• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol. 3, No.7hal September 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol. 3, No.7hal September 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 9 HASIL REVIU JURNAL

VARIASI EKSPERIMEN

DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.

3, No.7hal. 754-765 September 2015

JERO BUDI DARMAYASA (1502664) 10/5/2015

Naskah ini merupakan hasil reviu Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika. Naskah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Hasil Penelitian Internasional Pendidikan Matematika yang diampu oleh bapak Bana Kartasasmitha, Ph.D. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

(2)

Page 2 of 9

JERO BUDI DARMAYASA (2015). VARIASI EKSPERIMEN DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA,HASIL REVIU JURNAL ELEKTRONIK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA VOL 3 NO 7 HAL 754-765 SEPTEMBER 2015.

A. ABSTRAK

Tulisan ini merupakan reviu hasil penelitian dalam pendidikan matematika. Reviu yang berupa narasi ini menonjolkan perbandingan metode penelitian dengan teori yang ideal. Peneliti memilih variabel bebas berupa model pembelajaran kooperatif dan gaya belajara dan mengukur variabel tterikat berupa prestasi belajar matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII se-Kota Surakarta. Sebagai hasil reviu, masukan berupa pengembangan metode penelitian disajikan sebagai sebuah gagasan baru. Adapun gagasan yang dimaksud yaitu dengan mengikutkan variabek kategori sekolah sebagai variabel bebas melengkapi variabel model pembelajaran dan gaya belajar. Akibatnya, rancangan faktorial yang semula rancangan faktorial 3x3 dengan variabel Model-Gaya akan berkembang menjadi 3 kali lipat diantaranya: Model-Gaya, Model-TipeSekolah, dan Gaya-TipeSekolah. Hal itu tentu akan mempengaruhi rumusan masalah, hipotesis penelitian, pengambilan data, hasil penelitian, serta penarikan kesimpulan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Gaya Belajar, Prestasi belajar, Faktorial

B. PENDAHULUAN

Pendidikan Matematika mengalami perkembangan dari waktu ke waaktu di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan matematika yaitu adanya penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pendidikan matematika. Berbagai jenis penelitian telah dilaskanakan baik oleh mahasiswa calon guru matematika, guru matematika, ataupun dosen di Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK). Penelitian yang dilaksanakan juga bervariasi. Ada penelitian deskripsi, korelasi, ataupun komparasi.

Penelitian deskriptif dalam pendidikan matematika biasanya dilaksanakan untuk mendeskripsikan satu atau lebih variabel yang berkaitan dengan pendidikan matematika, atau lebih khususnya tentang pembelajaran matematika. Jika ada dua variabel yang akan diselidiki hubungannya, maka penelitian korelasional merupakan pilihan yang tepat. Sementara, pemilihan desain penelitian komparasi biasa diilih jika tujuannya membandingkan pengaruh dari dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel terikat yang dipilih bisa hanya satu ataupun lebih. Banyaknya variabel bebas atau variabel terikat yang akan diukur berpengaruh pada jenis statistik yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Jika variabel

(3)

Page 3 of 9 bebas hanya dua dengan satu variabel terikat, maka perbedaan variabel terikat sebagai pengaruh perbedaan pemilihan variabel bebasnya dapat diuji dengan menggunakan uji-t. Begitu seterusnya, sehingga ada uji statistik lain yang dapat dipilih seperti Anova, Manova, ataupun Manacova.

Selain pemilihan variabel bebas, terdapat variasi lainnya. Adanya variasi tersebut tidak terlepas dari kreativitas peneliti serta rasa ingin tahu.Sebagai contoh, terdapat penelitian berkaitan dengan pembelajaran matematika yang untuk mengkombinasikan dua kategori variabel bebas serta mencari interaksi pengaruhnya terhadap variabel terikat tertentu. Untuk contoh kasus tersebut, disain eksperimen yang digunakan adalah disain faktorial. Kebanyakan peneliti dalam penelitian pembelajaran matematika menggunakan disain faktorial 2 x 2. Misalnya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII di suatu daerah ditinjau dari tingkat motivasinya. Jika menggunakan disain faktorial 2 x 2, maka dipilih dua model pembelajaran (misalkan model A dan B) yang akan diterapkan pada dua kelas yang berbeda, dimana pada setiap kelas siswa dikelompokan menjadi dua kategori yaitu siswa dengan motivasi tinggi dan siswa dengan motivasi rendah. Disain itu menghasilkan empat kelompok kecil, yaitu model A motivasi tinggi, model A motivasi rendah, model B motivasi tinggi dan model B motivasi rendah. Lebih jelas, dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Rancangan Faktorial 2x2 Model Motivasi A B Tinggi AT BT Rendah AR BR

