata war -Ci b atu Ciba t u-C irat a Ci r ata-S agu l ing Sag uli ng -Ban dun g S . Ban dun g S.-M and i rac an Man dira c a n-Un g aran Ung aran -Tan jungj ati Ung ara n-Sura b aya B. Un g aran -Pe dan Tan j un g j at i-Sura bay a B. Su r a bay aB . -Gre sik Sura ba y aB. -Gra ti D ep ok-T asik mal aya Tas ikma l ay a-Ped an Peda n -K e di ri K ed i ri-P ait on Pai t on-G rat i Saluran A ru s (K A )
Gbr. 3. Grafik Profil Arus Saat Kondisi Normal
4. ANALISIS KONTINGENSI
4.1 Pengelompokan kontingensi
Analisis kontingensi dari sistem interkoneksi Jawa-Bali 500KV menghasilkan daftar urutan dari saluran yang terpenting sampai saluran yang tidak berpengaruh terhadap sistem bila saluran itu lepas .
Di bawah ini adalah daftar urutan kontingensi untuk jam 13.30WIB yang merupakan hasil index tertinggi dari tiap-tiap saluran yang lepas.
Tabel 3. Urutan Kontingensi Berdasarkan Performance Index
Urutan Bus Ke
Bus PI(%) Kontingensi
1 2 5 107,63 Saluran 1-4 2 14 16 106,14 Saluran 21-22 3 4 18 100,48 Saluran13-14 4 14 16 97,81 Saluran 20-21 5 14 16 87,42 Saluran14-15 6 1 4 83,92 Saluran1-2 7 5 7 78,74 Saluran 6-8 8 6 8 76,75 Saluran 5-7 9 4 18 75,13 Saluran 12-13 10 1 4 65,30 Saluran 2-5 11 21 22 64,49 Saluran 22-23 12 21 22 61,15 Saluran 16-23 13 14 16 60,50 Saluran 19-20 14 14 15 60,22 Saluran 14-16 15 2 5 59,82 Saluran 4-5
Tabel diatas memperlihatkan tentang urutan kontingensi dari yang terberat sampai yang terendah. Urutan pertama untuk Performasi Index terjadi pada saluran 2 (Cilegon) ke
5(Cibinong) yaitu sebesar 107.63% saat saluran
1(Suralaya) ke 4 (Gandul) lepas. Sehingga bisa
dikategorikan bahwa kejadian itu merupakan kejadian yang terburuk dari sistem dan bisa mempengaruhi keandalan dari sistem.
4.2 Analisa Data.
Analisis kontingensi akan mengambil contoh pada saat saluran 1-4 lepas karena merupakan urutan pertama dari performasi index. Ada 2 dampak yang dihasilkan saat kejadian ini yaitu Over Load dan Under Voltage. dan
besarnya nilai Overload dan undervoltage seperti tabel dibawah ini :
a. Overload
Tabel 4. Besarnya Arus Di Saluran Saat Kontingensi (1-4)
Bus Ke Bus KHA Arus (A) PI (%)
1 2 4800 3324,56 69,26 1 4 3960 2 5 2400 2583,18 107,63 3 4 4800 865,57 18,03 4 5 3960 1070,19 27,02 4 18 1980 524,7 26,5 5 7 1980 827,8 41,81 5 8 1980 636,16 32,13 5 11 4800 341,48 7,11 6 7 1980 331,12 16,72 6 8 1980 835,94 42,22 8 9 3960 863,24 21,8 9 10 3960 319,28 8,06 10 11 3960 706,68 17,85 b. Under Voltage
Tabel 5. Besarnya Under Voltage Di Bus Saat Kontingensi (1 -4)
Bus No Nama Bus Tegangan
(pu) Tegangan KV) 3 Kembangan 0,945 472,5 13 Mandirancan 0,942 471 14 Ungaran 0,948 474 19 Tasikmalaya 0,941 470,5 20 Pedan 0,945 472,5
Semula daya yang dihasilkan oleh pembangkit Suralaya mengalir ke bus-bus lain melalui saluran Suralaya-Cilegon dan Suralaya-Gandul, dan dengan terlepasnya saluran Suralaya – Gandul maka saluran Cilegon-Cibinong akan mengalami over load karena harus mengalirkan semua daya yang dihasilkan oleh pembangkit Suralaya.dan arus yang mengalir di saluran saat itu adalah 2583.177A padahal kapasitas saluran hanyalah 2400A dan kejadian itu
juga menyebabkan bus (Kembangan, Mandirancan,
Ungaran, Tasikmalaya dan Pedan) juga mengalami drop tegangan dan bila tidak diambil tindakan perbaikan maka akan terjadi sistem collaps karena saluran
Cilegon-Cibinong juga akan terlepas akibatnya pembangkit
suralaya tidak bisa mengalirkan daya ke sistem.
