• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di RW.08 Kelurahan Mekarbakti Kecamatan Panongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di RW.08 Kelurahan Mekarbakti Kecamatan Panongan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No.1 – Juli – Desember 2018; hal. 32-47 p-ISSN : 2655-2418; e-ISSN : 2655-7630

journal homepage: https://ejournal.akperrspadjakarta.ac.id

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Pada Usia Dewasa di RW.08 Kelurahan Mekarbakti

Kecamatan Panongan

Tommy J. Wowor1, Jaelani2

1 Fakultas Ilmu Kesehatan – Universitas Nasional Jakarta 2 Fakultas Ekonomi – UNSIKA Karawang Jawa Barat

Abstrak

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana untuk berat dan tinggi badan yang biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan underweight, overweight, dan obesitas pada orang dewasa. Sebanyak 13,3% orang dewasa di Indonesia yang berusia lebih dari 18 tahun pada tahun 2013 tergolong dalam kategori overweight, dan 15,4% yang obesitas (Riskesdas, 2013). IMT dapat diukur dengan cara berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2) (WHO, 2014). Orang dengan usia 20–45 tahun yang mengalami obesitas 6 kali beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang dengan usia 20–45 tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada usia dewasa. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan cara cluster sampling dengan jumlah sampel 217 orang yang berada di wilayah RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Uji statistik yang digunakan adalah one way anova, regresi linier sederhana, serta uji t independen. Hasil penelitian menunujukkan bahwa usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh berhubungan signifikan dengan tekanan darah (p < 0,05).

Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah, Gemuk dan Obesitas, Hipertensi, Hipotensi

1 E-mail : tommyjemmy80@gmail.com 2 E-mail : jaelani_dimupi@ymail.com

(2)

Pendahuluan

Berat badan adalah salah satu faktor ekspresi dari gaya hidup. Semakin tidak terkontrolnya pola makan seseorang karena tidak teraturnya gaya hidup, maka semakin beresiko tinggi terkena obesitas (Purnamasari dkk, 2010). Berdasarkan data WHO (2013), Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan penyebab ke lima resiko kematian di dunia. Sebanyak 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya karena kelebihan berat badan dan obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 juta orang dewasa, >20 tahun memiliki kelebihan berat badan. 35% orang dewasa >20 tahun yang memiliki kelebihan berat badan dan 11% obesitas. 65% populasi dunia yang tinggal di negara-negara dimana kelebihan berat badan dan obesitas membunuh seseorang lebih banyak daripada berat badan yang rendah.

Di Indonesia, status gizi berdasarkan pengukuran IMT pada orang dewasa (>18 tahun) adalah sebesar 8,7% dalam kategori kurus, kategori berat badan lebih sebesar 13,5% dan kategori obesitas sebesar 15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa yang obesitas pada tahun 2013 yaitu sebesar 19,7%, sedangkan pada penduduk perempuan dewasa sebesar 32,9%. Jawa Barat merupakan salah satu dari enam belas provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi penduduk obesitas diatas nasional yaitu sebesar 11% (Riskesdas, 2013).

Seseorang yang memiliki umur sekitar 20 tahun merupakan kelompok umur yang sangat penting untuk mempelajari faktor-faktor resiko kardiovaskuler, karena umur tersebut merupakan transisi dari remaja ke dewasa muda dan bersamaan untuk merubah pekerjaan dan status sosial, serta perubahan gaya hidup yang terjadi secara khas (Christoph H, dkk,

2009). Orang dengan usia 20 – 45 tahun yang mengalami obesitas 6 kali beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang dengan usia 20 – 45 tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Soetjiningsih (2004) mengatakan bahwa dalam sebuah keluarga, obesitas dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Bila kedua orang tua mengalami obesitas, maka 80% kemungkinan anaknya menjadi obesitas. Bila yang mengalami obesitas hanya salah satu orang tua, maka 40% kemungkinan anak mengalami obesitas, dan bila kedua orang tua tidak mengalami obesitas, maka 14% kemungkinan anak mengalami obesitas.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator kelebihan berat badan yang sering dikaitkan dengan tekanan darah (Andarini, dkk, 2013). Indeks massa tubuh adalah indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang

biasanya digunakan untuk

menggolongkan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengukur berat badan seseorang dalam kilogram kemudian dibagi tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan (kg/m2) (WHO, 2013). IMT merupakan ukuran yang menarik karena mudah digunakan, murah dan non invasif untuk menilai kelebihan lemak tubuh (National Obesity Observatory, 2009).

