• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Per Sektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aspek Teknis Per Sektor"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2

Bab 5

(2)

5.1

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Secara umum perkembangan permukiman yang berlangsung selama ini memperlihatkan semakin perlunya pembangunan permukiman yang lebih berbasis wilayah bukan sektor. Sifat dikotomis yang menimbulkan pertentangan antara yang baru dengan yang lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor kegiatan dengan sektor kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan desa dan seterusnya, harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang menumbuhkan konflik dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya pengalihan orientasi dari membangun rumah ke membangun permukiman.

Ke depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun permukiman secara komunitas harus direspon secara tepat oleh pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman merupakan masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada. Masalah tersebut justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan baru yang cenderung dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri,

(3)

dibandingkan sebagai bagian membangun permukiman secara menyeluruh bagi kepentingan publik yang luas.

Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman (human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah, yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus memenuhi standar kelayakan. Penyediaan rumah adalah tanggung jawab kita bersama. Baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.

Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan kemasyarakatan. Tentu saja tidak secara otomatis begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan infrastruktur yang mendukungnya. Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban dan tanggung jawab masyarakat sendiri.

2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang layak dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan di lingkungan perumahan dan permukiman.

Tujuan dari pengembangan permukiman ini adalah :

1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman)

2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur

3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :

(4)

4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.

Dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Penyediaan PSD bagi kawasan RSH

Target :

• Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri

• Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah

• Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS

• Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, pekerja masyarakat berpenghasilan rendah

• Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah

• Sudah menandatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.

Penanganan :

• Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI, dan POLRI.

• Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan baru.

Kontribusi Pemerintah daerah • Menyediakan dana pendamping • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati • Review minimal setahun sekali

2. Penataan dan Peremajaan Kawasan

Target :

• Lingkungan permukiman pertokoan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

• Lingkungan permukiman sebagai trip distribusi (distribusi pergerakan) tidak accssible terhadap infrastruktur perkotaan.

• Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.

• Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

Penanganan :

(5)

• Perencanaan penanganan kawasan permukiman perkotaan

• Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan perkotaan.

Kontribusi Pemerintah Daerah : • Menyediakan dana pendamping • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati • Review minimal setahun sekali.

3. Pembangunan Rumah susun Sederhana Sewa

Target :

• Untuk Rusunawa yang diperuntukan masyarakat berpenghasilan rendah. • Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi buruh, apabila sudah menjadi

permasalahan bagi pemerintah daerah.

Penanganan :

• Penetapan Pedoman, Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.

• Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kota dalam penyelenggaraan Rusunawa

• Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.

Kontribusi Pemerintah Daerah :

• Menyusun Renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan rusunawa.

• Menyiapkan rencana pembangunan rusunawa • Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD

• Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa

• Mengelokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD.

5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

5.1.1.1 Arahan Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

(6)

2. Undang - Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT / M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:

A. Tugas

1. Pemerintah Pusat

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

e) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

(7)

b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi. b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman. h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

(8)

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan

strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

(9)

g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

h) Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

5.1.1.2 Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;

(10)

c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

5.1.2

Kondisi Eksisting Permukiman

Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman (human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah, yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus memenuhi standar kelayakan dan penyediaan rumah adalah tanggung jawab kita bersama baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.

Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat.

Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan kemasyarakatan. Tentu saja tidak secara otomatis begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan infrastruktur yang mendukungnya.

Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban dan tanggung jawab masyarakat sendiri.

2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang layak dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan di lingkungan perumahan dan permukiman.

(11)

sebagian kecil yang pengadaannya oleh pemerintah. Penyelenggaraan dan pengadaan perumahan oleh masyarakat atau swasta boleh saja dilaksanakan asalkan tidak menyalahi peruntukan lahan yang seyogyanya telah direncanakan oleh pihak pemerintah kota. Secara umum lokasi perumahan penduduk cenderung menyebar di seluruh kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kota Pangkalpinang. Konsentrasi permukiman penduduk terjadi di pusat kota dan sekitarnya yang tergolong memiliki tingkat kepadatan tertinggi. Kondisi ini dapat ditemui di Kecamatan Tamansari. Selain itu permukiman cenderung terkonsentrasi juga di sepanjang jalan yang menuju ke arah Bandar udara Depati Amir. Bahkan di ruas jalan tersebut, ditemukan kawasan perumahan yang tergolong elit untuk masyarakat menengah ke atas.

Jumlah Penduduk di Kota Pangkal Pinang pada tahun 2012 sebanyak 210.146 jiwa yang memerlukan permukiman sebagai sarana tempat tinggal. Perumahan di Kota Pangkal Pinang terbagi menjadi 3 jenis perumahan yaitu perumahan dengan kepadatan tinggi, sedang dan rendah, pada saat ini penyebaran perumahan dan permukiman yang ada di kota ini tidak terkonsentrasi pada satu titik saja akan tetapi menyebar disetiap kecamatan, hal ini sangat memungkinkan karena ketersediaan lahan yang tidak terbangun masih cukup besar, sehingga pengembangan fasilitas ini menyebar di seluruh kecamatan dengan memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang ada. Mengingat Perkembangan Kota Pangkal Pinang yang cukup pesat serta untuk mengantisipasi perkembangan perumahan dan permukiman yang tidak terkendali di masa mendatang, maka diperlukan arahan pengendalian pengembangan sejak dari sekarang. Pada saat ini perumahan dan permukiman yang ada di Kota Pangkal Pinang masih terkonsentrasi di pusat dan linier mengikuti jaringan jalan, akan tetapi di dalam pengembangannya kawasan perumahan dan permukiman ini mulai di arahkan ke arah Timur dan arah Barat kota, serta kearah Utara kota yaitu di Kecamatan Bukit Intan,Kecamatan Gerunggang dan kecamatan Pangkal Balam khususnya kelurahan Selindung.

