• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Saul, Zainal Arifin | 90 KEPATUHAN PESERTA DIDIK DALAM MELAKSANAKAN TATA TERTIB

DI SMA NEGERI 1 MAKASSAR Saul1, Zainal Arifin2 1,2Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pelaksanaan tata tertib dalam meningkatkan kepatuhan peserta didik di SMA Negeri 1 Makassar, 2) Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tata tertib dalam meningkatkan kepatuhan peserta didik di SMA Negeri 1 Makassar. Jenis penelitian ini kualitatif dengan penentuan informan melalui teknik purposive sampling dengan kriteria yaitu pimpinan sekolah, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif dengan tahapan mereduksi data, mendisplay data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yaitu member check Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan tata tertib dalam meningkatkan kepatuhan di SMA Negeri 1 Makassar, yaitu: (a) Sosialisasi tata tertib, (b) Inspeksi mendadak atau razia, (c) Pengawasan via cctv, (d) Pengendalian represif, (e) pendekatan persuasif,sedangkan 2) Faktoryang mempengaruhi pelaksanaan tata tertib dalam meningkatkan kepatuhan peserta didik di SMA Negeri 1 Makassar yaitu (a) faktor pendorong meliputi peran aktif dan sinergitas pihak sekolah, teknologi yang maju (kamera pengawas atau CCTV), dan kesadaran siswa, sedangkan (b) Faktor penghambat meliputi pengaruh dari luar (style) dan adanya Pengaruh dari siswa pindahan (Siswa yang memang sering melanggar).

Kata kunci: Kepatuhan Peserta Didik, Tata Tertib. ABSTRACT

This study aims to find out: 1) Implementation of order in improving the compliance of students in Makassar 1 Public High School, 2) Factors that influence the implementation of discipline in improving student compliance in Makassar 1 Public High School. This type of research is qualitative with the determination of informants through purposive sampling technique with criteria namely school leaders, teachers, and students. Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. The data obtained were analyzed using descriptive qualitative with the stages of reducing data, displaying data and drawing conclusions. The technique of validating data is member check. The results of the study show that: 1) the implementation of order in improving compliance in Makassar 1 Public High School, namely: (a) Dissemination of rules, (b) Sudden inspection or raids, (c) Surveillance via cctv, ( d) Repressive control, (e) persuasive approach, while 2) Factors that influence the implementation of the order in increasing the compliance of students in Makassar 1 Public High School, namely (a) driving factors include the active role and synergy of the school, advanced technology (surveillance cameras or CCTV), and student awareness, while (b) Inhibiting factors include external influences (styles) and the influence of transfer students (Students who often violate).

Keywords: Compliance with Students, Rules of Conduct.

PENDAHULUAN

Sekolah sebagai salah satu lembaga sosial merupakan fundamen yang penting, sebab memiliki fungsi mencerdaskan, mempersiaapkan dan membekali individu sehingga memiliki kualitas yang kompetitif pada setiap bidangnya. Dalam melaksanaakan tugasnya itu tentunya sekolah mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah peraturan sekolah yang disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di dalam menuju keberhasilan proses belajar mengajar, membentuk karakteristik siswa, agar disiplin dan bertanggung jawab.

Tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik apabila sikap patuh terhadap tata tertib dan peraturan sekolah, berperan sebagai faktor eksternal siswa, dan sebagai dasar berperilaku. Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri dan bertanggung jawab dan berperilaku sesuai dengan tutntutan

(2)

Saul, Zainal Arifin | 91

lingkungan sekolah. Disiplin sekolah dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif. Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitas proses belajar mengajar, maka perilaku yang dianggap mendukung proses belajar mengajar dianggap masalah disiplin.

Aturan disekolah biasanya bersifat umum dan khusus, biasanya aturan umumnya berupa cara berpakaian misalnya, setiap hari senin untuk jenjang SD merah putih, SMP biru putih, dan SMA abu-abu putih, sedangkan aturan khususnya biasanya berbeda-beda setiap sekolahnya. Aturan yang dibuat oleh sekolah memiliki tujuan untuk mengatur segenap tingkah seluruh warga sekolah. Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah mutlak diperlukan dan dijalankan oleh seluruh komponen sub sistem dalam lingkungan sekolah, mulai dari kepala sekolah, staf guru, karyawan dan petugas lainnya, serta para siswa secara keseluruhan, dengan demikian akan tercipta suatu keadaan yang harmonis dan dinamis dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menuju terwujudnya tujuan sekolah secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum.

Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman penulis selama melakukan program pengalaman lapangan, penulis melihat banyak pelanggaran misalnya membolos saat jam pelajaran, terlambat datang kesekolah, mengerjakan PR disekolah, hal ini juga ditunjang oelh data yang diperoleh penulis dari kesiswaan dan guru BK sekolah ini, yaitu sebagai berikut:Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa adanya tata tertib seharusnya membuat semua peserta didik berperilaku sesuai aturan dan norma yang ada sehingga tercipta kondisi yang tertib, namun tetap saja ada perilaku yang menyimpang dari hal tersebut dengan kata lain bahwa terdapat berbabagi tingkat kepatuhan pada peserta didik di SMA Negeri 1 Makassar. Ada yang memang mematuhi dan berperilaku menjalankan sesuai aturan yang ada, namun juga ada yang melakukan sebaliknya.

Padahal harapannya bahwa sesungguhnya kepatuhan akan terbentuk dengan adanya aturan yang dibuat dan diterapkan disekolah, sehingga mampu memberikan tentang kejelasan pedoman bagi segenap peserta didik dalam kegiatandan aktivitas selama di sekolah. Selain itu bahwa SMA negeri 1 Makassar merupakan salah satu sekolah unggulan yang dikota Makassar jelas bahwa hakikat sekolah ini mampu menjadi percontohan tapi ada saja siswa-siswanya yang kadang melanggar aturan dan melakukan tindakan indisipliner seperti yang tertera pada penjelasan di atas, tetntunya menarik untuk diketahaui tentang penyebab sehingga terjadi perbedaan kepatuhan di antara siswa serta kemungkinan upaya yang diambil oleh sekolah dalam rangka meminimalisir pelanggaran yang terjadi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun lokasi pada penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Makassar, jalan Gunung Bawakaraeng kota Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun kriteria informan pada penelitian ini sebagai berikut: a) Siswa sebanayak 15 orang, b) Kepala sekolah dan orang (wakasek kesiswaan) dan c) Guru sebanyak 4 orang berupa guru BK 2 orang dan wali kelas 2 orang. Adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu a) Observasi, pada penelitian ini observasi bertujuan untuk menlihat tingkat kepatuhan siswa SMA Negeri 1 Makassar terhadap tata tertib sekolah, b) wawancara, pada penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kepatuhan siswa terhadap tata tertib di SMA Negeri 1 Makassar, c) dokumentasi, pada penelitian ini teknik dokumentasi digunakan sebagai tambahan guna melengkapi pengumpulan data sebelumnya, misalnya gambar, foto dan lain sebagainya. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengabsahan data member check.

(3)

Saul, Zainal Arifin | 92

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksnaaan tatab tettib dalam meningkatkan kepatuhan siswa di SMA Negeri 1 Makassar yaitu sebagai berikut: Pertama adalah Sosialisasi tata tertib, pada proses ini pihak sekolah berusaha memberikan arahan kepada siswa atau sosialisasi. Seperti pengertian umumnya sosialisasi sendiri adalah proses penanaman nilai dan norma kepada individu. pada awal biasanya pada masa orientasi siswa atau MOS, selain itu sosialisasi yang dilakukan juga oleh guru. Peran guru dioptimalkan dalam rangka langkah awal, jadi guru yang mengajar juga menginjeksikan niali-nilai dan atauran tata tertib sekolah. Selain itu penyampainya atau sosisialisasi juga sering disampaikan pada upacara bendera, yang mana pembina akan mengingatkan kembali pentingnya mematuhi aturan tata tertib sekolah disetiap wejanagan upacara bendera. Kegiatan ini tentunya memiliki tujuna utama yaitu mengenalkan siswa pada tata tertib ‘yang ada serta senantiasa mengingatkan akan pentingnya kepatuhan terhadap tata tertib itu, baik dalam interaksi di lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.

Kedua adalah Inspeksi Mendadak dan Razia, Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk nyata keseriusan pihak sekolah menerapkan tata tertib sekolah, pihak sekolah meakukan pemeriksaan yang dimulai dari gerbang dengan tujuan menindak indikasi ketidakpatuhan, seperti razia gelang bagi siswa laki-laki, rambut yang panjang dan lain sebagainya. Selain itu pihak sekolah juga melakukan razia ke kelas-kelas biasanya bekerja sama dengan OSIS dalam merazia. Ketika siswa didapat melanggar aturan tata tertib yang ada maka langsung diberikan tindakan misalnya rambut yang panjang akan dicukur langsung. Razia dan inspeksi mendadak ini merupakan bentuk ketegasan sekolah dalam pelaksanaan tata tertib, sekolah mengambil langkah tersebut sebagai upaya preventif sekaligus represif agar tercipta kepatuhan pada peserta didik.