Peningkatan yang dramatis dari obesitas pada remaja menandakan peningkatan penyakit kardiovaskuler di masa depan yang disebabkan oleh kelebihan berat badan pada masa muda sampai dewasa. Efek langsung dari obesitas adalah pada fungsi jantung, karena kelebihan lemak tubuh memberikan efek negatif pada kesehatan jantung seiring dengan bertambahnya tahun, dan juga

(3)

menjadi prioritas untuk mentaksir parameter jantung di masa dewasa muda (Kanavi dkk, 2011). Kelebihan berat badan dan obesitas menyebabkan resiko beberapa masalah kesehatan, diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernafasan, dan kanker. Berat badan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, riwayat keluarga dan genetik, metabolisme, perilaku dan kebiasaan, dan lain-lain (National Hearth, Lung, and Blood Institute, 2014).

Tekanan darah menurut British Heart Foundation (2005) merupakan tekanan dari darah pada pembuluh arteri yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi diakibatkan karena dinding arteri yang menjadi kaku dan mengalami kehilangan elastisitas, dan menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit/konstriksi. Tekanan darah dihasilkan oleh gaya dari darah yang menekan melawan dinding pembuluh darah (arteri) yang dipompakan oleh jantung (National Hearth, Lung, and Blood Institute, 2014). Hipertensi dikenal dengan peningkatan tekanan darah, yaitu kondisi dimana tekanan pada pembuluh darah yang meningkat dan menetap. Peningkatan tekanan

pembuluh darah tersebut

menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mensuplai darah. Jika sudah tidak terkontrol, hipertensi dapat mengakibatkan serangan jantung, pembesaran jantung dan dengan cepat menjadi gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan (American Medical Association, 2013).

Prevalensi hipertensi yang didapatkan dari hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 26,5%. Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke empat yaitu

sebesar 29,4%, setelah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), dan Kalimantan Timur (29,6%). Pada analisis dari hasil pengukuran hipertensi terbatas kelompok usia 15 – 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran adalah sebesar 8,7%, kelompok usia 25 – 34 tahun sebesar 14,7%, kelompok usia 35 – 44 tahun sebesar 24,8%. Prevalensi pengukuran hipertensi menurut jenis kelamin responden didapatkan pada perempuan sebesar 28,8% dan pada laki-laki didapatkan sebesar 22,8% (Riskesdas, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ravisankar dkk (2005), menyatakan bahwa pada laki-laki dan

perempuan ditemukan yang

mengalami tekanan sistolik dan diastolik tertinggi adalah pada responden yang memiliki kelebihan berat badan, pada tingkat menengah adalah responden dengan berat badan normal dan paling sedikit pada responden yang berat badannya dibawah normal. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat jelas antara underweight dan overweight meskipun tekanan nadinya sama. Diperkirakan bahwa pengisian arteri dan struk volume tidak berbeda antara keduanya, dan membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan cardiac output pada ketiga kelompok tersebut. Hasil observasi perbedaan antara berat badan dibawah normal, berat badan normal, dan berat badan yang diatas normal disebabkan karena perbedaan pengaturan otonom kardiovaskuler dan atau metabolisme energi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pang dkk (2007), menganalisis bahwa kelebihan berat badan dan obesitas merupakan prediktor penting dari peningkatan tekanan darah. Orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas memiliki tekanan sistolik dan diastolik yang lebih tinggi

(4)