Pada saat ini ada tiga jenis perumahan yang cenderung berkembang di Kota Pangkal Pinang, Ketiga perumahan yang dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk di kota tersebut adalah perumahan formal, perumahan perkampungan, dan perumahan kumuh (kawasan kumuh). Berikut ini akan diuraikan beberapa karakteristik perumahan yang terdapat di Kota Pangkal Pinang.

A. Perumahan Formal

(12)

cukup hingga tinggi. Perumahan jenis ini memiliki kondisi lngkungan yang relatif bersih, sehat, teratur dan terawat dengan baik. Perumahan formal, apalagi yang letaknya di perkotaan memiliki fasilitas pendukung, berupa berbagai macam sarana dan prasarana pelengkap dan penunjang untuk mengakomodasi seluruh kebutuhan penduduk di lingkungan perumahan tersebut. Dari data di lapangan terlihat, bahwa pengembangan perumahan dari segi kuantitas sudah mulai berkembangan pesat, hal ini terlihat dari sudah banyak pengembang yang telah mengantongi ijin dan bahkan sudah melakukan pengesahan rencana tapak (site plan) meskipun masih terdapat beberapa lokasi yang oleh karena beberapa sebab belum dapat direalisasikan pembangunannya, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah tanah terlantar. Hal ini masih dimungkinkan bertambah dengan adanya permohonan baru dari pengembang lainnya yang akan membangun perumahan di Kota Pangkal Pinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1

Banyaknya Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Yang Dikeluarkan Di Kota Pangkal Pinang Tahun 2011

Sumber: Pangkal Pinang Dalam Angka, 2012

B. Perumahan Perkampungan

Perumahan perkampungan di Kota Pangkal Pinang relatif berada di lingkungan yang jauh dari pusat kota dan mengarah ke daerah perkampungan nelayan dan sepanjang aliran sungai. Pada umumnya perumahan tersebut belum tertata dengan baik dan cenderung bersifat kumuh, juga tingkat sarana dan prasarana pelayananan yang tersedia sangat minim dengan kondisi yang kurang baik. Perumahan perkampungan yang ada di kota ini sangat membantu perekonomian masyarakat setempat walaupun kondisinya tidak terlalu baik (menengah ke bawah).

C. Kawasan Kumuh

Karakteristik kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang sangat berbeda dengan karakteristik kawasan kumuh di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Kekumuhan di kota-kota besar lainnya di Indonesia lebih disebabkan keterbatasan lahan untuk menampung jumlah penduduk yang begitu besar.

No Kecamatan Tahun 2011

1 Rangkui 81

2 Bukit Intan 157

3 Grimaya 34

4 Pangkalbalam 41

5 Gabek 235

6 Taman Sari 50

7 Gerunggang 61

(13)

Sedangkan tingkat kekumuhan di Kota Pangkalpinang lebih disebabkan karena faktor ekonomi dalam arti ketidakmampuan masyarakat menciptakan lingkungan permukiman yang sehat karena keterbatasan ekonomi, selain itu faktor penyebab kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga disebabkan karena kekurang pahaman masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat, ini terlihat dari kebiasaan sebagian masyarakat yang masih belum mampu memanfaatkan dan memelihara infrastruktur secara optimal.

Di samping itu tingkat kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga disebabkan karena pengaruh faktor alamiah seperti adanya pengaruh pasang surut air laut, sehingga muncul daerah-daerah genangan yang semakin lama cenderung berkembang menjadi kawasan kumuh. Pada bagian ini akan coba diuraikan beberapa titik lokasi kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang.

Kondisi penduduk miskin di Kota Pangkalpinang dapat dilihat dari jumlah rumah tangga miskin atau KK miskin. Berdasarkan hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang, pada tahun 2011 jumlah rumah tangga miskin di Kota Pangkalpinang sebanyak 4.070 jiwa. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Pangkalpinang, belum dapat sepenuhnya diimbangi dengan pemenuhan prasarana dan sarana serta layanan umum yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang berdampak pada tumbuhnya kawasan-kawasan kumuh. Lokasi Kawasan Kumuh yang terdapat di Kota Pangkal Pinang tersebar di beberapa kecamatan, seperti pada Kecamatan Taman Sari terdapat di Kelurahan Opas Indah dan Kelurahan Gedung Nasional, di Kecamatan Pangkal Balam terdapat di Kelurahan Ketapang dan kelurahan Lontong Pancur, di Kecamatan Rangkui terdapat di Kelurahan Pasar Padi, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan Parit Lalang, di Kecamatan Bukit Intan terdapat di Kelurahan Semabung Lama dan di Kecamatan Gerunggang terdapat di Kelurahan Kacang Pedang dan Kelurahan Taman Bunga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2

Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Pangkalpinang

No Lokasi Luas Kawasan

(14)

5.1.3 Isu Strategis dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Masalah lingkungan pemukiman yang diakibatkan karena perkembangan penduduk dan kepadatan bangunan tidak terjadi di Kota Pangkalpinang. Yang ada adalah rusaknya sarana prasarana karena genangan air yang menimpa secara periodik. Kualitas rumah penduduk pada umumnya masih sudah permanen hanya saja masih ada rumah penduduk yang semi permanen yang berkontruksi kayu dan panggung terutama untuk rumah-rumah yang berada di daerah pinggiran perkotaan.

Dalam sektor pengembangan permukiman akan dititik beratkan dalam penanganan kawasan pemukiman secara menyeluruh, dengan demikian akan dapat dicapai pembentukan pola pemukiman yang serasi dan seimbang.

Lingkungan pasar sebagai salah satu komponen pemukiman di Kota Pangkalpinang, tidak ada masalah yang perlu penanganan segera, hanya terlihat perlu adanya sistem pengelolaan yang intensif termasuk pemeliharaan sarana dan prasarananya seperti, jalan setapak, saluran drainase, pengelolaan sampah dan air limbah. Karena kesan yang ditimbulkan oleh pasar saat ini adalah kotor dan tidak terpelihara, sedangkan pasar merupakan sektor yang dapat dijadikan recovery sektor dan dapat mengkontribusi kenaikan PAD.

Kenyataan menunjukkan bahwa urusan perumahan dan permukiman sering tumbuh sebagai sumber permasalahan yang seakan tidak berujung (the endless problems) bagi sebagian besar pemerintah Daerah, hal ini ditunjukkan antara lain oleh :

1. Berkembangnya penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihak yang tidak disertai dengan kemampuan untuk membangun atau merealisasikan tepat pada waktunya.

2. Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman yang umumnya belum dilandasi pada kerangka penataan wilayah yang lebih menyeluruh.

3. Belum terorganisasikannya perencanaan dan pemograman pembangunan perumahan dan permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan sumberdaya pembangunan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat. 4. Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang

nampaknya belum menjadi prioritas bagi banyak pemerintah Daerah karena berbagai sebab dan keterbatasan.

5. Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang memerlukan rumah termasuk hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan.

6. Penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan, konstruksi,pembiayaan dan kelembagaan masih memerlukan pengaturan yang dapat mengakomodasi muatan dan kapasitas lokal.

(15)

menjadi kurang menarik dan dianggap tidak cukup prospektip untuk dihuni sedang kota semakin padat dan tidak nyaman untuk dihuni.

8. Kekurangsiapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan, sehingga kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan ekonomi.

Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan permukiman antara lain sebagaian masyarakat belum memahami dengan baik sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi pentingnya pengembangan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan kawasan menjadi lebih maju dan mandiri.

Permasalahan lain yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap pembangunan di lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan masyarakat migrant untuk datang dan tinggal karena kemudahan aksesibilitas ke pusat kota.

Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti: sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan sebagai tempat hunian.

5.1.4

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

5.1.4.1 Kebutuhan Pengembangan perumahan dan Permukiman di Kota Pangkalpinang

Kota Pangkal Pinang yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 189.910 jiwa, sejalan dengan perkembangan kota yang sangat pesat pada masa yang akan datang terutama pada lima tahun kedepan akan mengalami perkembangan penduduk yang sangat tinggi sehingga tentunya akan memerlukan perumahan sebagai sarana tempat tinggal. Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Pangkal Pinang diarahkan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan perumahan berimbang yaitu perumahan dengan kepadatan Tinggi, Sedang dan Rendah. Sehingga diharapkan arahan pengembangan ketiga jenis perumahan tersebut dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk di Kota Pangkal Pinang

(16)

oleh pihak Developer dengan Pihak pemerintah dengan tidak mengesampingkan aspirasi dari pihak masyarakat setempat.

Perumahan dan Permukiman yang diarahkan di Kota Pangkal Pinang adalah sebagai berikut:

• Perumahan dan permukiman dengan Kepadatan Tinggi di arahkan di Kecamatan Taman Sari dan Kecamatan Rangkui.

• Perumahan dan Permukiman dengan Kepadatan Sedang diarahkan di Kecamatan Pangkal Balam sebelah Utara, Kecamatan Rangkui sebelah Selatan. Khusus untuk Kecamatan Pangkal Balam, arahan pengembangan perumahan di kecamatan ini terutama di arahkan untuk penyediaan fasilitas perumahan yang diperuntukkan bagi PNS, Rusun dan perumahan untuk ekonomi kelas menengah.

• Perumahan dengan Kepadatan Rendah diarahkan di Kecamatan Gerunggang sebelah Timur, Kecamatan Bukit Intan sebelah Utara dan Kecamatan Pangkal Balam.

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi.

