• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presus Bartolinitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Presus Bartolinitis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PASIEN  Nama

 Nama : Ny. D: Ny. DHH JJeenniis s KKeellaammiinn : : PPeerreemmppuuaann U

Ussiiaa : : 224 4 ttaahhuunn A

Allaammaatt : : BBaammbbaanngglliippuurroo P

Peekkeerrjjaaaann : : BBuurruuhh A

Aggaammaa : : IIssllaamm Tan

Tanggggal pemal pemerikeriksaansaan : 1 Me: 1 Mei 201i 20122

ANAMNESIS ANAMNESIS

1.

1. KeKeluluhahan Un Utatamama

Benjolan di kemaluan terasa nyeri. Benjolan di kemaluan terasa nyeri. 2.

2. RiwRiwayaayat Penyt Penyakiakit Sekat Sekararangng Pa

Pasiesien n dadatatang ng ke ke popoli li kukulit lit dadan n kekelamlamin in RSRSPS PS dedengngan an kekeluluhan han mumuncnculul  benjola

 benjolan pada kemn pada kemaluan yanaluan yang diserg disertai rasa sakit tertai rasa sakit terutama saat beutama saat berjalan dan srjalan dan saataat du

dududuk. k. KeKeluluhahan n tetersrsebebut ut didirarasasakakan n pepertrtamama a kakali li ± ± 3 3 bubulalan n yayang ng lalalulu,, kam

kambuhbuhan. an. PasPasien ien menmengelgeluhkuhkan an mulmula-mua-mula la kepkeputihutihan an warwarna na putputih ih jerjernih,nih,  banyak dan

 banyak dan berbau lalu berbau lalu muncumuncul l benjolabenjolan, n, makin lama makin lama makin makin membmembesar, esar, lalulalu  pasien

 pasien berobaberobat t ke ke puskepuskesmas smas mendamendapat pat terapi terapi antibioantibiotik tik tetapi tetapi tak tak membamembaik.ik. Kemudian pasien periksa ke RSPS dan keluhan berkurang, benjolan menyusut Kemudian pasien periksa ke RSPS dan keluhan berkurang, benjolan menyusut (kempes) disertai keluarnya darah. Selang beberapa minggu keluhan muncul (kempes) disertai keluarnya darah. Selang beberapa minggu keluhan muncul lagi, keputihan warna kekuningan dan berbau, dalam 4 hari benjolan dirasakan lagi, keputihan warna kekuningan dan berbau, dalam 4 hari benjolan dirasakan makin cepat bertambah besar (diameter ±1cm) lalu pasien kembali berobat ke makin cepat bertambah besar (diameter ±1cm) lalu pasien kembali berobat ke RS

RSPSPS. . PaPasiesien n susudadah h memeniknikahah, , memempmpununyayai i sasatu tu ororang anakang anak. . RiRiwawayayatt me

mensnstrutruasasi i teteratraturur, , riwriwayayat at pepemamakaikaian an panpantytylinlinerers s didisasangngkakal, l, riwriwayayatat  pemaka

(2)

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat yang serupa : Disangkal Riwayat alergi : Disangkal 4. Riwayat Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa.

PEMERIKSAAN FISIK  Keadaan umum : Baik 

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : Nadi : 76x/menit Respirasi : 20x/menit

Suhu : afebris

STATUS GENERALISATA 1. Pemeriksaan Kepala

Bentuk mesochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.

2. Pemeriksaan Mata

Conjunctiva anemic , sclera ikterik , edema palpebra , secret -/-3. Pemeriksaan Telinga

Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-). 4. Pemeriksaan Hidung

Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistasis (-), discharge (-). 5. Pemeriksaan Mulut dan Faring

Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada faring (-). 6. Pemeriksaan Thorak 

Tidak dilakukan.

7. Pemeriksaan Abdomen

• Inspeksi : Luka bekas operasi (-), bendungan vena (-). • Palpasi : Nyeri tekan (-), massa teraba (-)

• Auskultasi : Tidak diperiksa.

(3)

Inspeksi : tampak massa berfluktuasi di labia minora dextra, konsistensi kenyal dengan diameter ± 1cm, eritema.

Palpasi : lunak, nyeri tekan (+) 9. Pemeriksaan Ekstremitas

• Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-) • Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)

STATUS LOKALISATA

Pada pemeriksaan vulva terdapat massa berfluktuasi di labia minora dextra, konsistensi kenyal dengan diameter ± 1cm, eritema.

DIAGNOSIS BANDING

• Kista sebaceous pada vulva sangat sering ditemukan. Kista sebaceous ini

merupakan suatu kista epidermal inklusi dan seringkali asimptomatik.

