• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosialisasi Kesadaran Hak Politik Perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sosialisasi Kesadaran Hak Politik Perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN MASYARAKAT

TAHUN 2013

Sosialisasi Kesadaran Hak Politik Perempuan pada

Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh,

Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar

Tim Pelaksana Kegiatan:

Tedi Erviantono, S.IP, M.Si (NIP. 197605022009121002) Ketua Dr. Piers Andreas Noah, S.H, M.Si (NIP. 196302171988031001) Anggota I Dewa Ayu Sugiarica Joni, S.Sos, M.A (NIP.198501172010122004) Anggota Ni Made Ras Amanda Gelgel, S.Sos.M.Si (NIP. 19800713200812 2 001) Anggota

Dewi Yuri Cahyani, S.Sos., M.Si (NIP. 197905252009122001) Anggota

Dibiayai dari dana PNBP Universitas Udayana TA-2013 Dengan Surat Perjanjian Penugasan Pengabdian Kepada Masyarakat

Nomor : 27.21/UN.14/PKM.01.03.00/2013, tanggal 16 Mei 2013

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Laporan Akhir Pengabdian Masyarakat : Sosialisasi Kesadaran Hak Politik Perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar

2. Ketua Pelaksana :

a. Nama : Tedi Erviantono, S.IP, M.Si

b. NIP : 197605022009121002

c. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I / III/b

d. Jabatan : Tenaga Pengajar

e. Fakultas/Program Studi : FISIP / Ilmu Politik

f. Alamat :

Kantor : Jl. P.B. Sudirman, Denpasar

Rumah : Penamparan Gg. Lely No. 4, Denpasar g. Telepon dan E-mail : 0817537730 / erviantono2@yahoo.com 3. Personalia :

a. Jumlah Anggota Pelaksana : 8 (delapan) orang b. Jumlah Personalia : 10 (sepuluh) orang 4. Jangka Waktu Kegiatan : 3 (tiga) bulan

5. Bentuk Kegiatan : Sosialisasi Hak Politik Perempuan 6. Tempat Kegiatan : Bale Banjar Tampak Gangsul 7. Biaya yang diperlukan : Rp. 4.000.000,00

Denpasar, 20 September 2013

Mengetahui,

Dekan FISIP, Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat,

Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si Tedi Erviantono, S.IP, M.Si NIP : 196407081992031003 NIP. 197605022009121002

Mengetahui,

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT NIP 19640717 198903 1 001

(3)

RINGKASAN

Abstrak

Kegiatan pengabdian masyarakat ini memfokuskan kesadaran berpolitik bagi kalangan perempuan, terutama di wilayah paling bawah, yaitu komunitas banjar. Perkumpulan ibu-ibu PKK pada forum sangkep yang secara rutin diadakan di tingkat banjar menjadi wadah paling efektif sebagai ajang sosialisasi. Kegiatan ini dilaksanakan di Banjar Pegok, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Teridentifikasi kesulitan bagi perempuan untuk terjun kepolitik adalah memenangkan pertarungan melawan dirinya sendiri. Jika perempuan punya uang maka lebih baik ia menyekolahkan anak daripada dipergunakan untuk kepentinga mengajukan diri sebagai calon anggota legislatif. Belum lagi harus menghadapi ijin atau restu suami atau anggota keluarga terdekat, sehingga diperlukan sosialisasi yang kontnu di kalanagn perempuan.

Kata Kunci : Sosialisasi, Kesadaran Politik, Perempuan

Abstract

This community activity focused devotion to political consciousness among women, especially in the region below, that train community. PKK grouping mothers on sangkep the forum held at the level routinely train to be most effective as an event platform socialization. These activities are carried out in Banjar Pegok, Sesetan subdistrict, South Denpasar District, Denpasar. Identified difficulties for women to plunge to politics is fighting his own battle won. If women have the money then it is better to send children from coming to interest volunteered as a candidate member of the legislature. Not yet had to face clearance or approval husband or immediate family member, until needed continous socialization in female organization.

