• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Dewabrata (2004:23), mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai bahasa yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Dewabrata (2004:23), mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai bahasa yang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Bahasa Jurnalistik

Dewabrata (2004:23), mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai bahasa yang tunduk kepada kaidah dan unsur-unsur pokok yang terdapat dan melekat dalam definisi jurnalistik. Susunan kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya.

Mengenai bahasa jurnalistik,Anwar (1991:1) berpendapat bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.

Dari uraian di atas, bahasa jurnalistik dapat didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh wartawan dan tunduk kepada kaidah dan unsur-unsur pokok yang terdapat dan melekat dalam definisi jurnalistik dan bersifat singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.

2.2 Struktur Berita

Menurut Semi (1995: 81), struktur penulisan berita sering dinilai sebagai bentuk piramida terbalik. Artinya, bagian atas merupakan bagian yang besar bobot

(2)

isinya, segala keterangan penting berada disini; kemudian secara berangsur-angsur disampaikan bagian yang kurang penting.

Kusumaningrat dan Kusumaningrat (2006:126), menjelaskan mengenai pola piramida, yakni berita dimulai dengan ringkasan atau klimaks dalam alinea pembukanya, kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam alinea-alinea berikutnya dengan memberikan rincian cerita secara kronologis atau dalam urutan yang semakin menurun daya tariknya. Alinea-alinea berikutnya yang memuat rincian berita disebut tubuh berita dan kalimat pembuka yang memuat ringkasan berita disebut teras berita atau lead.

Struktur berita secara keseluruhan menurut Semi(1995:87): 1. Judul berita (headline)

Judul berita merupakan gambaran topik berita yang berfungsi memberitahukan tentang berita apa yang disajikan.

2. Baris tanggal (dateline)

Baris tanggal merupakan informasi tentang tanggal atau bulan berita itu ditulis dan kemudian diiringgi oleh keterangan sumber berita atau inisial surat kabar yang menjadi sumber berita tersebut.

3. Teras berita (lead/intro)

Teras berita merupakan ringkasan berita yang diletakkan dibagianawal berita. Penjelasan semi ini sejalan dengan pendapat Simbolon (dalam Ermanto, 2005:76) mengungkapkan bahwabagian peristiwa yang dianggap paling penting diletakkan di teras berita atau paragraf awal.

(3)

4. Tubuh berita(body)

Tubuh berita merupakan keseluruhan dari peristiwa yang diangkat menjadi berita. Tubuh berita merupakan penerusan dan penjabaran lebih lanjut isi teras berita.

2.3 Judul Berita Berbahasa Inggris (Headline) dan Strukturnya

Swan (2009:211)menyatakan “Headlines are short title above news reports. English news headlines can be difficult to understand. One reason for this is that headlines are often written in a special style, which is very different from ordinary English.” Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa judul berita atau headlines adalah judul pendek yang terdapat di atas laporan berita. Headlines berbahasa Inggris dapat sulit dimengerti, salah satu alasannya yaitu karena headlines sering ditulis dengan gaya khas yang sangat berbeda dengan bahasa Inggris pada umumnya.

Struktur penulisan yang tidak umum dan singkat terlihat jelas pada berita berbahasa Inggris dan paling jelas terlihat pada bagian judul berita atauheadlines.Headlines merupakan hal pertama dan seringkali merupakan satu-satunya bagian yang paling menarik bagi pembaca. Para penulis headlines tidak memiliki banyak ruang untuk menulis sehingga seringkali mengesampingkan aturan gramatikal dan menggunakan struktur nonstandar dalam menulis headlines yang efektif.