• Dysontogenic cysts merupakan kista jinak yang berisi mucus dan berlokasi

 pada introitus atau labia minora. Terdiri dari jaringan yang menyerupai mukosentrum, dan seringkali asimptomatik.

• Hematoma pada vulva. Dapat dibedakan dengan adanya trauma akibat

 berolahraga, kekerasan.

• Fibroadenoma merupakan tumor solid jinak vulva yang sering ditemukan.

Indikasi untuk eksisi berupa timbulnya rasa nyeri, pertumbuhan yang  progresif dan kosmetik.

DIAGNOSIS KERJA

Bartholinitis suspek Kista Bartholini

TERAPI

Cefadroxil 2x500mg  Na Diclofenak 2x25mg  Na fusidat dioles 2xsehari

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar   bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar,

dan terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 & 8. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk  membasahi atau melicinkan permukaan vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior.1 Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari jaringan

erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak  sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2-2,5 cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palapasi. seperti pada gambar  dibawah ini :2

B. Histologi

Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel kolumnair atau kuboid. Mukosa kelenjar dilapisi oleh sel epitel kuboid. Duktus dari

(5)

kelenjar bartolini merupakan epitel transsisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi abtara traktus urinarius dengan traktus genital.2,3

C. Fisiologi

Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina. kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita.3

D. Kelainan pada kelenjar bartholin

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar  ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista  bartolini. Kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista  bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.1

Bartolinitis ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami bartolinitis atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak  menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah

(6)

 penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung  pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga

dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.1 Bentuk-bentuk kelainan pada kelenjar Bartholin :1

 Bartholinitis

 Kista bartholini

 Abses bartholini

 Keganasan (berupa adenokarsinoma maupun karsinoma skuamosa)

E. Definisi

Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar kacang (0,5-1 cm) dan tidak melebihi 1 cm, dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal kelenjar ini tidak dapat di palpasi, bertugas mensekresi lendir dengan duktus sepanjang1,5-2cm.Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada duktus ini.Bartolinitis ini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk  kista bartolini.3

F. Epidemiologi

Kista Bartholini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva. Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini

(7)

daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker   per 100.000 wanita-tahun). Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat

menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia reproduktif, antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.4,5

G. Etiologi

Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada  penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian

terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan  pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar  Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme

(8)

kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.5

Penyebab sumbatan :5

1. Infeksi :

Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum, seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia.

2. Non infeksi :

• Stenosis / atresia congenital • Trauma mekanik 

• Inspissated mucous

H. patofisiologi

Obstruksi dari saluran bartolini distal bisa karena retensi sekresi dengan resultan dilatasi saluran dan formasi kista. Kista bisa menjadi infeksi dan akhirnya  berkembang menjadi abses. Kista saluran bartolini bisa saja tidak tampak sebelum menjadi abses. jika kista saluran bartolini tampak kecil dan tidak menjadi inflamasi, akan tampak asimptomatik. Jika kista menjadi infeksi, akan tampak bentuk abses. Obstruksi duktus  Penumpukan sekret mukus  Pembengkakan (kista  bartholin) Kista dapat mengalami peradangan (bartholinitis) terutama bila terjadi infeksi Kista yang terinfeksi dapat berkembang menjadi abses (abses bartholin).5

I. Manifestasi klinik 

Jika kista duktus Bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi,  penyakit ini bisa menjadi asimptomatik. Biasanya ditemukan ketika seorang wanita datang ke dokter untuk pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun, tanpa rasa sakit vagina. Kista Bartolini menyebabkan pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina. Kista biasanya nampak sebagai massa yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam

(9)

vestibula. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri. Jika kista tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama hubungan seksual.6

Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses pada kelenjar (berisi nanah, dan menjadi bengkak). Tanda kista Bartholini yang tidak terinfeksi berupa  penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau  pembengkakan pada daerah vulva. Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa menyebabkan rasa nyeri pada vulva. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit  bisul diselangkangan.6

Pada bartholinitis akut, kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya.. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau jika duktus tersumbat, mengumpul di dalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bisa diatasi dengan antibiotik, jika sudah bernanah akan mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada kelenjar bartholin dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk  kista bartholin.6

• Biasanya unilateral

• Berbentuk bulat sampai oval, berukuran 1-5 cm

• Tidak terasa nyeri

• Terletak pada labia mayora bagian 1/3 posterior, menonjol ke arah introitus

• Kista yang membesar menimbulkan rasa tidak nyaman/mengganggu saat

 berjalan, duduk atau coitus

• Bila meradang : nyeri, demam, disertai tanda radang lainnya • Bila terbentuk abses : fluktuasi (+)

• Dapat disertai pembesaran kelenjar limph femoral dan inguinal

J. Diagnosis

Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu diagnosis. Pada anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti :7

(10)

