• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDARTO WIJANARKO K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDARTO WIJANARKO K"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GULING DEPAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TAI

(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Oleh:

INDARTO WIJANARKO K4611060

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Mei 2015

(2)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GULING DEPAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TAI

(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

INDARTO WIJANARKO K4611060

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Email: indartowijanarko@gmail.com ABSTRAK

Indarto Wijanarko. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GULING DEPAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni.2015.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar guling depan pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas persiapan, perencanaan, tindakan, evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 13 siswa putra dan 19 siswa putri. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran, dokumentasi, dan hasil tes kognitif siswa. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan presentase.

Dari hasil analisis data, diperoleh peningkatan yang signifikan pada prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada pre tes hasil belajar guling depan siswa sebesar 25,00%, pada siklus I meningkat menjadi 65,63% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 93,75%. Hasil pada siklus 2 sudah mencapai target yang diharapkan peneliti yaitu 90%. Peningkatan terjadi pada siklus I dan siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran TAI (Team Asiisted Individualization). Pelaksanaan siklus II dengan menambah modifikasi media pembelajaran menyebabkan hasil belajar guling depan meningkat menjadi lebih baik dan tercipta proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif, efisien, dan menyenangkan sehingga bisa mendukung suatu proses pembelajaran yang berkualitas.

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan penerapan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan

(3)

hasil guling depan pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci : Hasil Belajar Guling depan, Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

ABSTRACT

Indarto Wijanarko. IMPROVING LEARNING ACHIEVEMENT IN LEARNING FRONT ROLL BY USING TAI (Team Assisted Individualization) : A CLASSROOM ACTION RESEARCH TO STUDENTS OF VII B CLASS SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT 2014/2015. A thesis. Surakarta : Teacher Training And Education Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta. June 2015.

The purpose of this research is to improve learning achievement of students of VII B class SMP Negeri 1 Kebakkramat 2014/2015 by using TAI (Team Assited Individualization).

This research is conducted in a form of Classroom Action Research (CAR). It consists of two cycles which includes preparation, planning, action, evaluation, and reflection for each cycle. The subject of the resesarch is 32 students of VII B class SMP Negeri 1 Kebakkramat which consist of 13 male students and 19 female students. Source of the data is taken from teachers and students. The data are collected through direct observation towards learning activities, documents, and result of students’ cognitive test. The data validity is checked by using triangulation technique. The data analysis presented in a form of descriptive and qualitative analysis.

The data analysis result reveals that there is a significant improvement from the pre-cycle phase to the first cycle and from the first cycle to the second cycle. The pre-test result shows students’ learning achievement has reached 25,00%. Meanwhile, in the first cycle, it increases to 65,63% and rises to 93,75 in the second cycle. The result has fulfilled the expected target which is 90,00%. The improvement happened after TAI (Team Assisted Individualization) is applied. By modifying the learning media in the second cycle, learning achievement has increased and it creates active, effective, efficient, and fun learning process which support a good learning process.

From this research, it can be concluded that TAI (Team Assisted Individualization) is able to improve learning achievement of students of VII B class SMP Negeri 1 Kebakkramat 2014/2015 in learning front roll.

Keywords : Learning achievement in learning front roll, TAI (Team Assisted Individualization).

(4)

I. PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan proses untuk mencapai tujuan pendidikan menggunakan aktivitas gerakan fisik yang diharapkan dapat menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, emosional, intelektual, sosial, moral dan spiritual.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah pertama dengan karakteristik siswa yang lebih senang bermain dengan teman sebaya sehingga guru harus pandai menggunakan model pembelajaran yang tepat bagi karakteristik siswa yang diajarnya. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat menarik minat siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktifitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan,

keterampilan dan sikap kepada siswa akan tetapi guru diharapkan mampu membawa siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

Senam lantai masuk ke dalam materi dalam kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani untuk tingkat sekolah menengah pertama. Saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Kebakkramat, salah satu kelas yang mendapat materi tentang senam lantai adalah siswa kelas VII B, kelas ini mendapat materi tentang guling depan. Hasil observasi yang didapat dari guru mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas itu, siswa – siswi di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam pembelajaran senam lantai dengan materi guling depan. Kesulitan yang dialami seputar teknik dasar yang benar saat melakukan gerakan guling depan. Sebagian besar siswa tidak berani melakukan guling depan dengan baik.