Swan (2009:211) mengelompokkan sebelas struktur penulisan headlines yaitu:

(4)

1. Headlines are not always complete sentences. Many headlines consist of noun phrases with no verb. Menurutnya pendapat tersebut, headlines tidak selalu berbentuk kalimat, tidak sedikit headlines hanya berupa frasa nomina tanpa disertai verba. Contoh:

a. MORE WAGE CUTS b. HOLIDAY HOTEL DEATH

2.Headlines often contain strings of three, four or more nouns; nouns earlier in the string modify those that follow. Menurutnya, headlines tidak jarang terdiri dari tiga hingga lebih dari empat rentetan nomina; nomina yang terletak lebih awal menerangkan nomina yang mengikuti.

Contoh:

c. FURNITURE FACTORY PAY CUT ROW

3.Headlines often leave out articles and the verb be. Menurutnya, headlines seringkali menghapuskan articles dan verb be.

Contoh:

d. SHAKESPEARE PLAY IMMORAL SAYS MINISTER.

4. In headlines, simple tenses are often used instead of progressive or perfect forms. The simple present is used for both present and past events. Menurutnya, di dalam headlines, simple tenses sering dipakai dibanding bentuk progressive atau perfect. Contoh:

(5)

5. Many headline words are used as both nouns and verbs, and nouns are often used to modify other nouns. Artinya, banyak kata-kata headlines yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai nomina maupun verba, dan nomina seringkali dipakai untuk menerangkan nomina lain.

Contoh:

f. US CUTS AID TO THIRD WORLD (=Cuts adalah verba, Aidadalah nomina)

g. AID CUTS ROW (=Aid dan Cuts adalah nomina)

h. CUTS AID REBELS (= Cuts adalah nomina, aid adalah verba)

6. Headlines often use infinitives to refer to the future. „For‟ is also used to refer to future movements or plans. Artinya, headlines seringkali menggunakan infinitives untuk mengacu pada future tense dan menggunakan „for‟ untuk mengacu pada pergerakan yang akan datang atau perencanaan.

Contoh:

i. PM TO VISIT AUSTRALIA j. TROOPS FOR GLASGOW?

7. Auxillary verbs are usually dropped from passive structures. Artinya, auxillary verbs selalu dihilangkan dalam bentuk pasif.

Contoh:

k. SIX KILLED IN EXPLOSION (= SIX PEOPLE HAVE BEEN KILLED) 8. As and in are often used instead of longer connecting expressions. Artinya, „as‟ dan „in‟ lebih sering digunakan dibandingkan ungkapan lain yang lebih panjang.

(6)

Contoh:

l. HOSPITAL BOSS AXED AS PATIENTS DIE. (= . . . BECAUSE PATIENT DIE)

9. A colon (:) is often used to separate the subject of a headline from what is said about it. Artinya, tanda titik dua (:) sering kali digunakan untuk memisahkan subjek headlines dengan apa yang dibicarakan.

Contoh:

l. STRIKES: PM TO ACT

10. Quotation marks („. . .‟) are used to show that words were said by somebody else, and that the report does not necessarily claim that they are true.Dari pendapat tersebut dijelaskan bahwa tanda kutip („. . .‟) digunakan untuk menunjukan kata-kata yang diucapkan orang lain, dan sesuatu yang belum tentu benar.

Contoh:

m. CRASH DRIVER „HAD BEEN DRINKING‟

11. A question mark (?) is often used when something is not certain. Menurut pernyataannya, tanda tanya (?) sering kali digunakan untuk menandakan sesuatu yang belum pasti.

Contoh:

(7)

2.4 Sentential Headlines

Sentential headlines adalah headlines yang memiliki struktur kalimat reguler, contohnya, headline dengan subject dan sebuah finite verb phrase yang merupakan frasa yang hanya berupa satu kata atau frasa yang kata pertamanya berupa sebuah finite verb dan/atau elemen lain dari verb phrase yang (jika ada) diikuti oleh non-finite verbs(Quirk, 1991:149).

