• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIGHER ORDER THINKING SKILLS SISWA SMPS IT DARUL AZHAR BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIGHER ORDER THINKING SKILLS SISWA SMPS IT DARUL AZHAR BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HIGHER ORDER THINKING SKILLS SISWA SMPS IT DARUL AZHAR BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI

Harry Yusmanto, Budi Eko Soetjipto, Ery Tri Djatmika RWW Program Studi Pendidikan Dasar - Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Jl.Semarang No. 5 Malang E-mail: harry_yusm86@yahoo.co.id

Abstract: The aims of this research to identify the Higher Order Thinking Skills (HOTS) of in Social Studies students in SMPS Islam Terpadu Darul Azhar Southeast Aceh district. HOTS in this reasearch is based on the Revised Bloom's Taxonomy includes analyzing, evaluating and creating. This research used survey method with type of this research is qualitative descriptive. Subjects were 30 students of 8th grade odd semester of 2016/2017 academic year. Data collection techniques such as tests that essay test. HOTS the data obtained from the answers to a test given to students then analyzed descriptively. HOTS criteria include low, medium and high. Results of research on cognitive analyzes of 5.42 (medium), cognitive evaluation of 5.50 (medium), and cognitive create at 4.50 (low). HOTS students in general are in the middle criteria. It is advisable in future studies to assess HOTS on learning activities related to the process of knowledge transfer and retention of knowledge received by students.

Keywords: Higher Order Thinking Skills, Revised Bloom's Taxonomy

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa dalam pembelajaran IPS di SMPS Islam Terpadu Darul Azhar Kabupaten Aceh Tenggara. HOTS dalam penelitian ini didasarkan pada Taksonomi Bloom Revisi meliputi menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif. Subjek sebanyak 30 siswa kelas VIII semester gasal tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data berupa tes yaitu essay test. Data HOTS diperoleh dari jawaban tes yang diberikan kepada siswa kemudian dianalisis secara deskriptif. Kriteria HOTS meliputi rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian pada ranah kognitif menganalisis sebesar 5,42 (sedang), ranah kognitif mengevaluasi sebesar 5,50 (sedang), dan ranah kognitif mencipta sebesar 4,50 (rendah). HOTS siswa secara umum berada pada kriteria sedang. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk mengkaji HOTS pada proses aktivitas belajar kaitannya terhadap transfer pengetahuan dan retensi pengetahuan yang diterima siswa. Kata-kata kunci: Higher Order Thinking Skills, Taksonomi Bloom Revisi

Salah satu fokus utama keterampilan berpikir Abad 21 dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah Higher Order Thinking Skills (HOTS) (Saido, et al., 2015:13; Maftuh, 2016:19; Shukla & Dungsungneon, 2016:211). Keterampilan berpikir sangat penting karena merupakan salah satu konten yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran selain keterampilan lainnya seperti keterampilan berkomunikasi, keterampilan sosial, dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat yang mengglobal. Keterampilan-keterampilan tersebut menuntut sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dalam persaingan global. Hal ini menjadi tujuan utama dalam pembelajaran IPS agar siswa memiliki kemampuan dalam berpikir logis dan kritis untuk memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan pola dan persebaran

keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan perkembangan kehidupan masyarakat untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik dan atau mengatasi masalah-masalah sosial (Kemendikbud, 2014:488).

Nuh (2015:32) menyatakan bahwa proses pembelajaran saat ini masih (1) kurang menekankan pada pentingnya berpikir tingkat tinggi dalam pembahasan, latihan, dan penugasan seperti kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, (2) kurang menekankan pentingnya aktivitas siswa seperti mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan, (3) kurang menekankan pentingnya pembelajaran kontekstual dan melanjutkan pembelajaran bukan hanya sampai pada ranah pengetahuan tetapi sampai menjadi