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Sebesar 93,6% orang yang memiliki kelebihan berat badan mengalami prehipertensi atau hipertensi dan 61,6% pada laki-laki yang mengalami hipertensi, sedangkan 83,8% dan 33,3% diantara orang-orang yang bukan overweight. Pada wanita, 90,1% orang obesitas mengalami prehipertensi dan hipertensi dan 62,4% mengalami hipertensi, sedangkan 74,4% dan 33,6% diantara orang-orang yang bukan overweight. Studi Framingham (1974) dalam Pang dkk (2007), ditemukan bahwa kenaikan 10% berat badan menjelaskan kenaikan 7 mmHg tekanan darah sistolik, dan menemukan bahwa setiap kilogram penurunan berat badan akan menurunkan 0,33 mmHg tekanan darah sistolik dan 0,43 mmHg tekanan darah diastolik. Efek jangka panjang dari penurunan berat badan dapat menurunkan kemungkinan hipertensi sebesar 77%.

Penelitian yang dilakukan olah Humayun dkk (2009) menyatakan bahwa hipertensi berkaitan langsung dengan IMT. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan IMT menyebabkan peningkatan tekanan darah pada laki-laki maupun perempuan. Hipertensi sangat terkait dengan usia dan jenis kelamin. Pada laki-laki prevalensi hipertensi umumnya tinggi pada semua kelompok umur, sedangkan pada wanita terdapat kenaikan yang signifikan terhadap jumlah wanita yang mengalami hipertensi pada kelompok usia dibawah 30 tahun dalam kategori kelebihan berat badan, dan meningkatnya jumlah hipertensi pada wanita diatas usia 59 tahun pada kategori kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan laki-laki. Dalam kategori IMT normal, presentase yang relatif besar yang

menunjukkan tanda-tanda hipertensi adalah pada laki-laki.

Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, , pada beberapa orang perempuan yang berusia lebih dari 20 tahun dengan berat badan yang berlebih, ditemukan tekanan darah yang kurang dari normal atau hipotensi. Sedangkan pada beberapa orang laki-laki yang memiliki berat badan normal memiliki tekanan darah yang sedikit tinggi atau prehipertensi.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, . Sementara tujuan khususnya adalah untuk mengetahui :

a. Karakteristik responden (usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, dan aktivitas fisik) pada usia dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti,

Kecamatan Panongan, .

b. Gambaran indeks massa tubuh dan tekanan darah responden pada usia dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti,

Kecamatan Panongan, .

c. Hubungan usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, .

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan efek,

(5)

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat yang bersamaan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh warga RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, yang berusia dewasa (19 – 64 tahun) sebanyak 1300 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Probability samples.

Sampel diambil dengan cara mengambil sebesar 20% dari populasi 1300 orang (N=1300) dari 1 RW yaitu sebanyak 8 RT. Maka, 8 x 20% = 1,6 (2 RT). Kemudian 2 RT dari 8 RT yang diambil adalah RT 3 dan RT 8, yang dilakukan dengan cara dikocok. RT 3 berjumlah 145 orang dan RT 8 berjumlah 88 orang, jadi besar sampel adalah 233 orang. Kemudian semua usia dewasa yang berdomisili di 2 RT tersebut akan diambil menjadi sampel. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan kuisioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada konsep dan teori yang diuraikan dalam studi pustaka dan hasil penelitian sebelumnya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pemeriksaan fisik yaitu menggunakan timbangan, stature meter, tensimeter, dan stetoskop. Instrumen kuisioner terbagi dalam 3 bagian pertanyaan. Bagian pertama berupa data demografi responden yaitu nama (inisial), usia responden, dan jenis kelamin. Kuesioner bagian kedua yaitu berupa pertanyaan tertutup tentang Indeks Massa Tubuh (IMT) responden dan tekanan darah responden yang akan diukur langsung oleh peneliti. Kuesioner bagian ketiga yaitu berupa pertanyaan tertutup tentang riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, pengetahuan tentang IMT, dan tekanan darah. Kemudian akan dilakukan penjumlahan pada

masing-masing jawaban. Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner ± 15 menit. Selain untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk uji coba juga merupakan proses untuk melengkapi isi kuesioner yang digunakan.

Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat Usia

Tabel-1. Distribusi Frekuensi Usia di RW.08, Kel Mekarbakti, Kec. Panongan 2015 Varia

bel Mean Median SD Min-Max 95% CI Usia 35,96 32 13,283 19 – 64 34,18-37,74

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015, didapatkan rata-rata usia responden adalah 35,96 tahun ± 13,283 tahun, median 32 tahun, dengan usia termuda 19 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia responden adalah antara 34,18 tahun sampai dengan 37,74 tahun. Jenis Kelamin

Tabel-2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di RW.08, Kel Mekarbakti, Panongan 2015 Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-Laki 59 27,2

Perempuan 158 72,8

Total 217 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 158 orang (72,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59 orang (27,2%).

Riwayat Hipertensi

Tabel-3. Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi di RW.08, Kel Mekarbakti Panongan

(6)

Riwayat Tekanan

Darah Frekuensi Persen (%)

Tidak Ada 164 75,6

Ada 53 24,4

Total 217 100

Dari tabel-3 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 164 orang (75,6%), sedangkan 53 orang (24,4%) yang memiliki riwayat hipertensi.

Kebiasaan Merokok

Tabel-4. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan 2015

Kebiasaan

Merokok Frekuensi Persen (%) Tidak

Merokok 141 65,0

Merokok 76 35,0

Total 217 100

Dari tabel-4 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 141 orang (65%), dan responden yang merokok sebanyak 76 orang (35%).

Asupan Garam

Tabel-8. Distribusi Frekuensi Asupan Garam RW.08, Kel Mekarbakti, Kec Panongan 2015

Asupan

Garam Frekuensi Persen (%)

Cukup 135 62,2

Lebih 82 37,8

Total 217 100

Dari tabel-4 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden mengkonsumsi garam dalam kategori cukup (≤ 1 sendok teh perhari) yaitu sebanyak 135 orang (62,2%), sedangkan sebanyak 82 orang (37,8%) dengan

asupan garam yang lebih (>1 sendok teh perhari).

Aktivitas Fisik

Tabel-9. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik RW.08, Kel Mekarbakti, Kec Panongan 2015

Aktifitas

Fisik Frekuensi Persen (%)

Aktif 110 50,7

Tidak

Aktif 107 49,3

Total 217 100

Dari tabel-5 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang aktif sebanyak 110 responden (50,7%), sedangkan yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik sebanyak 107 responden (49,3%).

Tekanan Darah

Tabel-6. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan,

Tahun 2015 Tekanan

Darah Mean Median SD Min-Max 95% CI Sistolik 120,60 120 19,030 80 – 180 118,05-123,15 Diastolik 77,65 80 10,563 60 – 100 76,24-79,06 Hasil analisis data dari tabel-6 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik adalah 120,60 mmHg ± 19,030 mmHg, median tekanan darah sistolik sebesar 120 mmHg, dengan tekanan darah sistolik minimum sebesar 80 mmHg dan maksimum sebesar 180 mmHg. Dan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 77,65 mmHg ± 10,563 mmHg, median tekanan darah diastolik 80 mmHg, dengan tekanan darah diastolik minimum sebesar 60 mmHg dan maksimum sebesar 100 mmHg.

(7)

Indeks Massa Tubuh

Tabel-7. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh di RW.08, Kel Mekarbakti Panongan

2015

Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persen (%) Underweight 11 5,1 Normal 100 46,1 Overweight dan Obesitas 106 48,8 Total 217 100

Dalam penelitian ini, Indeks Massa Tubuh (IMT) digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu underweight (<18,5 Kg/m2), normal (18,5– <25 Kg/m2), dan overweight

and obese (≥25 Kg/m2). Dari tabel 15

menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar indeks massa tubuh responden tergolong dalam kategori overweight dan obesitas yaitu sebanyak 106 orang (48,8%), responden dengan kategori IMT normal sebanyak 100 orang (46,1%), sedangkan responden dengan kategori IMT underweight yaitu 11 orang (5,1%).

