• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Keluarga

1.1. Defenisi Keluarga 1.2. Tipe Keluarga 1.3. Struktur Keluarga 1.4. Fungsi Pokok Keluarga 1.5. Peran Keluarga

1.6. Tugas Kesehatan Keluarga 2. Suku Karo

2.1. Sejarah Suku Karo

2.2. Marga-marga Pada Suku Karo 2.3. Sistem Kekerabatan Suku Karo 2.4. Kebudayaan Suku Karo

(2)

1. Keluarga

1.1.Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikata-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Menurut WHO (1969), keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).

Menurut UU No. 10 tahun 1992, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem social yang hidup, terdiri dari beberapa sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orangtua, anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua system ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam Trisfariani, 2007).

1.2.Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, antara lain :

(3)

1.2.1. Secara Tradisional

Secara tradisional dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak mereka (anak kandung, adopsi, atau keduanya)

b. Keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek, paman/bibi, dan sepupu (Friedman, 1998).

1.2.2. Secara Modern

Secara modern dikelompokkan menjadi :

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan.

b. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

c. Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

d. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

(4)

e. Single Parent, adalah keluarga dimana satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

f. Dual Carrier, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

h. Single Adult, adalah keluarga dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i. Three Generation, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.

k. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage, adalah keluarga yang di dalam satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya .

m. Unmarried Parent and Child, adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

n. Cohibing Coiple, adalah keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanap kawin.

(5)

o. Gay and lesbian family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Setiadi, 2006).

1.3.Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, antara lain :

a. Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).

1.4.Fungsi Pokok Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit tersebut.

(6)

Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, antara lain :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk bekehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah .

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi untuk memnuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2006).

Menurut Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 BAB I pasal 1 ayat 2, fungsi keluarga terbagi atas : fungsi cinta kasih dan fungsi melindungi. Fungsi cinta kasih yaitu dengan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami, dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Fungsi melindungi yaitu

(7)

menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga (Akhmadi, 2009).

1.5.Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang menunjuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Dapat dikatakan bahwa peran merupakan sesuatu yang diharapkan akan dilakukan seseorang yang kemudian akan memberikan pemenuhan kebutuhan. Jika mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan perlakuan yang baik dari orang tua, sehingga anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik, biologis, maupun sosiopsikologisnya.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998) adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik

(8)

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

1.6.Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman (1998), adalah sebagai berikut : 1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumberdaya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006), 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat . Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

(9)

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006), 3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Setiadi, 2006), 4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998), 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).

(10)

2. Suku Karo.

2.1. Sejarah Suku Karo.

Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari, dimana tanah karo diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal tanah karo jauh lebih luas daripada kabupaten Karo. Etnis Karo termasuk ras Proto Melayu (palaelo Mongoloit) yang bercampur dengan ras Negroid (negrito).

Pada abad 1 Masehi terjadi pula migrasi orang India Selatan yang beragama Hindu ke Indonesia. Mereka lalu memperkenalkan agama Hindu ke Indonesia. Bekas-bekas dari agama Hindu ini masih terlihat dalam kepercayaan tradisional etnis Karo, seperti perwujudan Tuhan dalam tiga bentuk. Dalam agama Hindu misalnya dikenal Brahmana Pencipta alam, Waisya Pemelihara alam, dan Syiwa Perusak alam. Sementara dalam kepercayaan Karo (pamena) perwujudan Tuhan juga dalam tiga bentuk masing-masing Dibata Atas (Dibata Kaci-kaci), Dibata Tengah (Padukah Ni Aji) dan Dibata Teroh atau Banua Koling (Prinst, 1996).

Kemudian pada abad ke-5 Masehi datng oulalah gelombang migrasi Hindu dari India,yang memperkenalkan Budha dan tulisan “Nagari”. Aksara inilah yang menjadi cikal bakal aksara : Batak, Melayu Kuno, Jawa Kuno, dan lain-lain.

Pada abad ke-9 disebut-sebut nama kerajaan yang ada di pulau Sumatera adalah Rami (Lamuridi Aceh), Melayu dan Harladji (Haru). Tahun 1979 dilakukan eksvansi di kota Cina Labuhan Deli, di sana ditemukan uang cina jaman dinasti Tang (sebelum 756 Masehi), pualam keramik dan batu tempat candi Serta patung-patung Hindu dan Budha sampai akhir abad ke-13. Penemuan demikian juga terdapat di pulau Kampai (Sinar, 1995 dikutip dari Prinst, 1996).