Pembangunan dan pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan perkotaan perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar kawasan memiliki potensi dan karakteristik khas yang saling mendukung dan melengkapi. Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaannya, serta perlu ditindaklanjuti dengan program/kegiatan yang mendukung pembangunan kawasan. Rencana tindak (action plan) setiap tahunnya yang telah disusun perlu didukung, baik itu dukungan kebijakan maupun pendanaannya dari Pemerintah Pusat, Propinsi maupun Pemerintah Kota Pangkal Pinang. Selain itu peran serta pihak swasta dan masyarakat juga perlu ditumbuhkembangkan sehingga warga masyarakatnya mampu mandiri.

Kajian-kajian lanjutan dalam penentuan Pusat Pengembangan Perkotaan tetap dilakukan sehingga akan ada pengembangan kawasan baru yang memiliki potensi-potensi lain yang spesifik atau memiliki karakteristik yang berbeda antar kawasan. Sehingga nantinya secara lebih luas, antar pusat pertumbuhan akan saling mendukung dan melengkapi untuk keberhasilan pembangunan di Kota Pangkal Pinang .

(17)

mampu meningkatkan kondisi perumahan dan permukiman menjadi layak huni melalui perbaikan perumahan maupun lingkungannya sendiri.

Pemberian bantuan stimulant dari Pemerintah Kota Pangkal Pinang selama ini hanya sebagai pendorong bagi masyarakat untuk ikut membangun dan selanjutnya dapat mandiri dalam memperbaiki perumahan dan permukimannya menjadi lebih sehat dan layak huni.

Kawasan perumahan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 33 ayat (3) huruf a bertujuan untuk :

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman;

2. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

3. mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

4. mendukung pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang rasional melalui pertumbuhan kawasan perumahan dan lingkungan perumahan sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

5. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan;

6. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan permukiman;

7. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; dan

8. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, serasi, aman, terpadu, teratur, terencana dan berkelanjutan.

Adapun perhitungan kebutuhan lahan perumahan untuk Kota Pangkalpinang adalah untuk jangka 20 tahun. Sebagai dasar perhitungan untuk perencanaan perumahan di Kota Pangkalpinang, luas kavling perumahan dibagi berdasarkan proporsi 1 : 3 : 6 dengan luas masing-masing 300 m2untuk kavling rumah besar, 200 m2 untuk kavling rumah sedang, dan 120 m2untuk kavling rumah kecil. Diasumsikan setiap keluarga menempati satu rumah dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 5 jiwa/KK.

(18)

Adapun kebutuhan ruang bagi penyediaan rumah melalui pola hunian berimbang 1 : 3 : 6, dihitung dengan menetapkan kapling besar mempunyai luas 300 m2, kapling menengah 200 m2, dan kapling kecil 120 m2. Dan hasil perhitungan, total kebutuhan lahan bagi penyediaan perumahan hingga Tahun 2030 adalah sebesar 2.636,9 Ha (hanya kapling rumah saja). Dengan mengasumsikan bahwa 30% dari kawasan permukiman diperuntukkan bagi infrastruktur lingkungan, maka total ruang yang dibutuhkan bagi pengembangan perumahan baru di Kota Pangkalpinang hingga Tahun 2030 adalah sebesar 1.705 Ha.

Fasilitas perumahan tersebut menyebar di seluruh kecamatan dengan memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang ada. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan ke arah Timur dan arah Barat kota, serta kearah Utara kota yaitu di Kecamatan Bukit Intan,Kecamatan Gerunggang dan kecamatan Pangkal Balam khususnya kelurahan Selindung. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rumah di Kota Pangkalpinang dapat dilihat padaTabel 5.3

Tabel 5.3

Proyeksi Kebutuhan Perumahan Di Kota Pangkalpinang Tahun 2030

No. Kecamatan RT

Type Rumah

TOTAL Type Kecil Type Sedang Type Besar

Unit LB

1 Tamansari 5.742 3.445 72.348 124.197 1.723 120.580 180.870 574 143.547 215.321 336.475 520.388 2 Pangkalbala

m 15.683 9.410 197.611 339.232 4.705 329.351 494.027 1.568 392.085 588.127 919.047 1.421.386 3 Rangkui 17.925 10.755 225.861 387.728 5.378 376.435 564.653 1.793 448.137 672.206 1.050.434 1.624.588 4 Bukit Intan 16.212 9.727 204.276 350.674 4.864 340.460 510.690 1.621 405.310 607.964 950.046 1.469.328 5 Gerunggang 13.468 8.081 169.691 291.303 4.040 282.819 424.228 1.347 336.689 505.034 789.199 1.220.565

Jumlah 69.031 41.418 869.787 1.493.13 5

20.70

9 1.449.646 2.174.468 6.903 1.725.768

2.588.65

3 4.045.201 6.256.256 Sumber : RTRW Kota Pangkalpinang Tahun 2010-2030

Berdasarkan klasifikasi perumahan yang ada di Kota Pangkalpinang terdiri dari 3 tipe yakni :

a. Perumahan Tipe Besar :

• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan besar renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau perdagangan atau administrasi;

• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter; • Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;

(19)

terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah;