(4)

PRAKATA Om Swastiastu,

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Akhir Kegiatan Pengabdian Masyarakat berjudul Sosialisasi Kesadaran Hak Politik Perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, telah terselesaikan. Laporan hasil pengabdian masyarakat ini disusun dengan harapan dapat membantu upaya penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif mahasiswa, dosen dan pimpinan serta masyarakat. Penelitian ini bersumber dari dana PNBP Universitas Udayana Tahun Anggaran 2013.

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak antara lain Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD; Ketua LPPM Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Dr. Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M.Si; beberapa kalangan kelian Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Kami berharap agar laporan kegiatan pengabdian masyarakat ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi Pemerintah maupun mendukung proses belajar mengajar bagi mahasiswa, dosen maupun masyarakat luas.

Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, 29 Oktober 2013

Pelaksana Kegiatan,

Tedi Erviantono, S.IP, M.Si NIP. 197605022009121002

(5)

DAFTAR ISI

RINGKASAN...…………... PRAKATA ...……...………... DAFTAR ISI ... A.PENDAHULUAN ………...………... B.TINJAUAN PUSTAKA ...………... C.TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN …...…... D.PELAKSANAAN KEGIATAN...……… E.HASIL KEGIATAN ...…………..…..………..

F.KESIMPULAN DAN PENUTUP ...……... G.PENGGUNAAN DANA KEGIATAN………

H.DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN ...……...

(6)

A. Judul : Sosialisasi Kesadaran Hak Politik Perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar

B. Pendahuluan

B. 1. Analisis Situasi

Hingga kini, perdebatan peran partisipasi politik perempuan meningkat tajam. Isu terpenting yang gencar diserukan adalah penerapan kuota 30 persen bagi perempuan dalam proses pemilu. Perdebatan terus berlanjut dan menimbulkan kontroversi seputar jender sekaligus demokrasi yang diwarnai tiga faktor kondisi (Soetjipto, 2005 : 9). Faktor pertama adalah kenyataan historis dan berkelanjutan tentang rendahnya representasi perempuan Indonesia di semua tingkat pengambilan keputusan. Di parlemen nasional maupun lokal (DPRD), perwakilan perempuan jumlahnya tidak sampai 10%.

Faktor kedua berkaitan dengan reformasi politik yang sedang bergulir. Transisi menuju kehidupan politik yang demokratis telah memperlebar peluang perempuan untuk mengekspresikan pandangan mereka sekaligus merumuskan dan menyuarakan tuntutan mereka tentang kesadaran dan kepekaan jender yang lebih besar di dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, legislasi, dan politik pemilu. Sedangkan faktor ketiga mengarah pada tuntutan representasi perempuan di seluruh aspek kehidupan politik khususnya terkait partisipasi dalam menggunakan hak politik dalam pemilu, kecerdasan memilih kandidat wakit rakyat atau pemimpin daerah maupun nasional yang berkomitmen pada persoalan-persoalan perempuan (Mardijan, 2010:67). Terdapat beberapa faktor teridentifikasi yang menghambat peran perempuan dalam politik dan perlu strategi guna mereduksi persoalan tersebut. Faktor sistem politik dan partai politik di Indonesia yang tidak peka jender. Akibatnya, kaum perempuan berikut isu-isu menyangkut diri mereka sangat disepelekan. Faktor lain adalah persepsi yang menganggap perempuan hanya pantas menjadi ibu rumah tangga, bukan warga masyarakat yang mempunyai hak politik secara otonom apalagi sebagai aktor politik. Pemikiran seperti itu jelas sangat membatasi peluang perempuan untuk berperan aktif di panggung politik (Soetjipto, 2005:10).

(7)

Struktur politik Indonesia dibangun pada jaringan eksklusif yang didominasi kaum lelaki. Kepemimpinan pada struktur politik didominasi laki-laki. Di samping itu, kurangnya transparansi dalam pemilihan pemimpin partai sangat membatasi peluang kaum perempuan dalam upaya mereka memposisikan diri sebagai kandidat yang pantas (Sanit, 2010:42).