(2)

keterampilan sehingga dapat menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan nyata. Beberapa hal di atas menjadi analisis kebutuhan siswa dan menjadi kesenjangan dari harapan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu analisis kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran yaitu pada keterampilan berpikir HOTS (Heong, et al., 2012:201). Hal ini yang menjadi tantangan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

Higher Order Thinking Skills

HOTS menekankan pada keterampilan mengembangkan kapasitas berpikir siswa, membangun pengetahuan yang telah dimiliki, mampu memecahkan masalah, dan mampu menemukan hal baru dalam kehidupan nyata. HOTS didasarkan pada keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS) seperti membedakan, penerapan, analisis sederhana, dan strategi kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan sebelumnya dari isi permasalahan pokok (kosakata, pengetahuan prosedural, dan pola memberi alasan). HOTS

termasuk didalamnya yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif (Griffin, McGaw, & Care, 2012:36; King, Goodson, & Rohani, 2011:1; Brookhart, 2010:3-4). Proses pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan berpikir siswa akan mampu meningkatkan Low Order Thinking Skills ke Higher Order Thinking Skills (Karami, et al., 2012:3266; Thitima & Sumalee, 2012:3771). Dalam penerapannya, HOTS membutuhkan aktivitas berpikir secara berulang-ulang.

HOTS merupakan aktivitas berpikir siswa yang melibatkan level kognitif tingkat tinggi dari taksonomi berpikir Bloom meliputi menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2015:43; Shukla & Dungsungneon, 2016:211; Chinedu, et al., 2015:37). Aktivitas HOTS membantu siswa terampil mencari ilmu dalam penalaran induktif dan deduktif untuk memikirkan jawaban atau mengidentifikasi dan mengeksplorasi pemeriksaan ilmiah dari fakta-fakta yang ada (Thitima & Sumalee, 2012:3771). Tabel 1 menjelaskan HOTS dalam pembelajaran yang akan dicapai dan kata kerja oeprasional yang digunakan dalam pembelajaran.

Tabel 1. Level HOTS dan Kata Kerja Operasional

Tingkatan aktivitas HOTS Kata Kerja Operasional Menganalisis: dapatkah peserta didik membedakan antara

konsep-konsep yang berbeda?

Menilai, membandingkan, mengkritik, mengurutkan, membedakan, menentukan, mengurutkan

Mengevaluasi: dapatkah peserta didik membenarkan suatu pernyataan atau pilihan tertentu dengan memberikan alasan?

Mengevaluasi, menilai, mengkritik,

memilih/menyeleksi, menghubungkan, memberikan pendapat

Mencipta: dapatkah peserta didik membuat atau mengembangkan produk, teori atau sudut pandang baru berdasarkan pembelajaran?

Merakit, mendesain, merancang, membuat, memformulasikan.

Sumber: Anderson & Krathwohl, 2015:120-133; Narayanan, et al., 2015:4

Implementasi dari aktivitas berpikir pada Tabel 1 dapat terjadi saat guru kreatif dalam merancang aktivitas pembelajaran di kelas yang memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi kemampuan berpikirnya sehingga dapat mengasah aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Proses ini memaksimalkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran, IPS masih dipandang oleh siswa sebagai mata pelajaran yang membosankan dan kurang relevan dengan kehidupan siswa (Stahl, 2008:3).

Domain Taksonomi Bloom Revisi

Salah satu taksonomi yang dikenal dalam pendidikan adalah Bloom. Fungsi Taksonomi Bloom merupakan kerangka berpikir pencapaian tujuan pembelajaran guru dalam menganalisis mata pelajaran dan membelajarkan dimensi pengetahuan serta dimensi proses kognitif yang akan dicapai oleh siswa. Anderson & Krathwohl (2015:43) menyatakan yang termasuk ke dalam kategori HOTS adalah Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) dan Mencipta (C6).