Pemilihan model pembelajaran pada disain diatas memerlukan pertimbangan, misalnya kesetaraan atau kemiripan karkteristiknya. Begitu juga dengan pemilihan variabel bebas kedua yang perlu memperhatikan hubungannya dengan variabel bebas yang pertama serta urgensinya dalam penelitian yang sedang dilaksanakan. Disamping itu, pemilihan variabel terikat sangat terbuka. Variabel terikat yang diteliti dapat berupa aspek kognitif, aspek afektif, bahkan psikomotor. Setiap aspek masih dapat dipilih menjadi beberapa variabel. Misalnya untuk aspek afektif dalam pembelajaran matematika dapat memilih variabel rasa igin tahu, motivasi, sikap, kemandirian, kreativitas, dan variabel lainnya. Pemilihan variabel bergantung pada masalah yang ditemukan pada populasi tempat penelitian akan dilaksanakan.

(4)

Page 4 of 9 Lebih lanjut, pengembangan model penelitian dilakukan dengan memperbanyak kelompok yang akan dikenai perlakuan serta memperbanyak kategori variabel bebas yang kedua. Pada kasus itu, maka rancangan faktorial yang digunakan diperluas, misalnya menjadi rancangan faktoeial 3x3. Berikut contoh judul penelitiannya “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check (PC), Think Pair Share (TPS), dan Problem Based Learning (PBL) pada Materi Kubus dan Balok Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta” yang akan direviu sebagai gambaran variasi dalam penelitian pendidikan Matematika. Jurnal tersebut merupakan hasil penelitian Irawati, dkk yang dipublikasikan dalam Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol 3, No. 7, hal. 754-765 September 2015. Para peneliti dalam tulisan itu selanjutnya akan disebut sebagai peneliti dalam tulisan ini.

C. MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SEBAGAI

VARIABEL PENELITIAN

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, tujuan pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran, lingkungan belajar, serta pengelolaan kelas (Arends, 1997 : 7). Disamping itu, model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:53). Terdapat banyak model pembelajaran yang dikenal dalam dunia pendidikan. Beberapa diantaranya yaitu: presentasi, model pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, serta diskusi kelas. Model-model tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, dalam peggunaannya harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan kurikulum pada suatu Negara. Disamping itu, model tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak model pembelajaran yang ada dan akan terus bertambah banyak seiring dengan perkembangan pendidikan.

Dalam pembelajaran di kelas, model pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan. Pada kegiatan inti diwajibkan menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran (Permendikbud no. 65: 2013:9). Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan

(5)

Page 5 of 9 dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Pembelajaran seyogyanya selalu menggunakan pendekatan ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring (Kemdikbud, 2013).

Memperhatikan amanat dari peraturan menteri tersebut, maka penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar menjadi sebuah kewajiban. Sama halnya dalam pembelajaran matematika. Namun, mengingat karakteristik siswa berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain atau antara kelas yang satu dengan keals yang lain maka pemilihan model yang tepat atau diduga paling tepat sangat dibutuhkan. Subini dalam Irawati, dkk (2013) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengarui rendahnya prestasi belajar adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Oleh karena itu, peneliti memilih beberapa model pembelajaran yang akan dibandingkan pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari gaya belajar siswa. Beberapa pertibangan yang digunakan oleh peneliti dalam memilih model pembelajaran adalah rekomendasi atau pernyataan tertulis dari para ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu. Dalam penelitian ini peneliti memilih Pairs Check (PC), Think Pairs Share (TPS), dan Problem Based Learning (PBL) yang disebut sebagai tipe dari Model Pembelajaran kooperatif. Adapun pernyataannya “Terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check (PC), Think Pairs Share (TPS), dan Problem Based Learning (PBL)”. Dalam hal ini, peneliti tampaknya melakukan perpaduan dalam pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Mengingat PBL memiliki karakter yaitu adanya pemberian masalah matematika kepada siswa pada awal pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari referensi ataupun membuat model untuk memecahkan masalah tersebut. Sejalan dengan pemikiran yang dikutif oleh peneliti sebagai berikut “Menurut Barrow dalam Huda (2013:271), PBL merupakan pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan suatu resolusi matematika”. Siswa atau mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran PBL pada kenyataanya dapat secara infividu ataupun berkelompok. Disisi lain, model pembelajaran kooperatif memiliki ciri adanya kelompok dalam proses belajar. Oleh karena itu, saat peneliti menyatakan bahwa PBL adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif, berarti peneliti telah melakukan inovasi dalam penentuan variabel penelitiannya.