Di sisi yang sama, Indeks Governance Indonesia Provinsi Bali untuk pembangunan di sektor kesetaraan jender menduduki peringkat terendah nasional dengan capaian skor 1,94 pada tahun 2008 (Kemitraan, 2009:2). Hal ini tentunya memprihatinkan, mengingat pembangunan berdimensi jender dan keterlibatan perempuan dalam pengambilan kebijakan di sektor publik menjadi prioritas dalam agenda pembangunan di semua level, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Untuk mereduksi kondisi tersebut maka diperlukan adanya sosialisasi partisipasi politik pada level atau tataran grass root (akar rumput). Agenda dalam sosialisasi tersebut menekankan pada aspek yang paling sederhana yaitu menggugah partisipasi perempuan dalam menggunakan hak politiknya dalam memilih di pemilu, hingga level ajakan kepada kalangan warga perempuan mencermati kandidat calon legislatif atau pimpinan daerah/nasional yang peka dalam mengusung persoalan perempuan. Sosialisasi ini tentunya diharapkan pula dapat membawa iklim penyadaran politik bagi kalangan perempuan untuk turut serta dalam politik praktis, semisal masuk menjadi keanggotaan partai politik atau mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Upaya ini tentunya menjadi sangat penting mengingat pemilihan umum legislatif maupun eksekutif tahun 2014 hanya tinggal hitungan beberapa bulan ke depan.

Berdasarkan kondisi inilah maka tepat kiranya apabila kegiatan ini lebih difokuskan memancing kesadaran berpolitik bagi kalangan perempuan, terutama di wilayah paling bawah, yaitu komunitas banjar. Perkumpulan ibu-ibu PKK pada forum sangkep yang secara rutin diadakan di tingkat banjar menjadi wadah paling efektif sebagai ajang sosialisasi ini. Sosialisasi juga menjadi lebih tepat sasaran apabila pada wilayah tersebut terdapat anggota legislatif perempuan, sehingga ada dua kondisi yang diuntungkan.

Pertama mendekatkan legislator perempuan tersebut dengan warganya guna mendengarkan aspirasi warga perempuan di tingkat banjar yang tentunya juga

(8)

membawa beragam kompleksitas persoalan perempuan yang harus diakomodasikan. Meski demikian pada kondisi ini, pihak pelaksana pengabdian masyarakat harus tetap memperhatikan koridor netralitas dan obyektifitas sebagai penyelenggara kegiatan sosialisasi yang tidak ditunggangi unsur politis apapun. Kedua, lebih memperlihatkan contoh konkrit kepada warga perempuan banjar setempat bahwa di wilayahnya terdapat pula warga perempuan yang berhasil berpartisipasi di bidang politik praktis, dalam hal ini sebagai legislator lokal yang diharapkan juga mendorong kesadaran perempuan di tingkat banjar untuk berpartisipasi di bidang politik praktis. Sosialisasi yang dianggap strategis adalah kalangan keluarga dan pihak yang sangat intens melakukannya adalah ibu atau perempuan itu sendiri. Hal ini mengingat ibu memiliki waktu yang lebih panjang dan ikatan emosional serta ikatan solidaritas pada masyarakat sekitar yang sangat kuat. Pemilihan banjar Tampak Gangsul sebagai lokasi pengabdian masyarakat mengingat jumlah warga perempuan yang memiliki hak pilih politik cukup tinggi di Kota Denpasar, yaitu sekitar 35%, selain itu pada banjar ini terdapat pula beberapa anggota legislatif yang diharapkan dapat berpatisipasi untuk menggugah peran perempuan untuk bisa lebih berkiprah dalam bidang politik.

B.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi yang ada diatas, maka dapat dirumuskan bahwa hingga sekarang kondisi kesadaran politik di kalangan perempuan masih belum optimal. Beberapa kasus terjadi, seperti masih rendahnya partisipasi perempuan dalam menggunakan hak pilih pada pemilu, ketiadaan pengetahuan (daya peka) dalam memahami calon wakil rakyat atau pemimpin daerah/nasional yang mengusung / mengakomodasi program-program pemberdayaan perempuan, hingga keengganan perempuan untuk masuk dalam dunia politik praktis, seperti menjadi anggota partai politik atau anggota legislatif di tingkat lokal maupun nasional.