2. Analisis Bivariat

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-8. Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

IMT Mean SD 95% CI Min-Max P Value n Tekanan Darah Sistolik Underweight 106,36 12,060 98,26 – 224,47 90 – 130 0,001* 11 Normal 116,50 17,944 112,94 – 120,06 80 – 170 100 Overweight dan Obesitas 125,94 19,013 122,28 – 129,61 90 – 180 106 Tekanan Darah Diastolik Underweight 73,64 9,244 67,43 – 79,85 60 – 90 0,001* 11 Normal 75,10 9,045 73,31 – 76,89 60 – 100 100 Overweight dan Obesitas 80,47 11,329 78,29 – 79,06 60 – 100 106

* Bermakna pada α < 0,05

Hasil perhitungan dengan uji statistik oneway anova didapat nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada orang

dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah

Tabel-9. Analisis Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Variabel r R2 Persamaan Garis P Value

Usia 0,546 0,308 0,299 0,095 TDD = 68,828 + 0,245 *Usia TDS = 92,447 + 0,783 *Usia 0,0005*

* Bermakna pada α < 0,05 Dari analisis tabel-9 didapatkan hasil dari 217 responden yang diteliti, bahwa hubungan usia responden dengan tekanan darah sistolik menunjukkan hubungan kuat (r = 0,546) dan berpola positif artinya semakin bertambah usia responden maka semakin tinggi tekanan darah sistoliknya. Nilai koefisien dengan

detrminasi 0,299 yang artinya persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 29,9% variasi tekanan darah sistolik atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel tekanan darah sistolik.

Hubungan usia responden dan tekanan darah diastolik juga

(8)

menunjukkan hubungan kuat (r = 0,308) dan berpola positif artinya semakin bertambah usia responden maka semakin tinggi tekanan darah diastoliknya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,095 yang artinya persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 9,5% variasi tekanan darah diastolik atau persamaan garis yang diperoleh cukup

baik untuk menjelaskan variabel tekanan darah diastolik.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,0005 (P < 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah

Tabel-10. Analisis Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Jenis Kelamin Mean SD MD 95% CI P Value n Lower Upper

Tekanan Darah

Sistolik Perempuan Laki-Laki 127,63 14,183 118,10 19,909 9,526 3,950 15,101 0,001* 158 59 Tekanan Darah

Diastolik Perempuan Laki-Laki 81,53 76,27 10,971 8,054 5,260 2,172 8,347 0,001* 158 59 * Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden laki-laki adalah 81,53 mmHg ± 8,054 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden perempuan 76,27 mmHg ± 10,971 mmHg. rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik 5,260 pada responden laki-laki dengan perempuan. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik adalah diantara 2,172 sampai 8,347. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-11. Analisis Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Riwayat Hipertensi Mean SD MD 95% CI P Value n Lower Upper Tekanan Darah Sistolik Tidak 114,39 14,952 -25,798 -30,948 -20,649 0,001* 164 Ada 140,19 16,812 53 Tekanan Darah

Diastolik Tidak Ada 75,55 84,34 10,097 9,736 -8,791 -11,935 -5,646 0,001* 164 53

* Bermakna pada α < 0,05 Rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik sebesar -8,791 pada responden yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik

adalah diantara 11,935 sampai -5,646. Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 75,55 mmHg ± 9,736 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang

(9)

memiliki riwayat hipertensi 84,34 mmHg dengan ± 10,097 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi. Dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-12. Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tekanan Darah Responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Kebiasaan

