• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PER SEKTOR BAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK PER SEKTOR BAB"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

6.1.

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1.

ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan dokumen SPPIP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan

permukiman Kabupaten Serang yang mendesak ditangani antara lain:

Lingkungan Permukiman Kumuh

Permasalahan perumahan dan permukiman yang mendesak adalah keberadaan

beberapa lokasi permukiman kumuh di permukiman padat dan pusat kota seperti

Kecamatan Cikande-Kecamatan Pontang-Kecamatan Kibin. Permukiman kumuh di

sekitar sungai maupun saluran drainase yang cenderung tidak teratur dan

menutup akses publik ke arah sungai seperti pada Kecamatan Pontang-Kecamatan

Kibin.

Di kawasan-kawasan tersebut, tingkat kepadatan penduduk tinggi, begitu pula

lokasi-lokasi permukiman kumuh yang berhasil diidentifikasi. Kekumuhan ini

terkait dengan kegiatan utama perdagangan jasa disekitar kawasan permukiman

yang merupakan magnet penduduk untuk bermukim di kawasan tersebut.

Bangunan rumah yang ditempati tidak jarang merupakan rumah sewa dimana

mata pencahariannya kadang tidak menentu hasilnya, sehingga menjaga

lingkungan permukiman bukan merupakan suatu prioritas bagi mereka.

Program-program penataan kualitas lingkungan dapat diarahkan pada

lokasi-lokasi prioritas tersebut. Namun demikian, yang tak kalah penting adalah

bagaimana mengupayakan peningkatan kualitas hidup warga permukiman kumuh

ASPEK PER

(2)

tersebut, khususnya yang terkait dengan peningkatan kondisi perekonomian

secara berkelanjutan tanpa mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap

dana-dana bantuan. Peningkatan perekonomian akan meningkatkan pula kualitas

hidup yang pada akhirnya akan mengarah pada upaya menjaga kualitas

lingkungan warga.

Rendahnya Kemampuan Masyarakat dalam Pemenuhan Rumah

Pemerintah Kabupaten Serang bersama-sama dengan stakeholder terkait – pihak

pengembang – selama ini telah melakukan berbagai upaya penanganan

penyediaan perumahan. Meskipun demikian pada kenyataannya tingkat

pemenuhan kebutuhan perumahan belum sepenuhnya terpenuhi.

Seringkali program terkait penyediaan perumahan masih sebatas pada

pembangunan perumahan / permukiman baru. Sementara masyarakat yang

berpenghasilan rendah dan tidak tetap – umumnya bermukiman di lingkungan

kurang layak huni (kampung kota) – belum tersentuh bantuan pemerintah secara

memadai. Meskipun demikian, keberadaan permukiman-permukiman kelompok

masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap dalam bentuk kampung kota

merupakan bukti bahwa mereka pun mampu mewujudkan rumahnya sesuai

dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.

Penurunan Kualitas Lingkungan Permukiman

Permasalahan yang perlu diantisipasi terkait perumahan dan permukiman di

Kabupaten Serang adalah penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di Kawasan

Permukiman Pendukung Kegiatan Home Industri , terutama di kawasan-kawasan

yang dekat dengan pusat kegiatan seperti di Kawasan Gobras yaitu Kelurahan

Sukahurip-Mulyasari.

Permukiman Pendukung Kegiatan Home Industri yang sekaligus berfungsi

sebagai workshop dan showroom di tepi jalan di pusat kegiatan yang

peruntukannya tidak saling menunjang dan tidak sesuai dengan fungsi kawasan

(3)

6.1.2.

KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah

wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman

yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai hal

tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat Kota

(meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun

peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,

pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Tabel-6.2:

Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya terkait Pengembangan Permukiman

No

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya Keterangan

No. Peraturan Perihal Tahun

1. No. 5 RTRW Kabupaten

Serang 2012

Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada

hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang sehat

dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya.

Kondisi permukiman perkotaan di Kabupaten Serang sangat erat dengan pesatnya

pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan,

hotel dan restoran serta sektor jasa meningkatkan daya tarik bagi para penduduk di

kabupaten Serang, sehingga kebutuhan perumahan juga akan semakin meningkat.

Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan

membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga

(4)

6.1.2.1PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan pembangunan permukiman diindikasikan menjadi beberapa kawasan

permukiman. Kawasan-kawasan tersebut perlu diprioritaskan didasarkan pada

hasil-hasil telaah antara lain: Kebijakan Pembangunan dan Penataan Ruang Kota;

Karakteristik Permukiman dan Kondisi Infrastruktur Perkotaan, dan Arah

Pengembangan Kota.

Berdasarkan hasil kajian Kebijakan Perencanaan Pembangunan dan Perencanaan

Penataan Ruang Kabupaten Serang , hasil pemetaan potensi dan permasalahan

pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Serang , serta

hasil identifikasi peta RTRW dan hasil survey lapangan, maka kawasan permukiman

di Kabupaten Serang terbagi kedalam enam tipologi besar, yaitu sebagai berikut :

 Kawasan permukiman padat perkotaan

 Kawasanpadat perdagangan dan jasa

 Kawasan permukiman pendukung kegiatan pangan pertanian (agribisnis)

 Kawasan permukiman pendukung kegiatan minapolitan

 Kawasan permukiman berbasis home industri

 Kawasan pengembangan permukiman baru

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Serang

dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek

peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman.

Kabupaten Serang

6.1.3

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota yang sangat

pesat di pusat kota dan diperdagangan, maka diprioritaskan selama 5 tahun ke depan

pemerintah Kabupaten Serang dapat memecahkan permukiman padat di pusat

perkotaan dan di pusat perdagangan, dengan mengembangkan pembagunan vertikal

di wilayah padat penduduk, dan/atau mengembangkan kawasan permukiman baru di

(5)

A. Permukiman kumuh dan Ilegal (Slum dan Squater)

Permukiman kumuh dan illegal di Kabupaten Serang berkembang disekitar

pusat perdagangan (komersiall) serta berkembang ke daerah bantaran sungai, akibat

dari lahan permukiman di pusat kota terbatas sedangkan jumlah penduduk yang

membutuhkan hunian terus meningkat. Permukiman kumuh dan illegal (Slum dan

Squater) di Kabupaten Serang , seringkali terlihat di kawasan permukiman di

perkotaan, dan pusat perdagangan dan jasa. Berikut indentifikasi kawasan

permukiman padat perkotaan dan kawasan padat pusat perdagangan dan jasa:

B. Kompleksitas Permasalahan Permukiman di Kabupaten Serang

Perkembangan Kabupaten Serang cukup pesat diiringi dengan tingginya

tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota, tidak terkecuali dengan

perumahan dan permukiman. Selain itu sebaran penduduk yang tidak merata, dilihat

dari kepadatan penduduk yang tidak sama dengan per-wilayah.

6.2

Usulan Pembangunan Permukiman

6.2.1

Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

A. Air Minum

Pelayanan air bersih Kabupaten Serang akan terdiri atas system perpipaan dan

system non perpipaan. System perpipaan direncanakan dalam jangka panjang akan

melayani sampai 80% kebutuhan penduduk dan sisanya non perpipaan. Sistem

perpipaan di Kabupaten Serang dikelola oleh PDAM .

Belum semua kecamatan terlayani oleh jaringan perpipaan PDAM. Kecamatan yang

sudah terlayani sebanyak 16 Kecamatan antara lain : Kecamatan Kramatwatu,

Bojonegara, Pulo Ampel, Anyer, Mancak, Padarincang, Pamarayan, Ciomas, Baros,

Ciruas, Pontang, Kragilan, Carenang, Tirtayasa, Cikande, Kibin. Tetapi belum seluruh

desa di kecamatan tersebut terlayani jaringan perpipaan PDAM, baru sekitar 11 %

(6)