Peneliti menggunakan rancangan faktorial 3x3 dalam penelitiannya. Rancangan itu mengharuskan ada variabel bebas yang kedua sebagai pendamping model pembelajaran. Dalam penelitian itu peneliti memilih gaya belajar sebagai variabel bebas yang kedua. Gaya belajar dibedakan menjadi tiga macam yaitu visual, uditori,

(6)

Page 6 of 9 dan kinestetik. Selain gaya belajar, penliti lain sering menggunakan motivasi, jenis kelamin, serta variabel lain yang dapat dikategorikan menjadi dua atau lebih kategori. Dalam konteks karakteristik daerah di Indonesia, variabel itu dapat diganti dengan mengkategorikan daerah menjadi daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Daerah Pedesaan/Pedalaman dapat dikategorikan menjadi daerah Tertinggal, daerah Kepulauan Kecil sebagai daerah Terluar, dan daerah yang berbatasan darat secara langsung dengan daerah lain (perbatasan) dikategorikan sebagai daerah terdepan. Beberapa kabupaten yang dapat dipilih dalam hal itu diantaranya Merauke, Sabo Raijua, Sambas, dan beberapa kabupaten lainnya (LPDP, 2015).

Selain model pembelajaran dan gaya belajar sebagai variabel bebas, peneliti juga memilih prestasi belajar sebagai variabel terikat. Prestasi belajar termasuk aspek kognitif. Alasan yang digunakan oleh peneliti memilih prestasi belajar sebagai aspek yang diukur dengan mempertimbangkan skor Indonesia dalam hasil survey TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study).

D. METODE DAN HASIL PENELITIAN

Peneliti melakukan penelitian eksperimen semu atau quasi eksperimental dengan rancangan faktorial 3x3. Sampel penelitian diambil dengan teknik stratified cluster random sampling. Pengambilan sampel dengan teknik cluster dan menghasilkan sampel terpilih dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah memunculkan kerancuan. Variabel bebas yang dipilih adalah Model Pembelajaran (PC, TPS, PBL) dan Gaya Belajar (Visual, Auditori, Kinestetik) menindikasikan bahwa matrik rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Matrik Rancangan Faktorian 3x3 (Model-Gaya) Model

Gaya Bel

PC TPS PBL

Visual PC-V TPS-V PBL-V

Auditori PC-A TPS-A PBL-A

Kinestetik PC-K TPS-K PBL-K

Dengan memilih tiga sekolah sebagai sampel penlitian yaitu SMP N 6 Surakarta (tinggi), SMP N 11 Surakarta (Sedang), dan SMP N 26 Surakarta (rendah) maka dapat ditebak bahwa satu model pembelajaran dilaksanakan di satu sekolah. Namun, penggolongan sekolah menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah tidak dijelaskan atau tidak menjadi pembahasan dalam penelitian tersebut. Oleh karean itu, jika PC dibandingkan dengan TPS dibandingkan dengan PBL satu persatu tetapi

(7)

Page 7 of 9 pada kenyataanya masing-masing diterapkan pada sekolah dengan tingkat kemampuan yang berbeda, maka akan terjadi bias. Jika dilakukan dengan memilih masing-masing tiga kelas pada setiap sekolah yang dikenai perlakuan model pembelajaran dan ditinjau dari gaya belajarnya, maka banyaknya kelas yang terpilih menjadi 9 kelas dengan 27 kelompok kecil (baris-kolom). Hal itu tidak sesuai dengan teknik analisis data berupa Anova dua jalur yang dipilihnya. Lebih lanjut, dalam latar belakang juga tidak dipertegas mengapa mengkategorikan sampel menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Jika pengkategorian tersebut digunakan, maka penelitiannya akan menjadi 3 kali lipat lebih kompleks, tetapi analog. Perluasan yang dilakukan yaitu dengan mengkoombinasikan tiga variabel bebas dan menyelidiki pengaruhnya pada satu variabel terikat. Berikut ini gambarannya:

Keterangan:

PC : Model Pembelajaran Pairs Check

TPS : Model Pembelajaran think Pairs Share.