Karakteristik masyarakat perkotaan yang rasional, seharusnya memiliki kesempatan yang lebih terbuka untuk terlibat langsung dalam dunia politik, termasuk memiliki kecerdasan dalam memilah sekaligus memilih calon-calon anggota legislatif atau pimpinan daerah/nasional yang mengakomodasi persoalan perempuan. Hanya saja selama ini, kegiatan sosialisasi di tingkat grass root (massa bawah) mengenai kesadaran politik perempuan jarang

(9)

dilaksanakan. Kalaupun diadakan, pihak penyelenggara atas kegiatan sosialisasi ini masih terbatas dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota atau LSM perempuan yang tentunya memiliki ruang gerak, waktu serta anggaran yang terbatas.

Kegiatan sosialisasi tentang kesadaran politik di kalangan perempuan sangat jarang dilakukan, apalagi oleh pihak perguruan tinggi. Pada kegiatan ini sangat diperlukan memberikan pemahaman di tingkat warga masyarakat secara langsung mengenai kesadaran politik di kalangan perempuan, dimana pihak sasaran yang dinilai paling strategis adalah perkumpulan perempuan di tingkat banjar. Perempuan pada komunitas ini memang memiliki karakteristik emosional dan solidaritas tinggi, sehingga ketercapaian kegiatan sosialisasi ini akan bisa optimal.

C. Tujuan dan Manfaat Kegiatan C.1. Tujuan

1. Melaksanakan sosialisasi mengenai keasadaran politik di kalangan perempuan pada banjar mengenai partisipasi menggunakan hak pilih pada pemilihan umum, mencermati program kerja calon legislatif / pemimpin daerah yang peka dan mengakomodasi persoalan perempuan serta mendorong partisipasi aktif perempuan untuk terlibat di dunia politik praktis;

2. Mendukung sosialisasi partisipasi memilih warga menjelang pelaksanaan pemilihan umum tahun legislatif dan eksekutif pada tahun 2014;

3. Membantu perbaikan bagi ketercapaian Indeks Governance Indonesia pada sektor kesetaraan jender di Provinsi Bali melalui sarana gerakan penyadaran politik bagi kalangan perempuan di tingkat banjar;

4. Sarana pengaktualisasian mata kuliah Gender dan Politik bagi mahasiswa pendamping kegiatan ini, yaitu Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana di kalangan perempuan di tingkat banjar.

C.2. Manfaat

1. Menambah preferensi pemahaman kalangan perempuan di tingkat massa bawah kiat menggunakan hak pilih secara tepat dan cerdas dalam pemilihan umum. 2. Mereduksi angka golongan putih atau ketidakikutsertaan peserta pemilu dari

kalangan perempuan akibat ketidaktahuan preferensi dalam memilih wakilnya ataupun menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Secara ideal diharapkan pula

(10)

akan mencegah terjadinya praktek money politic (politik uang) yang diindikasikan banyak terjadi pada penyelenggaraan pemilu di Negara kita.

3. Memberikan rekomendasi pada pihak terkait, seperti Komisi Pemilihan Umum Kota Denpasar mengenai faktor keberhasilan maupun kegagalan usaha peningkatan angka partisipasi perempuan dalam politik, terutama dalam pemilu maupun mendorong keikutsertaan perempuan untuk masu menjadi calon legislatif.

D. Pelaksanaan Kegiatan

D.1. Realisasi Pemecahan Masalah

Segenap dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana memberikan sumbangsih berupa kegiatan pengabdian masyarakat sosialisasi penyadaran politik kalangan perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Kegiatan ini terwujud melalui sosialisasi sehari pada pertemuan (forum sangkep) PKK di tingkat banjar.

Adapun rancangan acara yang akan diadakan adalah sebagai berikut :

Kegiatan Narasumber

Pembukaan Kepala Banjar dan Ketua Pengabdian

Masyarakat Materi Sosialisasi I :

Pentingnya Kesadaran Politik di Kalangan Perempuan

Dosen Program Studi Ilmu Politik Universitas Udayana.