Menurut Crystal (2003), “As far as sentence structure is concerned, there are two main types of sentence- simple and multiple sentence.” Pendapat tersebut mengemukakan bahwa ada dua tipe kalimat pokok jika dilihat dari strukturnya, yaitu kalimat simple dan multiple. Struktur kalimat yang paling lazim adalah kalimat simple, yakni kalimat paling umum yang dipakai oleh semua kalangan usia. Dalam penulisan, kalimat simple sangat efektif untuk mendapatkan perhatian pembaca atau untuk meringkas argumen karena mudah untuk dipahami (Praskova, 2009:6).

2.4.1 Kalimat

Richard (1985) berpendapat bahwa “sentence is the largest unit of grammatical organization within which part of speech (e.g noun, verb, adverb, and grammatical classes (e.g word, phrases, clause) and said to function. Sementara Quirk (1973:43) menyatakan bahwa “it is usually assumed that the sentence is the highest ranking unit of grammar, and hence that the purpose of grammatical sentence in English”, menurut pendapat Quirk tersebut biasa diasumsikan bahwa kalimat adalah unit gramatikal teratas, oleh sebab itu bahwa tujuan deskripsi

(8)

gramatikal bahasa Inggris adalah untuk mendefinisikan dengan maksud mendefinisikan fungsi kategori sebagai sebuah kalimat gramatikal dalam bahasa Inggris.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri yang terdiri atas konstituen dasar berupa satu atau lebih klausa yang ditata dengan pola tertentu.

2.4.1.1 Simple Sentence

Simple sentence atau kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa independen (Leech, 2006). Simple sentence terdiri dari satu subject dan satu finite verb phrase, serta keterangan jika perlu. Quirk (1991) membedakan jenis-jenis klausanya sebagai berikut:

a. Subject – Verb Contoh:

(1)John [S] arrived [V] b. Subject – Verb – Object Contoh:

(2) Peter and I [S] play [V] tennis [O]. c. Subject – Verb – Complement

Contoh:

(3)He [S] became [V] the manager [SC]. d. Subject – Verb – Adverbial

(9)

Contoh:

(4) I [S] went [V] to the shop [Adv]. e. Subject – Verb – Object – Object

Contoh:

(5)Lucy [S] gave [V] her mother [O] a book [O] f. Subject – Verb – Object – Complement

Contoh:

(6)You [S] make [V] me [O] nervous [C]. g. Subject – Verb – Object – Adverbial

Contoh:

(7) Sue [S] put [V] her dress [O] into the wardrobe [Adv].

Adverbia lainnya dapat ditambahkan ke dalam semua tipe klausa di atas.

2.4.1.2 Compound Sentences

Biber (1999:227) menyatakan, “there are three major coordinators in English- and, or, and but”. Menurut pernyataan tersebut, ada tiga koordinator utama dalam bahasa Inggris yaitu and, or, dan but. Biber (1999:227) menyatakan bahwa koordinator tersebut tidak hanya menghubungkan antar klausa, namun juga kata atau frasa. Terkadang, klausa tidak dihubungkan dengan koordinator, melainkan dengan sebuah koma. Compound sentences mengandung dua atau lebih klausa, dan semua klausa yang terkandung berada dalam tingkat yang sama. Dengan kata lain,

(10)

klausa-klausa tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal independen yang bukan merupakan kalimat kompleks.

Contoh:

(8)I came by car and Peter arrived by train.

2.4.1.3 Complex Sentences

Quirk menyatakan, “A complex sentence is like a simple sentence in that it consists of only one main clause, but unlike a simple sentence it has one or more subordinate clauses functioning as an element of the sentence”. Pernyataan Quirk tersebut menjelaskan bahwa sebuah kalimat kompleks seperti kalimat tunggal karena hanya memiliki satu main clause atau induk kalimat, namun kalimat kompleks memiliki satu atau lebih klausa subordinat yang berfungsi sebagai unsurnya.