PBL : Model Pembelajaran Problem Based Learning

R : Sekolah Kelompok Rendah S : Sekolah Kelompok Sedang T : Sekolah Kelompok Tinggi V : Siswa dengan Gaya Belajar Visual A : Siswa dengan Gaya Belajar Auditori K : Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik

jika variabel pengelompokan sekolah digunakan maka akan terdapat tiga variasi rancangan faktorial 3x3, diantaranya 1) Model-gaya, 2) Model-Kelompok, dan 3) Kelompok-gaya. Model Gaya Bel Kelompk PBL TPS PC V A K R S T T-K T-A T-V T-PC TPS-V

(8)

Page 8 of 9 Penelitian serupa yang dapat dilakukan yaitu dengan mengganti variabel gaya belajar dengan memilih sekolah ditinjau dari daerahnya. Misalkan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Berdasarkan daerahnya. Dalam kasus itu, misalkan model pembelajaran yang dipilih adalah model kooperatif (TAI, STAD, Jigsaw) dan daerah penelitian dibedakan menjadi daerah Tertinggal, Terluar, dan terdepan. Langkah yang diambil adalah memilih masing-masing 3 kelas pada setiap daerah. Matrik rancangan faktorialnya sama dengan tabel 2 di atas. Dengan memilih tiga sekolah di setiap daerah, misalkan sekolah di (Perkotaan, Pedesaan, dan pinggiran) maka matriks faktorialnya menjadi: Model-daerah, Model-letakSekolah, dan Daerah-LetakSekolah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa (1) Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai PC lebih baik daripada prestasi belajar matematika pada siswa yang dikenai TPS sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai PBL, 2)Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual lebih baik daripada auditorial ataupun kinestetik, sedangkan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial lebih baik daripada kinestetik, 3) siswa yang mempunyai gaya belajar visual, prestasi siswa yang dikenai PC lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang dikenai TPS dan PBL, sedangkan siswa yang dikenai TPS dan PBL mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya. Pada siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, siswa yang dikenai PC dan TPS mempunyai prestasi belajar yang sama, prestasi belajar siswa yang dikenai PC lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang dikenai PBL. Begitu pula, prestasi belajar siswa yang dikenai TPS lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang dikenai PBL. Pada siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, siswa yang dikenai model pembelajaran PC, TPS, dan PBL mempunyai prestasi yang sama. 4) Pada kelas PC, siswa yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar sama baiknya dengan siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, siswa yyang mempunyai gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada kinestetik dan siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan kinestetik. Pada kelas TPS dan PBL, siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya. Jika pengelompokan sekolah digunakan, maka rumusan masalah dan hipotesis penelitian akan lebih banyak. Akibatnya, hasil penelitian akan bertambah juga.

(9)

Page 9 of 9

E. KESIMPULAN

Variasi eksperimen yang dilakukan peneliti dalam penelitian tersebut yaitu penggunaan disain penelitian Eksperimen semu dengan rancangan faktorial 3x3. Peneliti berusaha untuk menambahkan satu variabel yaitu dengan mengelompokkan sampel menjadi tiga kelompok (tinggi, sedang, rendah) dan teknik sampling berupa stratified cluster random sampling. Namun, penggolongan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembahasan penelitiannya.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. 1997. Clasroom Instructional Management. New York: The Mc Graw-Hill Company.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Kemdikbud, 2013. Permendikbud nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta. Kemdikbud, 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta

Gambar

Tabel 1.  Rancangan Faktorial 2x2                         Model                    Motivasi  A  B  Tinggi  AT  BT  Rendah  AR  BR

Referensi

Dokumen terkait

Rumah tinggal tradisional Muna adalah merupakan wujud budaya yang berkaitan dengan hasil karya salah satu etnis dari tiga etnis besar yang ada di Sulawesi Tenggara

Selain Instagram, Sha’an d’Anthes juga menggunakan media Tumblr sebagai sarana untuk berinteraksi dengan pengikut dan para netizen.. Tumblr yang dapat diakses melalui

Hal yang didapatkan yakni yang pertama, bahwa sesungguhnya gender atau kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan Al-Quran bahwa antara laki-laki

Variabel adalah suatu nama yang dapat digunakan untuk menampung suatu nilai dan nilai yang ada padanya daapt diubah.. Contoh variabel yang sering Anda jumpai dalam buku ini

Selisih terbesar pada langkah ke-4 adalah pada baris pertama, dan alokasi unit cost terkecil untuk sel (1,4) A. Selisih terbesar pada baris ke-3, alokasi unit cost terkecil pada

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

URAIAN MERK SATUAN HARGA 5... 31 Kapal Long

[r]