• Luas persil 200 - 300 m2atau lebih;

• Jumlah perumahan tipe besar ditetapkan sebesat 10% dari total kebutuhan rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 10 unit rumah 1 unit rumah dialokasikan untuk rumah type besar, 3 unit rumah type sedang dan 6 unit rumah type kecil.

b. Perumahan Tipe Sedang :

• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain: bangunan perumahan sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan kantor berhimpitan;

• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter; • Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;

• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan besar renggang, bangunan bertingkat;

• Luas persil 120 – 200 m2 atau lebih;

• Jumlah perumahan type sedang ditetapkan sebesat 30% dari total kebutuhan rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.

c. Perumahan Type Kecil:

• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain: bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan; • Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter;

• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 1,5 meter;

• Jenis penggunaan yang dilarang antara lai : bangunan perumahan flat, bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang;

• Luas persil < 120 m2atau lebih;

• Jumlah perumahan type kecil ditetapkan sebesat 60% dari total kebutuhan rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.

d. Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:

• Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;

• Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga.

(20)

1. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);

2. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan perumahan dan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

3. Kawasan peruntukan perumahan dan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;

4. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan dan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);

5. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;

6. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

7. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

Arahan kepadatan perumahan di Kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Kepadatan Perumahan

Tingkat kepadatan perumahan di Kota Pangkalpinang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kepadatan tinggi adalah dengan jumlah rumah rumah per ha adalah 54 – 97 rumah per ha, kepadatan sedang 24 – 53 rumah per ha, dan kepadatan rendah 0 -23 rumah per ha. Namun untuk mengetahui luas peruntukan perumahan dari tingkat kepadatan, dapat dilihat pada tabel 4.6 mengenai pola ruang di Kota Pangkalpinang

2. Kepadatan Tinggi (54 – 97 unit rumah/Ha)

Termasuk dalam tingkat kepadatan tinggi adalah Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Rangkui. Termasuk ke dalam kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi yaitu perumahan kavling ukuran kecil <120 m2.

3. Kepadatan Sedang (24 – 53 unit/Ha)

(21)

sebelah Utara, Kecamatan Rangkui disebelah Selatan. Perumahan yang termasuk dalam kawasan perumahan dengan kepadatan sedang yakni kavling ukuran 120 m2 – 200 m2. Perumahan ini merupakan rumah yang diperuntukkan bagi kelas ekonomi menengah yang sebagian besar merupakan PNS, dan rumah susun, yang saat ini berlokasi di Pangkalarang Kecamatan Pangkalbalam Termasuk dalam kawasan perumahan Kepadatan Sedang.

4. Kepadatan Rendah ( 0 - 23 unit/Ha)

Adapun perumahan dengan kepadatan rendah tersebar di sebelah Barat yaitu Kecamatan Gerunggang, sebelah Timur Kecamatan Bukit Intan, dan sebelah Utara Kecamatan Pangkalbalam. Kavling perumahan berkepadatan rendah kebanyakan merupakan (perumahan kavling ukuran besar >300 m2) pada umumnya dihuni oleh kelas menengah atas dari etnis pribumi. Sedangkan masyarakat kelas menengah atas (kalangan pengusaha) yang didominasi oleh etnis keturunan Cina, lebih suka untuk tinggal di pusat kota dengan kavling rapat dan kepadatan tinggi dalamgated community.

Perkembangan trend pembangunan real estate di kawasan Timur, Barat dan Utara Kota Pangkalpinang merupakan dorongan trend psikologis bahwa kawasan Timur, Barat dan Utara lebih baik lingkungannya, selain juga faktor ketersediaan lahan yang juga masih sangat memungkinkan untuk pengembangan kawasan permukiman baru. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran kepadatan perumahan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4

Luas Perumahan Berdasarkan Kepadatan Di Kota Pangkalpinang Tahun 2030

No Keterangan

198.34 746,98 0,98 - - 747,96

2

Perumahan Kepadatan Sedang

1483,03 1057,00 1046,41 0,54 - 3586,98

3

Perumahan Kepadatan Tinggi

549,16 576,61 486,33 574,71 131,88 2318,69

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010

5.1.4.2 Skema Pengembangan Perumahan dan Permukiman

(22)

Peran Swasta dalam penanganan perumahan permukiman Kabupaten/Kota ini sangat besar, terutama untuk penyediaan perumahan terorganisir. Namun dalam pelaksanaan program ini bersifat provit oriented, walaupun demikian pemerintah tetap memiliki peran untuk mengendalikan keberadaan pengembang melalui perizinan-perizinan.

Kelompok swadaya masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan perumahan permukiman sesuai dengan karakteristik sosial budaya, daya beli serta keinginan masyarakat. Program ini juga tidak terlepas dari arahan rencana tata ruang yang ada, untuk pengendalian serta pemanfaatan ruang di daerah. Karena ada kecenderungan alih guna lahan terutama daerah yang memiliki lahan pertanian dengan irigasi teknis ataupun kawasan konservasi. Pendekatan pengembangan keterpaduan prasarana wilayah yang mendukung pembangunan permukiman di Kota Pangkalpinang adalah :

• Mewujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan sekitarnya serta dapat mendukung struktur ruang Kota Pangkalpinang yang telah direncanakan

• Menciptakan sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sector Pengembangan keterpaduan prasarana wilayah tersebut dilihat dari kebijakan dan program yang diambil lebih mengikuti perkembangan perumahan dan permukiman.