(11)

Menurut sejarah perkembangan Pemerintahan Kotamadya daerah Tk. II Medan, pada tahun 1925 dan 1926, Van Steim Callenfels menemukan tumpukan kulit kerang di perkebunan tembakau seritis dan di dalam tumpukan kulit kerang itu juga ditemukan peralatan manusia Pra Sejarah, berupa serpih bilah dan beberapa lumpang batu dan alat tumbuknya yang masih sangat kasar buatannya.

Tumpukan kulit kerang ini juga ditemukan diperkebunan Buluh Cina dan Tandan Hilir. Ini menurut para ahli berasal dari Zaman Batu Madya (Mezolitieum). Penemuam-penemuan ini menunjukkan, bahwa di daerah ini pernah hidup manusia purba. Daerah-daerah yang disebutkan di atas adalah masuk wilayah Karo dan karenanya menjadi jelas, bahwa daerah Karo sudah hiddup manusia purba 10.000 tahun yang lalu (Prinst, 1996).

2.2. Marga-marga pada suku Karo

Secara garis besar suku Karo ini terdiri dari lima marga yaitu : Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, dan Perangin-angin (Prinst, 1996).

2.3. Sistem Kekerabatan Suku Karo

Kekerabatan di tanah Karo diikat dalam “Sangkep si Telu” yang menunjuk kepada tiga pilar yang kuat dan saling mendukung. Walau ketiganya terpisah dan memiliki fungsi berbeda, tetapi saling mendukung. Dalam masyarakat Karo ketiga pilar itu digelar:

Kalimbubu (orang tua dari pihak istri dan semua saudara laki-laki dari pihak

(12)

masih satu ibu). Kalimbubu dapat juga disamakan dengan hula-hula pada masyarakat Tapanuli. Kalimbubu adalah golongan yang sangat dihormati, dinamakan juga dibata ni idah, yaitu tuhan yang dapat dilihat. Murah rezeki, anak sehat-sehat itu semua karena Tuah (berkat) kalimbubu. Demi tuah-nya, maka apabila ia sakit (morah-morah kalimbubu), karena sesuatu yang tidak senonoh yang dilakukan anak beru-nya, dapat menimbulkan akibat yang buruk.. Untuk itu, maka ada upacara untuk minta maaf kepada Kalimbubu yang disebut dengan

nabel.

Senina/ Sembuyak (semua orang yang dalam istilah karo dipandang sebagai

saudara laki-laki atau perempuan).Senina/Sembuyak adalah saudara antara anggota-anggota yang masih memiliki satu marga, satu ayah/ibu, satu cicit, dan seterusnya.

Anak Beru (keluarga-keluarga yang termasuk dalam keluarga yang

menikahi istri).Anak Beru juga dinamakan sebagai si majekkan lape-lape, yaitu yang membuat tempat berteduh bagi kalimbubu-nya. Pertengkaran-pertengkaran di dalam keluarga merupakan tugas anak beru yang mendamaikannya. Segala upacara-upacara, umpamanya upacara perkawinan, memasuki rumah baru, kematian, dan lain sebagainya diselesaika oleh anak beru.

Di dalam hal-hal yang berhubungan dengan adat, orang lain tidak boleh berhubungan langsung dengan kalimbubu, tetapi harus melalui perantara anak

beru. Jika ada dua pihak yang bersengketa, maka yang berhadapan langsung

(13)

disini adalah sebagai penyambung lidah. Menurut masyarakat Karo, anak beru dan senina merupakan jaminan bagi mereka.

Sangkep si Telu ini menjadi dasar bagi seluruh hubungan kekerabatan dalam

masyarakat Karo, baik yang berdasarkan pertalian darah maupun pertalian karena hubungan perkawinan.Di dalam Sangkep si Telu inilah terletak azas gotong-royong (aron), dan musyawarah dalam arti kata yang sedalam-dalamnya (Fauzia, 2009).

