• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Delima Merah (Punica Granatum L.) 40% terhadap Waktu Perdarahan pada Luka Tikus (Rattus Norvegicus)Strain Wistar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Delima Merah (Punica Granatum L.) 40% terhadap Waktu Perdarahan pada Luka Tikus (Rattus Norvegicus)Strain Wistar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Luka adalah terputusnya kontinuitas struktur anatomi jaringan tubuh yang bervariasi mulai dari yang paling sederhana seperti lapisan epitel dari kulit, jaringan subkutis, lemak dan otot bahkan tulang beserta struktur lainnya seperti tendon, pembuluh darah dan syaraf sebagai akibat dari trauma (T Velnar, 2009).. Luka dapat menimbulkan gangguan pada fungsi dan struktur anatomi tubuh (Purnama et al., 2017). Proses penyembuhan luka terdapat fase hemostasis yang merupakan fase penghentian darah (Primadina et al., 2019).

Pembuluh darah yang terputus karena luka akan menyebabkan pendarahan. Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah dengan jumlah yang bermacam-macam, mulai dari sedikit hingga jumlah yang banyak dan beresiko menyebabkan kematian (Panacea, 2014). Perdarahan merupakan keadaan normal dari proses fisiologis tubuh. Perdarahan dalam bidang kedokteran gigi merupakan bentuk dari komplikasi jika terjadi prolong bleeding, hemofilia, defisiensi vitamin K, konsumsi obat antikoagulan seperti aspirin & warfarin, kelainan darah seperti leukemia & trombositopenia, dan kecemasan pasien (Zulkarnain, 2013). Rata-rata waktu perdarahan normal 15-120 detik tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan antara lain diameter luka, kedalaman luka, alat perlukaan. Penelitian waktu perdarahan adalah untuk menentukan lamanya

(2)

tubuh menghentikan perdarahan karena luka yang dibuat secara laboratoris. Waktu perdarahan dapat menentukan ada tidaknya gangguan proses hemostasis (Juliantisilaen, 2014).

Homeostasis melalui koordinasi proses-proses fisiologi dalam memelihara keadaan-keadaan stabil dalam tubuh (Kamus FK UI). Mekanisme hemostatik bawaan tubuh secara normal sudah memadai untuk memperbaiki kerusakan dan menghentikan pengeluaran darah dari pembuluh mikrosirkulasi halus ini. Waktu koagulasi darah tergantung dari ukuran luka, diameter luka dan penyebab dari luka tersebut (Naintiwan, 2014). Proses hemostasis dapat dilakukan dengan tindakan lokal dan sistemik. Pemberian tindakan lokal dapat berupa penekanan oklusal menggunakan kassa pada daerah perdarahan untuk merangsang proses pembekuan darah. Tindakan sistemik dapat dilakukan dengan pemberian sediaan hemostasis secara peroral atau injeksi (Wisan dkk, 2015).

Vitamin K memiliki peranan penting dalam fisiologi pembekuan darah. Penggunaan bahan hemostatik yang dapat dan biasa digunakan di klinik dokter gigi salah satunya berupa vitamin K (Kepmenkes, 2015). Vitamin K akan meningkatkan biosintesis faktor pembekuan darah berupa protrombin di hati sehingga dapat mempersingkat waktu perdarahan. Tablet hemostasis vitamin K merupakan salah satu sediaan hemostatik oral, Tetapi penggunaan vitamin K memiliki beberapa efek samping yang merugikan bagi tubuh diantaranya yaitu kemerahan pada wajah, berkeringat, bronkospasme dan sianosis serta bersifat iritatif pada kulit dan saluran nafas (Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, 2017).

(3)

Terobosan untuk meminimalisisr efek samping adalah dengan menggunakan buah-buahan yang memiliki efek samping yang lebih kecil (Sari, 2016). Masyarakat sekarang cenderung memanfaatkan buah-buahan atas kesadaran untuk kembali ke alam sebagai bagian dari penerapan pola hidup alami. Salah satunya tanaman buah delima (Punica granatum L.) (WHO, 2003).

Tanaman delima merah (Punica granatum L.) terdiri dari batang, akar, daun, bunga, buah dan ranting, buah dan biji. Organ-organ tanaman pun mengandung zat aktif polifenol seperti flavonoid, tanin, vitamin C, asam galagat, asam galat, asam elagat, monomer dari elagitanin seperti punikalin dan punikalagin, alkanoid, saponin, triterpenoid, dan granatin. Zat aktif polifenol ini memiliki efek farmakologis yang luas seperti antioksidan, antiinflamasi, antivirus, antibakteri dan koagulan darah (Hardana dan Warganegara, 2015). Zat aktif yang dapat mempercepat waktu perdarahan yaitu tanin dan flavonoid. Zat aktif tersebut lebih banyak terdapat pada biji dibanding organ tubuh lainnya (Harbone, 1987).

Biji delima merah (Punica granatum L.) memiliki beberapa senyawa aktif yaitu flavonoid, tanin, alkanoid, saponin dan triterpenoid (Apriani, 2015). Biji delima merah mengandung polifenol. Sebanyak 60% polifenol pada biji delima merah mengandung tanin. Biji delima merah memiliki kandungan zat aktif tanin dan flavonoid yang mana merupakan senyawa utama yang berperan dalam proses pembekuan darah (Rahayu et al., 2011). Tanin memiliki sifat astringen dengan kemampuan untuk membentuk kompleks dengan makromolekul, terutama protein. Kemampuan tersebut dapat mempercepat proses hemostasis (Hassanpour et al.,

(4)

2011). Mekanisme flavonoid dalam penghentian perdarahan dengan mekanisme vasokonstriksi (Dougnonet et al., 2012). Konsentrasi 40% biji delima merah (Punica

granatum L) memberikan efek paling signifikan terhadap peningkatan makrofag.