Pada dasarnya bentuk kegiatan yang akan dikembangkan akan mengacu pada Pedoman pengembangan yang telah diterbitkan melalui Pedoman Menpera No 08/PERMEN/M/2006 tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberiaan Stimulan untuk Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui lembaga keuangan mikro/lembaga keuangan non Bank dan Permenpera No. 10/PERMEN/M/2007 Tahun 2007 Tentang Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan dan Permukiman, di mana bentuk dukungan dapat berupa :

1. Pemberiaan Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S) berupa :

a. Peningkatan Kualitas rumah (PK) yang ditujukan untuk perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni, dengan dana maksimal Rp. 5 Juta/KK/unit rumah.

b. Pembangunan baru rumah/perumahan (PB) yang ditujukan untuk mengurangi backlog rumah, dengan dana maksimal Rp. 10 Juta/ KK/ unit rumah.

(23)

lebih ditekankan pada sasaran lingkungan perumahan kumuh dan berkelompok.

Prioritas kegiatan yang akan diusulkan oleh Pemerintah Kota kepada Kementrian Perumahan Rakyat adalah kawasan yang termasuk dalam kriteria kumuh berat dan kawasan kumuh sedang.

5.1.5 Program-programSektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

• Infrastruktur kawasan permukiman kumuh • Infrastruktur permukiman RSH

• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil  Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)  Infrastruktur perdesaan PPIP

Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

(24)

Gambar 5.1

Alur Program Pengembangan Permukiman

5.1.5.1 Usulan Program dan Kegiatan

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota.

Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

1. Program Pengembangan Permukiman

Perencanaan pembangunan Sub Bidang Pengembangan Permukiman di Kota Pangkal Pinang ditekankan pada pembangunan kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi/sumber daya sebagai Pusat Pengembangan dengan didukung potensi-potensi/sumber daya yang ada di wilayah sekitarnya (hinterland-nya) dan perbaikan lingkungan permukiman menuju lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

(25)

sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan diri.

Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Bidang pengembangan permukiman ini bertujuan untuk mengembangkan daerah-daerah tertinggal, terisolir dan kumuh demi terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau (bagi masyarakat berpenghasilan rendah-MBR), pengembangan ekonomi dan sosial budaya.

Sub bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program/kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut

1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (prasarana dan sarana dasar permukiman);

2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur;

3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah;

4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

Program/Kegiatan Pengembangan Permukiman dapat dibedakan menjadi:

1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH);

b. Penataan dan Peremajaan Kawasan;

c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);

Pembangunan Rusunawa di Kota Pangkapinang belum dirasakan mendesak karena kepadatan penduduknya masih rendah.

d. Peningkatan Kualitas Permukiman.

2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D);

(26)

d. Pengembangan prasarana dan sarana Eks Transmigrasi;

e. Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman Di Pulau Kecil dan Terpencil;

f. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan;

g. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana

Tidak semua program dapat diterapkan di Kota Pangkal Pinang, seperti angka 2 d – f di atas tidak ada lokasi eks transmigrasi, tidak ada Pulau Kecil dan Terpencil serta tidak ada Kawasan Perbatasan dengan Negara Luar sehingga tidak perlu diprogramkan.

2

2.. SSiisstteemmPePennggeemmbbaannggaannPePerrmmuukkiimmaannPPeerrkkoottaaaann

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kota Pangkal Pinang diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PAD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman. Kawasan perkotaan merupakan kawasan vital pada suatu daerah karena merupakan parameter perkembangan perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Peningkatan kualitas lingkungan diharapkan mampu mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup terutama bagi masyarakat yang tinggal dilingkungan yang tidak sehat ataupun tak layak huni.

Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pangkal Pinang baik bekerjasama dengan pihak swasta maupun PNPM Mandiri terutama di Kelurahan Selindung. Akan tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

(27)

Pengembangan kawasan perkotaan yang terdapat di Kecamatan Bukit Intan dan Kecamatan Pangkal Balam yang akan dikembangkan dari aspek sarana dan prasarananya, seperti yang terdapat di Kecamatan Taman Sari yang merupakan kawasan padat penduduk sehingga menyebabkan kumuh sehingga membutuhkan sentuhan peremajaan lingkungan dan peningkatan jaringan jalan lingkungan dan saliran drainase, air bersih, limbah, dan peningkatan pelayanan sampah yang terdapat di daerah perkotaan. Sedangkan pengembangan dari penanganan lingkungan daerah perkotaan akan di rencanakan mengenai saluran dan pembangunan hydrant untuk daerah perkotaan untuk menangani adanya kebakaran. Kawasan rawan bencana juga menjadi prioritas perbaikan lingkungan permukiman, seperti kawasan genangan/banjir, kebakaran dll.

3

3.. SSiisstteemmPePennggeemmbbaannggaannPePerrmmuukkiimmaannKKaawwaassaannKKhhuussuuss..

