• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BOGOR

TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

Posyandu with Knowledge, Attitude, Behavior and Nutritional Status of Children Under-Five In Tamansari, Bogor. Under Direction of Dadang Sukandar and Yayat Heryato.

The objective of this research is to examine correlation between mother’s participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor. This research is part of the research which its title was “a Multi-Approach Intervention to Empower Posyandu Nutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas” was conducted on February 2012 by using a cross sectional study design. 120 people become sample in this research were selected purposively with sample criteria are (1)have children under-five (male or female 0-60 month), (2)registered as a users of posyandu, (3)ready to be interviewed. The data which used are primary data including characteristic of family and individu sample (big of families, income of families, age, education, and job of sample, characteristic of children under-five (gender and age), mother’s participation in posyandu, knowledge, attitude, behavior of nutrition, food consumption of children under-five, and nutritional status of children under-five. Secondary data including general image of research location. The analysis was carried out with Structural Equation Modeling (SEM). Based on the analysis of SEM, mother’s participation has a significant effect on the level of nutrition knowledge (T-value =-2.59E16). Nutrition knowledge has a significant effect with nutrition attitude (T-value = -3.8323). Nutrition attitude has a significant effect with nutrition behavior (T-value = -3.8323). Nutrition knowledge has a significant effect with nutrition behavior (T-value = -3.8323). Nutrition attitude has a significant effect with nutritional status of children (T-value = -3.8323). Nutrition behavior has a significant effect with nutritional status of children (T-value = -5.1027).

Keywords: Mother’s participation, knowledge, attitude, behavior, nutritional status.

(3)

dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar M.Sc dan Yayat Heryatno, SP., MPS.

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mengkaji hubungan partisipasi ibu balita di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita serta status gizi balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu 1) Mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga, ibu dan balita. 2) Mengkaji partisipasi ibu balita di posyandu. 3) Mengkaji pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita. 4) Mengkaji tingkat kecukupan gizi balita. 5) Mengkaji status gizi balita. 6) Menganalisis hubungan antara partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, serta status gizi balita.

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul “a Multi-Approach Intervention to Empower Posyandu Nutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas”. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yang dilakukan pada bulan Februari 2012. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu balita yang dipilih secara purposive, dengan kriteria: (1) mempunyai balita (laki-laki atau perempuan berumur 0-60 bulan), (2) terdaftar sebagai pengguna Posyandu, (3) bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 ibu balita dan anak balita. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga dan individu contoh (besar keluarga, pendapatan keluarga, umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu), karakteristik balita ( jenis kelamin dan umur ), partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, konsumsi pangan balita, serta status gizi balita. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian. Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM).

Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 5 orang. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp.362.081. Sebagian besar umur contoh berada pada kategori dewasa dini (92.5%). Sebagian besar tingkat pendidikan contoh berada pada tingkat SMP/sederajat (47.5%). Sebagian besar conoth berprofesi sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja (89.2%). Persentase Jenis kelamin balita hampir sama antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan, yaitu 50.8% laki-laki dan 49.2% perempuan. Sebagian besar balita berada pada golongan umur 12-23 bulan (32.5%) dan 24-35 bulan (30.8%).

Sebagian besar contoh (60%) memiliki tingkat partisipasi sedang. Sebagian besar contoh (67.5% ) menyatakan rutin mengunjungi Posyandu dalam tiga bulan terakhir. Sebagian besar contoh (58.3%) memiliki motivasi kunjungan tingkat sedang ke posyandu. Hampir seluruh contoh (99.2%) memiliki partisipasi yang rendah terhadap pelaksanaan posyandu. Sebanyak 54% contoh memiliki persepsi yang tergolong sedang tentang posyandu.

Persentase terbesar contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizinya diklasifikasikan ke dalam tingkat sedang (70%). Secara keseluruhan sikap gizi

(4)

Konsumsi energi ini rata-rata hanya memenuhi 71.5% (defisit tingkat sedang) angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan AKG. Sebanyak 50.8% balita memiliki tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat. Konsumsi protein balita secara keseluruhan rata-rata sebesar 17.5 gram. Konsumsi protein ini juga hanya memenuhi 87.9% (defisit tingkat ringan) angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan AKG. Sebanyak 46.7% balita memiliki tingkat kecukupan protein defisit tingkat berat. Sebanyak 50.8% balita memiliki tingkat kecukupan kalsium yang tergolong defisit. Sebanyak 52.5% balita memiliki tingkat kecukupan phosphor yang tergolong normal. Sebagian besar balita (65%) memiliki tingkat kecukupan besi yang tergolong defisit. Sebanyak 58.3% balita memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang tergolong defisit. Sebagian besar balita (84.2%) memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 yang tergolong normal. Sebagian besar balita (67.5%) ,mengalami defisit vitamin C.

Sebagian besar balita (86.7%) memiliki status gizi baik menurut BB/U. Sebanyak 50.8% balita yang memiliki status gizi normal menurut TB/U. Sebagian besar balita (83.3%) memiliki status gizi normal menurut BB/TB.

Berdasarkan hasil analisis SEM, terdapat pengaruh signifikan partisipasi contoh di posyandu terhadap tingkat pengetahuan gizi contoh (T-value=-2.59E16). Tingkat Pengetahuan gizi contoh berpengaruh signifikan terhadap sikap gizi contoh (T-value= -3.8323). Tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh berpengaruh signifikan terhadap perilaku gizi contoh (T-value= -3.8323). Sikap dan perilaku gizi contoh berpengaruh signifikan terhadap status gizi balita contoh (T-value= -3.8323).

Perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi ibu balita untuk berpartisipasi lebih di posyandu. Adapun upaya yang dapat dilakukan di antaranya meningkatkan pelayanan posyandu yang memadai baik dari segi sarana maupun prasarana. Selain itu, perlu dilakukan program penyuluhan bagi masyarakat agar masyarakat benar-benar memahami pentingnya posyandu serta dapat meningkatkan kesadaran untuk memanfatkan pelayanan posyandu dalam upaya perbaikan gizi. Diharapkan juga kepada pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan kondisi balita di lokasi penelitian. Perlu digalakkan beberapa program perbaikan gizi anak balita oleh pemerintah setempat guna memperbaiki kecukupan energi dan zat gizi balita.

(5)

KABUPATEN BOGOR

TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(6)

Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Nama : Tagor Syaputra Halomoan

NIM : I14080009

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc NIP. 19590725 198609 1 001

Yayat Heryatno, SP, MPS NIP. 19690112 199601 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

(7)

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sarjana yang berjudul “Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Tingkat Kecukupan Zat Gizi Balita di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor”. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, doa, semangat, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, H. Hasyiruddin S.Sos dan Hj. Elvi Fitriani yang telah memberikan doa, semangat, nasihat, motivasi dan pengorbanan serta kasih sayang kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir Dadang Sukandar, M.Sc dan Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan, motivasi, perhatian dan semangat kepada penulis.

3. Dr.Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu dan dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

4. Saudara penulis, Fitri Alanri S.Kep, Marissa Novi Rumondang, Imam Hidayat, Ilham Ramadan, Iqbal Zubair beserta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat dan doanya.

