FRAUD IT FRAUD IT
1.
1. KesKesengengajaajaan an atatas as salsalah ah perpernynyataan terhaataan terhadap suatdap suatu u kebkebenaenaran atau ran atau keakeadadaan an yanyangg disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuata
melakukan perbuatan n atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahanatau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.
merupakan suatu kejahatan. 2.
2. penypenyajian yanajian yang salah/kg salah/keliru (salaeliru (salah pernyah pernyataantaan) yang secara ce) yang secara cerobohroboh/tan/tanpa perhitupa perhitunganngan da
dan n tatanpnpa a dadapapat t didipepercrcayaya a kekebebenanararannnnya ya beberarakikibabat t dadapat pat memempmpenengagaruruhi hi atatauau menyeba
menyebabkan orang lbkan orang lain bertindak atau ain bertindak atau berbuat.berbuat. 3.
3. SuaSuatu tu kekerugrugian yang timbuian yang timbul l sebsebagaagai i akakibaibat t dikdiketaetahui ketehui keterangan atau penyrangan atau penyajiaajian n yanyangg sa
salalah h (s(salalah ah pepernrnyayatataanan), ), pepenynyemembubunynyian ian fafaktkta a mamateteriarial, l, atatau au pepenynyajajiaian n yayangng ceroboh/tan
ceroboh/tanpa perhitungan yang pa perhitungan yang mempengamempengaruhi orang ruhi orang lain untuk lain untuk berbuat atau bertindakberbuat atau bertindak yang merugikannya.
yang merugikannya.
Unsur-unsur Fraud (Kecurangan)
Unsur-unsur Fraud (Kecurangan)
Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (Kecurangan) di atas, maka tergambarkan bahwa
Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (Kecurangan) di atas, maka tergambarkan bahwa
yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat dilihat pada
yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat dilihat pada
beberapa kategori kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
beberapa kategori kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
(keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak
(keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak
terjadi) adalah:
terjadi) adalah:
•
•
Harus terdapat salah pernyataan (
Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation
misrepresentation);
);
••
dari suatu masa lampau (
dari suatu masa lampau (
past
past
) atau sekarang (
) atau sekarang (
prese
present
nt
);
);
••
fakta bersifat material (
fakta bersifat material (material fact
material fact
);
);
••
dil
dilaku
akukan
kan sec
secara
ara sen
sengaj
gaja
a ata
atau
u tan
tanpa
pa per
perhitu
hitunga
ngan
n (
(make
make-know
-knowingly
ingly or
or
recklessly
recklessly
);
);
••
dengan maksud (
dengan maksud (intent
intent
) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
••
Pih
Pihak
ak yan
yang
g dir
dirugi
ugikan
kan har
harus
us be
berak
raksi
si (
(acted
acted
)
) terha
terhadap
dap salah pernyata
salah pernyataan
an
tersebut (
tersebut (misrepresentation
misrepresentation);
);
••
yang merugikannya (
yang merugikannya (detriment
detriment
).Kecurangan disini juga termasuk (namun
).Kecurangan disini juga termasuk (namun
tidak
tidak terb
terbatas
atas pada)
pada) mani
manipulasi,
pulasi, peny
penyalahgu
alahgunaan
naan jabat
jabatan,
an, peng
penggelap
gelapan
an
pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh
pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh
s
se
es
se
eo
or
ra
an
ng
g
y
ya
an
ng
g
d
da
ap
pa
at
t
m
me
en
ng
ga
ak
kiib
ba
attk
ka
an
n
ke
k
er
ru
ug
giia
an
n
b
ba
ag
gii
organisasi/perusahaan.
organisasi/perusahaan.