Ketiga adalah Pengawasan via cctv, sekolah menggunakan teknologi cctv untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas di sekolah, penggunaan kamera ini membatu kerja pengawasan yang biasanya menggunakan cara manual, namun dengan penggunan sistem cctv ini pemgawasan mampu dilakukan dari ruangan kepala sekolah yang meruoakan server induk dan monitor. Hadirnya sistem pengawasan ini jelas membuat kepatuhan siswa lebih meningkat lagi, dimana siswa takut untuk melakukan pelanggar semisal mencontek saat ujian, karena mereka akan terekam dikamera dan akan langsung ditindak.

Penggunakan sistem kamera pengawas ini bertujuan sebagai pencegah siswa melakukan tindakan yang melanhgar atau disebut tindakan pengendalian yang bersifat preventif. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa “Pengendalian sosial bersifat preventif adalah semua bentuk usaha yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Semua bentuk pencegahan agar kemungkinan terjadinya pelanggaran dapat diminimalkan”.

Keempat adalah pengendalian represif (pemberian sanksi), penegndalian represif adalah bentuk pengendalian yang diberikan berupa sanksi atau hukuman bagi setiap pelanggaran atau ketidak patuhan terhadap tata tertib yang ada. Disekolah ini pemberian sanksi bisa berupa hukuman membersihkan, penyitaan, pengguntingan rambut (khusus pelanggaran rambut panjang bagi siswa laki-laki) dan pemanggilan orang tua. Sanksi yang diberikan memiliki tujuan untuk membuat siswa jerah dan tidak mengulangi perbuatannya lagi, atau dengan kata lain siswa yang diberikan sanksi diharapkan mampu kembali patuh kepada tata tertib yang ada disekolah.

Pengendalian sosial represif ini atau pemberian sanksi adalah sebuah aksi nyata pihak sekolah dalam rangka menciptakan kepatuhan peserta didik terhada tata tertib yang ada, hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “tindakan represif adalah yang dilakukan

(4)

Saul, Zainal Arifin | 93

setelah terjadinya pelanggaranuntuk mengembalikan keserasian yang terganggu. Bentuk pengendalian sosial ini biasanya dengan memberikan sanksi”. Dari penjelasan itu jelas bahwa pemberian sanksi ini bertujuan untuk mengembakikan keserasian dan meningkatkan kepatuhan siswa terhadap tata tertib yang ada. Sedangkan yang kelima adalah pendekatan persuasif, ini merupakan salah satu tipe pengendalian sosial dnegan pendekatan-pendekatan khusus, disekolah ini banyak guru yang melakukan pendekatan-pendekatan khusus dalam rangka meningkatkan kepatuhan siswa.

Biasanya langkah ini diambil apa bila langkah represif atau pemberian sanksi di anggap kurang tepat. Peendekatan persuasif ini lebih cenderung kepada pendakatan secara konselor dan komunikasi dimana siswa akan dajak bercerita atau dengan metode lainnya sehingga siswa diharapkan mampu belajar dan berubah dari kebisaan atau perilakunya yang menyimpang. Hal ini tentunya dipandang perlu sebab tidak semua penyimpangan mampu diselsaikan dnegan tindakan represif itu sendiri.

Sedangkan pada faktor yang empengaruhi ada 2 yaitu:

Pertama yaitu Faktor pendorong, Faktor ini meliputi peran aktif dan sinergitas pihak sekolah. Peran aktif pihak sekolah merupakan sebuah pendorong utama dalam pelaksanaan tata tertib sekolah dimana semua guru terlibat secara aktif melakukan pengawasan dan pengendalian baik secara preventif (pencegaahan sebelum terjadinya penlanggaran) dan represif (penanggukangan sesudah terjadinya penlanggaran). Upaya preventif yang dilakukan adalah dengan sosialisasi serta penanaman nilai dan norma atau tata tertib yang biasa dilakukan baik didalam proses belajar mengajar dan diluar proses belajar mengajar. Sedangkan dalam uaya secara represif adalah pemberian sanksi secara tegas serta penanggulangan dengan pendekatan-pendekatan khusus oleh guru itu sendiri.

Faktor ini tentunya menjadi aspek utama dalam elaksanaan tata tertib itu sendir, keterlibatan secara aktif semua ppihak tentunya dihapkan mampu menjadi cara meminimalisir pelanggaran tata tertib, selain itu keterlibatan orang tua lewat kerja sama dan sinergitas yang dibangun pihak sekolah adalah bentuknya nyata dari pengendalian sosial oleh lembaga-lembaga yang berperan baik itu sekolah, dan keluarga.