Materi Sosialisasi II : Pentingnya Partisipasi

Perempuan dalam

Menggunakan Hak Pilih Pemilu

Dosen Program Studi Ilmu Politik Universitas Udayana

Tanya Jawab dan Penutup Ketua Pengabdian Masyarakat dan Narasumber D.2. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dari kegiatan sosialisasi ini adalah perempuan yang tergabung dalam kelompok PKK Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Kehadiran narasumber salah satunya berasal dari KPU Kota Denpasar karena sebelumnya Universitas Udayana mengadakan kesepakatan bersama (MoU) terkait pengabdian masyarakat, penelitian dan sosialisasi kepada masyarakat luas.

(11)

Metode kegiatan yang dipandang efektif dilakukan adalah kegiatan sosialisasi penyadaran politik kalangan perempuan pada Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Kegiatan ini terwujud melalui sosialisasi pada pertemuan di tingkat banjar (sangkep) PKK yang terselenggara sebulan sekali. Penyelenggaraan sosialisasi diberikan oleh dosen dengan didampingi tenaga mahasiswa Program Studi Ilmu Politik FISIP Unud. Peserta sangkep adalah perempuan yang tergabung dalam kelompok PKK Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

E. Hasil Kegiatan

Hari/Tanggal Kegiatan Sasaran Lokasi Kegiatan Minggu, 4 Agustus 2013 Sosialisasi Penyadaran Politik Kalangan Perempuan dalam Forum Sangkep Banjar

Kelompok PKK Banjar Tampak Gangsul, Kelurahan Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar Balai Banjar Tanpak Gangsul

Pengabdian masyarakat berupa Sosialisasi Penyadaran Hak Politik Kalangan Perempuan dilakukan melalui bentuk ceramah dan pemetaan persoalan kalangan perempuan di banjar. Kegiatan sosialisasi diadakan 4 Agustus 2013 pukul 09.00 – 13.00 WITA di Bale Banjar Tampak Gangsul Kota Denpasar. Peserta berjumlah 6 orang, 2 Pendamping KPU Kota Denpasar, 1 mahasiswa Program Studi Ilmu Politik dan 2 dosen anggota kegiatan pengabdian masyarakat.

(12)

Gambar 1

Sosialisasi bagi Kalangan Perempuan di Banjar

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dibuka dengan kata sambutan. Kemudian diikuti dengan diskusi terbuka terkait pengunaan hak politik perempuan. Kegiatan dimoderatori oleh anggota pengabdian. Hasil diskusi menunjukkan bahwa kalangan perempuan di Bali masih belum banyak memahami arti penting penggunaan hak politik mereka. Kondisi ini tercermin dari hasil perbincangan awal dengan utusan kelompok banjar yang hadir.

Beberapa kondisi umum yang dihadapi kalangan perempuan, antara lain :  Hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan belum setara secara umum;

 Perempuan masih dalam posisi marginal. Perempuan dipandang hanya mengurus kewajibannya seputar dapur, kasur dan sumur alias urusan domestik;

 Perempuan cenderung enggan membicarakan persoalan politik, apa lagi harus terjun langsung ke dunia politik;

 Bagi perempuan, kesulitan utama untuk terjun kepolitik adalah memenangkan pertarungan melawan dirinya sendiri. Jika perempuan punya uang maka lebih baik ia menyekolahkan anak daripada dipergunakan untuk kepentinga mengajukan diri

(13)

sebagai calon anggota legislatif. Belum lagi harus menghadapi ijin atau restu suami atau anggota keluarga terdekat;

 Banyak perempuan belum sadar arti penting politik. Perempuan menganggap politik sebagai hal yang tabu, kotor serta jahat. Padahal politik kenyataannya adalah hal yang mengatur segala kehidupan hingga ke arena privat sekalipun, seperti kebijakan KB.

Menanggapi hal tersebut, dalam upaya sosialisasi tim dosen memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa keikutsertaan perempuan di dunia politik sangat diperlukan. Tujuan utamanya adalah masuk dalam lembaga parlemen. Di sinilah kiprah perempuan penting dalam merumuskan kebijakan terutama menyangkut kepentingan publik serta mengatasi kepentingan keseharian mereka. Hanya saja yang dipentingkan, kehadiran perempuan di parlemen tak sekedar hanya pemanis ruangan, melainkan lebih bisa berdialog dan lebih paham permasalahan yang dihadapi permpuan itu sendiri.