Kawasan khusus dalam hal ini merupakan kawasan kumuh. Kota Pangkal Pinang saat ini hanya ada satu jenis kawasan khusus yaitu kawasan kumuh..

Pengembangan kawasan permukiman kumuh yang terdapat di Kota Pangkal Pinang akan di kembangkan dari segi prasarana dan sarana dasar lingkungan seperti peningkatan jalan lingkungan dan drainase lingkungan dan air bersih, limbah, dan peningkatan pelayanan sampah. Kawasan kumuh yang terdapat di beberapa daerah seperti Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Pangkal Balam dan Kecamatan Bukit Intan dengan dikembangkannya wilayah tersebut dari aspek dasar maka akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi bersih dan bersahaja.

4

4.. PPeenniinnggkkaattaannPPrrasasaarrananaadadannSaSarraannaaPePerrmmuukkiimmaann

Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya.

Warga masyarakat di Kota Pangkal Pinang sebagian besar bertempat tinggal di kawasan perkotaan (Ibukota Kecamatan), hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

(28)

Selain itu bantuan stimulant sebagai pendorong dalam perbaikan PSD. Perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pangkal Pinang, yang diberikan kepada warga/masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannnya.

Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Banyak ditemui sebagian dari warga masyarakat di Kota Pangkal Pinang bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan.

Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, tidak teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

5.1.5.2 Rencana Pendanaan dan Kelembagaan

Pengembangan permukiman di kawasan perkotaan tidak akan terlepas dari kebutuhan dana yang akan dikeluarkan untuk masing-masing program pengembangan baik untuk pengembangan permukiman perkotaan, pedesaan maupun peningkatan prasarana, sarana dan utilitas (PSU), hal ini terkait dengan ketersediaan dan kemampuan dana yang dimiliki oleh pemerintah kota baik yang berasal dari APBD Provinsi maupun APBD Kota atau dana swasta (CSR), hal ini tekait untuk sumber pendanaan yang akkan direncanakan sampai tahun 2017. Selain aspek pendanaan yang terpenting dari pengembangan permukiman ini adalah kelembagaan yang mengelola mengenai rencana pengembangangan permukiman di Kota Pangkalpinang, untuk lebih jelas mengenai kedua aspek ini dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :

1

1.. AAssppeekkPePennddaannaaaann

Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman masyarakat sebagian besar masih menggantungkan pendanaannya dari Pemerintah karena pendanaannya cukup besar. Sedangkan kegiatan pembangunan yang membutuhkan dana yang relative kecil, masyarakat melakukannya secara swadaya.

(29)

dan rencana permukiman di Kota Pangkalpinang dapat berasal dari APBD Provinsi, APBD Kota, CSR serta bantuan dari Pusat.

2

2.. AAssppeekkKKeelleemmbbaaggaaaann

Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan dan perencanaan permukiman Kota Pangkalpinang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang, bidang Cipta Karya yang meliputi Seksi Pembangunan Perumahan Pemukiman dan Seksi Pemeliharaan Perumahan Pemukiman.

5.1.5.3 Arahan Program RPIJM Bidang Pengembangan Permukiman

Pemecahan masalah pengembangan permukiman di Kota Pangkal Pinang didekati dengan melaksanakan beberapa program untuk pengembangan sektor terkait. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan permukiman antara lain:

a. Peran kota dalam pengembangan wilayah

b. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya

c. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

d. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan Permukiman

e. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia.

Secara umum arahan program pengembangan investasi jangka menengah di Kota Pangkal Pinang bidang pengembangan permukiman adalah sebagai berikut:

1. Program Pembinaan Pengembangan Permukiman

a. Target :

• Peningkatan pengembangan perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan manual bidang pembangunan permukiman

• Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan Sumber Daya Manusia serta adanya pemisahan peran operator dan regulator

b. Strategi Pendekatan : Tanggap kebutuhan

c. Penanganan : Fasilitasi, kordinasi dengan instansi terkait maupun antar kota, pendampingan, pemberdayaan kepada masyarakat, uji coba dan lain-lain

(30)

2. Program Pengembangan Perencanaan Pengembangan Permukiman

a. Target: Tersusunnya master plan/outline plan atau perencanaan teknis pembangunan permukiman

b. Strategi Pendekatan : Perkuatan program dan perencanaan

c. Penanganan : Penyusunan dokumen-dokumen perencanaan sistem pengembangan permukiman Kota

d. Kontribusi Pemerintah Daerah : Penerapan pembangunan secara konsisten berdasarkan perencanaan yang telah disusun, Perkuatan status dokumen perencanaan, dll

5.1.5.4 Usulan Pengembangan Permukiman

Usulan pengembangan permukiman di Kota Pangkal Pinang lebih ditekankan pada pengelolaan dan pengawasan pengembangan kawasan yang meliputi aspek prasarana dasar dalam pengembangan lingkungan pengembangan kawasan perkotaan, dan pengembangan kawasan khusus, adapun kebutuhan pengembangan dan usulan program adalah

a. Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan dan pengawasan

Pengembangan kawasan permukiman di kawasan perencanaan akan diatur oleh undang-undang daerah dan peraturan bangunan daerah sehingga dalam mendirikan bangunan sesuai dengan aturan yang berlaku dan berwawasan lingkungan. Usulan yang dikemukakan perlu mempertimbangkan penataan jangka panjang, serta pengawasan terhadap perkembangan bangunan dan lingkungan.

b. Usulan Dan Prioritas Program

Usulan dan prioritas program komponen pengembangan permukiman disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan prioritas penanganan sesuai dengan kebijakan dan strategi pembangunan secara nasional maupun daerah. Program pengembangan pengelolaan Bangunan dan Lingkungan perlu disusun berdasarkan perencanaan yang matang dengan mengacu pada master plan atau outline plan (kota kecil/sedang) serta perangkat dokumen perencanaan lainnya.