• Gatal

• Sudah berapa lama gejala berlangsung • Kapan mulai muncul

• Faktor yang memperberat gejala

• Apakah pernah berganti pasangan seks • Keluhan saat berhubungan

• Riwayat penyakit menular seks sebelumnya • Riwayat penyakit kulit dalam keluarga

• Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin

• Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi • Riwayat pengobatan sebelumnya

Keluhan pasien pada umumnya adalah :7 • Benjolan

•  Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik, atau berhubungan seksual

• Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan

mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau ditandai dengan adanya perabaan kelenjar limfe pada inguinal

• Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari

• Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari pasca

 pembengkakan, terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui hubungan seksual

• Dapat terjadi ruptur spontan

• Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan

 berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras

Kista atau abses Bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan  posisi litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi  pembengkakan yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior.

(11)

Jika kista terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk  mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Untuk kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda  pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang perlu

diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan.7

K. Diagnosis banding

lainnya. Karena kelenjar Bartholini biasanya mengecil saat menopause,  pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus dievaluasi untuk 

kemungkinan terjadinya keganasan, khususnya jika massa irregular, nodular dan indurasi persisten.7

• Kista sebaceous pada vulva sangat sering ditemukan. Kista sebaceous ini

merupakan suatu kista epidermal inklusi dan seringkali asimptomatik.

• Dysontogenic cysts merupakan kista jinak yang berisi mucus dan berlokasi

 pada introitus atau labia minora. Terdiri dari jaringan yang menyerupai mukosentrum, dan seringkali asimptomatik.

• Hematoma pada vulva. Dapat dibedakan dengan adanya trauma akibat

 berolahraga, kekerasan.

• Fibroadenoma merupakan tumor solid jinak vulva yang sering ditemukan.

Indikasi untuk eksisi berupa timbulnya rasa nyeri, pertumbuhan yang  progresif dan kosmetik.

L. Penatalaksanaan

Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan. Tindakan itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko sayatan

(12)

dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan.8

1. Bartholinitis : Antibiotik spektrum luas 2. Kista Bartholin :

• Kecil, asimptomatik → dibiarkan

• Simptomatis/rekuren → pembedahan berupa insisi +word catheter 

→ marsupialisasi

→ laser varporization dinding kista 3. Abses bartholin :

Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi

Penanganan abses bartholin sama dengan penanganan kista bartholin simtomatis, namun ada sedikit perbedaan. Prinsipnya berikan terapi antibiotik  spektrum luas, dan lakukan pemeriksaan kultur pus oleh karena ada kemungkinan disebabkan gonorrhea atau chlamydia, meskipun 67% disebabkan oleh flora normal vagina.

Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan mengembalikan fungsi darikelenjar bartholini. Metode penanganan kista bartholini yaitu insersi word catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholini dan marsupialization untuk  kista kelenjar bartholini. Terapiantibiotic spectrum luas diberikan apabila kista atau abses kelenjar bartholini disertai denganadanya selulitis. Biopsy eksisional dilakukan untuk pengangkatan adenokarsinoma pada wanitamenopause atau  perimenopause yang irregular dan massa kelenjar Bartholini yang nodular.8

Penatalaksanaan dari kista duktus bartholin tergantung dari gejala pada  pasien. Kista yang asimptomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi  symptomatic kista duktus bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage.

Kecuali kalau terjadi rupture spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya.8

Insisi dan drainage abses8

• Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatic Bartholin's gland abscesses .

(13)

Cara:

• Disinfeksi abses dengan betadine • Dilakukan anastesi lokal( khlor etil)D

• Insisi abses dengan skapel pada titik maksimum fluktuasi • Dilakukan penjahitan

Gambar Insisi abses

Definitive drainage menggunakan Word catheter.8

Word catheter biasanya digunakan ada penyembuhan kista duktus  bartholin dan abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan mempunyai diameter seperti foley catheter no 10. Balon Catheter hanya bias menampung 3 ml normal saline.

Cara:

• Disinfeksi dinding abses sampai labia dengan menggunakan betadine. • Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %

• Fiksasi abses dengan menggunakan forsep kecil sebelum dilakukan tindakan insisi.

• Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no 11

• Insisi dilakukan vertikal di dalam introitus eksternal terletak bagian luar  ring himen. Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar.

• Selipkan word kateter ke dalam lubang insisi

• Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3 cc • Ujung Word kateter diletakkan pada vagina.

(14)

Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word catheter akan dilepas setelah 4-6mgg,meskipun epithelisasa bias terbentuk pada 3-4 minggu. Bedrest selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat menimbulkan terjadinya selulitis, antibiotic tidak diperlukan. Antibiotik diberikan  bila terjadi selulitis (jarang).8

Marsupialisasi8

Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan  pada kista bartholin.Namun sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar bartholin karena memberi hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu tehnik  membuat muara saluran kelenjar bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari  pemasangan word kateter. Komplikasi berupa dispareuni, hematoma, infeksi.