5. Mbak Wiwi, mbak Okta, mbak Iin, dan mbak Ryan atas semangat, bantuan, dan motivasi untuk perjuangan yang luar biasa ini.

6. Rika Ameliana Harahap yang telah memberikan motivasi, semangat, perhatian, dan doa kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat tercinta Rahman Setiawan, Nazhif Gifari, Didik Toro, Didik Tryascipta, Pratiwi AP, Lina Aminah, Deby NP, Desiani RP, Ayu Ashari, Hilda Safitri, Guslina, Leman, dan Hariman atas dukungan, semangat, dan kebersamaannya.

8. Teman-teman seperjuangan GM45 (Onion Skin) beserta seluruh pihak yang selama ini telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(8)

bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca.

Bogor, Oktober 2012

(9)

dilahirkan di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara pada tanggal 5 April 1990 silam. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan H. Hasyiruddin S.Sos dan Syahrida Harahap. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2002 di SD Negeri 15 Padangsidimpuan, Sumatera Barat. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2005 Penulis kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah umum di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Padangsidimpuan, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2008.

Penulis mengawali pendidikan sebagai mahasiswa pada tahun 2008 di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis di IPB terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Departemen Gizi Masyarakat, dengan mayor Ilmu Gizi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif ikut dalam berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain; (ECOAGRIFARMA) 2010, (HIMAGIZI) 2011, dan omda IMATAPSEL 2008/2012. Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan, antara lain; Open House tahun 2009, MPKMB tahun 2009, Nutrition Fair tahun 2010, Musyawarah Nasional (MUNAS) IV ILMAGI tahun 2011, Seminar Gizi Nasional (SENZATIONAL) tahun 2011, dan lain-lain. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah, antara lain; Dasar-dasar Komunikasi, Pendidikan Gizi, dan Ilmu Bahan Makanan. Penulis juga pernah melakukan Internship Dietetik (ID) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi tahun 2012. Penulis juga aktif sebagai tentor matematika di Primagama Quantum Kids (PQK).

Prestasi yang pernah diraih penulis, yaitu lolos pendanaan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) di bidang penelitian dan pemberdayaan masyarakat pada tahun 2011. Penulis juga mendapatkan beasiswa Charonpokphan pada tahun 2010/2011. Penulis juga Juara satu Espent (cabang futsal) tahun 2010, Juara dua Espent (cabang futsal) tahun 2011, Juara satu lomba lari estafet Liga Gizi Masyarakat (LIGIMA) tahun 2011, Juara dua turnamen futsal Liga Gizi Masyarakat (LIGIMA) tahun 2011.

(10)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan... 3 Tujuan Umum ... 3 Tujuan Khusus ... 3 Hipotesis ... 3 Kegunaan... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Posyandu ... 5 Besar Keluarga ... 6 Pendapatan Keluarga... 7 Umur ... 7 Pendidikan ... 7 Pekerjaan... 8

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ... 8

Pengetahuan Gizi Ibu balita ... 9

Sikap Gizi Ibu Balita ... 9

Perilaku Gizi Ibu Balita ... 9

Konsumsi Pangan dan Zat Gizi Balita ... 10

Status Gizi Balita dan Pengukurannya ... 11

KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

METODE PENELITIAN ... 15

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 15

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh... 15

Jenis dan Cara Pengambiilan Data ... 15

Pengolahan dan Analisis Data ... 16

Definisi Operasional ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

Karakteristik Keluarga dan individu balita ... 28

Besar Keluarga... 28 Pendapatan Keluarga... 28 Umur ... 29 Pendidikan ... 30 Pekerjaan ... 31 Karakteristik Balita ... 32 Jenis Kelamin ... 32 Umur ... 32

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ... 33

Frekuensi Kunjungan ke Posyandu ... 34

Motivasi Kunjungan ke Posyandu... 36

(11)

Persepsi Tentang Posyandu... 42

Pengetahuan Gizi Ibu Balita ... 46

Sikap Gizi Ibu Balita ... 48

Perilaku Gizi Ibu Balita ... 50

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita ... 52

Energi... 52 Protein... 53 Kalsium ... 53 Phosfor... 54 Besi ... 54 Vitamin A... 54 Vitamin B1... 54 Vitamin C... 55

Status Gizi balita ... 55

Analisis Antar Variabel ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN... 62

Kesimpulan ... 62

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Indikator tingkat kemandirian posyandu ... 5

2 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak ... 11

3 Kategori status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB... 12

4 Data primer dan cara pengumpulannya ... 16

5 Pengkategorian variabel penelitian ... 19

6 Luas tanah dan pola pemanfaatannya ... 25

7 Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari menurut jenis kelamin... 25

8 Jumlah usaha kecil, menengah, dan besar di Kecamatan Tamansari Tahun 2011 ... 27

9 Sebaran ibu balita berdasarkan besar keluarga ... 28

10 Sebaran ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga ... 29

11 Sebaran ibu balita berdasarkan umur ... 29

12 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pendidikan... 30

13 Sebaran ibu balita berdasarkan jenis pekerjaan... 31

14 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin... 32

15 Sebaran balita berdasarkan umur ... 33

16 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat partisipasi di posyandu ... 33

17 Sebaran ibu balita berdasarkan kunjungan balita ke Posyandu dalam tiga bulan terakhir... 34

18 Sebaran ibu balita berdasarkan rencana kunjungan ke Posyandu hingga balita berusia lima tahun... 35

19 Sebaran ibu balita berdasarkan frekuensi kunjungan ke Posyandu ... 36

20 Sebaran ibu balita yang langsung mengantarkan anaknya ke Posyandu 36 21 Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang tidak mendukung ibu balita ke Posyandu... 37

22 Sebaran ibu balita berdasarkan tiga alasan mengunjungi posyandu... 38

23 Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu ... 39

24 Sebaran ibu balita yang memberikan sumbangan dana ke posyandu... 39

25 Sebaran ibu balita yang pernah memberikan bantuan PMT ke posyandu 40 26 Sebaran ibu balita yang memiliki KMS untuk anak... 40

27 Sebaran ibu balita berdasarkan pelaksanaan posyandu ... 41

28 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pentingnya posyandu bagi ibu .... 42

29 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pelayanan posyandu... 42

(13)

31 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kegiatan dalam Posyandu

yang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya ... 44

32 Sebaran ibu balita mengenai persepsi tentang kader posyandu ... 45

33 Sebaran ibu balita berdasarkan persepsi tentang posyandu ... 46

34 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaan mengenai pengetahuan gizi ibu balita ... 47

35 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu balita ... 48

36 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikap gizi ibu balita ... 49

37 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat sikap gizi ... 50

38 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban ya mengenai pernyataan perilaku gizi ibu ... 51

39 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat perilaku gizi ... 52

40 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein ... 52

41 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral ... 53

42 Rata-rata AKG, konsumsi, dan TKG balita... 55

43 Sebaran status gizi balita menurut BB/U... 56

44 Sebaran status gizi balita menurut TB/U ... 56

45 Sebaran status gizi balita menurut BB/TB... 57

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian... 14 2 Model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian ... 20 3 Model Persamaan Struktural (SEM) penelitian... 58

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kuesioner penelitian ... 68 2 Hasil uji statistik ... 75 3 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita ... 79

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima disamping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, sangat dibutuhkan asupan gizi yang seimbang sedini mungkin, yaitu semenjak janin masih dalam kandungan. Keadaan gizi yang tidak baik pada usia balita akan berlanjut pada gangguan pertumbuhan dan kecerdasan otak pada anak usia sekolah, gizi kurang pada usia produktif, dan munculnya penyakit degeneratif. Banyaknya anak yang berstatus gizi kurang mencerminkan masalah yang besar pada sumber daya manusia di Indonesia.