(3)

Gambar 1. Tingkatan berpikir Taksonomi Bloom Revisi

Tingkatan berpikir Taksonomi Bloom bergerak dari hal-hal yang konkrit ke abstrak dan dari hal-hal yang sederhana ke yang lebih kompleks. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dalam Taksonomi tersebut perlu mengaitkan hal-hal konkrit dan sederhana yang berada di sekitar lingkungan siswa. Untuk mencapai itu, perlu adanya dimensi pengetahuan dan proses kognitif. Dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan konseptual, faktual, prosedural, dan metakognitif. Sedangkan dimensi proses kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Pemahaman ranah kognitif menganalisis meliputi keterampilan untuk membedakan atau memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan

menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain. Evaluasi berkaitan dengan keterampilan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasarkan pada kriteria tertentu dengan memberikan penilaian. Mencipta didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Proses mencipta umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.

Berikut ini tabel 2 mengenai taksonomi pendidikan Bloom Revisi yang mengaitkan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam pembelajaran.

Tabel 2. Dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif

Dimensi Pengetahuan

Dimensi Proses Kognitif

Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta Faktual

Konseptual Prosedural Metakognitif

Sumber: Anderson & Krathwohl (2015:40)

Keterkaitan kedua dimensi pada tabel di atas adalah pencapaian keterampilan berpikir proses kognitif siswa dapat terbentuk ketika guru melakukan pembelajaran dengan mengaitkan materi disertai dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan melalui prosedur yang terukur. Keterkaitannya dilakukan melalui pengamatan langsung ke lapangan, lembar kegiatan siswa atau media-media pembelajaran lainnya seperti gambar dan video. HOTS dapat ditingkatkan secara rutin ketika guru melakukan kegiatan pembelajaran yang melatih siswa untuk menganalisis, mengevaluasi dan mencipta dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya HOTS memudahkan siswa untuk mengingat,

memahami, dan mengaplikasikan dalam proses pembelajaran (Anderson & Krathwohl, 2015:354).

Dalam penelitian ini, HOTS yang dimaksud adalah keterampilan siswa dalam menghasilkan berbagai alternatif jawaban dengan membedakan antara konsep-konsep yang berbeda, memberikan pernyataan dengan memberikan alasan logis, dan menjawab dengan sudut pandang baru dari proses pembelajaran yang siswa dapatkan. Penelitian ini sebagai dasar pemetaaan keterampilan berpikir siswa (HOTS) di SMPS Islam Terpadu Darul Azhar pada subtema jumlah dan pertumbuhan penduduk semester gasal di kelas VIII.

(4)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jenis penelitian kualitatif dan analisa data dilakukan secara deskriptif. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII semester gasal tahun pelajaran 2016/2017 SMPS Islam Terpadu Darul Azhar Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh. Jumlah responden sebanyak 30 siswa diambil secara random

dari 5 kelas kemudian masing-masing kelas diambil sebanyak 6 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkatan HOTS siswa dengan memberikan tes berupa essay. Soal HOTS didasarkan pada Taksonomi Bloom Revisi meliputi ranah kognitif menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Berikut kriteria HOTS yang digunakan.

Tabel 3. Kriteria HOTS

Ranah Kognitif Indikator Operasional Skor

Menganalisis (Analyzing)

Siswa dengan tepat membedakan antara konsep-konsep yang berbeda 3

Siswa kurang tepat membedakan antara konsep-konsep yang berbeda 2 Siswa tidak tepat membedakan antara konsep-konsep yang berbeda 1

Siswa tidak menjawab 0

Mengevaluasi (Evaluating)

Siswa dengan tepat memberikan pernyataan dengan memberikan alasan logis 3

Siswa cukup tepat memberikan pernyataan dengan memberikan alasan logis 2 Siswa tidak tepat memberikan pernyataan dengan memberikan alasan logis 1

Siswa tidak menjawab 0

Mencipta (Creating)

Siswa tepat menjawab dengan membuat/mengembangkan sudut pandang baru 3

Siswa cukup tepat menjawab dengan membuat/mengembangkan sudut pandang baru 2 Siswa tidak tepat menjawab dengan membuat/mengembangkan sudut pandang baru 1