Pada sosialisasi ini juga ditandaskan kesetaraan pemahaman antara laki-laki dan perempuan bahwa kalangan perempuan perlu masuk dalam ranah lembaga perwakilan. Hambatan sosiologis masyarakat Bali yang memiliki kecenderungan memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berlainan, seperti soal prioritas sekolah, adalah hal sederhana yang harus diubah sehingga ke depan bisa memampukan kalangan perempuan sebagai insan yang tangguh dan mandiri. Resiko diskriminasi terhadap kalangan perempuan pada generasi mendatang bisa direduksi apabila di ranah pengambilan kebijakan, muncul peran perempuan yang optimal.

Pembicara KPU dalam sosialisasi menegaskan arti penting kesadaran perempuan mengenai arti penting kuota 30% perempuan, serta pemahaman atas teknis pencoblosan pada saat pemilu. Seringkali even pemilu dilewatkan begitu saja padahal kondisi ini adalah ruang perempuan untuk berpartisipasi. Pada konteks ini, KPU merujuk pada kondisi jumlah perempuan di DPRD Kota Denpasar yang jumlahnya masih sangat kecil, yaitu hanya 1 orang dari 45 orang. Oleh karena itu suara wakil perempuan nyaris tak terdengar karena perbandingannya 44:1.

Kegiatan sosialisasi ini juga dibuka termin tanya jawab. Pada pertanyaan yang mengemuka adalah mengenai kuota perempuan hanya 30% yang analog dengan tendensi pembatasan yang buruk. Pertanyaan ini dijawab oleh tim dosen FISIP Unud sebagai anggota pengabdian bahwa penerapan kuota 30% adalah bentuk afirmasi. Afirmasi adalah perlakuan khusus sementara. Usaha ini untuk menyamakan start antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan selalu tertinggal di belakang.

(14)

Penyamaan garis ini penting karena sejak dulu perempuan lebih memiliki banyak beban seperti beban pekerjaan domestik dan adat. Kondisi 30% adalah cetusan awal yang realitasnya juga masih sulit dicapai. Jika nanti misalnya laki-lakinya jadi 40% dan perempuan 60%, hal ini akan memungkinkan adanya kebijakan afirmasi untuk laki-laki. Pada pertanyaan akhir, muncul pertanyaan mengenai langkah awal yang perlu dilakukan dalam menanamkan konsepsi kesetaraan dalam hak politik perempuan. Pertanyaan ini dijawab oleh KPU bahwa kegiatan sosialisasi yang diadakan ini merupakan salah satu upaya nyata dalam memperbaiki kesadaran perempuan akan hak politiknya, meski ke depan diproyeksikan untuk kehadiran dari pihak laki-laki atau suami agar mendapatkan kesamaan pemahaman atas cara pandang yang selama ini timpang atau berbeda.

Setelah acara tanya jawab selesai, maka moderator menyimpulkan diskusi sekaligus mengakhiri acara sosialisasi ini.

Gambar 2

Pengajuan Pertanyaan oleh Peserta Sosialisasi

Di akhir acara, para peserta sosialisasi dimintai pendapat mengenai kegiatan ini. Hasil yang diperoleh kalangan peserta yang hadir merasa puas dan paham dengan kegiatan sosialisasi ini karena mereka mengalami perannya secara langsung baik sebagai perempuan yang akan punya hak pilih dalam pemilu sekaligus kesempatan berpartisipasi dalam dunia politik praktis.

(15)

F. Simpulan dan Saran

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dinilai sangat bermanfaat dan tepat sasaran. Hal ini selain jarang dilakukan kegiatan seperti ini, juga masih minimnya pengetahuan para kalangan perempuan di tingkat banjar perempuan atas hak politik mereka seperti pengetahuan atas hal-hal teknis kepemiluan atau partisipasi dalam lembaga legislatif.

Dari hasil pertanyaan yang mengemuka dari peserta kegiatan sosialisasi ini terdapat beberapa saran dan rekomendasi. Beberapa hal yang direkomendasikan adalah kegiatan sosialisasi kepada kalangan perempuan di tingkat banjar bisa dilakukan berkesinambungan dengan mengatualisasikan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti anggota legislatif perempuan. Peserta sosialisasi juga tidak sebatas hanya kalangan perempuan saja, melainkan juga kalangan laki-laki seperti suami agar mendapatkan pemahaman yang sama akan arti penting kesetaraan hak politik.