2.4. Kebudayaan Karo 2.4.1. Erpanger Kulau

Erpanger berasal dari kata “Panger”, yang berarti “Langir”. Oleh sebab itu “Erpanger”, artinya adalah “berlangir”. Pada pembahasan ini berlangir tidak dijelaskan dalam pengertian biasa, misalnya : seperti menyampo rambut. Akan tetapi Berlangir dalam arti upacara religius menurut kepercayaan tradisional Karo.

Banyak upacara-upacara religius yang dilakukan dalm kehidupan seseorang berdasarkan kepercayaan tradisional Karo. Misalnya : Mukul (pensakralan perkawinan), Mesur-mesuri (kenduri tujuh bulanan), Maba anak kulau (membawa anak turun mandi), Juma tiga (upacara memperkenalkan anak kepada dasar pekerjaan tradisional Karo, yakni bertani), Ngembahken nakan (mengantar nasi untuk orang tua), dan lain-lainya.

Jadi “Erpanger” adalah suatu upacara religius berdasarkan kepercayaan tradisional suku Karo (Pemena), dimana seorang/keluarga tertentu melakukan

(14)

upacara berlangir dengan/tanpa bantuan dari Guru, dengan maksud tertentu (Prinst, 1996).

Ada beberapa alasan mengapa seseorang/keluarga tertentu melakukan upacara “Erpanger”. Adapun alasan-alasan itu, adalah :

a. Upacara terima kasih kepada Dibata.

Dalam hal ini Erpangr dilakukan sebagai ucapan terima kasih dan syukur kepada Dibata (Tuhan), yang telah : memberikan rahmat tertentu. Misalnya : memperoleh keberuntungan, terhindar dari kecelakaan, memperoleh hasil panen, sembuh dari penyakit, dan lain sebagainya.

b. Menghindarkan suatu malapetaka yeng mungkin terjadi.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindarkan suatu malapetaka yang akan terjadi itu biasanya sudah terlebih dahulu diterka melalui firasat suatu mimpi yang buruk, atau mendasarkan keterangan dan saran dari Guru. c. Menyembuhkan sesuatu penyakit.

Sebagai upaya untuk mengobati suatu penyakit tertentu. Misalnya untuk mengobati orang gila, atau yang diserang begu, sedang bela, atau jenis-jenis hantu lainnya.

d. Mencapai maksud tertentu.

Sebagai upaya untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Misalnya agar capat mendapat jodoh, mendapt panenan/keberuntungan, memperoleh kedudukan yang baik, dan sebangsanya.

(15)

Pada waktu mengadakan Erpanger ini, maka lagu-lagu (musik) yang dibawakan meliput i Perang-perang (alep empat kali), Gendang peselukken,

Gendang penigindon Guru (permintaan Guru), Gendang adat (Perang-perang,

Simelungun Rakyat), Gendang pendungi, dan Gendang adat (Prinst, 1996). 2.4.2. Teraka

Adalah suatu seni merajah diri dengan gambar tertentu pada masyarakat Karo, terutama kaum wanitanya. Ini berkaitan dengan kepercayaan, bahwa wanita pada saat hamil atau melahirkan mudah sekali diserang oleh sedang bela (setan). Untuk menangkalnya dibuatlah Teraka pada bagian tubuh tertentu wanita itu.Menurut Kepercayaan Tradisional Karo sedang bela itu selalu berpindah-pindah tempatnya, seperti : jahen tapin (hilir pemandian), serpang (simpang jalan), dapur, dan ditirai rumah. Caranya menyerang manusia dapat melalui beberapa kejadian, seperti : terkejut (sengget), lihat (idah), atau dengar (begi). 2.4.3. Porpor Sage

Adalah suatu upacara perdamaian antara orang yeng berseteru menurut adapt Karo. Misalnya, mendamaikan perselisihan antara sesame anggota keluarga atau antara seseorang dengan orang lainnya. Untuk pelaksanaannya dihadiri oleh Sangkep Enggeloh (Sembuyak Anak Beru Kalimbubu) dari masing-masing pihak.

Tujuan dari upacara ini mengadakan perdamaian. Perdamaian yang dimaksud tidak semata bersifat duniawi, akan tetapi juga bersifat religius, yakni menentramkan “tendi” atau roh.

(16)

2.4.4. Katika

Adalah waktu pada suku Karo, yang terdiri dari nama-nama hari, Mamis si

Lima, dan Paka (bulan) serta Desa si Waluh (Mata Angin). Keempat hal ini

sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Karo tradisional, karena setiap aktifitas mereka akan didasarkan kepada Katika ini.