Faktor pendorong kedua adalah pengguaan kamera pengawas atau cctv. Kehadiran teknologi di jaman modern ini sangat membantu terlebih bagi dunia pendidikan khususnya sekolah, pemanfaatan teknologi ini akan sangat mengefektifkan sistem pendidikan dan pengajaran disekolah. Salah satunya di SMA Negeri 1 Makassar, tugas sekolah dalam menciptakan iklim akademik yang kodusif dapat dengan mudah dilakukan, muali meminimalisir tindakan mencontek saat ujian, mengaasi skiswa saat PBM serta mengwasi tindakan siswa diluar PBM.

Kesadaran diri siswa adalah faktor ketiga, salah satu aspek penting dalam mendorong pelaksanaan tata tertib disekolah. Kesadaran diri siswa ini menjadi hal yang mendasar jika siswa memiliki kesadaran yang baik maka aturan yang ada akan dipetuhi dnegan baik pula tapi jika tidak inilah yang menjadi sebuah tantangan bagi sekolah dalam pelaksanaan tata tertib itu sendiri. Biasanya kesadaran ini terbentuk karena siswa mengalami sosialisasi dan internalisasi yang baik sehingga ia mampu menyerap nilai dan norma yang ada disekitarnya.

Sedangkan pada Faktor penghambat sendiri terdiri atas beberapa aspek seperti:

Pertama pengaruh dari luar, ini menjadi salah satu penghambat pelaksananan tata tertib, hal ini biasanya berimbas pada individu siswa itu sendiri yang mana biasa disekoah ia merasa tertekan karena diluar sekolah ia tidak menemukan aturan atau tata tertib seperti itu misalnya pengaruh gaya pakaian. Gaya pakainya pada umunya adalah celana pensil sehingga ketika disekolah diharuskan memakai celana yang tidak seprti itu gaya ia akan

(5)

Saul, Zainal Arifin | 94

cenderung meonalak hal seperti ini yang biasanya menimbulkan pelanggaran dikalangan siswa.

Kedua adalah Adanya Pengaruh dari siswa pindahan (Siswa yang memang sering melanggar). Hal ini biasanya terjadi karena siswa pindahan mungkin kurang memahami aturan yang ada terlebih lagi jika siswa tersebut memang sering melanggar sebelumnya sehingga sering dapat menjadi pengahmbat bagi pelaksanaan tata tertib, hal ini seperti siswa yang ikut-ikutan dengan siswa yang sering melanggar sehingga mereka akhirnya tmenjadi pelanggar juga. Pelanggaran paling sering karena hal ini adalah pakaian dan gaya rambut yang agak panjang.

Adapun kaitan teori struktural fungsional dengan penelitian ini dapat dikatakan bahwa pada esesnsi teori struktural fungsional dengan konsep AGIL Talcot Parson yaitu:

Pertama memandang bhawa dalam masyarakat ada sistem sosial dimana tahap awalnya adalah Adaptasi pada penelitian ini tata tertib dibuat untuk menyelaraskan aktivitas peserta didik disekolah, dan peserta didikpun harus mampu beradaptasi dengan tata tertib tersebut.

Kedua adalah konsep (Gold Attainment) atau pencapaian tujuan pada penelitian ini pelaksanaan tata tertib di SMA Negeri 1 Makassar memiliki tujuan yaitu meningkatkan keptuhan peserta didik, sebab dengan pelaksanaan tata terti serta pengawasan oleh semua pihak diharapka tata tertib ini mampu meningkatkan kepatuhan peserta didik agar tercipta keteraturan dalam lingkingan sekolah

Ketiga adalah konsep Integrasi, diharap dalam pelaksanaan tata terteb tersebut semua pihak mampu bersinergi dan bersama-sama menjalankan serta mengawasi pelaksanaan tata tertib sesuai dengan fungsinya masing-masing agar terjadi keteraturan dalam lingkungan sekolah.

Keempat adalah konsep Latency (pemeliharan pola), pada penelitian ini menggambarkan bahwa semua pihak harus memiliki kesadaran bersama yang dimulai dari siswa yaitu siswa harus secara sadar memahami dan mematuhi aturan tata tertib yang ada, kemudian pimponan sekolah dan guru berperan sebagai pembina dan pengawas regulasi tersebut, serta orang tua yang bersinergi dengan pihak sekolah dalam rangka menjaga dan memelihara tata tertib yang ada berupa tindakan kooperatif jika dibutuhkan.