Gambar 3 Berpose Bersama

Pada kegiatan ini, para peserta yang telah mengikuti kegiatan sosialisasi mendapatkan pemahaman dasar tentang hak politik mereka dalam keikutsertaan pada pemilua ataupun partai politik yang harapannya dapat berguna bagi pengembangan kesetaraan hak mereka sebagai warga negara. Sedangkan untuk menjaga

(16)

keberlanjutan program, pihak KPUD Kota Denpasar menjalin kerjasama di bidang pengabdian masyarakat dengan Program Studi Ilmu Politik yang dituangkan dengan MoU dimana selanjutnya akan menempelkan program ini pada kegiatan rutin mereka.

(17)

G. Penggunaan Dana /Anggaran Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Kegiatan Jumlah Total

1. Persiapan (foto copy, surat menyurat) Rp. 300.000 Rp.300.000

2. Sewa Komputer untuk pembuatan kartu suara

Sewa Printer utk print kartu suara Catridge Black & Colour (2 unit)

Rp. 300.000 Rp. 150.000 Rp. 200.000 Rp.300.000 Rp. 150.000 Rp. 400.000 3. Honor Ketua Anggota 1 Anggota 2 Anggota 3 Anggota 4 Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000 Rp. 550.000

4. Sarana Kotak Suara & Dokumentasi Hasil Penghitungan Suara

- Kertas HVS 5 rim - Isolatip bening 5 pak - Buku tulis besar 2 - Bolpoint 5 biji - Cutter 5 buah

- Kertas Buffalo 10 lembar - Lem kertas 5 buah - CD rewritable 5 keping - Spidol Hitam 5 biji - Kertas Plano 7 lbr - Notes 10 bh - Tinta cair jari 2 btl - Cetak Foto 3R 50 lb Rp. 30.000 Rp. 8.000 Rp. 20.000 Rp. 3.000 Rp. 5.000 Rp. 5.000 Rp. 1.500 Rp. 2.500 Rp. 4.000 Rp. 5.000 Rp. 5.000 Rp. 35.000 Rp 1.500 Rp. 150.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000 Rp. 15.000 Rp. 25.000 Rp. 50.000 Rp. 7.500 Rp. 12.500 Rp. 20.000 Rp. 35.000 Rp. 50.000 Rp. 70.000 Rp 75.000 5. Konsumsi 70 kotak snack

70 kotak nasi (peserta sosialisasi & panitia termasuk mahasiswa

pendamping) Rp. 8.000 Rp. 15.000 Rp. 560.000 Rp. 525.000 6. Perjalanan Bensin 50 liter Rp. 4.500 Rp. 225.000 7. Pembuatan dan Penggandaan

Laporan

Rp. 400.000 Rp. 400.000 TOTAL Rp. 4.000.000

(18)

H. Daftar Pustaka

- Soetjipto, Ani, 2005, Memperkuat Partisipasi Politik Perempuan, IDEA: Jakarta.

- Maridjan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru, Penerbit Prenada Media Group : Jakarta

- Media Indonesia, 6 Agustus 2011

(19)
(20)
(21)

Gambar

Gambar 3  Berpose Bersama

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : ARGUMENTASI KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS JUDEX FACTI AKIBAT KESALAHAN

Hasil ini sesuai dengan penelitian di Puskesmas Srandakan Bantul bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sebelum dan setelah pelaksanaan

Pengertian lain dari administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan

Adapun nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau Adapun nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat

Perseroan masih memiliki waktu sekitar satu setengah bulan untuk dapat mencapai memperoleh kontrak baru senilai Rp2,3 trilyun, yang menurut kami masih mungkin dapat dicapai

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Good Corporate Governance dengan komposisi komisaris independen, kepemilikan Institusional, ukuran komite audit , Leverage , dan

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, tujuan perkawinan adalah “Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Manfaat yang diperoleh dari praktikum Mutu dan Keamanan Hasil Ternak yaitu dapat mengetahui bahan pangan yang mengandung Formalin dan Boraks.. Waktu