4.3 Pencegahan Terhadap Dampak Kontingensi.
4..3.1. Over Load
Dalam tugas akhir ini untuk mengatasi overload adalah dengan cara load shedding (pelepasan beban). Load shedding diperlukan untuk menjaga besarnya transfer daya
yang melalui saluran terjaga agar tidak melebihi
kemampuan hantar arus dari saluran tersebut.
Oleh sebab itu perlu adanya pengurangan beban di sisi bus dan besarnya beban yang dilepas adalah :
=
3
(2583- 90%x2400)x500 KV = 366 MVAjadi perlu adanya pengurangan daya sebesar 366 MVA, maka berdasar pada sistem yang ada, kemungkinan beban yang berpengaruh terjadinya overload dan harus dilepas adalah beban yang ada di bus 3,4,5 dan 7. Sedangkan besarnya beban pada masing-masing bus ini seperti pada tabel 6.
Tabel 6. Besarnya Beban sebelum Peristiwa Load Shedding No
Bus Nama Bus
Daya (MW) Daya (MVAR) 3 Kembangan 670 230 4 Gandul 480 160 5 Cibinong 615 190 7 Bekasi 570 150
Jadi untuk melakukan pelepasan beban (Load shedding) akan dipilih berdasar pada faktor sensitifitas yang bertujuan untuk memilih bus mana yang pantas dan tepat untuk dilepas. Dan pada saat beban dilepas sebesar 366 MVA maka di buat skema load shedding seperti yang ditunjukkan oleh tabel 7 berikut :
Tabel 7. Perubahan Arus setelah Peristiwa Load Shedding.
SKM Posisi MW MVAR Arus Hasil Simulasi A Beban di bus 3 320 120 2.130,64 B Beban di bus4 130 50 2.131,70 C Beban di bus 5 265 80 2.132,67 D Beban di bus 7 230 120 2.132,43 E Beban di bus 5 dan bus 4 Bus 5: 440, Bus 4: 305 Bus 5:135, Bus 4: 105 2.132,11 F Beban di bus 3 dan bus 4 Bus 3: 495, Bus 4: 305 Bus 3:175, Bus 4: 105 2.131,07 G Beban di bus 5 dan bus 7 Bus5: 440, Bus 7: 395 Bus 5:135, Bus 7: 95 2.131,98
Dari hasil skema di atas maka di pilih skema A yaitu pelepasan beban di bus 3 karena dengan melakukan pelepasan beban sebesar 366 MVA arus yang mengalir menjadi 2.130,64 A. Dengan demikian saluran menjadi aman karena arus yang mengalir di bawah kemampuan hantar arus saluran yaitu 2400 A. Selain itu setelah dilakukan load shedding tegangan masing-masing bus akan menjadi naik, diantaranya bus Kembangan yang sebelumnya under voltage akan naik menjadi 0,959pu. Walaupun begitu tetap masih terjadi under voltage pada bus Mandirancan, Ungaran, Tasikmalaya dan pedan.
4.3.2. Under Voltage.
Dengan masih terjadinya under voltage pada bus Mandirancan, Ungaran, Tasikmalaya dan pedan. Maka perlu perbaikan tegangan terhadap bus-bus tersebut, perbaikan akan dilakukan dengan menggunakan kapasitor yang dipasang pada bus-bus tersebut. Sedangkan beban yang ada di bus tersebut adalah :
Tabel 8. Besarnya Beban di Bus Saat Terjadi Kontingensi.