Siswa tidak menjawab 0

Sumber: Modifikasi Anderson & Krathwohl, 2015:120-133; Narayanan, et al., 2015:4

Skor HOTS dari masing-masing siswa adalah jumlah skor yang diperoleh sesuai dengan banyaknya skor keseluruhan dari yang tampak pada saat menyelesaikan soal tes. Skor maksimum adalah skor tertinggi (skor 3) dikalikan dengan jumlah soal (5

butir soal). Skor maksimum adalah 15, sedangkan skor minimum adalah 0. Peneliti membagi interval menjadi 3 selang dengan rentang 5 dengan kriteria pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Kriteria HOTS Kategori tingkatan HOTS

NilaiHOTS Kriteria

0,00  NHOTS  5,00 Rendah

5,00 < NHOTS  10,00 Sedang

10,00 < NHOTS  15,00 Tinggi

Sumber: Modifikasi Heong, et al., 2011:123

HASIL PENELITIAN

Pembahasan ini didasarkan pada hasil tes siswa dengan memberikan 5 soal essay. Soal ranah kognitif menganalisis (C4) sebanyak 2 soal, mengevaluasi (C5) sebanyak 2 soal dan mencipta

(C6) sebanyak 1 soal. Adapun tingkatan keterampilan siswa berdasarkan kriteria HOTS dapat dilihat dalam tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Jumlah siswa berdasarkan Kriteria HOTS

NilaiHOTS Kriteria Jumlah siswa berdasarkan Kriteria HOTS

Menganalisis % Mengevaluasi % Mencipta %

0,00  NHOTS ≤ 5,00 Rendah 21 70,00 17 56,67 22 73,33

5,00 < NHOTS ≤ 10,00 Sedang 9 30,00 13 43,33 8 26,67

10,00 < NHOTS ≤ 15,00 Tinggi 0 0,00 0 0,00 0 0,00

(5)

Berdasarkan tabel 5 di atas, nilai HOTS siswa pada ranah kognitif menganalisis dengan kriteria rendah sebanyak 21 siswa (70,00%) dan kriteria sedang sebanyak 9 siswa (30,00%). Nilai HOTS siswa pada ranah kognitif mengevaluasi dengan kriteria rendah sebanyak 17 siswa (56,67%) dan kriteria sedang sebanyak 13 siswa (43,33%).

Sedangkan nilai HOTS siswa pada ranah kognitif mencipta dengan kriteria rendah sebanyak 22 siswa (73,33%) dan kriteria sedang sebanyak 8 siswa (26,67%).

Berikut ini uraian tabel 6 mengenai nilai rata-rata tiap ranah kognitif jika dikonversikan dengan kriteria tingkatan HOTS.

Tabel 6. Nilai Rata-Rata Ranah Kognitif HOTS

No Ranah Kognitif Rata-Rata Konversi Rata-rata tengah Interval Kriteria Tingkat HOTS

1 Menganalisis 5,42 7,50 Sedang

2 Mengevaluasi 5,50 7,50 Sedang

3 Mencipta 4,50 2,50 Rendah

Rata-Rata 5,14 7,50 Sedang

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Nilai keseluruhan rata-rata HOTS siswa diuraikan dengan mengacu penilaian penskoran pada tabel 4. Jawaban siswa pada soal ranah kognitif menganalisis memperoleh hasil rata-rata konversi sebesar 5,42 dengan kriteria sedang. Rata-rata tengah interval nilai sedang adalah 7,50 (5,00 < NHOTS

≤ 10,00), jadi jika dilihat dari nilai tersebut, maka nilai hasil ranah kognitif menganalisis berada di bawah rata-rata interval nilai sedang, atau di atas nilai batas bawah kriteria sedang yaitu 0,42. Begitu juga pada nilai hasil ranah kognitif mengevaluasi berada di bawah rata-rata interval nilai sedang, atau di atas nilai batas bawah kriteria sedang yaitu 0,50. Artinya, meskipun pada ranah kognitif menganalisis dan mengevaluasi berada pada kriteria tingkat HOTS sedang, tetapi keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal masih dalam kategori cukup tepat atau maksimal pada skor 2. Pada ranah kognitif mencipta memperoleh hasil konvensi 4,50 dengan kriteria rendah. Rata-rata nilai siswa pada ranah kognitif ini berada di atas rata-rata interval nilai rendah. Rata-rata nilai HOTS siswa hasil kumulatif ketiga ranah kognitif sebesar 5,14 dengan kriteria sedang.