Menurut Trask (1999:35), “Traditionally, a clause is a grammatical unit consisting of a subject and a predicate, and every sentence must consist of one or more clauses.” Swan (1996:1) berpendapat, “Clause is a part of a sentence which contains a subject and a verb, usually joined to the rest of the sentence by a conjunction.” A clause is a group of words that are closely related, but a clause must have a subject and verb”.(Schmidt,1995:344)

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah unit gramatikal yang lebih kecil dari kalimat, memuat unsur subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi sebuah kalimat.

(11)

Pada umumnya klausa dalam bahasa Inggris dibedakan menjadi dua jenis yaitu main clause atau induk kalimat dan subordinate clause atau anak kalimat. 1. Main Clause

Main Clause adalah sebuah klausa yang dapat berdiri sendiri seperti kalimat. Menurut Miller (2002) “Independent clause is a sentence structure that can stand alone.”

Contoh,

(16) I met a man two days ago. 2. Subordinate Clause

Subordinate clause merupakan bagian dari sebuah kalimat, dan karenanya, subordinate clause tidak dapat berdiri sendiri, selalu bergantung pada main clause dan tidak mempunyai makna yang penuh. Subordinate clause biasanya ditandai dengan subordinate conjunction yaitu who, whom, whose, which, that, if, whenever, what, dan, nevertheless.

Contoh,

(17) I met a man who is very kind to everybody two days ago. Subordinate clause terbagi kedalam beberapa jenis, misalnya:

a. Klausa Nomina (Noun Clauses)

Milada Broukal mengatakan bahwa “A noun clause is a subordinate clause. A noun clause has a subject and a verb and can be used like a noun, either as a subject or an object.” Artinya, klausa nomina merupakan subordinate clause yang memiliki subjek dan predikat yang dapat berfungsi sebagai subjek atau objek.

(12)

Klausa nomina dapat dikenali dengan kata-kata seperti when, where, why, how, who/whom, what, which, whose, whether, if, dan that.Untuk klausa nomina yang dimulai dengan kata that, biasanya merupakan sebuah kalimat pernyataan dari sebuah fakta atau ide.

Contoh,

(18) We know that the world is round.

Pada contoh di atas kata that berfungsi sebagai objek dari verba know.

Kata kerja lain yang dapat diikuti oleh klausa nomina yang menggunakan kata that antara lain adalah agree, recognize, guess, imagine, forget, show, realize, remember, regret, observe, know, hope, doubt, figure out, think, dan understand.

Seperti nomina dalam kelas kata, klausa nomina selain berfugnsi sebagai objek juga dapat berfungsi sebagai subjek.

Contoh,

(19) That the world is round is a fact. b. Klausa Adjektiva (Adjetive Clauses)

Klausa adjektiva merupakan subordinate clause yang menjelaskan kata benda dan kata ganti yang biasanya ditandai dengen adanya relative words seperti who, whom, whose, that, dan which sehingga klausa adjektiva sering disebut juga relative clause.

Schmidt (1995) berpendapat, “Relative clause modifies nouns and sometimes whole sentence.” “An adjective clause is a subordinate or dependent clause, so it must be connected to a main or independent clause.” (Broukal, 2002). Klausa

(13)

adjektiva sendiri merupakan sebuah anak kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri. Relative clause berfungsi untuk mengidentifikasi orang (persons), benda mati (things), dan untuk memberikan informasi tambahan. Relative clause dapat dikenali dengan hadirnya kata ganti seperti who,whom, whose, that, dan which.