Menurut Hardinsyah & Martianto (1988), status gizi merupakan salah satu petunjuk untuk menilai kualitas sumberdaya manusia, dan perilaku konsumsi pangan seseorang akan menentukan status gizi orang tersebut. Status gizi yang baik dapat menghasilkan generasi yang sehat, kuat, dan cerdas. Selain itu, dengan meningkatnya status gizi, akan meningkatkan produktifitas kerja sehingga akan meningkatkan kualitas perekonomian bagi masyarakat dan negara. Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rawan gizi, sehingga status gizi balita dapat digunakan untuk mencerminkan status gizi masyarakat (Suhardjo & Riyadi 1990).

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, prevalensi gizi buruk dan kurang di Provinsi Jawa Barat adalah 15%, sedangkan di Kabupaten Bogor terdapat 3,4% balita berstatus gizi buruk, 12,5% berstatus gizi kurang, 80,9% berstatus gizi baik, dan 3,2% berstatus gizi lebih menurut indeks BB/U. Sedangkan menurut indeks TB/U sebanyak 14,8% balita berstatus gizi sangat pendek, 16,9% berstatus gizi pendek, dan 68,3% berstatus gizi normal. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek di Jawa Barat adalah 35,4%. Menurut indeks BB/TB, sebanyak 3,9% balita berstatus gizi sangat kurus, 5,4% balita berstatus gizi kurus, 81,9% berstatus gizi normal, dan 8,9% balita berstatus gizi gemuk. Secara umum, prevalensi balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Jawa Barat adalah 9%, dan sudah berada di bawah batas kondisi yang di anggap serius (10%).

(17)

Soekirman (2000) menyatakan bahwa kurang gizi selain terjadi karena kondisi negara yang sedang krisis, juga timbul karena beberapa lembaga sosial yang ada di masyarakat kurang berfungsi dengan baik, salah satunya yaitu posyandu. Posyandu sebagai salah satu Pusat Pemulihan gizi (PPG) memegang peranan cukup besar dalam kegiatan penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang. Posyandu merupakan pelayanan kesehatan paling dini yang diterima masyarakat khususnya balita sebelum ke puskesmas atau ke rumah sakit. Posyandu memiliki posisi strategis sebagai penyedia layanan kesehatan paling dekat dengan masyarakat, bahkan amat vital dalam meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan arti penting dan urgensinya kesehatan.

Keberadaan posyandu dalam masyarakat memegang peranan penting, namun masih banyak anggota masyarakat yang belum memanfaatkannya secara maksimal. Penurunan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari pemanfaatan posyandu oleh keluarga yang mempunyai anak balita, yaitu perbandingan antara jumlah anak balita yang dibawa ke posyandu dengan jumlah anak balita seluruhnya dalam satu wilayah kerja posyandu proporsinya masih rendah. Adapun standar pelayanan minimal untuk D/S adalah 80% (Depkes RI 2005).

Menurut hasil penelitian, cakupan penimbangan ada kaitannya dengan faktor internal ibu balita seperti : tingkat pendidikan ibu balita, tingkat pengetahuan ibu balita, umur balita, status gizi balita (Yamroni 2003), di samping itu juga berkaitan dengan jarak posyandu (Masnuchaddin 1992) serta peran petugas kesehatan, tokoh masyarakat, kader posyandu (Hutagalung 1992). Masalah lain yang berkaitan dengan kunjungan di posyandu antara lain dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader, dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu serta pelaksanaan pembinaan kader (Profil Kesehatan Indonesia 2009).

Keberhasilan posyandu sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat (kader Posyandu, pengguna posyandu, dan tokoh masyarakat), peran petugas Puskesmas dan KB, serta peran sektor lainnya. Partisipasi ibu balita dalam upaya perbaikan status gizi anak merupakan kunci utama dari keberhasilan suatu posyandu. Menurut Marjanka et al. (2002), partisipasi ibu di posyandu sangat mempengaruhi pertumbuhan kesehatan dan status gizi anak. Ibu yang

(18)

sering membawa anaknya ke posyandu sesuai jadwal yang ditetapkan mencerminkan bahwa ibu sadar akan kesehatan dan umumnya anak tersebut lebih sehat yang ditunjukkan dengan status gizi yang baik. Melalui kegiatan di posyandu, pemantauan oleh ibu terhadap status gizi dan kesehatan anak dapat dilakukan dengan baik. Ibu juga dapat memanfaatkan posyandu sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal gizi dan kesehatan.

Mengacu pada pentingnya pelayanan posyandu untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan balita, maka perlu ditinjau kembali bagaimana tingkat partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizinya, serta status gizi balita.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji hubungan partisipasi ibu balita di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita serta status gizi balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga, ibu dan balita. 2. Mengkaji partisipasi ibu balita di posyandu.

3. Mengkaji pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita. 4. Mengkaji tingkat kecukupan gizi balita.

5. Mengkaji status gizi balita.

6. Menganalisis hubungan antara partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, serta status gizi balita.

Hipotesis

1. Partisipasi ibu balita di posyandu berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi ibu balita, sikap, dan perilaku gizi ibu balita.

2. Pengetahuan gizi ibu balita berhubungan dengan sikap dan perilaku gizi ibu balita.

(19)

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hubungan partisipasi ibu balita di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita serta status gizi balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu-ibu akan pentingnya membawa balita ke posyandu. Selain itu, bagi pemerintah dan sektor terkait dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menyusun kebijakan program, terutama terkait bidang kesehatan demi meningkatkan partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan,sikap,dan perilaku gizi ibu, yang selanjutnya untuk mencapai status gizi baik pada balita.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih dibidang kesehatan menyelenggarakan 5 (lima) program prioritas secara terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan bantuan pelayanan dari petugas Puskesmas. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun), anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS (pasangan usia subur) (Depkes RI 1986).

Secara umum tujuan penyelenggaraan posyandu adalah mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka kelahiran; mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu hamil dan ibu nifas; mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS); meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan; meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan (Depkes RI 2006).

Program kegiatan yang dilakukan di posyandu, yang sekaligus masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan antara lain mencakup: keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare (Sembiring 2004).