Banyak faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya hasil belajar guling depan siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat. Selain kurangnya

(5)

minat siswa pada cabang senam lantai, kendala yang sering dihadapi guru saat memberi pembelajaran guling depan adalah siswa merasa materi yang diberikan sulit sehingga materi ini didominasi oleh beberapa siswa saja. Ini menunjukkan kurang efektifnya suatu proses belajar dan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kurangnya tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar sendiri siswa dituntut tuntas dalam materi ajar khususnya senam lantai sesuai dengan silabus sekolah dengan KKM yang sudah ditentukan yaitu 2,67. Dari hasil observasi di lapangan hanya beberapa siswa saja yang dapat melakukan gerakan guling depan. Kurang dari 30% dari jumlah keseluruhan siswa yang mampu memenuhi standar yang diberikan dalam hasil pembelajaran teknik dasar senam lantai, khususnya pada guling depan.

Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aplikasi model pembelajaran, dan salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan adalah Cooperative Learning tipe

TAI (Team Assisted

Individualization). Model

pembelajaran tersebut lebih meningkatkan komunikasi siswa dengan anggota dalam kelompoknya, diharapkan siswa tidak lagi malu bertanya jika mengalami kesulitan karena teman dalam kelompoknya dapat membantu. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling kerjasama, aktif dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun kelompoknya serta saling mendukung antar siswa untuk mencapai tujuan kelompok melalui peningkatan kemampuan individu.

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka diperlukan upaya pengoptimalan hasil belajar melalui penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Guling Depan Melalui Model Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

(6)

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar guling depan melalui model pembelajaran

TAI (Team Assisted

Individualization) pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat Tahun Pelajaran 2014/2015.

Manfaat Penelitian ini adalah: 1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan, saran dan informasi terhadap SMP Negeri 1 Kebakkramat, untuk penerapan model pembelajaran tipe TAI ( Team Assisted

Individualization) untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaaran.

2. Bagi Guru penjasorkes SMP Negeri 1 Kebakkramat kelas VII B

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Kebakkramat, model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar guling depan senam lantai siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat.

3. Bagi Siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat.

a. Dapat meningkatkan motifasi dan minat belajar siswa, serta meningkatkan kemampuan teknik dasar guling depan senam lantai siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat. b. Menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Membina rasa tanggung jawab dalam bekerja sama dan saling tolong menolong melalui pembelajaran dalam kelompok. II. KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Memahami Arti Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan". Selain itu ada beberapa pakar pendidikan yang mengemukakan pendapat seperti, Travers yang dikutip oleh Agus Suprijono (2013: 2) menyatakan "Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku",

(7)

dan Croncbach yang dikutip Agus Suprijono (2013: 2) beependapat " Learning is

shown by change in

behaviour as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman)".

b. Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. c. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,

hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

2. Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan model pembelajaran menurut Joyce dan Marsha Weil, 1990 yang dikutip Waluyo (2011: 31) mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu :

a. Model Interaksi sosial. b. Model pengolahan informasi. c. Model personal-humanistik. d. Model modifikasi tingkah laku.

3. Model Cooperative Learning a. Pengertian Cooperative

(8)

Suprijono menambahkan, "Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru" (Suprijono 2009 : 55).

b. Ciri – Ciri Cooperative Learning

Suprijono menambahkan model cooperative learning akan menumbuhkan pembelajaran yang efektif bercirikan : (1) memudahkan siswa belajar" sesuatu yang "bermanfaat" seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaiman hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (2009: 58).

c. Tujuan Cooperative Learning

Eggen dan kauchak, 1996 yang dikutip Trianto (2007:42) menyatakan "Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja

secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama". 4. Model Cooperative Learning

Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe

TAI (Team Assisted

Individualization) Model

pembelajaran kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) memiliki ciri khas selain pembelajaran kelompok juga pembelajaran atau bimbingan individual, terdapat kombinasi antara keduanya. Jika terdapat hasil individu yang lemah itu menjadi tanggungjawab bersama, oleh karena itu dapat didiskusikan dan dibahas dalam satu kelompok tersebut.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Team Assisted Individualization

Hal yang paling terpenting yang diunggulkan dalam model kooperatif

(9)

Team Assisted Individualization ini adalah siswa yang berkemampuan rendah atau lemah akan terbantu dengan adanya pembelajaran individual yang dilakukan dalam kelompok oleh siswa yang pandai, selain itu juga terdapat persaingan sehat antar anggota kelompok maupun antar kelompok lain.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Assisted Individualization.

Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 247), langkah-langkah kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:

1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi 2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. 3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. 4) Hasil belajar secara

individual

didiskusikan dalam kelompok..

5) Guru memfasilitasi siswa dalam materi pembelajaran yang telah dipelajari. 6) Guru memberikan

kuis kepada siswa secara individual. 7) Guru memberi

penghargaan pada kelompok.

d. Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted

Individualization dalam Pembelajaran Penjasorkes. 1) Presentasi Kelas Guru pertama-tama memperkenalkan model pembelajaran TAI pada siswa 2) Pembagian

Kelompok.

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda.

(10)

Masing-masing kelompok dengan anggotanya

mempraktekkan gerakan guling depan dan saling mengoreksi satu sama lain

4) Pembagian Tugas Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan.. 5) Bimbingan Kelompok Guru membimbing kerja kelompok mengamati psikomotorik dan siswa secara individual dalam kerja kelompok. 6) Memberikan pengakuan atau penghargaan Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai e. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning

Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Dikutip Slavin (1995: 101) menyatakan sebagai berikut. 1) Guru terlibat minimal dalam pengaturan dan pengecekan rutin. 2) Guru akan menggunakan waktunya paling sedikit dalam mengajar kelompok kecil pelaksanaan program sederhana. Disebutkan oleh Derc yang dikutip Anwar (2003: 37) kekurangan TAI bahwa:

1) Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat

pembelajaran, dan 2) Jumlah siswa yang

besar dalam kelas, maka guru akan mengalami

(11)

kesulitan dalam memberikan

bimbingan kepada siswanya.

5. Senam Lantai

a. Pengertian Senam Artistik Margono

merumuskan pengertian senam artistik sebagai berikut:

"Senam artistik adalah merupakan salah satu jenis/ macam dari cabang olahraga senam yang sering dipertandingkan. Dalam pertandingan senam artistik seorang atlit/pesenam harus menguasai gerakan-gerakan

yang sudah

disusun/dirangkai dari masing-masing alat dan ditetapkan sesuai dengan peraturan pertandingan yang berlaku" (Agus Margono, 2009: 77).

b. Pengertian Senam Lantai Senam lantai pada umumnya disebut floor excercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Margono merumuskan bahwa, "Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling,

melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki, untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang" (2009: 79). c. Guling Depan

Menurut Roji yang dimaksud gerakan guling depan yaitu, "Gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang" (2007: 112).

d. Kesalahan Umum

Kesalahan yang umum dilakukan oleh murid-murid yang baru belajar, antara lain adalah:

(1) Tidak mengangkat pinggul ke atas hingga kedua lutut tetap tertekuk, (2) Tidak membengkokkan sikut ke samping tetapi ke belakang, hingga sulit untuk memasukkan kepala ke antara kedua tangan dan tidak membawa berat badan ke depan, (3) Sebelum

(12)

seluruh pundak mengenai matras sudah melompat atau menolakkan kaki ke atas, akibatnya punggung jatuh ke matras, (4) Pada waktu memasukkan kepala ke antara kedua tangan, pinggul tidak membantu mendorong badan ke depan, dan tangan tidak menahan (Syarifuddin & Muhadi, 1992: 106). e. Cara Memberi Bantuan pada Guling Depan

Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 106) memberikan alternatif bantuan pada saat melakukan gerakan guling depan sebagai berikut :

(1)Pembantu berdiri pada salah satu lutut (kanan) kaki yang lain (kiri) diletakkan sedemikian rupa hingga membantu kekuatan dan keseimbangan, (2) Tangan kanan pembantu memegang tengkuk, sedangkan tangan kiri membantu mendorong paha atau pinggulnya, (3) Pada waktu badan berguling, si pembantu membantu mengangkat pundaknya agar kepala bagian belakang yang melakukan tindakan tidak menyentuh matras.