Untuk menggantikan orang (persons), digunakan who atau that, sedangkan untuk menggantikan benda mati (things), digunakan which atau that,

Ciri-ciri relative clause menurut Schmidt (1995) adalah: 1. Memiliki setidaknya satu subjek dan satu predikat;

2. Biasanya mengikuti sebuah nomina atau pronomina dan bergfungsi untuk mengidentifikasi atau menjelaskan nomina atau pronominal tersebut;

3. Dapat muncul dimana saja dalam sebuah kalimat, tetapi relative clause biasanya ditempatkan setelah kata benda yang dimodifikasi;

4. Sebuah relative clause ditandai dengan sebuah subordinator (relative pronoun) seperti who, whom, whose, which, dan that;

5. Subordinator dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari relative clause; 6. Subordinator yang berfungsi sebagai objek dapat dihilangkan.

c. Adverbial Clause (Klausa Adverbia)

Menurut Broukal (2002), “An adverb clause is a subordinate clause (dependent clause) with a subject and a verb. An adverb clause may come before or after the main clause.” Berikut ini adalah beberapa kata umum yang digunakan untuk mengenali sebuah adverb clause, atau lebih dikenal dengan clause markers.

(14)

a) Adverbial clause showing time, biasanya ditandai dengan konjungsi seperti after, as, before, as soon as, since, until, when, while, whenever, once, by the time, till.

b) Adverbial clause showing manner, yang ditandai dengan konjungsi seperti as,as if, as though, just as, like.

c) Adverbial clause showing cause and effect, yang ditandai dengan konjungsi seperti because, now, that, since, as long as, as ,, so that.

d) Adverbial clause showing opposition yang ditandai dengan konjungsi seperti although, though, even though, while, whereas.

e) Adverbial clause showing condition, yang ditandai dengan konjungsi seperti if, even if, only if, in the event that, in case that, provided that, unless.

f) Adverbial clause showing purpose yang ditandai dengan konjungsi seperti so that, in order that, in order to.

g) Adverbial clause showing result, yang ditandai dengan konjungsi seperti so…that, such…that.

h) Adverbial clause showing place, yang ditandai dengan konjungsi seperti where, wherever, everywhere.

2.4.3 Non-sentential Headlines

Struktur non-sentential headlines lebih rendah kalimat pada umumnya; strukturnya tidak berterima (Praskova, 2009:10). Dengan struktur seperti itu, Crystal (dalam Praskova, 2009:10) menyebutnya minor sentences, yaitu kalimat tanpa finite

(15)

verb form atau tanpa verb form sama sekali yang umumnya terdapat pada bahasa tulis seperti notices, headlines, labels, advertisements, subheadings, web sites, dan pada wadah lain yang pesannya disampaikan secara „block‟. Karena strukturnya yang tidak atau dibawah kalimat pada umumnya atau merupakan block language, non-sentential headlines akan berupa minor sentences, non-finite clauses, dan frasa.

Istilah block language diperkenalkan oleh Strauman (1935), orang pertama yang mempelajari headlines. Menurut Mardh (1980:12), Strauman mendefinisikan block language sebagai salah satu jenis ungkapan linguistik yang terdapat pada telegram, judul buku, diaries, iklan, resep, kamus, katalog, poster dan label, headlines, dll. Senada dengan Strauman, Quirk (1985:845) berpendapat bahwa block language merupakan jenis ungkapan linguistik yang terdapat pada label, judul, pemberitahuan, headlines, dan iklan.

Quirk (1985:845) menyatakan,

“Simple block languagemessages are most often nonsentences, consisting of a noun or noun phrase or nominal clause in isolation; no verb is needed, because all else necessary to the understanding of the message is furnished by the context.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pesan sederhana block language umumnya bukan berupa kalimat utuh atau nonsentences, terdapat sebuah nomina, frasa nomina, atau klausa nominal yang terpisah; tidak memerlukan kata kerja, karena pemahaman terhadap pesan dipermudah oleh konteks.

Untuk memperjelas pendapat di atas, penulis menambahkan pendapat yang dikemukakan oleh Quirk (1985:845),

(16)

“Some forms of block language have recognizable clause structures. Those forms deviate from regular clause structures in omitting closed-class items of low information value, such as the finite forms of the verb BE and the articles, and other words that may be understood from the context.”