Klasifikasi
Klasifikasi
Fraud
Fraud
(Kecurangan)
(Kecurangan)
The Association of
The Association of Cert
Certified Fraud
ified Fraud Exam
Examiners (ACFE)
iners (ACFE)
atau
atau Asosia
Asosiasi
si Peme
Pemeriksa
riksa
Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang
Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang
pe
peme
meri
riks
ksaa
aan
n at
atas
as ke
kecur
curan
anga
gan
n ya
yang
ng be
berk
rked
edud
uduk
ukan
an di
di Am
Amer
erik
ika
a Se
Seri
rika
kat
t da
dan
n
m
me
em
mp
pu
un
ny
ya
ai
i
ttu
ujju
ua
an
n
u
un
nttu
uk
k
me
m
em
mb
be
er
ra
an
ntta
as
s
k
ke
ec
cu
ur
ra
an
ng
ga
an
n,,
mengklasifikasikan
mengklasifikasikan
fraud
fraud (kec
(kecuranga
urangan)
n) dalam beberap
dalam beberapa
a klasif
klasifikasi,
ikasi, dan
dan diken
dikenal
al
den
dengan
gan ist
istila
ilah
h “
“Fra
Fraud
ud Tre
Tree
e”
” yai
yaitu
tu Sis
Sistem
tem Kla
Klasif
sifika
ikasi
si Me
Menge
ngenai
nai Ha
Hal-h
l-hal
al Yan
Yang
g
Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (
Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud Classification
Uniform Occupational Fraud Classification
System
System), dengan bagan sebagai berikut :
), dengan bagan sebagai berikut :
Dari bagan
Dari bagan
Uniform Occupational Fraud Classification System
Uniform Occupational Fraud Classification System
tersebut, The ACFE
tersebut, The ACFE
membagi
membagi
Fraud
Fraud (Ke
(Kecur
curang
angan)
an) dal
dalam
am 3
3 (ti
(tiga)
ga) jen
jenis
is ata
atau
u tip
tipolog
ologi
i ber
berdas
dasark
arkan
an
perbuatan yaitu:
1.
Penyimpangan atas asset (
Asset Misappropriation); Asset
misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentukfraud yang paling
mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung
(defined value).
2.
Pernyataan palsu atau salah pernyataan (
Fraudulent
Statement
);
Fraudulent statement
meliputi tindakan yang dilakukan oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk
menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa
keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya
untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan
istilah
window dressing.
3.
Korupsi (Corruption). Jenis
fraud ini yang paling sulit dideteksi karena
menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di
mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang
kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga factor integritasnya masih
dipertanyakan.
Fraud
jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para
pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (
simbiosis mutualisma).
Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik
kepentingan (conflict of interest
), penyuapan (bribery
), penerimaan yang
tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi
(economicextortion). Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi
tipologi
fraud
yaitu
cybercrime. Ini jenis
fraud yang paling canggih dan
dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu
dimiliki oleh pihak lain.Cybercrime juga akan menjadi jenis
fraud yang
paling ditakuti di masa depan di mana teknologi berkembang dengan
pesat dan canggih.
Selain itu, pengklasifikasian,
fraud (kecurangan) dapat dilakukan dilihat dari
beberapa sisi, yaitu :
1. Berdasarkan pencatatan
Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori:
•
Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi
pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open
on-thebooks,lebih mudah untuk ditemukan)
•
Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara
catatan akuntansi yang valid, seperti:
kickback (fraud hidden on
the-books)
•
Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat
dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”,
seperti: pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah
dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books,
paling sulit untuk
ditemukan).
2. Berdasarkan frekuensi
Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi terjadinya:
•
Tidak berulang (non-repeating fraud
). Dalam kecurangan yang tidak
berulang, tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali — pada
dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh
adanya pelaku setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan karyawan
memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang
tidak benar).
•
Berulang (
repeating fraud
). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang
menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi/diawali sekali saja.
Selanjutnya kecurangan terjadi terus-menerus sampai dihentikan.
Misalnya, cek pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis
tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus
berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya.
3. Berdasarkan konspirasi
Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau kolusi, tidak
terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya kecurangan
terjadi
karena
adanya
konspirasi,
baik
bona
fide
maupun
pseudo
.
Dalam
bona fide conspiracy
, semua pihak sadar akan adanya kecurangan;
sedangkan dalam
pseudo conspiracy,
ada pihak-pihak yang tidak mengetahui
terjadinya kecurangan.
4. Berdasarkan keunikan
Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kecurangan khusus (
specialized fraud
), yang terjadi secara unik pada orang
yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh:
(1) pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga keuangan,
seperti: bank, dana pensiun, reksa dana (disebut juga
custodial fraud
)
(2) klaim asuransi yang tidak benar.
b. Kecurangan umum (
garden varieties of fraud
) yang semua orang mungkin
hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misal:
kickback,
penetapan harga
yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan
yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai,
pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar.
Faktor Pemicu
Fraud
(Kecurangan)
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang
disebut juga dengan teori
GONE
, yaitu:
1.
Greed
(keserakahan)
2.
Opportunity
(kesempatan)
3.Need
(kebutuhan)
4.
Exposure
(pengungkapan)
Faktor
Greed
dan
Need
merupakan faktor yang berhubungan dengan individu
pelaku
kecurangan
(disebut
juga
faktor
individual).