Dari alasan diatas dapat disimpulkan alasan pemilihan teori ini adalah keterkaitan penelitian dengan teori structural fungsional sendiri, dilihat dari sudut pandang teori ini yang umumnya melihat sebuah system sebagai suatu kesatuan fungsional yang memilki fungsi masing-masing, lebih lanjut setiap perubahan yang hadir dipandang sebagai sebuah oerubahan yang terkonrol dan sistematis, sehingga menggiring pada sebuah keteraturan sebagai sebuah proses yang disebut sebagai konsep A.G.I.L seperti penjelasan di atas.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Makassar maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Pelaksanaan Tata Tertib dalam meningkatkan kepatuhan siswa SMA Negeri 1 Makassarmulai dari; a) Sosialisasi tata tertib, b) Inspeksi mendadak atau razia, c) Pengawasan via CCTV, d) Pengendalian Represif (pemberian sanksi), dan e) Pendekatan persuasif, merupakan pendekatan khusus baik lewat komunikasi dan berbagai cara lainnya mampu meningkatkan kedisiplinan siswa dalam artian mengurangi pelanggaran yang terjadi. 2).Faktor-faktor yang mempemgaruhi pelaksaaan tata tertib dalam meningkatkan kepatuhan peserta didik di SMA Negeri 1 Makassar meliputi; a) Faktor pendorong pelaksanaan tata tertib di SMA Negeri 1 Makassar yaitu diantaranya pertama peranaktif dan sinergitas pihak sekolah, kedua Teknologi yang maju

(6)

Saul, Zainal Arifin | 95

(Kamera pengawas atau CCTV), ketiga Kesadaraan siswa, b) Faktor penghambat pelaksanaan tata tertib di SMA Negeri 1 Makassar yaitu dianataranya pertaman Pengaruh dari luar (style), kedua adanya Pengaruh dari siswa pindahan (Siswa yang memang sering melanggar).

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Nugroho Dwi. 2011. “Pelanggaran Tata Tertib Sekolah dan Faktor-Faktor Penyebabnya Pada Siswa SMA Negeri 1 Geyer Kabupaten Grobongan Tahun Ajar 2011/2012”. Skripsi S1 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Budiati, Atik Catur. 2009. Sosiologi Kontekstual. Untuk SMA & MA. Jakarta: Pusat Pernukuan Departemen Pendidikan Nasional,

Emzir. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers

Fauzia, Riris. 2016. “Hubungan Self Control dengan Kepatuhan Tata Tertib Pada Siswa Madrasah Aliyah”.Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya

http://ritahandayani.wordoress.co.id/2007/pengertian-tatatertibsekolah.html,

http://starawaji.wordpress.com/2009/05/11/pengertian-tata-tertib.html

Sudarmi, Sri dan Indiyanto, W. 2009. Sosiologi Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Mujis, Daniel dan Reynolds. 2001. Effective Teaching, Evidence And Practice. London: Paul Chapman

Mulyono. 2000. Kesadaran Berbangsa. Bandung: Angkasa

Nasution, Andi Hakim. 2002. Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan Remaja. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Ayat di atas menerangkan cinta itu hanyalah pengakuan, tetapi buktinya ialah menuruti apa yang baginda SAW bawakan. Sesungguhnya perkara yang penting adalah menjadi

Kegiatan pelatihan massage kebugaran berbasis aplikasi android dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi pemuda-pemudi karang taruna Desa Ngulankulon dan

This HP games for Nokia Zuma -style Free download game zuma hp nokia e63 FREE DOWNLOAD GAMES ZUMA FOR NOKIA E63 E5, Download Game Buat HP Cross Gratis Download game gratis -

SDOLQJ FHSDW XPXU NHKDPLODQ\D LWX DGDODK HQDP EXODQ DSDELOD SHUNDZLQDQ WHODK OHELK GDULHQDPEXODQODOXDQDNODKLUPDNDDQDN WHUVHEXWPHPSXQ\DLKXEXQJDQQDVDENHSDGD VXDPLQ\D 6HEDOLNQ\D

Cemoohan dan ejekan yang mereka layangkan kepada kami bukan menjadi halangan untuk maju, hal itu malah membuat saya ingin bangkit dan mengharumkan nama SMPN 7 Bontang,

Dalam sistem ini digunakan metode forward chaining untuk mengklasifikasikan ciri-ciri garam yaitu warna garam, rasa garam dan bentuk garam yang di- input -kan