Hasil analisis penelitian di atas pada tabel 5, keseluruhan siswa belum terampil dalam menyelesaikan soal dengan karakteristik berpikir lebih kompeks (kriteria tinggi). Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum terampil dalam memahami dan memaknai soal secara tepat dan logis. Perlu adanya strategi dalam proses pembelajaran yang menstimulus aktivitas berpikir siswa secara berulang-ulang seperti dengan pembelajaran pemecahan masalah, penugasan, pembelajaran inkuiri, pembelajaran kooperatif dan sebagainya. Siswa harus diajak aktif untuk mengembangkan keterampilan individunya memikirkan jawaban atau mengidentifikasi dan mengeksplorasi pemeriksaan ilmiah dari fakta-fakta (Thitima & Sumalee, 2012:3771).

Telaah jawaban dari 2 soal ranah kognitif menganalisis yang diberikan kepada siswa, hanya 9 siswa (30,00%) mampu menjawab soal dengan kategori sedang. Salah satu soal yang diberikan pada ranah kognitif menganalisis sebagai berikut.

Perhatikan gambar dibawah ini.

“Coba hubungkan, hal-hal apa saja yang dapat kamu jelaskan dari kedua gambar (a dan b) di atas?”

(6)

Gambar 2. Contoh jawaban siswa ranah kognitif menganalisis

Jawaban di atas benar, tetapi siswa belum terampil memberikan jawaban lebih dari satu konsep dari gambar yang ada. Keterampilan siswa membedakan antara konsep-konsep yang berbeda belum terlihat seperti pengaruh pertumbuhan penduduk yang terpusat kaitannya terhadap peluang lapangan kerja, kebutuhan akan tempat tinggal, penyempitan lahan pertanian dengan semakin banyaknya bangunan pemukiman merupakan

beberapa jawaban lainnya dari konsep-konsep yang berbeda tetapi saling mempengaruhi.

Dari 2 soal ranah kognitif mengevaluasi yang diberikan kepada siswa, sebanyak 13 siswa (43,33%) sudah terampil menjawab soal menjawab tepat dan logis dengan kategori sedang. Salah satu soal yang diberikan pada ranah kognitif mengevaluasi yaitu “Apa saja yang mungkin terjadi, dampak pertumbuhan penduduk disuatu wilayah terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan?”

Gambar 3. Contoh jawaban siswa ranah kognitif mengevaluasi

Kriteria dalam ranah kognitif mengevaluasi adalah siswa terampil menjawab dengan tepat dalam memberikan pernyataan dan alasan logis. Jawaban siswa dalam merespon soal benar. Siswa sudah mampu mengeksplorasi dampak apa yang akan terjadi pada aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dengan pernyataan yang tepat dan logis.

Dari 1 soal ranah kognitif mencipta yang diberikan, 8 siswa (26,67%) terampil menjawab soal dengan kategori sedang. Salah satu soal yang diberikan pada ranah kognitif mencipta yaitu “Seandainya kamu seorang kepala desa, bagaimana cara kamu merumuskan tindakan agar tidak terjadi kepadatan penduduk di desamu?”

Gambar 4. Contoh jawaban siswa ranah kognitif mencipta

Pada soal mencipta, soal yang diberikan mencoba menggali pengetahuan siswa dengan mengaitkan pertumbuhan penduduk di desa tempat tinggalnya. Kriteria ranah kognitif mencipta adalah siswa tepat menjawab dengan membuat/mengembangkan sudut pandang baru. Kecenderungannya siswa masih belum terampil dalam merumuskan ide-ide baru. Jawaban yang diberikan masih terfokus pada buku teks.