2.4.5. Guro-guro Aron

guro Aron berasal dari dua kata, yaitu guro dan Aron.

guro berarti hiburan atau pesta, sedangkan Aron berarti muda-mudi. Jadi Guro-guro Aron adalah suatu pesta muda-mudi yang dilaksanakan berdasarkan adapt

dan kebudayaan Karo, dengan memakai musik Karo dan perkolong-kolong (penyanyi).

Adapun Guro-guro Aron itu pada masyarakat Karo berfungsi sebagai berikut:

a. Latihan kepemimpinan (persiapan sukses)

Bahwa dalam Guro-guro Aron Muda-mudi dilatih memimpin, mengatur dan mengurus pesta tersebut.

b. Belajar adat Karo

Muda-mudi juga belajar tentang adat Karo. Misalnya bagaimana cara

ertutor, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menurut adapt atau

mana yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain. c. Hiburan

(17)

d. Metik (tata rias)

Muda-mudi belajar “tata arias” guna mempercantik diri. Mereka belajar melulur diri, membuat “Tudung” atau “Bulang-bulang” dan lain sebagainya. e. Belajar etika

Muda-mudi juga belajar etika atau tata krama pergaulan hidup dengan sesamanya.

f. Arena cari jodoh

Guro-goro Aron juga dimaksudkan sebagai arena cari jodoh bagi para

remaja. Oleh karena itu adakalanya pelaksanaannya didorong oleh orang-orang tua, karena melihat banyak perawan tua dan lajang tua dikampungnya. g. Njujungi Beras Piher

Adalah suatu upacara yang dilakukan kepada seseorang sebagai ucapan syukur dan agar selamat, karena telah berhasil dalam menjalankan suatu tugas tertentu, luput dari suatu marah bahaya, sembuh dari penyakit, menerima seseorang dari tempat jauh, atau menerima tamu terrhormat, dan lain-lain (Prinst, 1996).

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo

Berdasarkan hasil wawancara saya pada tanggal 19 Oktober 2009 yang dilakukan pada seorang pria suku Karo yang merupakan salah satu tokoh masyarakat suku Karo di daerahnya, terdapat penjelasan tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo antara lain: 1) Mengenal masalah kesehatan, seseorang dapat beraktifitas seperti biasa misalnya pergi ke ladang,

(18)

mencari ikan disungai dan lain sebagainya maka hal tersebut dikatakan sehat, jika sebaliknya disebutlah dalam keadaan sakit, 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk kesehatan, setiap anggota keluarga yang sakit maka keputusan keluarga membawanya pada dukun atau orang pintar untuk proses penyembuhannya, 3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, seiap keluarga melakukan perawatan di rumah mengikuti perintah yang diberikan dari dukun atau orang pintar tersebut, 4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, untuk menciptakan kondisi rumah yang bersih anggota keluarga yang tidak sakit membersihkan rumah sesuai rutinitasnya sehari-hari, 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada), hubungan timbal balik antara keluarga dengan dukun yaitu biasanya menuruti petunjuk dari dukun tersebut seperti memberikan sokok sesuai dengan rook yang diinginkan dari dukun tersebut atau juga memberi uang secukupnya (Sitepu, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

“ Dato Karama ” tahun 1645 M-1709 M, dengan menggunakan perahu layar bersama rombongannya berjumlah lima puluh orang beserta keluarganya. 2) Dato Karama dalam berdakwah

Bahwa pada saat Terdakwa sudah berada diatas kendaraan seluruh anggota diperintahkan turun kembali oleh Dandenpal karena masih ada senjata laras panjang FNC yang

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2011-2015 dan dari Kementerian Lingkungan Hidup

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah LKO juvenile gurame yang dipelihara pada salinitas yang berbeda selama 28 hari menunjukkan adanya perbedaan nyata

Desain penelitian pada penelitian ini adalah jenis penelitian metode kuantitatif, penelitian metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 6 – 18 febuari 2014 di Padukuhan Bonosoro Bumirejo Lendah Kulonprogo menunjukkan sebanyak 7 orang (70%)

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linier berganda adalah Manfaat Persepsian (X 1 ), Kemudahan Persepsian (X 2 ) dan Kondisi Yang Memfasilitasi (X 3