B. Air Limbah

Arah Pembangunan sektor Air Limbah Sampai Tahun 2015

a. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan pada

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui

penyusunan rencana induk sistem Air Limbah Kabupaten Serang

b. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan pada

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui

peningkatan cakupan dan kualitas pengelolaan Limbah Cair

c. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan pada

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui

konservasi lingkungan akibat pencemaran limbah cair

d. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan untuk

meningkatkan fasilitasi penyehatan lingkungan perumahan dan

pemberdayaan komunitas perumahan

e. Kebijakan dalam urusan lingkungan hidup diarahkan pada mengendalikan

pencemaran dan pengrusakan sumber daya air dan lingkungan hidup

f. Kebijakan dalam urusan penataan ruang diarahkan pada meningkatkan

keterlibatan para pelaksana pembangunan dalam rencana pemanfaatan tata

ruang sebagai dasar pelaksanaan pembangunan limbah cair

C. Sampah

Arah Pembangunan sektor Persampahan Sampai tahun 2015

a. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan pada

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui

penyusunan rencana induk sistem persampahan Kabupaten Serang

b. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan pada

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui

peningkatan cakupan dan kualitas pengelolaan persampahan

c. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan pada

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui

(7)

d. Kebijakan dalam urusan Tata Ruang dan Bangunan diarahkan untuk

meningkatkan fasilitasi penyehatan lingkungan perumahan dan

pemberdayaan komunitas perumahan

e. Kebijakan dalam urusan penataan ruang diarahkan pada meningkatkan

keterlibatan para pelaksana pembangunan dalam rencana pemanfaatan tata

ruang sebagai dasar pelaksanaan pembangunan sanitasi

f. Mengoptimalkan potensi hubungan kerjasama antar daerah dalam

memanfaatkan sumber daya alam untuk peningkatan pelayanan publik.

6.2.2 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara

kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan.

Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan

kriteria kesiapan daerah.

a. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Dalam penataan bangunan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara

lain:

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan

kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan

bencana.

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi

dan kurang mendapat perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta

rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan

(8)

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan

baik.

3. Tantangan Penataan Bangunan

 Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan

Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

UUGB, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.

Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan

Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan

lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung

merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan

Gedung Negara dan Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman menggarisbawahi bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah)

yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan

responsive.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan

secara komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses Pemberdayaan

Masyarakat sesuai siklus P2KP.

i. KONDISI EKSISTING PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran

mengenai peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan

penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam

pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

ii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Dalam penataan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan,

(9)

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan  Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Serang .

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan

bersejarah yang memiliki potensi wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk

mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan

lain-lain kurang diperhatikan.

2. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan  Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran

masyarakat.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan

penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.

3. Tantangan Penataan Lingkungan

 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun

2015, 200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua

Kabupaten/Kota bebas Kumuh.

Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten

Serang dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan,

aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang

meliputi kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan

bangunan gedung dan rumah negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam

penanggulangan kemiskinan.

iii. ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan

mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan

bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.

Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan

(10)

1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran)

c. Penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah

d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

2. Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

(11)

Tabel-6.22:

Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota………

N o

Output

Loka

si Vol

Satua n

Sumber Dana Tahun

Indikator Output APBN

APBD Prov

APBD Kab/K ota

Masy Swasta CSR 1 2 3 4 5

Rincian Mur

ni

(12)

b. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

i. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia

untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis dalam

sektor pengembangan SPAM secara umum adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum

2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan

5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan

Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan untuk Kabupaten Serang isu strategis pembangunan bidang air minum,

meliputi:

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Serang melalui

peningkatan cakupan layanan air bersih

Sasaran :

 Meningkatkan cakupan layanan air bersih dari 59,70 % menjadi 80 % pada akhir tahun

2015 melalui PDAM (dari 11 % menjadi 40 % ) maupun layanan lainnya.

 Terjaganya supply air secara kualitas dan kuantitas dari sumber secara terus

menerus

 Menurunkan kehilangan air dari 29 % menjadi 20 %

 Meningkatkan kepedulian akan air bersih

c.

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

i. AIR LIMBAH

1. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

ada pada berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai

(13)

1 Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah

tangga skala kabupaten, adalah :

 Melakukan kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestik dan indistri

rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup

 Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat

(off site system) pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk

 Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah

domestik dan industri rumah tangga dengan off site system pada wilayah CBD

dan wilayah padat

2 Meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki

septik dari 38 % menjadi 69 % pada tahun 2015, adalah :

 Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemillikan jamban keluarga

untuk rumah tangga miskin

 Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya

jamban dengan tangki septik

 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder tentang

pengelolaan jamban keluarga sehat

 Meningkatkan kebutuhan pengadaan jamban keluarga sesuai standar

kesehatan

3 Meningkatnya jumlah cakupan layanan pengelolaan air limbah setempat (SLBM

dan Sanimas) dari 11 unit menjadi 51 unit di wilayah padat kumuh miskin

kabupaten di akhir tahun 2015, adalah :

 Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan MCK++ dan IPAL komunal melalui

pengorganisasian masyarakat dan kelompok

 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder pengelolaan IPAL

komunal yang ramah lingkungan

 Melakukan replikasi Sanimas pada wilayah padat penduduk, kumuh dan

miskin kabupaten

4 Peningkatan cakupan pelayanan limbah cair rumah tangga dari 0 % di tahun 2009

menjadi 50 % pada tahun 2015, adalah:

 Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik skala

(14)

 Meningkatkan kinerja operator layanan air limbah domestik skala kabupaten  Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen untuk efektivitas

layanan pengelolaan Air Limbah Domestik skala kabupaten

 Mendorong minat swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah

domestik

5 Tersedianya SPAL dari 27,45 % pada tahun 2009 menjadi 65 % pada tahun 2015,

adalah:

 Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemillikan SPAL untuk

rumah tangga miskin

 Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya

SPAL dengan bidang resapan

 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder tentang

pengelolaan SPAL sehat

 Meningkatkan kebutuhan pengadaan SPAL sesuai standar kesehatan

6 Peningkatan pengawasan terhadap penanganan limbah cair industri rumah

tangga agar tetap memenuhi baku mutu lingkungan, adalah:

 Meningkatkan penegakan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang memuat

peraturan pengelolaan air limbah domestik, perkantoran maupun indistri

rumah tangga yang memenuhi standar kesehatan.

 Membuat regulasi IPLC (Instalasi Pembuangan Limbah Cair) industri rumah

tangga sebagai panduan para pemangku kebijakan

 Menegakan sanksi dan pemberian penghargaan kepada sektor industri rumah

tangga dalam pengelolaan limbah cair

2. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

A. Aspek Teknis

Sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh

masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal

berikut:

1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:

 Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);

 Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari);

(15)

2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);

3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce, reuse,

recycle);

4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;

5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang ada;

6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,

pengolahan, pembuangan akhir);

7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat

ditampilkan dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel-6.47:

Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Persampahan Saat Ini

No Uraian Volume Keterangan

1. Cakupan Pelayanan 35%

2. Perkiraan Timbulan Sampah 1627 m3/hari

3. Timbulan Sampah Yang Terangkut

- Permukiman 381,378 m3/hari

- Non Permukiman 163,4 m3/hari

- Total 544,826 m3/hari

(16)

Tabel-6.48:

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan di Kabupaten Serang

Sistem

2. Pengumpulan a. Gerobak Sampah 3. Pengolahan a. Pengomposan

b. Daur Ulang 5. Pengolahan a. Pengomposan

b. Daur Ulang 6. TPA Ciangir 1. Pembuangan

(17)

Sistem

Dalam penanganan masalah persampahan di Kabupaten Serang , pemerintah daerah

telah mengalokasikan anggaran melalui APBD Kabupaten Serang yang dalam

pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum khususnya oleh Bidang

Kebersihan

Struktur biaya operasional bidang persampahan di Kabupaten Serang meliputi :

1. Biaya operasional pengumpulan dan penyempurnaan

2. Biaya penampungan sementara

3. Biaya pengangkutan

4. Pembuangan akhir.

C. Kelembagaan

Secara struktural, instansi yang menangani masalah pengelolaan persampahan di

Kabupaten Serang .Tugas dan kewenangan Bidang Kebersihan pada layanan

(18)

Bidang Kebersihan bertugas membantu Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan

Kebersihan dalam melaksanakan pengelolaan sampah di Kabupaten Serang mulai

dari sumber sampah sampai dengan pengelolaan sampah di TPA Cilowong.

Kewenangannya :

 Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat atas kebersihan

lingkungan.

 Melakukan sosialisasi dan fasilitasi tentang sarana pewadahan sampah yang

ideal dipakai oleh masyarakat Kabupaten Serang

 Menerima pengaduan tentang pelayanan kebersihan/persampahan dari

masyarakat

 Menerima pendaftaran dan pelayanan penyedotan kakus

 Melaksanakan memberi teguran atau sanksi kepada masyarakat yang tidak

mematuhi peraturan yang berlaku, misal tidak membayar retribusi sampah,

membakar sampah, membuang sampah sembarangan atau langsung ke badan

air / sungai.