Usulan dan Prioritas Program/Kegiatan pengembangan permukiman terurai dalam usulan program terlampir.

5.1.5.5 Rencana Tahapan Pelaksanaan Pengembangan Permukiman

(31)

Gambar 5.2

(32)

5.2

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya.

Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang demi terwujudnya lingkungan binaan terutama fisik bangunan dan lingkungan sekitarnya. Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/ kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.

Undang-undang nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman menyatakan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dalam pada itu, Pemerintah Kota Pangkalpinang sudah memiliki RTRW yang merupakan acuan bagi semua perencanaan tata ruang yang akan dilaksanakan guna pengembangan wilayah Kota Pangkalpinang seperti Rencana Detail Tata Ruang Kota/Kawasan atau Rencana Teknis Ruang Kota/Kawasan.

Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, merupakan acuan dalam setiap kegiatan pembangunan gedung yang perlu ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah (Perda).

Pembangunan fasilitas umum, pada dasarnya telah dilaksanakan seperti: rumah sakit, sekolah, pusat pasar dan pasar tradisional serta bangunan-bangunan lainnya, namun belum didukung oleh kelengkapan sarana dan prasarana pendukung yang layak. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan utilitas bangunan gedung seperti saitasi yang mencakup saluran air bersih dan saluran pembuangan air kotor.

Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruangdemi terwujudnya lingkungan binaan terutama fisik bangunan dan lingkungan sekitarnya.

(33)

secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Dalam pada itu, Pemerintah Kota Pangkalpinang belum memiliki RTRW yang merupakan acuan bagi semua perencanaan tata ruang yang akan dilaksanakan guna pengembangan wilayah Kota Pangkalpinang seperti Rencana Detail Tata Ruang Kota/Kawasan atau Rencana Teknis Ruang Kota/Kawasan.

Undang-undang nomor 28 tahun2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, merupakan acuan dalam setiap kegiatan pembangunan gedung yang perlu ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah (Perda). Kota Pangkalpinang telah memiliki Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Nomor 3 Tahun 2002.

Pembangunan fasilitas umum, pada dasarnya telah dilaksanakan seperti: rumah sakit, sekolah, pusat pasar dan pasar tradisional serta bangunan-bangunan lainnya, namun belum didukung oleh kelengkapan sarana dan prasarana pendukung yang layak. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan utilitas bangunan gedung seperti saitasi yang mencakup saluran air bersih dan saluran pembuangan air kotor.

5.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penataan Bangunan dan

Lingkungan

5.2.1.1 Arahan Kebijakan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dansistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

(34)

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan.

UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(35)

Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

5.2.1.2 Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

• Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; • Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; • Paket dan Replikasi.

(36)

Gambar 5.3

Lingkup Penataan Bangunan dan Lingkungan

5.2.2 Isu Strategis, Permasalahan, dan Tantangan

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Gambar

Tabel 5.1Banyaknya Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Yang Dikeluarkan
Gambar 5.1Alur Program Pengembangan Permukiman
Gambar 5.3Lingkup Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 5.5Isu Strategis sektor PBL Kota Pangkalpinang
+7

Referensi

Dokumen terkait

pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak sesuai dengan undang-undang. dan peraturan

dalam tumbuhan dari asam amino atau turunannya dan umumnya tersebar pada.. tumbuh-tumbuhan

Parendoan 2 Batu Putu Bandar Lampung 11145 127 MTsS Al Khairiyah Kangkung Jl Ikan Kiter No 30 Kangkung Bandar Lampung 11146 128 MTsS Mathlaul Anwar Batu Suluh Jl Suban No 023

- fixed asset dalam bentuk Tanah dan bangunan atau Ruko atau apartement atau sejenisnya dengan kepemilikan SHM atau SGB atau SGU yang dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan

Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan informan utama (ODHA) menyatakan bahwa HIV AIDS adalah penyakit yang mematikan dan dapat ditularkan kepada orang lain.. Informan

- Hasil analisa kebutuhan kredit dituangkan dalam Memorandum Analisa Kebutuhan Kredit sesuai ketentuan yang berlaku dan diajukan ke pejabat pemutus untuk mendapatkan putusan kredit.

Perhitungan penetapan indeks bias minyak atsiri simplisia daun salam koja

Pemerintah Korea bekerjasama dengan Colombo Plan memberikan kesempatan untuk mengikuti Training Programme on Industrial Development and SMEs , di Republik Korea dari tanggal 01 s.d