Cara:

• Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine. • Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %.

(15)

• Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar  dengan dasar selaput himen.

• Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi, sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan cairan salin.

• Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin(masuk 2 jari tangan), dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara saluran kelenjar bartholin sesungguhnya.8

Penggunaan antibiotik 8

• Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari

hasil pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar bartholin

• Infeksi Neisseria gonorrhoe:

(16)

Ofloxacin 400 mg single dose

Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak dan bumil) Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan bumil)

• Infeksi Chlamidia trachomatis:

Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po Doxycyclin 2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po

• Infeksi Escherichia coli:

Ciprofoxacin 500 mg oral single dose Ofloxacin 400 mg oral single dose Cefixime 400 mg single dose

• Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :

Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.

Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.

BAB III PEMBAHASAN

Seorang pasien wanita, 24 tahun dengan keluhan benjolan di kemaluan sejak  6 bulan yang lalu, benjolan terasa sakit terutama saat aktivitas. Keluhan dirasakan

(17)

 pertama kali 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh keputihan, perih, gatal dan berbau tidak enak lalu muncul benjolan yang awalnya hanya berukuran kecil dengan diameter ± 1,5 cm, lalu makin lama makin membesar terutama 6 bulan terakhir ini,  benjolan membesar makin cepat.

Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar  kacang (0,5-1 cm) dan tidak melebihi 1 cm, dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal kelenjar ini tidak dapat di palpasi, bertugas mensekresi lendir dengan duktus sepanjang1,5-2cm. Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada duktus ini. Bartolinitis ini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartolini.

Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.

Pada bartholinitis akut, kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya.. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau jika duktus tersumbat, mengumpul di dalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bisa diatasi dengan antibiotik, jika sudah bernanah akan mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada kelenjar bartholin dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk  kista bartholin.

Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu diagnosis. Pada anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti :

• Panas • Gatal

• Sudah berapa lama gejala berlangsung • Kapan mulai muncul

(18)

• Apakah pernah berganti pasangan seks • Keluhan saat berhubungan

• Riwayat penyakit menular seks sebelumnya • Riwayat penyakit kulit dalam keluarga

• Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin

• Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi • Riwayat pengobatan sebelumnya

Kista duktus Bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari massa vulva lainnya. Karena kelenjar Bartholini biasanya mengecil saat menopause,  pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus dievaluasi untuk 

kemungkinan terjadinya keganasan, khususnya jika massa irregular, nodular dan indurasi persisten.

Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashari, M.A. (2010).  Materi Kuliah Tumor Jinak Ginekologi. Yogyakarta : SMF Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSD Panembahan Senopati Bantul.

(19)

2. Cunningham, F.G., MacDonald, P.C. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. 3.  Norwitz, E., Schorge, J. (2008).  At A Glance : Obstetri & Ginekologi. Edisi 2.

Jakarta : Erlangga.

4. Winkjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimdani, T. (2002).  Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Blumstein, A Howard. 2005. Bartholin Gland Diseases. http://www.emedicine.com/emerg/topic54.

6. Omole,FolashadeM.D. 2003. Management of Bartholin's Duct Cyst and Gland Abscess. http://www. Aafp.org/afp/20030701/135.html.

7. Hill Ashley, M.D. 1998. Office Management of Bartholin Gland Cyst and Abscess. http://www.fpnotebook.com/GYN 199.htm

8. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gambar

Gambar Insisi abses

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan penelitian terkait dampak dari implementasi e-government pada level pemerintah daerah terhadap

Seseorang tidak berhak menerima zakat (tidak dianggap sebagai mustahik), kecuali seorang muslim yang merdeka (bukan budak), bukan seorang anggota suku Bani Hasyim atau

Kesalahan huruf kapital tersebut disebabkan oleh kesalahan pemakaian huruf kapital sebagai unsur huruf pertama kata pada awal kalimat, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,

Berbicara tentang pelalang barang, perbedaan antara instansi yang serupa dengan Bank Syariah Mandiri khusus nya Kantor Cabang Pembantu (KCP) Indramayu yakni

Hasil pengolahan data terhadap keseluruhan pernyataan responden pada variabel kepuasan pelanggan terlihat bahwa untuk responden yang memberikan penilaian sangat

Mikroba memiliki kisaran sumber karbon tertentu yang dapat digunakan olehnya, sehingga sangat mungkin bahwa kultur campuran bakteri yang digunakan pada penelitian ini tidak

Tujuan penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui kendala-kendala yang menghambat dalam pembuatan Akta Jual Beli tanah oleh PPAT dan upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi

Giyarni. Jurusan Pendidikan Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1)