Berdasarkan Depkes RI (2006), posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu, Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1 Indikator tingkat kemandirian posyandu

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri 1 Frekuensi Penimbangan < 8 kali = 8 kali = 8 kali = 8 kali 2 Rerata Kader Tugas < 5 kali = 5 orang = 5 orang = 5 orang 3 Rerata Cakupan D/S < 50% < 50% = 50% = 50% 4 Cakupan Kumulatif KIA < 50% < 50% = 50% = 50% 5 Cakupan Kumulatif KB < 50% < 50% = 50% = 50% 6 Cakupan Kumulatif Imunisasi < 50% < 50% = 50% = 50% 7 Program Tambahan (-) (-) (+) (+) 8 Cakupan Dana Sehat < 50% < 50% < 50% = 50%

Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas, yaitu kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan

(21)

rutin bulanan posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan dan telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas, yaitu kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu.

Menurut Zulkifli (2003), di dalam posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja, yaitu: pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan perorangan berdasarkan KMS, dan pelayanan KB dan Kesehatan. Petugas pada Meja 1 s/d 4 dilaksanakan oleh kader posyandu, sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Bindes, perawat, dan petugas KB).

Karakteristik Keluarga Besar keluarga

Besar keluarga menurut BKKBN tahun 1998 adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Anak-anak yang sedang tumbuh dari keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap status gizi kurang di antara semua anggota keluarga. Anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi ini sering terjadi jika besar keluarga bertambah yang menyebabkan pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh

(22)

memerlukan pangan yang relatif tinggi daripada golongan yang lebih tua (Suhardjo 1989).

Pendapatan keluarga

Sumarwan (2002) menyatakan bahwa pendapatan keluarga merupakan besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena seseorang yang pendapatannya tinggi dapat menyumbangkan sebagian pendapatannya untuk melancarkan kegiatan yang sedang dilakukan. Tingkat pendapatan keluarga juga dapat menurunkan atau meningkatkan partisipasi sesuai pertimbangan keuntungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (Sunyoto 1991). Apabila pendapatan tinggi, pola konsumsi pangan akan semakin beragam, serta akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi (Soekirman 2000).

Karakteristik Ibu Balita Umur

Menurut Kotler (2002), salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam menerima informasi baru adalah umur. Kelompok umur dewasa dibedakan menjadi dewasa dini (18-39 tahun), dewasa madya (40-60 tahun), dan dewasa lanjut (> (40-60 tahun) (Hurlock 1980). Sunyoto (1991) mengemukakan bahwa seseorang yang berumur relatif muda cenderung lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru, sedangkan orang yang termasuk golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru.

Pendidikan

Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak. Campbel (2002) menyatakan bahwa pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berpikir yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak, karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap perawatan kesehatan, hygiene, dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003).

(23)

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal yang baru yang ada di sekitarnya serta semakin bagus pula pengetahuan yang dimiliki (Hidayat 2004). Pekerjaan

Hardinsyah dan Suhardjo (1987) menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Menurut Suhardjo (1989), kemampuan individu menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas dipengaruhi oleh pendapatan dan daya beli yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan secara tidak langsung melalui pendapatan dapat mempengaruhi kebiasaan makan individu.

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu

Menurut Hardjono (2000), partisipasi didefenisikan sebagai mengetahui apa yang dibutuhkan, ikut memikirkan dan merencanakan langkah-langkah yang akan dikerjakan, ikut berupaya dalam pelaksanaan, ikut menilai keberhasilan serta ikut menikmati hasil pembangunan. Pada hakekatnya, partisipasi bertitik pangkal dari sikap dan perilaku.

Melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, harus dilakukan atas dasar kemauan masyarakat sendiri. Apabila rasa tanggung jawab dan rasa memilki tidak ada, masyarakat hanya akan berperan sebagai objek yang pasif atau sebagai penonton yang pasif. Madanijah dan Triana (2007) mengelompokkan partisipasi ibu balita di posyandu menjadi empat kelompok, yaitu dilihat dari kehadiran, keaktifan, penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), dan upaya pengembangan Posyandu, seperti bantuan dana, sarana, tenaga, dan waktu serta pemberian makanan atau PMT.

Kehadiran ibu balita sangat mempengaruhi tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. Menurut Kasmita (2000), tingkat partisipasi masyarakat di suatu wilayah dapat diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah anak balita di daerah posyandu (S) dan jumlah balita yang ditimbang (D) pada setiap jadwal yang ditentukan. Partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu dapat dilihat dari keaktifan ibu dalam pelaksanaan posyandu di luar dan di dalam jadwal posyandu, meliputi keikutsertaan ibu dalam penimbangan anaknya ke posyandu dan keikutsertaan ibu untuk menggerakkan masyarakat agar ikut serta dalam kegiatan posyandu.

(24)

Pengetahuan Gizi Ibu Balita

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmodjo 1993). Menurut Sajogjo et al. (1994), secara tidak langsung pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak karena dengan pengetahuannya para ibu dapat mengasuh dan memenuhi kebutuhan zat gizi anak balita, sehingga keadaan gizinya terjamin. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal di sekolah atau secara tidak langsung mendapatkannya dengan cara melihat atau mendengar. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-lain) (Khomsan et al. 2009).

Menurut Moehdji (1986), sebagian besar kejadian gizi buruk pada anak dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah bahan makanan, cara mengatur menu, dan mengatur makanan anak. Tetapi pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak selalu linear, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu rumah tangga belum tentu konsumsi makanan menjadi baik.

Sikap Gizi Ibu Balita

Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara respon dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya. Dengan melihat salah satu saja di antara ketiga bentuk respon tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi lengkap mengenai sikap individu tetap harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap (Azwar 2009).

Perilaku Gizi Ibu Balita

Menurut Notoatmojdo (2010) perilaku adalah suatu kegiatan organism atau makhluk hidup yang bersangkutan. perilaku terbentuk di dalam diri

(25)

seseorang dari dua faktor utama, yaitu rangsangan yang merupakan faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) seperti lingkungan baik fisik maupun non-fisik serta respon yang merupakan faktor dalam diri seseorang (faktor internal). Faktor eksternal yang paling besar peranannya dalam membentuk perilaku adalah faktor non-fisik berupa sosial budaya dimana seseorang berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, dan sebagainya.

Konsumsi Pangan dan Gizi Balita

Zat gizi adalah zat atau unsur kimia yang terkandung dalam pangan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Manusia memerlukan zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, serta untuk aktivitas (Hardinsyah & Martianto 1992).

Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004).

Tahap awal dari kekurangan gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang berkurang akan berdampak terhadap kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan protein. Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur, dan susu (Hardinsyah & Martianto 1992).

Angka kecukupan gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Basis dari AKG adalah kebutuhan (Estimated Average Requirement). Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita digunakan AKG tahun 2004, yang disajikan pada tabel 2. Kecukupan zat gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.

(26)

Tabel 2 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak Golongan usia Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) AKE (kkal/kap/hari) AKP (gr/kap/hari) 0-6 bulan 6 60 550 10 7-11 bulan 8.5 71 650 16 1-3 tahun 12 90 1000 25 4-6 tahun 18 110 1550 39 7-9 tahun 25 120 1800 45

Sumber: Hardinsyah dan Tambunan (2004)

Status Gizi Balita

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan zat gizi makanan (Riyadi 1995). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2001).