Merokok Mean SD MD

95% CI P Value n Lower Upper

Tekanan Darah

Sistolik Tidak Merokok 114,68 17,466 Merokok 131,84 16,550 -17,161 -21,972 -12,350 0,001* 141 76 Tekanan Darah Diastolik Tidak Merokok 75,32 10,990 -6,786 -9,596 -3,976 0,001* 141 Merokok 82,11 7,885 76 * Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar -6,786 pada responden yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak merokok. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara -9,596 sampai -3,976. Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden yang tidak merokok adalah 131,84 mmHg ± 16,550 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang merokok 82,11 mmHg ± 7,885 mmHg.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang tidak merokok dengan responden yang memiliki kebiasaan merokok. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Asupan Garam Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-13. Analisis Hubungan Asupan Garam Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan,

Asupan

Garam Mean SD MD Lower 95% CI Upper P Value n Tekanan Darah

Sistolik Cukup Lebih 114,30 131,22 16,641 17,943 -16,923 -21,654 -12,192 0,001* 135 82 Tekanan Darah

Diastolik Cukup Lebih 81,59 75,33 10,133 9,996 -6,252 -9,034 -3,470 0,001* 135 82

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar -6,252 pada responden yang mengkonsumsi cukup garam dengan yang mengkonsumsi garam lebih. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara -9,034 sampai -3,470. Rata-rata tekanan darah diastolik pada

responden yang mengkonsumsi garam dalam kategori cukup adalah 75,33 mmHg ± 10,133 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang mengkonsumsi garam dalam kategori lebih 81,59 mmHg ± 9,996 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan

(10)

yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang mengkonsumsi garam yang cukup

dengan responden yang

mengkonsumsi garam berlebihan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

asupan garam dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-14. Analisis Hubungan Aktivitas Fisik Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan,

Aktivitas Fisik Mean SD MD Lower 95% CI Upper P Value n Tekanan Darah

Sistolik Aktif Tidak Aktif 116,55 17,370 -8,408 -13,372 -3,444 0,001* 110 124,95 19,685 107 Tekanan Darah

Diastolik Aktif Tidak Aktif 75,36 80,09 10,552 -4,730 -7,476 -1,984 0,001* 110 9,952 107

* Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar –4,730 pada responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang tidak aktif. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara -7,476 sampai -1,984. Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden yang melakukan aktivitas fisik pada kategori aktif adalah 75,36 mmHg ± 10,552 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang melakukan aktivitas fisik pada kategori tidak aktif 80,09 mmHg ± 9,952 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Pembahasan

1. Data Demografi Responen Usia

Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata usia responden adalah 35,96 tahun ± 13,283 tahun, median 32 tahun, dengan usia termuda 19 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia responden adalah antara 34,18 tahun sampai dengan 37,74 tahun. Usia rata-rata responden termasuk dalam kategori dewasa muda, seperti yang dinyatakan oleh Soetardjo (2011) yaitu usia 19 – 49 tahun yang disebut dewasa muda dan usia 50 – 64 tahun yang disebut dewasa setengah tua.

Jenis Kelamin

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 158 orang (72,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59 orang (27,2%).

Riwayat Hipertensi

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak

(11)

164 orang (75,6%), sedangkan 53 orang (24,4%) yang memiliki riwayat hipertensi.

Kebiasaan Merokok

Hasil analisis

univariatmenunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 141 orang (65%), dan responden yang merokok sebanyak 76 orang (35%).

Rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Salah satu zat yang bernama nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan mengikuti aliran darah hingga mencapai otak yang hanya memerlukan waktu beberapa detik. Reaksi otak terhadap nikotin yaitu memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin) yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Mannan dkk, 2012).

Asupan Garam

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden mengkonsumsi garam dalam kategori cukup (≤ 1 sendok teh perhari) yaitu sebanyak 135 orang (62,2%), sedangkan sebanyak 82 orang (37,8%) dengan asupan garam yang lebih (>1 sendok teh perhari).