Sedangkan
faktor
Opportunity
dan
Exposure
merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum).
1. Faktor generik
•
Kesempatan (
opportunity
) untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan
ada yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum
manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk melakukan kecurangan daripada karyawan.
•
Pengungkapan (
exposure
) suatu kecurangan belum menjamin tidak
terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun
oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan
seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.
2. Faktor individu
Faktor ini melekat pada diri seseorang dan dibagi dalam dua kategori:
1.
Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (
greed
).Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan untuk mengurangi risiko tersebut adalah:
•
Misi/tujuan organisasi/perusahaan, ditetapkan dan dicapai dengan
melibatkan seluruh pihak (manajemen dan karyawan);
•
Aturan perilaku pegawai, dikaitkan dengan lingkungan dan budaya
organisasi/perusahaan;
•
Gaya manajemen, memberikan contoh bekerja sesuai dengan misi dan
aturan perilaku yang ditetapkan organisasi/perusahaan;
•
Praktik penerimaan pegawai, dicegah diterimanya karyawan yang
bermoral tidak baik.
2.
Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (
need
), yang lebih
cenderung
berhubungan
dengan
pandangan/pikiran
dan
keperluan
pegawai/pejabat
yang
terkait
dengan
aset
yang
dimiliki
perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan (
pressure
)
yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai
motif untuk melakukan kecurangan.
Beberapa kemungkinan keterlibatan dalam kecurangan:
•
Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan, misalnya:
memperlakukan pegawai secara tidak wajar, berkomunikasi secara
tertutup, dantidak adanya mekanisme untuk menyampaikan setiap
keluhan.
•
Sistem pengukuran kinerja dan penghargaan, yang tidak wajar sehingga
karyawan merasa tidak diperlakukan secara adil.
•
Tidak adanya bantuan konsultasi pegawai, untuk mengetahui masalah
secara dini.
•
Proses penerimaan karyawan yang tidak fair;
•
Kecerobohan atau tidak hati-hati, mengingat motivasi seseorang tidak
dapat diamati mata telanjang, sebaliknya produk motivasi tersebut tidak
dapat disembunyikan.
Gejala Adanya
Fraud
Fraud
(Kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit
ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu,
perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun
gejala tersebut adalah :
1. Gejala kecurangan pada manajemen
•
Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
•dari suatu masa lampau (
past
) atau sekarang (
present
);
•fakta bersifat material (material fact
);
•
dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly
);
•
dengan maksud (intent
) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
•
Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted
) terhadap salah pernyataan
tersebut (misrepresentation)
•
yang merugikannya (detriment
).
•
Kecurangan disini juga termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi,
penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan
tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.
2. Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai
•
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
•
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
•
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
•
Penghancuran,
penghilangan,
pengrusakan
dokumen
pendukung
pembayaran
•
Kekurangan barang yang diterima
•Kemahalan harga barang yang dibeli
•Faktur ganda
•
Penggantian mutu barang.
ipologi FraudAssociation of Certified Fraud Examiners (“ACFE”)di Amerika serikat menyusun peta mengenaifraud . Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama darifraud treeini adalahCorruption, Asset misappropriationdanfraudulent statement . Turunannya lebih jauh dapat dilihat dalam gambar dibawah.
Ada enam ranting yang muncul dari cabangcorruption. Bandingkan ini dengan 30 (tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi dalam ketentutan perundang-undangan Indonesia. Cabang kedua adalah Asset Misappropriationyang dapat diartikan secara bebas sebagai penjarahan kekayaan perusahaan atau lembaga. Kita bisa membayangkan banyaknya jenisfraud dalam cabang ini, mulai dari pencurian uang secara terbuka (larceny ), pencurian dan penyalahgunaan (misuse) harta lembaga, sampai padalarceny secara tidak langsung (rekening bank atas nama pejabat). Cabang ketiga (Fraudulent Statement ) merupakanfraud yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara akuntansi sepertiearning managemendan, windows dressing . Kausus Enron merupakan contoh nyata dari tipeFraud ini.
Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologifraud yaitucybercrime. Ini jenisfraud yang paling canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain.Cybercrime juga akan menjadi jenisfraud yang paling ditakuti di masa depan dimana teknologi berkembang dengan pesat dan canggih.
Motivasi Melakukan Fraud
Pada umumnyafraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu: 1. Insentif atau tekanan untuk melakukanfraud
2. Peluang untuk melakuaknfraud
3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakanfraud .
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitigafraud (Fraud Triangle) berikut:
Opportunity biasa nya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di organisasi tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukanfraud .
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka mencari kesempatan melakukan fraud, beberapa contoh pressuredapat timbul karena masalah keuangan pribadi, Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak realistis.
Rationalizationterjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang mengandungfraud . Pada umumnya para pelakufraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk melakukanfraud karena merasa rekan kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakanfraud tersebut.
Faktor PemicuFraud
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut juga dengan teoriGONE ,
yaituGreed (keserakahan),Opportunity (kesempatan),Need (kebutuhan),Exposure (pengungkapan).
Faktor Greed danNeed merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity danExposuremerupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).
- Kesempatan (opportunity ) untuk melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan.Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan.Namun, ada yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kecurangan daripada karyawan;
- Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.
2. Faktor individu
- Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed ).
- Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need ), yang lebih cenderung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan ( pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.
Gejala AdanyaFraud
Fraud (Kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut adalah:
1. Gejala kecurangan pada manajemen
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak; Moral dan motivasi karyawan rendah;
Departemen akuntansi kekurangan staf;
Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok, atau
badan otoritas;
Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi;
Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat;
Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama; Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan;
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.
2. Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan t anpa perincian/penjelasan
pendukung;
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung;
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar;
Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran; Kekurangan barang yang diterima;
Kemahalan harga barang yang dibeli; Faktur ganda;
Penggantian mutu barang. Perilaku PelakuFraud
Berikut merupakan beberapa perilaku seseorang yang harus menjadi perhatian karena dapat merupakan indikasi adanya kecurangan yang dilakukan orang tersebut, yaitu:
Perubahan perilaku secara signifikan, seperti:easy going , tidak seperti biasanya, gaya hidup mewah,
mobil atau pakaian mahal;
Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau t empat kerja; Penjudi berat;
Peminum berat; Sedang dililit utang;
Temuan audit atas kekeliruan (error ) atau ketidakberesan (irregularities) dianggap tidak material ketika
ditemukan;
Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering bekerja sendiri.
Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Negara
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan Century Gate. Kedua kasus ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menggunakan dana talangan yang diberikan pemerintah yang seharusnya untuk menyelamatkan kondisi modal perbankan namun dana tersebut oleh manajemen malah diselewengkan untuk kepentingan pribadi atau bisnisnya yang lain.
Pengadaan Barang dan Jasa.Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo pada Kongres ISEI 1993 memperkirakan kebocoran keungan Negara sekitar 30% dari pengadaan barang dan jasa. Kerugian ini bervariasi dari department ke department sampai ke tingkat pemerintah daerah. JIka dilakukan penelitian untuk tahun-tahun sekarang ini kemungkinan persentasenya akan lebih besar lagi, karena otonomi daerah membawa dampak adanya raja-raja kecil di daerah yang menuntut bagian proyek pengadaan barang dan jasa.
Penyediaan Barang dan Jasa Publik. Teorinya pubic goodsdisediakan untuk masyarakat luas, tanpa diskriminasi. Namun, berbagai faktor memberi peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk menikmati public goodsseolah-olah itu merupakan private goodsbagi mereka. Contohnya saja jasa keamanan yang merupakan public goodsyang disediakan TNI/Polri dapat dinikmati oleh orang atau perusahaan yang membayar harga yang tepat. Demikian pula dengan kendaraan, rumah dinas, dll yang diakui sepihak menjadi hak milik pejabat sebelumnya.
Peran Multinational Corporation (MNC).Potensifraud yang melibatkan perusahaan atau pengusaha asing biasanya terletak pada perizinan usaha pertambangan dan energi yang bisanya diperoleh dengan cara-cara penyuapan. Apalagi pemerintah menerapkan production sharing atas lokasi-lokasi pertambangan di tanah air yang sangat rentan diselewengkan oleh para operator pertambangan.
Fraud pada Penerimaan Negara. Sebenarnya volumefraud yang paling besar bukan terletak pada sisi pengeluaran tetapi justru pada penerimaan Negara, tengok saja kasus Bahasim dan Gayus Tambunan yang meraup kekayaan besar dalam waktu singkat hanya dengna menyelewengkan prosedur perpajakan, atau membantu mengurangi jumlah pajak kiennya. Di pemerintah daerah kasusnya lebih bergam lagi, mulai dari pemetongan sekian persen dari pencairan anggaran, sampai setoran penerimaan yang banyak dipotong untuk peruntukan yang tidak jelas.
Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
Dalam mencegah dan mendeteksi serta menanganifraud sebenarnya ada beberapa pihak yang terkait: yaitu akuntan (baik sebagai auditor internal, auditor eksternal, atau auditor forensik) dan manajemen perusahaan. Peran dan tanggung jawab msaing-masing pihak ini dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang dinamakanFraud Deterrence Cycleatau siklus pencegahanfraud seperti gambar dibawah ini.
Corporate Governancedilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinyafraud .Corporate governancemeliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
Transaction Level Control Processyang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
Retrospective Examinationyang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk mendeteksifraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
Investigation and Remediationyang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalanfraud , tanpa memandang apakahfraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan aset.
Mengapa Pencegahan?
Keberhasilan kegiatan memerangifraud , setelah korupsi terjadi adalah suatu ironi tersendiri dalam upaya penanggualanfraud karena semakin banyak mendeteksi dan menyelesaikan kasus berindikasifraud , bukan merupakan kondisi umum yang dikehendaki masyarakat, sebab pada dasarnya kejadianfraud bukanlah kejadian yang dikehendaki masyarakat.
Pencegahanfraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada diobati. Jika menunggu terjadinyafraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelakufraud tersebut. Dan bilafraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak dini.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang didalamnya terdapattrust and openness, mencegah benturan kepentingan,confidential disclosure agreement dancorporate security contract . (2) Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control dan sistemrewards and recognition. (3) membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandungcontrol self sssessment , internal auditor dan eksternal auditor
Peran Internal Auditor
Pendeteksian fraud oleh auditor internal merupakan salah satu peran dari kegiataninternal auditing yang dijalankan dalam organisasi. Standards No. 1210.A2 menyatakan sebagai berikut:“The internal auditor should
have sufficient knowledge to identify the indicators of fraud but is not expected to hace the expertise of a person whose primary responsibility is detecting and investigating fraud”.
Merujuk pada standar profesi diatas,auditor internal diharuskan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasifraud dalam organisasi. Pengetahuan yang harus harus dimilikiauditor internal termasuk pula pengetahuan mengenai karakteristikfraud , teknik-teknik yang digunakan dalam melakukanfraud , dan jenis-jenisfraud yang mungkin terjadi pada berbagai proses bisnis.
Auditor internal bertanggung jawab dalam mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi sedini mungkin, sebelum memebawa dampak yang lebih buruk pada organisasi. Pendeteksian tersebut dapat dilakukan pada saatmenjalankan kegiataninternal auditing . Pada saat melakukan audit, auditor internal dapat memfokuskan diri pada area-area yang memeiliki risiko tinggi terjadinya fraud seperti transaski kas, rekonsiliasi bank, proses pengadaan, penjualan, dll.
Jika auditor internal menemukan suatu indikasi terjadinyafraud dalam organisasi,auditor internal harus melaporkannya kepada pihak-pihak terkait dalam organsiasi tersebut, sepertiaudit committee. Auditor internal dapat memberikan rekomendasi dilakukannya investigasi yang diperlukan untuk menyelidikifraud tersebut. Dalam sektor publik. Auditor internal dapat dilakukan oleh inspektorat di masing-masing department dan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (“BPKP”) berdasarkan permintaan dari pemerintah. Teknis dan proses auditnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan di sektor swasta.
Peran Eksternal Auditor
Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya seorang auditor eksternal dibatasi oleh standar-standar auditing yang berlaku. Tanggung jawab auditor sehubungan dengan fraud dijelaskan secara umum dalam SA seksi 110 – Tanggung jawab dan fungsi auditor independen paragraph 02: “Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan”.
Tanggung jawab auditor dalam mendeteksifraud tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam SA seksi 316 – pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan. Berdasarkan SA Seksi 316 tersebut, auditor harus secara khusus menaksir risiko salah saji material dalam laoran keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus memperhatikan taksiran risiko ini dalam mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan. Prosedur audit mungkin berubah apabila terjadifraud .
Selanjutnya dalam SA Seksi 317 – Unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien, dijelaskan bahwa apabila terjadi unsur tindakan pelanggaran hukum (termasukfraud ) maka auditor akan mengumpulkan informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya pelanggaran dan dampak potensialnya terhadap laporan keuangan. Apabila dibutuhkan auditor dapat berkonsultasi dengan penasehat hukum dan melakukan prosedur audit tambahan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sifat pelanggaran yang terjadi. Terungkapanyafraud , yang berrdampak pada denda dan kerugian, harus diungkapakan dalam catatan atas laporan keungan. Lebih jauh lagi, bilafraud yang terjadi sangat material dan bisa mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, maka
auditor tidak dapat memberikan opini “wajar t anpa pengecualian”.