Komponen penilaian status gizi, meliputi konsumsi pangan, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis dan riwayat kesehatan, pemeriksaan antropometri, serta data psikososial. Antropometri erat kaitannya dengan status gizi terutama pada masa pertumbuhan (Jahari 1995 dalam Briawan 2005). Antropometri paling sesuai digunakan di negara berkembang seperti Indonesia, daripada pengukuran secara klinis dan biokimia yang mahal dan sulit dilakukan.

Antropometri adalah yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Jellife dan Jellife 1989). Gibson (2005) menyatakan bahwa pengukuran antropometri digunakan secara luas dalam penelitian status gizi, terutama apabila terjadi ketidakseimbangan kronis antara intake energi dan protein. Selain itu juga dapat mendeteksi tingkat masalah gizi yang dialami. Pada anak-anak indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Indeks antropometri dapat dinyatakan dalam istilah z-score, persentil atau persen terhadap median dengan menggunakan baku antropometri WHO 2006 (Depkes 2009). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini karena mudah berubah. Namun, indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi juga oleh tinggi badan (TB). Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan indikator BB/TB menggambarkan status gizi saat ini secara sensitif dan spesifik.

(27)

Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB

Indikator Status gizi keterangan Berat badan menurut umur

(BB/U) Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih z-score <-3 -3 ≤ z-score < -2 -2 ≤ z-score ≤ +2 z-score > +2 Tinggi badan menurut umur

(TB/U) Sangat pendek Pendek Normal Tinggi z-score < -3 -3 ≤ z-score < -2 -2 ≤ z-score ≤ +2 z-score > +2 Berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) Sangat kurus Kurus Normal Gemuk z-score < -3 -3 ≤ z-score < -2 -2 ≤ z-score ≤ +2 z-score > +2 Sumber: Departemen Kesehatan RI (2009)

(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

Balita merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan juga difokuskan pada golongan usia balita, salah satunya melalui pelayanan dasar gizi dan kesehatan di posyandu. Keberadaan posyandu diharapkan dapat mempercepat upaya perbaikan status gizi dalam menurunkan angka kematian balita serta prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Selain itu, posyandu juga dapat menyediakan informasi mengenai pentingnya hidup sehat bagi keluarga-keluarga di Indonesia, demi mewujudkan Indonesia sehat.

Sebagai suatu sistem pelayanan dasar kesehatan yang berasal dari masyarakat, untuk masyarakat,dan oleh masyarakat, posyandu membutuhkan dukungan dari masyarakat, salah satunya adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat mempunyai peran penting dalam keberhasilan pembangunan, termasuk pembangunan kesehatan. Keberhasilan posyandu dalam menanggulangi berbagai masalah gizi, sangat dipengaruhi partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Partisipasi ibu balita di posyandu sangat mempengaruhi pertumbuhan kesehatan dan status gizi anak.

Ibu yang sadar dan tahu betapa pentingnya menjaga pertumbuhan kesehatan anaknya, akan sering membawa anaknya ke posyandu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Partisipasi ibu balita di posyandu sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan,sikap, dan perilaku gizi ibu balita. Hal ini disebabkan ibu balita di posyandu selalu diberi penyuluhan tentang gizi oleh kader atau petugas kesehatan. Pengetahuan gizi ibu balita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu. Sementara itu, faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu adalah karakteristik keluarga, karakteristik balita, akses ke posyandu, kader posyandu dan tokoh masyarakat. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu diharapkan dapat memperbaiki tingkat kecukupan konsumsi zat gizi balita sehingga balita memiliki status gizi yang optimal. Secara ringkas kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

(29)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu Karakteristik Keluarga  Besar keluarga  Pendapatan keluarga  Umur ibu  Pendidikan ibu  Pekerjaan ibu Karakteristik balita  Umur  Jenis kelamin

Kader Posyandu & Tokoh Masyarakat Akses ke

Posyandu

Pengetahuan Gizi Ibu Balita

Tingkat Kecukupan Gizi Balita

Status Gizi Balita

Status kesehatan Sikap Gizi Ibu

Balita

Perilaku Gizi Ibu balita

(30)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul “a Multi-Approach Intervention to Empower Posyandu Nutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas”. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut sebagian besar sosial ekonomi penduduknya tergolong menengah ke bawah, serta terdapat posyandu yang memiliki ibu balita dan balita yang terdaftar sebagai pengguna posyandu di desa tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2012.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah ibu balita yang dipilih secara purposive, dengan kriteria: (1) mempunyai balita (laki-laki atau perempuan berumur 0-60 bulan), (2) terdaftar sebagai pengguna Posyandu, (3) bersedia untuk diwawancarai. Masing-masing desa diambil 30 orang, sehingga secara keseluruhan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 ibu balita dan anak balita. Penentuan jumlah contoh pada masing-masing desa berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam mengkoordinir contoh pada saat pengambilan data serta sulitnya mencari contoh yang mau berpartisipasi pada penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner. Data primer meliputi karakteristik keluarga dan individu contoh (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga), karakteristik balita ( jenis kelamin dan umur ), partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, konsumsi pangan balita, serta status gizi balita. Data sekunder diperoleh dari kantor kecamatan. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian.

(31)

Tabel 4 Data primer dan cara pengumpulannya

No Data Variabel Cara pengumpulan data 1 Karakteristik sosial ekonomi keluarga 1. Besar keluarga 2. pendapatan keluarga 3. Umur ibu 4. Pendidikan ibu 5. Pekerjaan ibu Wawancara menggunakan kuesioner

2 Karakteristik individu balita 1. Umur

2. Jenis kelamin

Wawancara

menggunakan kuesioner 3 Partisipasi ibu balita di

posyandu 1. Frekuensi kunjungan 2. Motivasi kunjungan 3. Pelaksanaan posyandu 4. Persepsi posyandu Wawancara menggunakan kuesioner

4 Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita

Berupa pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita

Wawancara

menggunakan kuesioner

5 Konsumsi pangan balita Recall konsumsi pangan

balita (2x24 jam)

Wawancara

menggunakan kuesioner 6 Status gizi balita Berat badan dan panjang

badan balita

pengukuran antropometri balita

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data

Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data yang dilakukan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 for windows, Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.0 dan Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensia yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Data karakteristik keluarga dan individu contoh meliputi besar keluarga, pendapatan keluarga, umur contoh, tingkat pendidikan contoh, dan pekerjaan contoh. Umur dikelompokkan menjadi dewasa dini (18-39 tahun), dewasa madya (40-60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun) (Hurlock 1980). Tingkat pendidikan formal dikelompokkan berdasarkan data sebaran, yaitu tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Jenis pekerjaan ayah dikelompokkan menjadi petani, pedagang, buruh tani, buruh non-tani, jasa, dan lain-lain. Sedangkan jenis pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi petani, pedagang, buruh tani, buruh non-tani, jasa, IRT/tidak bekerja. Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1993).

(32)

Pendapatan keluarga diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan seluruh anggota keluarga, baik dari hasil pekerjaan utama, maupun pekerjaan tambahan selama satu bulan, yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan dinyatakan dalam satuan Rp/kapita/bulan. Hasil tersebut kemudian dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Bogor (BPS 2011), yaitu miskin (<Rp209.777/kapita/bulan) dan tidak miskin (≥Rp209.777/kapita/bulan).