PEMBAHASAN

Pemahaman siswa dalam menjawab soal masih rendah hal ini dibuktikan dengan minimnya siswa menghasilkan ide-ide baru berupa jawaban dari soal yang diberikan. Heong (2012:197) menyatakan siswa mengalami kebuntuan ide dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Sulitnya menghasilkan ide-ide merupakan faktor kunci dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan demikian, siswa perlu belajar keterampilan berpikir yang lebih tinggi (HOTS) untuk mengatasi kesulitan

(7)

dalam menghasilkan ide-ide. HOTS dapat ditingkatkan secara rutin ketika aktivitas pembelajarannya dengan melibatkan ranah kognitif yang kompleks seperti menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2015:355).

Hasil penelitian di atas mengindikasikan pentingnya mengaitkan pengetahuan yang akan dicapai dengan kondisi dan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar siswa. Haladyna and Shaughnessy dalam Stahl (2008:8) menyatakan bahwa strategi guru dan lingkungan pembelajaran memegang peranan yang kuat dalam membentuk keterampilan berpikir siswa. Strategi yang efektif akan menstimulus siswa mampu menganalisis,

menginterpretasikan, memberikan respon, mengevaluasi dan mencipta (Shukla & Dungsungnoen, 2016:211).

Pengetahuan apa yang diterima oleh siswa bergantung pada apa yang diajarkan oleh guru (Arends, 2013:29; Noor, 2009:62). Oleh karena itu, pembelajaran harus diubah dari pembelajaran mengingat kepada pembelajaran berpikir. Pada akhirnya tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran di kelas adalah agar siswa memiliki keterampilan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial di lingkungan tempat tinggalnya (Kemendikbud, 2014:488).

SIMPULAN

Hasil telaah penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum HOTS siswa SMPS Islam Terpadu Darul Azhar Kabupaten Aceh Tenggara pada kategori sedang dengan rata-rata konversi 5,14. Walaupun dalam kategori sedang, tetapi signifikansi kenaikan nilai pada tingkatan sedangnya hanya 0,14. Jumlah siswa yang terampil dalam menjawab soal berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi masih di bawah 50% jumlah

responden. Artinya siswa masih belum terampil secara tepat memberikan jawaban pada kriteria membedakan antara konsep-konsep yang berbeda, memberikan pernyataan dengan memberikan alasan logis, dan memberikan menjawab dengan sudut pandang baru. Sebagai bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk mendalami HOTS pada proses aktivitas belajar yang mampu mentransfer pengetahuan siswa mampu meretensi pengetahuan yang diterimanya.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Eds). 2015. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. (Terjemahan Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan tahun 2001).

Arends, R.I. (Eds). 2013. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Terjemahan Made Frida Yulia. Jakarta: Salemba Humanika.

Brookhart, S.M. 2010. How to Access Higher Order Thinking Skills in Your Classroom. Virginia USA: ASCD.

Chinedu, C.C., Kamin, Y. & Olabiyi, O.S. 2015. Strategies For Improving Higher Order Thinking Skills In Teaching and Learning of Design and Technology Education. Journal of Technical Education and Training (JTET), Vol. 7, No. 2, p:35-43.

Griffin, P., McGaw, B. & Care, E. 2012. Assessment and Teaching of 21st Century Skills. Victoria: Springer.

Heong, Y.M., Othman, W.B., Yunos, J.M., Kiong, T.T., Hassan, R.B. & Mohamad, M.M.B.

2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Journal of Social Science and Humanity, Vol. 1, No. 2, p:121-125.

Heong, Y.M., Yunos, J.M., Othman, W., Hassan, R., Kiong, T.T. & Mohamad, M.M. 2012. The needs analysis of learning higher order thinking skills for generating ideas. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 59, p:197– 203.