Yang mana makrofag berperan dalam fase hemostasis pada fase inflamasi (Kholifa dkk, 2018).

Ekstraksi adalah proses penarikan zat aktif yang dapat larut dari suatu serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut (Departemen Kesehatan RI, 2006). Tujuan ekstraksi bahan alam untuk menarik zat aktif yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut. Konsentrasi optimal dari pelarut etanol adalah 70%. Etanol 70% dipilih karena memiliki beberapa kelebihan yaitu netral dan absorbsinya baik, tidak mengalami perubahan struktur pada pemanasan , tidak toksis, kuman sulit tumbuh pada konsentrasi diatas 20% (Kholifa, 2016). Konsentrasi 70% juga bersifat semipolar sehingga dapat menarik komponen polar maupun non polar (Azis et al., 2014). Keunggulan metode maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana, paling banyak digunakan, peralatannya mudah ditemukan dan kandungan air dalam biji delima tidak menghalangi ekstraksi (Agoes, 2007).

Berdasarkan latar belakang diatas dan belum adanya penelitian mengenai ekstrak biji delima merah terhadap waktu perdarahan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh ekstrak etanol biji delima merah (Punica granatum L) 40% terhadap waktu perdarahan pada luka tikus (Rattus novergicus) strain wistar.

(5)

B. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol biji delima merah (Punica granatum L) 40% berpengaruh terhadap waktu perdarahan pada tikus (Rattus novergicus) strain wistar.

C. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Kholifa tahun 2017 dengan judul pengaruh ekstrak etanol biji delima (Punica granatum L) terhadap hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol biji delima (Punica granatum L) dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan 80%. Sampel yang digunakan adalah bakteri Streptococcus mutans yang didapatkan dari hasil biakan murni. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol biji delima

(Punica granatum L) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans dengan konsentrasi yang paling signifikan sebesar 80%. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul pengaruh ekstrak etanol biji delima merah (Punica granatum L.) 40% terhadap waktu perdarahan pada luka tikus (Rattus norvegicus) strain wistar adalah konsentrasi yang digunakan 40% dan sampel yang digunakan adalah tikus (Rattus

norvegicus) strain wistar.

2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Kholifa tahun 2017 dengan judul pengaruh ekstrak etanol kulit delima (Punica granatum L.) terhadap waktu perdarahan trauma minor pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol kulit delima (Punica granatum L.) dapat menghambat waktu perdarahan trauma minor pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar

(6)

dengan konsentrasi paling signifikan sebesar 40%. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah konsentrasi yang digunakan sebesar 20%, 40%, 80% , volume pemberian 2 ml peroral dan subjek yang digunakan adalah kulit delima (Punica granatum L.).

Terdapat banyak penelitian tentang ekstrak etanol biji delima merah (Punica

granatum L.) maupun penelitian tentang waktu perdarahan, tetapi belum ada

penelitian untuk meneliti tentang ekstrak etanol biji delima merah (Punica granatum L.) 40% terhadap waktu perdarahan.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol biji delima merah (Punica

granatum L) 40% terhadap waktu perdarahan pada tikus (Rattus novergicus) strain

wistar.

E. Manfaat Penelitian 1. Untuk peneliti :

a. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol biji delima merah (Punica granatum L) 40% terhadap waktu perdarahan pada tikus (Rattus novergicus) strain wistar. 2. Untuk masyarakat :

a. Masyarakat dapat membudidayakan tanaman delima merah (Punica granatum L).

(7)

b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan bahan alami yang mudah didapat, murah dan aman seperti biji delima merah dalam mempercepat waktu perdarahan

3. Untuk ilmu pengetahuan:

a. Menambah informasi kepada praktisi kesehatan dan akademisi mengenai pengaruh ekstrak etanol biji delima merah (Punica granatum L) terhadap waktu perdarahan pada tikus (Rattus novergicus) strain wistar.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi melepaskan diri/jalan keluar pada komunikasi dalam kepariwisataan di Kota Bukittinggi dapat diamati ketika wisatawan dengan asyiknya memperhatikan setiap

Freedom House 2012 menilai Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki sistem terkuat dalam perlindungan hukum bagi kebebasan pers. Kebebasan pers dan

causality relationship between two series, Johansen’s co -integration test is used for pinpointing long-run relationships among stock markets under study.. Johansen uses

Bagaimanapun juga matematika adalah bagian dari ilmu pengetahuan, seperti ahli matematika yang merupakan bagian masyarakat, dan tidak ada dasar moral untuk

Di Kabupaten Karo Usahatani Sayuran Kubis Pengaplikasian Pestisida Sikap Petani -Lama Pendidikan -Lama Berusahatani -Luas Lahan Faktor Yang Mempengaruhi Upaya menanggulangi

Pembiayaan kegiatan penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan / atau sumber lain yang sah

Berdasarkan skripsi Darwanto dengan judul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis Frontier)” Dari hasil analisis data yang telah berhasil diolah

Xenobiotik berupa As (arsen) apabila terdapat pada urin dalam waktu yang lama dapat menyebabkan anemia..2.