Data karakteristik balita meliputi umur dan jenis kelamin. Umur balita dikelompokkan menjadi kelompok umur ≤5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 24-35 bulan, 36-47 bulan. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan.

Variabel analisis partisipasi ibu balita dikelompokkan ke dalam empat aspek, yaitu frekuensi kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu, pelaksanaan posyandu, dan persepsi tentang posyandu. Penilaian partisipasi ibu balita di posyandu berdasarkan kemampuan ibu balita dalam menjawab berbagai pertanyaan terkait empat aspek tersebut. Skor partisipasi ibu balita dihitung berdasarkan persentase terhadap skor maksimal. Selanjutnya partisipasi ibu balita di posyandu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori rendah apabila skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal, kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal, dan kategori baik apabila skor yang diperoleh > 80% dari skor maksimal (Khomsan 2000).

Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita dinilai berdasarkan kemampuan ibu balita dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang gizi. Penilaian dilakukan dengan cara menjumlahkan skor jawaban dari setiap pertanyaan dengan kriteria. Penilaian jawaban pengetahuan gizi, yaitu skor 1=benar dan skor 0=salah. Penilaian jawaban sikap gizi, yaitu skor 2=setuju, skor 1=ragu-ragu, dan skor 0=tidak setuju, atau sebaliknya skor 0=setuju, skor 1=ragu-ragu, dan skor 2=tidak setuju tergantung dari pertanyaan yang diajukan. Penilaian jawaban perilaku gizi ada beberapa model, yaitu skor 1=ya, skor 2=kadang-kadang, skor 0=tidak pernah, atau sebaliknya skor 0=ya, skor 1=kadang-kadang, skor 2=tidak pernah, dan ada juga skor 2=ya, skor 0=tidak.

(33)

Pemakaian skor tergantung pertanyaan yang diberikan. Kemudian skor yang diperoleh dibandingkan dengan skor maksimal. Kategori rendah apabila skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal, kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal, dan kategori baik apabila skor yang diperoleh > 80% dari skor maksimal (Khomsan 2000).

Kandungan zat gizi dari suatu jenis pangan dihitung dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994):

Keterangan:

KGij : jumlah zat gizi idari setiap jenis pangan j Bj : berat pangan j (gram)

Gij : kandungan zat gizi I dari pangan j

BDDj : persen jumlah pangan j yang dapat dimakan

Tingkat konsumsi gizi dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994):

Keterangan:

TKGi : tingkat konsumsi gizi i

Ki : konsumsi gizi i

AKGi : kecukupan gizi i yang dianjurkan

Status gizi balita ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata atau median dan standar deviasi dari suatu angka acuan standar WHO. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai Z-skor adalah (Supariasa et al. 2001):

nilai individu subjek – nilai median baku rujukan Z-skor =

nilai simpangan baku rujukan

Adapun ringkasan pengkategorian variabel dan batasan nilai yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

KGij= (Bj/100)xGijx(BDDj/100)

(34)

Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori Batas nilai 1 Karakteristik keluarga

Besar keluarga (Hurlock 1993) 1. Kecil 2. Sedang 3. Besar ≤ 4 orang 5-7 orang ≥ 8 orang Pendapatan keluarga (BPS 2010) 1. Miskin 2. Tidak miskin <Rp209.777/kapita/bulan ≥Rp209.777/kapita/bulan Umur (Hurlock 1980) 1. Dewasa dini 2. Dewasa Madya 3. Dewasa lanjut 18-39 tahun 40-60 tahun >60 tahun Pendidikan 1. Tidak tamat SD 2. SD/sederajat 3. SMP/sederajat 4. SMA/sederajat 5. Perguruan Tinggi -Pekerjaan 1. Petani 2. Pedagang 3. Buruh tani 4. Buruh non tani 5. Jasa

6. Ibu rumah tangga 7. lain-lain -2 Karakteristik balita

Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan -Umur -≤5 bulan 6-11 bulan 12-23 bulan 24-35 bulan 36-47 bulan 3 Partisipasi ibu balita di

Posyandu (Interval kelas)

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi < 60% 60-80% >80% 4

Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita (Khomsan 2000) 1. Kurang 2. Sedang 3. Baik < 60% 60-80% >80% 5

Tingkat konsumsi energi dan protein (Depkes 1996, diacu dalam Rahmawati et al. 2001)

1. Defisit tingkat berat 2. Defisit tingkat sedang 3. Defisit tingkat ringan 4. Normal 5. Di atas AKG <70% 70-79% 80-89% 90-119% ≥120% 6 Tingkat konsumsi vitamin dan

mineral (Gibson 2005)

1. Defisit 2. Normal

Tk<77% Tk≥77% 7 Status gizi balita (WHO 2007)

1. BB/U 1. Gizi buruk 2. Gizi kurang 3. Gizi baik 4. Gizi lebih z-score <-3 -3 ≤ z-score < -2 -2 ≤ z-score ≤ +2 z-score > +2 2. TB/U 1. Sangat pendek 2. Pendek 3. Normal 4. Tinggi z-score < -3 -3 ≤ z-score < -2 -2 ≤ z-score ≤ +2 z-score > +2 3. BB/TB 1. Sangat kurus 2. Kurus 3. Normal 4. Gemuk z-score < -3 -3 ≤ z-score < -2 -2 ≤ z-score ≤ +2 z-score > +2

(35)

Analisis data

Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Menurut Wijayanto (2008) model persamaan struktural (Structural Equation Modeling) adalah teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks, baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model.

SEM memiliki dua konstruk yang harus diukur. Variabel yang tidak bisa diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi disebut variabel laten. Sedangkan, indikator-indikator yang dapat diukur dikenal sebagai variabel manifest. Jika suatu variabel tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya dalam model, maka dalam SEM sering disebut variabel eksogen dimana setiap variabel eksogen selalu independen. Variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu model penelitian disebut variabel endogen. Berikut adalah model SEM yang digunakan pada penelitian ini.

ε2 δ1 ε1 λy22 δ2 ζ2 ε4 λx11 λy11 β21 β42 λx21 γ11 λy44 β32 λx31 λy54 λx41 ζ1 β31 β43 ζ4 δ3 ε5 ζ3 λy33 δ4 ε3

Gambar 2 Model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian

ξ

1

η

1

η

4

η

2 x1 x2 x3 x4 y5 y1 y2 y3 y4

η

3

(36)

Berikut adalah notasi matematik dari model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian. Model pengukuran: x1= λx11ξ1+ δ1 x2= λx21ξ1+ δ2 x3= λx31ξ1+ δ3 x4= λx41ξ1+ δ4 y1= λy11η1+ ε1 y2= λy22η2+ ε2 y3= λy33η3+ ε3 y4= λy44η4+ ε4 y5= λy54η4+ ε5 Model struktural: η1= γ11ξ1+ ζ1 η2= β21η1+ ζ2 η3= β31η1+ β32η2+ ζ3 η4= β42η2+ β43η3+ ζ4 Keterangan:

Variabel laten eksogen:

ξ

1(KSI1)= partisipasi ibu balita di Posyandu

Variabel laten endogen:

 η1(ETA1) = pengetahuan gizi ibu balita

η

2(ETA2) = sikap gizi ibu balita

η

3(ETA3) = perilaku gizi ibu balita

η

4(ETA4) = status gizi balita

Manifest laten eksogen:

 x1= frekuensi kehadiran ibu balita ke posyandu

 x2= besar keluarga

 x3= pendapatan keluarga

 x4= pekerjaan ibu balita

Manifest laten endogen:

 y1= indikator pengetahuan gizi ibu balita

 y2= indikator sikap gizi ibu balita

(37)

 y4= tingkat kecukupan energi balita

 y5= tingkat kecukupan protein balita

Definisi Operasional

Ibu balita adalah ibu yang mempunyai anak balita yang terdafar sebagai peserta Posyandu.