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa bentuk lain dari block language memiliki struktur klausa yang dapat dikenali. Bentuk-bentuk tersebut berbeda atau menyimpang dari struktur klausa reguler atas penghilangan terhadap hal-hal yang kadar informasinya rendah, seperti bentuk finite verb „be‟ dan artikel, dan kata-kata lainnya yang dapat dipahami melalui konteks. Alasan penggunaan block language adalah keterbatasan ruang tulis dan adanya tujuan untuk menginformasikan pesan dengan cepat dan reduksi sintaktis.

Menurut Mardh (1980:12) block language dikategorikan oleh unsur leksikal yang lebih rendah dari kalimat seperti dependent clause (contoh, How coal is the future), frasa nomina (contoh, Drivers in panic over fuel strike), dan penghilangan kata-kata yang kadar informasinya dianggap rendah seperti articles dan bentuk finite dari verba be (contoh, Shakespeare Play Immoral Says Minister).

2.4.3.1 Minor Sentences

Minor sentences adalah kalimat tanpa finite verb form atau tanpa verb form sama sekali. Crystal (2006:216) membagi jenisnya sebagai berikut: ucapan salam untuk situasi sosial (misalnya,Hello,Thanks), interjeksi emosional (misalnya,Eh?, Ugh!), peribahasa atau pepatah (misalnya,Easy come, easy go), bentuk singkatan di

(17)

kartu pos, instruksi atau komentar (misalnya,wish you were here), dan kata atau frasa yang digunakan sebagai seruan, pertanyaan, dan perintah (misalnya,Nice day!,Taxi?).

2.4.3.2 Non-finite Clauses

Biber et al. (1999:259, 262) berpendapat bahwa non-finite clause pada umumnya merupakan dependent clause yang biasa muncul di dalam sebuah kalimat dibarengi dengan main clause. Namun dalam kondisi tertentu, dependent clause dapat digunakan secara terpisah terutama dalam block language. Non-finite clause menurut Leech (2006) adalah klausa yang tidak memiliki non-finite verb phrase dan terbagi atas infinitive clauses (contohnya, To get the jobwas what he really wanted.), -ing clauses (contohnya, Walking home, I got very tired.), dan –ed clauses (contohnya, The work finished, we could leave early. Ketiga klausa tersebut dapat memiliki peranan sebagai subjek, objek langsung, atau komplemen.

Praskova (2009:24) membagi dua jenis headlines yang merupakan non-finite clauses, yaitu:

a) Headlines dengan verba past participle yang umumnya mengacu pada masa lampau, contoh: Wind turbine destroyed by storm yang memiliki kemungkinan interpretasi (A/The) Wind turbine was/has been destroyed by (a/the) storm. Contoh headline tersebut, menurut Biber (1999:167), merupakan headline berbentuk pasif yang jarang ditemukan dalam percakapan, namun sering ditemukan dalam berita.

(18)

b) Headlines dengan to-infinitive yang biasanya mengacu pada masa yang akan datang. Contoh: Winehouse to be questioned by police, yang memiliki kemungkinan interpretasi Winehouse is going to/is to/will be questioned by (the) police.

2.4.3.3 Frasa

Richard et al. (1985) mengatakan “a phrase is a group of words which forms a grammatical unit. A phrase does not contain a finite verb and does not have a subject-predicate structure”, pendapat tersebut menyatakan bahwa frasa adalah gabungan kata yang membentuk unit gramatikal. Frasa tidak mengandung finite verb dan tidak memiliki struktur subjek-predikat.

Roberts(1964), mengatakan: the term phrases here to mean sometimes group of words and sometimes single word. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa frasa terkadang merupakan sekelompok kata dan terkadang satu kata tunggal.

Dari dua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa frasa merupakan satu atau gabungan kata yang bersifat nonpredikatif.

Hariyono (2002:181) dalam tata bahasa Inggris, frasa atau phrase dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa adverbia, dan frasa preposisi.