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kebakkramat, Jalan Raya Solo – Sragen km. 11 Kebakkramat, Kabupaten

Karanganyar.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2015

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 13 siswa putra dan 19 siswi putri. C. Data dan Sumber Data

Data diambil dari data keaktifan dan nilai hasil belajar guling depan sebelum mengalami tindakan. Sumber data diambil dari siswa untuk memperoleh data

(13)

hasil belajar guling depan. Peneliti untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran guling depan melalui model pembelajaran TAI pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015. Guru sebagai kolaborator, untuk mendiskusikan berbagai hal terkait dengan proses pembelajaran.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar guling depan yang dilakukan oleh siswa, observasi untuk mengukur aspek afektif yaitu aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran guling depan melalui model pembelajaran TAI. Alatnya menggunakan instrumen sesuai dengan rubrik dalam RPP untuk setiap aspek afektif, kognitif dan psikomotor.

E. Uji Validitas Data

Pengujian validitas data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan teknik Triangulasi

data yang terdiri atas triangulasi data dan triangulasi sumber.

F. Analisis Data

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dengan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

G. Indikator Capaian Penelitian Persentase indikator target pencapaian keberhasilan penelitian sebesar 90% siswa telah mencapai ketuntasan belajar.

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan (Planning) : langkah yang paling awal, yaitu langkah untuk merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan, meliputi beberapa hal yang terkait dengan: (1) pembuatan skenario pembelajaran; (2) persiapan sarana pembelajaran; (3) persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran; dan (4) simulasi pelaksanaan tindakan. 2. Tahap Pelaksanaan (action) :

untuk melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. Peneliti utama dan

(14)

kolaborator harus saling meyakinkan bahwa apa yang telah disepakati dalam perencanaan benar-benar dapat dilaksanakan. 3. Tahap Observasi (Observation) :

Tahap observasi adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tindakan.

Tahap Refleksi (Reflecting): merupakan perenungan yang sangat mendalam untuk membuat kesimpulan bersama jika indikator tercapai maka dapat berlanjut ke siklus berikutnya dan jika belum tercapai harus kembali untuk melakukan revisi.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

Perbandingan hasil belajar guling depan siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015 pada siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk gambar seperti berikut:

Gambar 4.4. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Guling Depan Senam

Lantai pada Pre Tes, Siklus I, dan Siklus II

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat di simpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar guling depan senam lantai pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan terjadi pada pre tes ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II setelah diberikan penerapan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Hasil belajar guling depan senam lantai meningkat pada siklus I walaupun belum optimal. Sehingga dilaksanakan tindakan siklus II berdasarkan pada refleksi siklus I. Pelaksanaan siklus II menyebabkan

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% PRE TES SIKLUS I SIKLUS II

(15)

hasil belajar guling depan senam lantai meningkat menjadi lebih baik dan tercipta proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif, efisien, dan menyenangkan sehingga bisa mendukung suatu proses pembelajaran yang berkualitas. Dengan memberikan model pembelajaran yang lebih fresh seperti TAI (Team Assisted

Individualization) sekaligus

modifikasi pada media pembelajaran menyebabkan siswa lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar guling depan senam lantai pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat.

Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa rata-rata setiap siswa mengalami peningkatan hasil belajar guling depan senam lantai. Hal tersebut menandakan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Berdasarkan hasil wawancara siswa paska siklus menyatakan bahwa mereka merasa senang dengan penerapan model pembelajaran TAI

(Team Assisted Individualization) pada materi guling depan senam lantai. Pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton sehingga siswa lebih bersemangat.

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas VII B SMP egeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa: 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%

PRESENTASE

PRESENT ASE

(16)

Dari hasil analisis yang diperoleh terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I dan siklus II yang sudah memenuhi target KKM. Rata-rata hasil belajar guling depan pada siklus I sebesar 65,63 % yang menunjukkan hasil pada siklus I tersebut belum mencapai KKM yang diharapkan. Pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa menjadi 93,75%. Hasil yang diperoleh pada siklus II sudah sesuai dengan KKM mata pelajaran penjasorkes yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Kebakkramat.