Anak balita adalah anak yang berusia 0-60 bulan yang tinggal bersama kedua orang tuanya.

Besar keluarga adalah jumlah/banyaknya orang yang tinggal dalam satu keluarga dan menjadi tanggungan kepala keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh anggota keluarga dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan dalam bentuk uang dan dibagi dengan seluruh tanggungan keluarga yang dinyatakan dalam rupiah perkapita perbulan.

Umur ibu balita adalah lamanya hidup ibu balita dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan hingga diwawancarai.

Pendidikan ibu balita adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh ibu balita yang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan tinggi. Pekerjaan ibu balita adalah jenis pekerjaan atau mata pencaharian utama untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang dikelompokkan ke dalam bekerja dan tidak bekerja.

Partisipasi ibu balita di Posyandu adalah keterlibatan ibu balita di posyandu pada saat balita seharusnya dibawa ke posyandu, meliputi aspek frekuensi kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu, pelaksanaan posyandu, dan persepsi tentang posyandu.

Pengetahuan gizi ibu balita adalah kemampuan ibu balita dalam menjawab pertanyaan tentang gizi menggunakan kuisioner, kemudian diberi skor dan dikategorikan menjadi kurang (skor<60%), sedang (60-80%), dan baik (skor>80%).

Sikap gizi ibu balita adalah kecenderungan ibu balita dalam menyikapi pernyataan dalam kuisioner tentang gizi yang diukur dengan skor jawaban dari pernyataan yang diberikan dan dikategorikan menjadi kurang (skor<60%), sedang(60-80%), dan baik (skor>80%).

(38)

Perilaku gizi ibu balita adalah perbuatan atau penerapan pola hidup ibu balita terhadap anak balita sehari-hari yang diukur dengan skor jawaban dari pernyataan yang diberikan dan dikategorikan menjadi kurang (skor<60%), sedang (60-80%), dan baik (skor>80%).

Konsumsi pangan dan gizi balita adalah jumlah pangan dan gizi yang dimakan oleh balita yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall selama 2x24 jam.

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan jumlah konsumsi energi dan zat gizi aktual terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi rata-rata sehari yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen.

Status gizi balita adalah keadaan gizi balita yang diukur berdasarkan standar baku WHO 2005 dengan menggunakan metode antropometri dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis

Kecamatan Taman Sari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki luas 2.630.936 Ha. Kecamatan taman sari terdiri dari 8 desa, 25 lingkungan/dusun, 91 RW, 360 RT, dengan jumlah penduduk laki-laki 44.075 jiwa dan perempuan 41.803 jiwa. Secara administrasi Kecamatan Taman Sari mempunyai batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kec. Ciomas dan Bogor selatan; sebelah barat berbatasan dengan Gunung Salak; sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Tenjolaya dan Kec. Dramaga; sebelah timur berbatasan dengan Kec. Cijeruk. Kecamatan Taman Sari beriklim sejuk dengan temperatur suhu rata-rata 25ºC pada siang hari dan 30ºC pada malam hari, dengan ketinggian antara 700 meter di atas permukaan laut, yang merupakan kawasan berbukit di bawah kaki Gunung Salak.

Berdasarkan karakteristik wilayah dan pola interaksi dan eksternal yang didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional, Kecamatan Taman Sari termasuk ke dalam pembangunan wilayah Kabupaten Bogor Selatan yang merupakan kawasan penyangga resapan air dan kawasan hijau dengan mengintensifkan dan melestarikan tanaman tahunan dan mengadakan gerakan rehabilitasi lahan kritis (penanaman pohon). Sebagai wilayah pengembangan pertanian dan wisata, Kecamatan Taman sari yang menonjol produksi pertaniannya adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah dan sayur-sayuran. Di samping itu juga sebagai sentra tanaman hias yang pemasarannya telah memasuki pangsa local, regional, dan mancanegara. Pengembangan lainnya adalah industrI sedang berjumlah 27 buah dengan tenaga kerja 77 orang, kecil 400 buah dengan pekerja 1200 orang, dan home industry 74 buah dengan pekerja 400 orang. Untuk pengembangan pariwisata ada Kampung Budaya Sindang Barang, Bumi Perkemahan, Curug Nangka, dan Wisata Situs yang tersebar di Desa Pasireurih, Sukamantri, dan tamansari.

(40)

Tabel 6 Luas tanah dan pola pemanfaatannya

No Pemanfaatan Luas (Ha)

1 Pemukiman -2 Sawah 981.94 3 Darat 237.78 4 Perkebunan 1610.75 5 Pertanian -6 Rawa/Situ 35.00 7 Hutan -8 Lapangan olahraga 8.60

Sumber : Data Monografi Kecamatan Tamansari Tahun 2011

Kondisi Demografis

Penduduk Kecamatan Tamansari sampai dengan bulan Desember 2011 berjumlah 85,878 jiwa terdiri dari 44,075 jiwa laki-laki dan 41,803 jiwa perempuan. Total jumlah penduduk yang ada tersebar di delapan desa yang terdapat di Kecamatan Tamansari dengan jumlah yang berbeda-beda. Desa yang paling padat penduduknya adalah Desa Sukamantri, sedangkan jumlah yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Desa Sukajadi.

Tabel 7 Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari menurut jenis kelamin

No Desa Laki-laki Perempuan Total 1 Sukamantri 6,857 6,575 13,432 2 Sirnagalih 6,505 6,991 12,496 3 Pasir Eurih 5,805 5,818 11,223 4 Tamansari 5,512 5,308 10,820 5 Sukaresmi 5,947 5,517 11,464 6 Sukaluyu 4,602 3,910 8,512 7 Sukajaya 4,996 5,173 10,169 8 Sukajadi 3,851 3,911 7,762 Total 44,075 41,803 85,878

Kondisi Sosial Budaya

Kecamatan Tamansari dikenal sebagai bagian dari wisata Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri, Gunung Salak Endah dan Pura. Setiap hari libur terjadi kemacetan lalu lintas kenderaan, terutama di sekitar wilayah yang dapat memicu kemacetan sebagai akibat dari tidak disiplinnyapengemudi angkut dan para pedagang yang sebagian berjualan di badan jalan.