2.4.3.3.1 Noun phrase (Frasa Nomina)

Noun phrase (Frasa Nomina) adalah frasa yang dapat berfungsi sebagai subyek atau obyek dalam sebuah kalimat,

(19)

Contoh:

(9) The beautiful girl over there is my sister. (10) He is the governor of West Java.

Kata the pada contoh (9) merupakan sebuah determiner yang membentuk frasa nomina. Wishon & Burks (1980) mengklasifikasikan menjelaskan determiners sebagai berikut: “determiners give different degrees of specifity to the nouns to modify.”

Selanjutnya Wishon & Burks (1980) mengklasifikasikan empat jenis determinator berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Determiners berbentuk counters and measures, yang digunakan dengan count nouns seperti a, an, one, two, first, second, few, a few, many (more, most), several, no, both, all, some, any, enough.

2. Determiners berbentuk qualifiers yang digunakan dengan mass nouns seperti much (more, most), a lot of, little, a little, no, all, some, any, enough.

3. Determiners berbentuk pointers, yang digunakan baik dengan mass nouns maupun count nouns kecuali untuk these dan those yang hanya digunakan untuk count nouns saja. Determiners berbentuk pointers ini, yaitu: this, that, these, those, either, neither, the.

4. Determiners berbentuk possessives digunakan baik dengan mass nouns maupun count nouns seperti my, yours, his, her, its, our, their.

(20)

Quirk et al (1991) mengklasifikasikan determiners sebagai berikut:

Predeterminers, ie all items which can precede any central determiners (including zero article) in a noun phrase, eg: all, both, double. Contoh: all the furniture.

Central determiners, including those items listed in 5.22ff, eg the article such as this, some. Contoh: Some new office furniture, all those fine musicians.

Postdeterminers, which follow central determiners but precede premodifiers, eg adjectives. Postdeterminerss include eg numerals,such as many, few, several. Contoh: the few survivors.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa determiners merupakan pembatas makna nomina yang mengikuti atau mendahuluinya.

2.4.3.3.2 Verb Phrase (Frasa Verba)

VerbPhrase (frasa verba) adalah frasa yang terdiri dari gabungan kata kerja bantu (auxillaryverb) dengan kata kerja (verba) yang membentuk suatu bentuk waktu (tense) tertentu.

Contoh:

(11) I will take a bath. (12) I have taken a bath.

(21)

2.4.3.3.3 Adjective Phrase (Frasa Adjektiva)

AdjectivePhrase (frasa adjektiva) adalah frasa yang berfungsi sebagai kata sifat untuk menerangkan kata benda.

Contoh:

(13) The old building is scary.

2.4.3.3.4 Adverb Phrase (Frasa Adverbia)

AdverbPhrase (frasa adverbia) adalah frasa yang berfungsi sebagai keterangan. Contoh:

(14) He is crying very loudly.

2.4.3.3.5 Prepositional Phrase (Frasa Preposisi)

Frasa preposisi berfungsi sebagai penghubung antara frasa nomina yang diikuti dan struktur yang mendahuluinya.

Contoh:

(15) He is sitting in the garden.

Quirk et al (1999: 62-63) membagi frasa dalam lima kategori, yaitu: Verb Phrase, Noun phrase, Adjective Phrase, Adverb Phrase, dan Prepositional Phrase.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal Tujuh bulan Nopember tahun Dua Ribu Tigabelas, Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Mojokerto

(8) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas hams memastikan bahwa dalam Laporan Tahunan BUMN telah memuat informasi mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan

Memperhatikan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Mohammad Idris Purwanto / perwakilan dari STMIK Amikom dalam sambutannya mengungkapkan bahwa anak muda memiliki keinginan yang kuat untuk terus berkembang // Selain dapat dilihat

Sistem dapat membangkitkan telaah kesalahan tanda baca berdasarkan kesalahan yang dideteksi dari karya ilmiah serta penggunaan algoritma pencarian kata (dalam kasus ini

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva del

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Zakat dan Infaq terhadap Pendapatan Muzakki secara simultan.. BAB III