Bus Nama Bus (MW) (MVAR)
13 Mandirancan 350 120
14 Ungaran 290 320
19 Tasikmalaya 244 15
20 Pedan 462 215
Dan perhitungan untuk mencari nilai MVAR kapasitor seperti berikut ini :
1. Bus 13. MW 350 awal P MVAR 120 awal Q 94 . 0 Cos
besarnya daya reaktif baru
) 1 x tan(Cos awal P baru Q ) 98 . 0 1 tan( 350 x Cos MVAR 07 . 1 7 baru Q awal Q QC 07 . 71 120 MVAR 98 . 8 4 2. Bus 14. MW 290 awal P MVAR 320 awal Q 67 . 0 Cos
besarnya daya reaktif baru
) 1 x tan(Cos awal P baru Q ) 98 . 0 1 tan( 290 x Cos MVAR 88 . 58 baru Q awal Q QC 88 . 58 320 MVAR 11 . 261
Data-data daya reaktif yang telah didapat dari
hasil perhitungan diatas setelah dirunning dengan
menggunakan matlab menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 9. Besarnya Tegangan setelah Load Shedding dan
Pemasangan Kapasitor . No
Bus Nama Bus
Tegangan (pu) Tegangan (KV) 1 Suralaya 1,020 510 2 Cilegon 1,014 507 3 Kembangan 0,960 480 4 Gandul 0,963 481,5 5 Cibinong 0,968 484 6 Cawang 0,973 486,5 7 Bekasi 0,969 484,5 8 Muara tawar 1,000 500 9 Cibatu 0,985 492,5 10 Cirata 0,980 490 11 Saguling 0,970 485 12 Bandung 0,959 479,5 13 Mandirancan 0,951 475,5 No
Bus Nama Bus
Tegangan (pu) Tegangan (KV) 14 Ungaran 0,964 482 15 Tanjung Jati 1,000 500 16 Surabaya Barat 0,994 497 17 Gresik 1,000 500 18 Depok 0,962 481 19 Tasikmalaya 0,954 477 20 Pedan 0,956 478 21 Kediri 0,969 484,5 22 Paiton 1,000 500 23 Grati 1,000 500
Berdasarkan hasil simulasi dapat diperoleh bahwa profil tegangan pada masing-masing bus sudah berada pada rentang standar yang diizinkan, bus-bus yang sebelum pemasangan kapasitor profil tegangannya masih dibawah standar (bus 13,14,19, dan 20) dan setelah pemasangan kapasitor maka profil tegangan-tegangan bus
berada pada nilai rentang yang diizinkan yaitu 500KV
5%.
Gambar 4.4, menjelaskan perbandingan besarnya tegangan saat terjadi kontingensi dan setelah dilakukan load shedding pada bus 3 dan pemasangan kapasitor pada bus 13 dan 14 dijelaskan oleh gambar grafik berikut;
Gambar 4. Perbandingan Tegangan saat Terjadi Kontingensi dan Setelah Pemasangan Kapasitor dan Load Shedding.
Selain itu pemasangan kapasitor juga akan mempengaruhi sistem aliran daya pada jaringan sehingga akan berpengaruh tehadap besarnya arus yang mengalir pada tiap-tiap saluran. Dan besarnya arus pada tiap-tiap saluran setelah peristiwa load shedding dan pemasangan kapasitor sebagai berikut :
Tabel 10. Besarnya Arus Setelah Load Shedding dan Pemasangan Kapasitor .
Bus Ke Bus KHA Arus PI(%)
1 2 4800 2.864,57 59,68 1 4 3960 2 5 2400 2.125,96 88,58 3 4 4800 411,07 8,56 4 5 3960 641,01 16,19 4 18 1980 515,75 26,05 5 7 1980 832,12 42,03 5 8 1980 632,97 31,97 5 11 4800 77,60 1,62 6 7 1980 334,53 16,90
Besarnya Tegangan setelah Load Shedding dan Pemasangan Kapasitor
440 460 480 500 520 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 No Bus T eg a n ga n (K V )
Bus Ke Bus KHA Arus PI(%) 6 8 1980 817,25 41,28 8 9 3960 884,42 22,33 9 10 3960 291,29 7,36 10 11 3960 838,62 21,18 11 12 4800 671,37 13,99 12 13 3960 925,37 23,37 13 14 3960 1.336,37 33,75 14 15 2400 888,53 37,02 14 16 1980 1.048,23 52,94 14 20 1980 251,06 12,68 15 16 1980 79,04 3,99 16 17 3960 851,17 21,49 16 23 4800 1.274,96 26,56 18 19 4800 516,10 10,75 19 20 4800 811,94 16,92 20 21 4800 1.131,58 23,57 21 22 4800 1.506,22 31,38 22 23 4800 1.416,08 29,50
Berdasarkan hasil simulasi pada tabel 4.44, dapat diperoleh bahwa profil arus pada masing-masing saluran sudah berada pada rentang standar yang di izinkan yaitu tidak melebihi kemampuan hantar arus (KHA) dari saluran tersebut, yang mana untuk saluran Cilegon-Cibinong arus menjadi turun dari 2.583,18A menjadi 2.125,96A, dan performasi index turun dari 107,63% menjadi 88,58%.