Karami, M., Pakmehr, H. & Aghili, A. 2012. Another view to importance of teaching methods in curriculum: Collaborative learning and students’ critical thinking disposition. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46, p:3266-3270.

Kemendikbud. 2014. Permendikbud No. 58 tahun 2014 tentang Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(8)

King, F.J., Goodson, L. & Rohani, F. 2011. Higher Order Thinking Skills ; Definition, Teaching Strategies and Assessment. (Online) (http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf)

Maftuh, B. 2016. Pendidik Profesional, Kreatif dan Berkarakter dalam Menciptakan Pembelajaran IPS

Inovatif dan Bermutu untuk Menghasilkan Lulusan yang Cerdas dan Berdaya Saing Global.

Disampaikan pada Seminar Nasional di Fakultas Ilmu Sosial-Universitas Negeri Malang, 14 April 2016.

Narayanan, S. & Adithan, M. 2015. Analysis Of Question Papers In Engineering Courses With Respect To

Hots (Higher Order Thinking Skills). American Journal of Engineering Education (AJEE), Vol. 6,

No. 1, p:1-10.

Noor, A.M. 2009. Pedagogical Issues in Integrating Thinking Skills in The Classroom. International Journal for Education Studies, Vol. 2, P:55-68.

Nuh, M. 2015. Pendidikan Sains Pembelajaran dan Penilaian Sains Sesuai Kurikulum 2013. Disampaikan pada Seminar Nasional di Universitas Negeri Surabaya, 20 Januari 2015.

Saido, G., Siraj, S., Nordin, A. & Al-Amedy, O. 2015. Teaching Strategies for Promoting Higher Order Thinking Skills: a Case of Secondary Science Teachers, (Online), http://Mojem.um.edu.my. Vol. 3, p:16-30. retrieved on Juli 27, 2016.

Shukla, D. & Dungsungneon, A.P. 2016. Student’s Perceived Level and Teachers’ Teaching Strategies of Higher Order Thinking Skills; A Study on Higher Educational Institution in Thailand. Journal of Education and Practice. Vol. 7, No. 12. p:211-219.

Stahl, J. 2008. A Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies: Building Social Understanding and Civic Efficacy. Journal for Social Studies. Waldorf, Maryland: National Council for Social Studies.

Thitima, G. & Sumalee, C. 2012. Scientific Thinking of the Learners Learning with the Knowledge Construction Model Enhancing Scientific Thinking. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46, p:3771-3775.

Gambar

Tabel 1. Level HOTS dan Kata Kerja Operasional
Gambar 1. Tingkatan berpikir Taksonomi Bloom Revisi
Tabel 5. Jumlah siswa berdasarkan Kriteria HOTS
Gambar 3. Contoh jawaban siswa ranah kognitif mengevaluasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis dan pembahasan terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki untuk mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan, seperti inovasi dan pengembangan tekhnologi

Materi Radalgram 2 NO KKP 2015 PERIODE WAKTU TARGET 2015 ALAT UKUR JENIS INDIKATOR PENANGGUNG JAWAB.. 1 Angka Prevalensi Penggunaan

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor Keterangan Perumahan Tahun 2014 Triwulan 1 wilayah Kabupaten Brebes yang

Melihat pemanfaatan dari jagung ungu di sekitar kita belum banyak yang mengelolanya bahkan ada yang masih asing dengan jagung ungu, maka dari itu dilakukan

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air minum dan penyediaan air minum yaitu dengan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kebutuhan air

Contoh yang lain adalah orang yang melapor kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dengan mengatakan bahwa ada seseorang yang telah melakukan suatu tindakan

Policy Sector Reform • Encourage implementation of decentralization and devolution of HoB area management • Facilitation/promote the process of village empowerment regard-

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka pada perancangan pabrik benzil alkohol dari bahan baku benzil klorida dan natrium karbonat perlu memilih proses yang