 Merencanakan dan mengevaluasi kebutuhan sarana dan prasarana dalam

pengelolaan persampahan

 Merencanakan dan mengevaluasi kebutuhan sarana dan prasarana dalam

pelayanan penyedotan kakus.

 Sosialisasi kepada masyarakat dalam upaya peningkatan retribusi sampah  Sosialisasi dan fasilitasi kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan

sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

a. Memberi tugas kepada Pekerja Harian Lepas (PHL) untuk mengoperasikan

operator alat berat di TPA Cilowong yaitu mengoperasikan Whilloader.

b. Memberi tugas kepada Pekerja Harian Lepas (PHL) untuk melaksanakan

pembersihan depo sampah di Kabupaten Serang

c. Harga / tarif.

- Operator yang berasal dari Dinas sebanyak 2 orang dengan penggajian sesuai

dengan golongan kepegawaian (PNS)

- Operator Alat berat sebanyak 1 orang yang berasal dari Pekerja Harian Lepas

sebesar Rp.44.500,-/Orang/Hari diambil dari satuan harga Kabupaten Serang

(19)

- Petugas pembersihan Depo Sampah yang berasal dari Pekerja Harian Lepas

sebesar Rp.35.000,-/Orang/Hari diambil dari satuan harga Kabupaten Serang

2012.

Biaya pengangkutan yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No 5

tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum sebagai berikut:

- Sarana Sosial (Tergantung dari jenisnya)

- Rumah tangga sebesar Rp 2.000 s.d Rp 3.000 per bulan

- Perkantoran/instalasi sebesar Rp 20.000 – Rp 25.000 per bulan

- Industri sebesar Rp 175.000 s.d Rp 225.000 per bulan

D. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan sistem pengelolaan persampahan

konstribusinya sangat besar. Keikutsertaan masyarakat secara aktif dapat

mempercepat penanganan masalah persampahan di Kabupaten Serang . Salah satu

upaya pemerintah Kabupaten Serang dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat

adalah dengan melakukan penyuluhan, pembinaan dan pendataan mengenai

kebersihan khususnya untuk lokasi-lokasi pada jalan-jalan protokol, daerah

pertokoan, terminal-terminal, pelabuhan, stadion dan tempat-tempat keramaian

umum lainnya.

Secara umum sikap dan kesadaran masyarakat Kabupaten Serang dalam bidang

persampahan sudah cukup tinggi. Masyarakat secara swadaya dan sukarela

membayar iuran retribusi kebersihan dan SOKLI. Selain itu, mulai tumbuhnya

kesadaran dari masyarakat dalam mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah dalam pengelolaan persampahan. Sebagian masyarakat telah melakukan

pengelolaan sampah rumah tangga secara swadaya. Pengelolaan sampah rumah

tangga dilakukan dengan cara memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya kemudian

memusnahkannya dengan cara dibakar. Untuk jenis sampah anorganik dan logam

(20)

3. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah:

(1)Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah

sampah per kapita meningkat);

(2)Belum optimalnya manajemen persampahan:

a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring

dan evaluasi);

b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan

(kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);

c. Belum memadainya penanganan sampah.

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten

Serang meliputi:

1. Komitmen stakeholder dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologi

pengolahan sampah

2. Peningkatan pelaksanaan program 3R

3. Target pelayanan dasar bidang persampahan sesuai dengan Permen PU No.

14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meminimalkan timbulan sampah serta

menyimpan sampah pada tempatnya, serta tidak membuang sampah kedalam

sungai/saluran drainase

4. Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

Kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis

operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek

kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta

masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota

yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah

analisis sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan

serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam table-6.50 berikut

(21)

ii. DRAINASE

1. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara

lain:

1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air

permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada

daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang

dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola

sampah dan masyarakat.

2. Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi

luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan

penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-

penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan,

kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk,

lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase

permukiman di daerah adalah:

 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti

pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah

di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan

(22)

 Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman,

posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

 Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta

dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.

 Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang

dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan

daerah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran

drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke

dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun

penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai

bangunan, kolam ikan dll.

5. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan

dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas

penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya

operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan

berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama

masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan

drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang

berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya

saja.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di Kabupaten Serang

(23)

1. Penanganan drainase yang belum terpadu secara sistematis

2. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase, sehingga saluran drainase masih

berfungsi untuk menampung air kotor/limbah

3. Masih adanya pembagian kewenangan penanganan sistem drainase, yaitu

drainase jalanraya, drainase permukiman, drainase primer, dan sungai sebagai

badan air penerima

4. Kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi dan pemeliharaan drainase

5. Pertumbuhan kota dan perubahan tata guna lahan yang tidak diantisipasi dengan

perencanaan dan pembangunan drainase yang memadai

6. Perubahan tata guna lahan serta perubahan iklim yang meningkatkan debit run

off air hujan.

2. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

A. Aspek Teknis

Saluran drainase dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, dan tersier. Untuk

memudahkan pembahasan, ditetapkan bahwa saluran buatan yang mengalirkan air

menuju badan air penerima (sungai) disebut sebagai saluran primer. Sedangkan

saluran drainase yang bermuara ke saluran primer disebut saluran sekunder,

demikian seterusnya sebagai saluran tersier.

Secara garis besar kapasitas tampung saluran drainase di Kabupaten Serang tidak

mampu untuk menampung debit banjir yang terjadi. Terdapat beberapa saluran

eksisting yang perlu mendapat perhatian serius karena sudah tidak mampu

menampung debit banjir yang terjadi, memang ada beberapa kasus yang terjadi

karena saluran terjadi pendangkalan/penimbunan lumpur/sampah, kerusakan

saluran maupun karena pada beberapa tempat di sepanjang bantaran sungai/saluran

drainase dimanfaatkan untuk keperluan sosial kemasyarakatan dan keperluan

(24)

B. Pendanaan

Strategi pendanaan yang diterapkan pada penanganan masalah sistem drainase

Kabupaten Serang adalah dari dana APBD dan kucuran dana APBN jika dialokasikan.

Pendanaan yang dibutuhkan akan diarahkan pada beberapa permasalahan yang

mendesak untuk diselesaikan, secara garis besar strategi pendanaan diarahkan pada:

 Sistem saluran drainase, baik desain maupun pekerjaan fisik

 Pembangunan kolam retensi di daerah dengan kontur rendah, dan jarak menuju

badan air penerima terlalu jauh

 alokasi bagi pengerukan sedimen yang telah menumpuk di saluran drainase dan

sungai selaku badan air penerima

 Pemeliharaan dan perbaikan rutin pada badan saluran yang telah ada

C. Kelembagaan

Secara struktural, instansi yang menangani masalah pengelolaan sistem drainase di

Kabupaten Serang adalah Dinas Tata Ruang Bangunan dan Permukiman khususnya

Bidang Perumahan dan Permukiman.

D. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten Serang yang terkait dengan

pengelolaan sistem drainase belum ada.

E. Peran Serta Masyarakat

Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam memelihara fungsi saluran

drainase dan pembangunan serta pengelolaan drainase. Pembangunan drainase

lingkungan dengan pola kerja pemberdayaan masyarakat melalui kelompok

masyarakat (POKMAS) disetiap lokasi di Kabupaten Serang telah dilaksanakan

melalui lokal seperti program Jumsih (Jum’at Bersih), dan SOLARI (Selokan Lancar

dan Asri). Selain melalui program-program tersebut disetiap desa/kelurahan diadakan kegiatan rutin ”Jum’at Bersih” yang melibatkan aparat kelurahan dan masyarakat, dimana dalam program tersebut dilakukan pembersihan saluran air dari

(25)

3. Permasalahan dan Tantangan

Inventarisasi persoalan setiap masalah akan dirumuskan dengan mempertimbangkan

tipologi serta parameter- parameter teknis yang ada di Kabupaten Serang . Dari

kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis dan

non teknis pada sub sektor drainase. Hasil identifikasi permasalahan dituangkan

dalam bentuk Tabel Identifikasi permasalahan seperti tabel 6.52:

Tabel-6.52:

Permasalahan Pengelolaan Sistem Drainase Yang Dihadapi Kabupaten Serang

No Aspek Pengelolaan Air Limbah

- Bentuk Organisasi Dinas/Bidang PP

- Tata Laksana (Tupoksi, SOP dll)

B. Perundangan Terkait Sektor Drainase (Perda, Pergub, Perbub/Perwali, E. Teknis Operasional

1. Aspek Perencanaan (MP, FS, DED)

ada DED MP

2. Sarana dan Prasarana a. Saluran

- Primer Pembagian

kewenangan dengan PSDA kota dan propinsi, kapasitas tdk memadai

- Sekunder Keterbatasan ruang

(26)

No Aspek Pengelolaan Air Limbah

Permasalahan Yang Dihadapi

Tindakan Yang

Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

- Tersier Belum tertata dan

masih minim b. Turap

c. Bangunan Pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa talang, dst)

Kapasitas tdk memadai

d. Waduk, Kolam Retensi, Sumur Resapan

Belum ada kolam retensi

Sumur resapan masih minim/tdk ada pengecekan thd perumahan2/developer

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sistem drainase di Kabupaten

Serang meliputi:

1. Mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman

2. Optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang

sudah terbangun

3. Peningkatan dan pengembangan sistem yang ada

4. Pembentukan/konsolidasi antara OPD terkait dalam penanganan

drainase/genangan air di wilayah Kabupaten Serang

4. Analisis Kebutuhan Pengembangan Drainase

Analisis yang terkait dengan kebutuhan drainase adalah analisis aspek teknis maupun

non teknis yang mencakup kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta

(27)

Tabel-6.53:

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Drainase

No Uraian Kondisi

A. Peraturan Terkait Sektor Drainase

- Ketersediaan Peraturan Bidang Drainase (Perda, Pergub, Perbub/Perwali, dsb)

Belum ada

B. Kelembagaan

- Bentuk Organisasi

- Ketersediaan Tata Laksana (Tupoksi, SOP, dll)

- Kualitas dan Kuantitas SDM C. Pembiayaan

- Sumber Pembiayaan

D. Peran Serta Masyarakat dan Swasta (sudah ada/belum ada/bentuk kontribusi, dll)

II Aspek Teknis E. Teknis Operasional

1. Aspek Perencanaan (MP, FS, DED) 2. Sarana dan Prasarana

a. Saluran

- Primer

- Sekunder

- Tersier b. Turap

c. Bangunan Pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa talang, dst)

iii. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun

berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti

pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP

berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan.

Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan

kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan

hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan

keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat

mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi

fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-

masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika

(28)

yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan

kelayakannya. Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil

analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan

keuangan.

Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari

dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah

Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam

pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus

(menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat

kebutuhannya.

Format pembiayaan kegiatan drainase disesuaikan dengan arahan bidang keuangan,

secara garis besar terdiri dari tabel program belanja (expenditures programme),

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjut menggunakan pelarut selain etanol 96%, efek antibakteri ekstrak daun leilem terhadap bakteri lain yang dapat

pelayanan dapat berupa keterampilan, kelengkapan sarana dan prasarana dan pelayanan yang dilakukan karyawan The Arista Hotel Palembang apakah hal tersebut sesuai atau

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa koleksi indeks beranotasi surat kabar tentang pariwisata pesisir selatan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian dengan menguji dan menganalisis kemungkinan adanya pengaruh ukuran perusahaan, leverage

Bagaimana rancangan komposisi formula optimum kombinasi Natrium croskarmelosa (bahan penghancur) dan amilum manihot (bahan pengikat) yang dapat menghasilkan sifat

Prinsip Restorasi Hidrologi di lahan gambut adalah menaikkan muka air tanah gambut setinggi mungkin, yang pada akhirnya diharapkan dapat: menurunkan laju oksidasi dan

Peluang eksternal bengkel TWDA meliputi gaya hidup masyarakat perkotaan yang memiliki minat terhadap otomotif, keeratan hubungan pertemanan, pelanggan yang loyal, kemajuan

Penerapan teorema sisa atau dalil sisa dapat dikembangkan untuk menentukan sisa pada pembagian sukubanyak dengan sukubanyak berderajat dua atau lebih yang dapat difaktorkan