5. KESIMPULAN
Dari hasil analisis kontingensi pada sistem Jawa-Bali Dari hasil analisis kontingensi pada sistem Jawa-Bali 500KV dapat ditarik kesimpulan :
1. Dapat disimpulkan dampak dari kontingensi saluran
adalah drop tegangan dan overload pada saluran, dan
bila dibiarkan akan bisa menyebabkan sistem
interkoneksi Jawa-Bali menjadi padam total (Black-out).
2. Saat peristiwa kontingensi, overload terjadi pada 3
saluran yaitu di saluran Cilegon-Cibinong sebesar 2.583,18A pada saat terjadi kontingensi di saluran Suralaya-Gandul, Ungaran-Surabaya sebesar 2.101A pada saat terjadi kontingensi di saluran Paiton-Grati dan Gandul-Depok sebesar 1.989,49A pada saat terjadi kontingensi di saluran Mandirancan-Ungaran
dan ketiga saluran merupakan saluran single
conductor.
3. Pemasangan kapasitor pada bus 13 sebesar 49 MVAR
dan bus 14 sebesar 261 MVAR saat terjadi
kontingensi pada saluran Suralaya-Gandul berfungsi sebagai perbaikan tegangan di bus yang mengalami under voltage sedangkan load shedding pada bus 3 sebesar 366 MVA adalah untuk mengurangi besarnya arus yang mengalir pada saluran Cilegon-Cibinong sehingga tidak melebihi kemampuan hantar arus dari saluran tersebut.
SARAN
1. Dengan mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat kontingensi, maka perlu menambah sirkit saluran pada saluran Cilegon-Cibinong, Gandul-Depok, Ungaran-Surabaya Barat yang mengalami overload sehingga kemampuan hantar arus akan semakin bertambah dan menghasilkan peningkatan pada Pmax.
2. Analisis kontingensi sangat efektif digunakan untuk menguji keandalan dari sebuah sistem yang berukuran besar didalam hal ini keandalan sistem dalam mengatasi gangguan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arfita Yuana Dewi, Sasongko Pramono Hadi, Soedjatmiko
“Contingency Analysis of Power System Electrical
Operation’’, Proceedings of the International Conference on ITB Bandung, vol. F-65, pp. 875-878, June 2007.
[2] Pradeep Yemula, “Transmission Exspansion Planning
Considering Contingency Criteria and Network
Utilization”, Fiftenth National Power System
Conference,IIT Bombay, December 2008.
[3]. Mário A. Albuquerque , Carlos A. Castro,” Contingency Ranking Method for Voltage Stability in Real Time
Operation of Power Systems”, IEEE Bologn Conference
june 23th-26th italy, 2003.
[4] Mostafa Alinezhad, Mehrdad Ahmadi Kamarposhti , “Static Voltage Stability Assessment Considering The Power System Contingencies Using Continuation Power Flow Method” Proceeding of Word Academy of Science,
Engineering and Technology Power System, vol. 38, pp.
859-864, February 2009.
[5] Hadi Saadat, “ Power System Analysis”, Mc GrawHill, 2004. [6] Sulasno, “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Satya Wacana,
1993.
[7] PT. PLN (persero), “Data Pembangkitan dan transmisi dari Sistem Jawa- Bali 500KV’’ 2009,
[8] Budi Santoso, “Simulasi proteksi beban lebih dengan matlab”, www. budi54n.wordpress.com,2010.
[9] PT. PLN (persero), “Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jamali”, 2007
[10] Satriya Utama,”Memperbaiki Profil Tegangan Dengan
Kapasitor Shunt”, Universitas Udayana, 2008.
[11]. Eko Setiawan, “Analisis Kontingensi pada Sistem
Tenaga menggunakan ANN” ITS Surabaya, 1999.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Arif Rachman dilahirkan di
Bojonegoro, 01 April 1982.
Merupakan anak pertama dari
pasangan Bapak Kuszaini dan ibu
Ammini. Menempuh jenjang
pendidikan di MI Petak Kalitidu
tahun 1987–1993, MTSN2
Padangan tahun 1994 – 1997, SMK Bojonegoro tahun 1997 – 2000,D3 Teknik Elektro tahun 2000–2003, dan setelah lulus D3 penulis bekerja di PT. Panasonic Electronic Devices tahun 2003-2007. Setelah itu, penulis melanjutkan studinya di program Lintas Jalur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Teknik Elektro bidang studi Teknik Sistem Tenaga tahun 2008.