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) berpengaruh dan meningkatkan hasil belajar guling depan pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun pelajaran 2014/2015.

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.

Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan model pembelajaran

TAI (Team Assisted

Individualization) yang diterapkan pada materi guling depan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran

TAI (Team Assisted

Individualization).

Dengan diterapkannya model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) untuk peningkatan hasil belajar guling depan, maka

(17)

siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran Penjasorkes. Pembelajaran Penjasorkes yang pada awalnya membosankan bagi siswa, menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran Penjasorkes dan peningkatan hasil belajar siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjasorkes yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan sikap kompetetif yang kesemuanya ini sangat penting dalam Penjaskes.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Kebakkramat, sebagai berikut:

1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan

kemampuannya, mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan , serta lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk menyampaikan materi pembelajaran.

2. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.

3. Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain maupun di sekolah lain. Namun tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi seperlunya sesuai dengan konteks kelas ataupun sekolah masing-masing

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kristyanto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam

Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. Surakarta: UNS

Press.

Agus Margono. (2009). Senam. Surakarta: UNS Press

Anurrahman. (2009). Penelitian

Tindakan. Yogyakarta:

Aditya Media.

Anwar, (2003). Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individual

(18)

dan Kelompok. Diperoleh 4 Maret 2015 dari

Bloom, (1999)..Pengertian dan tujuan dari belajar dan pembelajaran. Diperoleh 26 Februari 2015 dari http://sainsmatika.blogspot.c om/2012/03/pengertian-dan-tujuan-dari-belajar-dan.html Edi, S. (2011). Upaya Peningkatan

Hasil Belajar Kemampuan Roll Depan Menggunakan Alat Bantu Media Bidang Miring Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sondokan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Tidak

Dipublikasikan, FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fitri, U. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assisted Individualization) Dalam Pembelajaran IPA Materi Gaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA). Diperoleh 20 Januari 2015, dari https://scholar.google.com/sc holar?q=related:nKselQI_0x ZSFM:scholar.google.com/& hl=id&as_sdt=0,5 Hidayat, (1995). Pengertian Gymnastiek. Diperoleh 4 Maret 2015 dari creativefpok.blogspot.com/20 11_10_01_archive.html

Rahardjo, M., & Daryanto. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. repository.uksw.edu/jspui/bits tream/.../3/T1_26010788_BA B%20II.pdf

Roji. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learnin: Theory, Research, and Practice. Bandung: Nusa Media

Suprijono, (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aolikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Syarifuddin, A. & Muhadi. (1992).

Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Trianto, (2007). Pembelajaran Kooeperatif. Diperoleh 3 Maret 2015 dari http://sainsedutainment.blogs pot.com/2011/06/pembelajara n-kooperatif.html Waluyo, (2011). Teknologi Pendidikan Dalam Penjas. Surakarta: UNS Press

Gambar

Gambar 4.4. Peningkatan Persentase  Hasil Belajar Guling Depan Senam

Referensi

Dokumen terkait

Prototipe Media Pembelajaran tematik kelas IV SD berbasis ICT dan multiple intelligences untuk Kurikulum 2013 merupakan suatu perangkat pembelajaran berupa media

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa kecernaan bahan organik dari keempat pakan perlakuan adalah berbeda tidak nyata (P>0,05), artinya bahwa penggunaan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu model pembelajaran yang baik karena memiliki suatu keunggulangan yang pada intinya dapat diterapkan di semua

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah tidak berpengaruh dan berbeda antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai

Input, dalam sistem informasi akuntansi (SIA) Penjualan data masukkan adalah transaksi penjualan dan retur penjualan merupakan data masukkan dan menggunakan

Pakan mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki potensi sebagai antioksidan yang dapat mencegah reaksi oksidasi untuk menghambat radikal bebas

Cara yang dapat dilakukan pemerintah dengan cara kebijakan moneter diantarany adalah….. Kebijakan anggaran jangka

memberitahu yang arus deras dan kebuluran akan melanda negeri tersebut. Baginda juga memberitahu yang Tyrian Bal tidak mempunyai kuasa untuk menahan bencana tersebut. Para