Pada bidang olahraga, Kecamatan Tamansari belum memiliki sarana olahraga terpadu dan memadai. Dalam bidang kebudayaan ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerahdi tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negative budaya global. Pengembangan seni dan budaya Kecamatan Tamansari diselenggarakan secar terintegerasi dengan pembangunan kepariwisataan. Pada tahun 2010 telah dilakukan berbagai

(41)

macam kegiatan untuk melestarikan dan mengaktualisasikan seni dan budaya daerah sebagai upaya mengelola kekayaan dan keragaman budaya serta mempromosikan, menjalin kemitraan, dan mengembangkan destinasi pariwisata di Kecamatan Tamansari.

Kondisi Ekonomi

Denyut nadi perekonomian Kecamatan Tamansari didukung oleh sarana dan prasarana wilayah yang ada, yang merupakan aspek pendukung utama dalam pembangunan perkotaan yang secara tidak langsung akan berpengaruh kepada tingkat perekonomian masyarakat. Sarana prasarana tersebut dalam pengembangan pembangunan berperan sebagai pengarah pembentukan tata ruang kota, pemenuhan kebutuhan infrastruktur, pemicu pertumbuhan wilayah dan pengikat wilayah. Sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan perkotaan, diantaranya adalah keterbatasan transportasi, pengairan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan pemukiman.

1. Jaringan Transportasi

Jaringan transportasi di Kecamatan Tamansari cukup baik, kondisi jalan relatif baik, sebagian besar telah beraspal dan seluruh wilayah dapat dilalui oleh kenderaan beroda empat sepanjang tahun.

2. Jaringan air bersih/irigasi

Pemenuhan air bersih bagi masyarakat Kecamatan Tamansari dan sebagian warga masyarakat memanfaatkan air bawah tanah berupa sumur gali, pembuatan jet pump, dan lain-lain. Untuk mandi cuci kakus (MCK) sebagian besar mempergunakan air bawah tanah.

3. Jaringan listrik

Pelayanan jaringan listrik PLN telah menajngkau seluruh wilayah yang dimanfaatkan untuk kebutuhan pemukiman, perkantoran, industry, perdagangan, dan jasa. Khusus untuk penerangan jalan umum (PJU), sebagian besar wilayah Tamansari telah dilengkapi dengan PJU yang tiap tahun selalu diadakan penambahan PJU untuk peningkatan sarana umum pelistrikan. Sedangkan untuk mengimbangi tingginya penggunaan daya listrik PLN oleh masyarakat, maka di beberapa lokasi pemukiman dan perindustrian memanfaatkan jaringan listrik dari genset. Prasarana telekomunikasi masyarakat mayoritas dilayani oleh PT. Telkom dan sebagian dengan sarana Handphone yang dimiliki oleh masyarakat. Untuk keperluan pos dan giro dilayani langsung oleh kantor Pos dan Giro Ciomas.

(42)

4. Perekonomian masyarakat

Berbagai kebijakan dari pemerintah untuk memberdayakan perekonomian masyarakat telah banyak dilakukan. Di bidang pendidikan program BOS, KBBS dari provinsi Jawa Barat, pemberdayaan PLS, pemberian beasiswa, dan lain-lain. Pada bidang kesehatan ada pemberian Askes Gakin, Raksa Desa Kesehatan, Pemberdayaan Posyandu, penanganan KLB, dan bidang peningkatan kemampuan day beli penciptaan lapangan kerja baru. Sejalan dengan itu, untuk mengantisipasi naik turunnya denyut nadi perekonomian di Kecamatan Tamansari maka pembangunan perekonomian pada setiap bidang pembagunan penyebarannya diarahkan merata. Perencanaan pembangunan yang ditetapkan dan upaya pengembangan infrastruktur senantiasa diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan dengan konsep pengembangan potensi yang dimilki wilayah. Sebagai ibu balita adanya potensi alam berupa situ-situ tentunya akan mendukung pula potensi pengembangan wilayah Kecamatan Tamansari di bidang pariwisata. Potensi alam tersebut adalah Situ Taman di Desa Tamansari dengan luas 2.4 Ha dan Situ Jadi di desa Sukajadi dengan luas 1.5 Ha.

Berdasarkan pekerjaan, penduduk Kecamatan Tamansari mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian besar penduduk adalah bekerja sebagai petani, peternak, pengusaha, wiraswasta, karyawan swasta, PNS, Polri, dan lainnya.

Tabel 8 Jumlah usaha kecil, menengah, dan besar di Kecamatan Tamansari Tahun 2011

No Desa Kecil Menengah Besar

1 Tamansari 12 58 3 2 Sukajaya 25 84 -3 Sukamantri 20 56 7 4 Sirnagalih 8 183 3 5 Pasir Eurih 10 125 6 6 Sukaluyu 12 94 -7 Sukajadi 15 60 4 8 Sukaresmi 20 283 2

(43)

Karakteristik Keluarga dan Individu Ibu balita Besar Keluarga

Besar keluarga merupakan banyaknya individu yang tinggal bersama dalam satu atap dan bergantung pada sumber penghidupan yang sama. Anggota keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara daan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap. Menurut Hurlock (1993), besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang). Sebaran ibu balita berdasarkan besar keluarga disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran ibu balita berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga n % kecil (≤4 orang) 71 59.2 sedang (5-7 orang) 37 30.8 Besar ( ≥8 orang) 12 10.0 Total 120 100 Rata-rata ± sd 4.9 ± 2.1 Minimum – Maksimum 3 – 14

Jumlah anggota keluarga terkecil dalam penelitian ini adalah sebanyak 3 orang, sedangkan jumlah anggota keluarga terbesar adalah sebanyak 14 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 orang. Sebanyak 59.2% keluarga ibu balita berada pada kategori keluarga kecil, 30.8% berada pada kategori keluarga sedang, dan sisanya 10% berada pada kategori keluarga besar.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi seseorang untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang dibeli dan dikonsumsi seseorang. Pendapatan yang diukur dari seseorang biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh individu, melainkan pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga (Suwarman 2003). Oleh karena itu, pada penelitian ini pendapatan keluarga yang dimaksud adalah penjumlahan dari pendapatan yang diperoleh oleh ayah, ibu, dan keluarga lain dalam satu atap per bulannya. Sebaran ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga disajikan pada Tabel 10.

Gambar

Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian
Gambar 2 Model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan mjuan penehtian, data/informasi yang diperlukan berkenaan dengan peramusan perencanaan strategik pengembangan Program Smdi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak

Tingkat substitusi tepung yang cenderung disukai oleh panelis adalah pada tingkat peng- gunaan campuran pati sagu 50 % dan tepung beras ketan 50 %, dimana pada

Hasil penelitian menjelaskan, berdasarkan data sejarah dan bukti-bukti arkeologi, Tidore berkembang sebagai pusat kekuasaan dengan ciri sebagai kota kesultanan,

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Pada penyusunan skripsi ini peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis - jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi

Sehubungan dengan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah, ingin mengetengahkan motif hias pada pelipit bagian bawah dan atas,

Hasil interpretasi tanda yang ada pada iklan korporat Dove “Real Beauty” versi global ke lokal menunjukkan pergeseran standar kecantikan (definisi baru kecantikan) hanya