Pada sektor public, yang menjadi auditor eksternal adalah Badan Pemerika keuangan (“BPK”) berdasarkan UU No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan t anggung jawab keuangan Negara. Dalam UU ini diatur bahwa BPK melaksanakan pemeriksaaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keungan Negara. Pemeriksaan tersebut terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Kebijakan Anti Fraud
Beberapa Perusahaan besar telah menyadari bahaya besar akibatfraud , mereka telah melakukan perencanaan sedini mungkin terhadap pencegahanfraud ini. Tengok saja Telkom Grup dan Astra Grup, kedua Perusahaan ini telah mengantisipasifraud yang diwujudkan dalam kebijakan antifraud yang diterapkan di dalam peruashaan.
Grup Astra memberikan perhatian yang demikian besar dalam pengembangan praktekGood Corporate Governance(GCG) dengan standar tinggi. Beberapa paket kebijakan telah dibuat untuk mendukung GCG diseluruh Astra Grup yang dimonitor oleh Komite Audit, Komite Renumerasi dan Nominasi, Komite Eksekutif, kelompok Manajemen Resiko dan Departemen Audit Internal.
Untuk memberikan petunjuk yang jelas dan bagaimana karyawan melaksanakan tugas-tugasnya, Grup Astra telah membuat buku pedoman yang komprehensif, yaitu “Pedoman Etika Bisnis dan kerja”, yang mencakup semua aspek dalam berhubungan dengan pihak ketiga dan masyarakat luas secara bertanggung jawab dan professional. Selain itu Astra juga mengeluarkan pedoman lainnya untuk memberikan kepastian danassurancebahwa seluruh aktivitas telah menerapkan pola yang sesuai dengan GCG, pedoman-pedoamn itu yaitu: pedoman sistem audit dan manajemen risiko, pedoman benturan kepentingan, peraturan mengenai informasi orang dalam, pedoman kewajiban sosial perusahaan, pedoman manajemen sumber daya manausia, pedoman direksi dan komisaris Astra, kebijakan pelaporan atas pelanggaran etika, kebijakan atas penyampaian laporan tahunan dan kebijakan t ransaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
2. Telkom Group
Sebagai perusahan publik yang juga melantai di bursa internasional (NYSE dan LSE) Telkom berupaya mewujudkan tata kelola perusahaan yang bersih sebagai mana tuntutan dari aturanSarbanes Oxley Act (SOA) yang dianut Telkom Grup. Telkom secara berkala terus mengeluarkan berbagai program yang memastikan kesempatan berbuat curang (fraud ) itu tertutup. Didalam program antifraud tersebut terdapatcode of ethics,whistleblower policy ,organization structuredanHuman Resource Policy .
Programwhistleblower yang diterapkan Telkom dimaksudkan untuk menciptakan sebuah sistem yang memungkinkan perusahaan dapat melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan atau indikasi adanya fraud, dengan begitu Telkom dapat secara lebih awal melakukan langkah-langkah koreksi dan mitigasi yang diperlukan untuk mengamankanasset , reputasi dan risiko kerugian yang mungkin timbul.
Selain itu Telkom juga menerapkanEnterprise Risk Management (ERM) yang disusun oleh COSO. Beberapa kebijakan yang dilakukan Telkom terkait penerapan ERM ini antara lain: (1) peningkatan kebijakan melalui evaluasi, perbaikan, peningkatan, distribusi dan kebijakan internal untuk mendukung pengelolaan resiko; (2) Peningkatan pemahaman proses bisnis yang efektif melalui penyederhanaan atau penghapusan proses bisnis yang kurang efektif; (3) pelaksanaan pengkajian risiko dan langkah mitigasi yang meliputi inisiatif startegis, RKAP, dan evaluasi diri atas pengendalian risiko seluruh unit; (4) perlindungan asset melalui penyediaan informasi yang memadai dan akurat hingga menciptakan efektifitas dan efisiensi proses bisnis serta kepatuhan terhadap peraturan.
Referensi
Arif Arryman dkk, Mengupas Benang Kusut, Merajut Masa Depan. – Transformasi Tata Kelola
Pelaporan Keuangan Telkom Pasca SOA, 2010
Association of Certified Fraud Examiners,www.acfe.com
Economics Business & Accounting Review, volume II nomor 1 , 2007 International Standards of Auditing
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), standar professional akuntan public The institute of Internal Auditor, www.iia.com