Mengkonsumsi garam lebih dari yang dianjurkan dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini disebabkan

karena garam menyebabkan

penumpukan cairan tubuh karena menarik dan menahan cairan ekstrasel agar tidak dikeluarkan yang akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam kurang atau sama dengan 3 gram perhari, ditemukan rata-rata tekanan darah yang rendah, sedangkan pada masyarakat yang mengkonsumsi garam sekitar 7 – 8 gram perhari, rata-rata tekanan darahnya lebih tinggi (Depkes, 2006).

Aktivitas Fisik

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang aktif sebanyak 110 responden (50,7%), sedangkan yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik sebanyak 107 responden (49,3%).

Aktivitas fisik adalah kegiatan seseorang dengan menggerakkan tubuh khususnya otot yang membutuhkan energi, sehingga dapat meningkatkan kecepatan detak jantung dan pernafasan. Para ahli menganjurkan untuk berolahraga menguras tenaga selama 30 menit sebanyak 3 sampai 4 kali seminggu. Aktivitas fisik yang ringan adalah berjalan kaki dengan porsi 30 menit atau lebih sebanyak tiga kali seminggu, tetapi untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan harus ditingkatkan dengan berjalan cepat sebanyak lima atau enam kali seminggu. Selain itu, mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang dilakukan selama 30 menit juga dapat membakar kalori yang sama dengan berolahraga. (Nurrahmani, 2011; Sartika, 2011).

Tekanan Darah

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik adalah 120,60 mmHg ± 19,030 mmHg, median tekanan darah

(12)

sistolik sebesar 120 mmHg, dengan tekanan darah sistolik minimum sebesar 80 mmHg dan maksimum sebesar 180 mmHg. Dan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 77,65 mmHg ± 10,563 mmHg, median tekanan darah diastolik 80 mmHg, dengan tekanan darah diastolik minimum sebesar 60 mmHg dan maksimum sebesar 100 mmHg.

Tekanan darah adalah faktor terpenting dalam sistem sirkulasi, yang merupakan kekuatan yang dihasilkan jantung untuk memompa darah bersirkulasi pada dinding pembuluh darah arteri dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, termasuk detak jantung, kecepatan pernapasan, dan temperatur. Tekanan dalam sistem peredaran darah dan detak jantung ditimbulkan oleh pembuluh darah arteri karena memiliki dinding yang elastis dan beresistensi yang sama terhadap aliran darah. Tekanan darah dibedakan menjadi hipotensi (<90/60 mmHg), normotensi (120/80 mmHg), dan hipertensi (140/90 mmHg). Hipotensi atau tekanan darah rendah merupakan istilah yang digunakan untuk seseorang yang memiliki tekanan darah yang sangat rendah sehingga aliran darah ke otak berkurang, maka seseorang akan merasa pusing bahkan sampai pingsan. Namun tekanan darah rendah tidak separah komplikasi-komplikasi yang menyertai tekanan darah tinggi (Bungawati dan Pratama, 2011; Anggara dan Prayitno, 2013).

Indeks Massa Tubuh

Hasil analisis

univariatmenunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar indeks massa tubuh responden tergolong dalam kategori overweight dan obesitas yaitu sebanyak 106 orang (48,8%), responden dengan kategori

IMT normal sebanyak 100 orang (46,1%), sedangkanresponden dengan kategori IMT underweight yaitu 11 orang (5,1%).

Indeks massa tubuh (IMT) adalah alat sederhana untuk mengetahui keadaan massa tubuh orang dewasa (>18 tahun) yang tergolong dalam kategori kurus, normal atau gemuk, sehingga dapat memprediksikan kesehatan seseorang terkait dengan resiko kesehatan

tubuhnya, dengan cara

membandingkan berat badan (kg) dengan tinggi badan kuadrat (m) (Nurrahmani, 2011; Supariasa dkk, 2012).

2. Hubungan Antar Variabel

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil perhitungan dengan uji statistik oneway anova pada analisis bivariatdidapat nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,0005 (P < 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi karena usia terjadi secara alami sebagai proses menua dan didukung oleh beberapa faktor eksternal. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang mengatakan seiring

dengan bertambahnya usia

seseorang, akan terjadi peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh perubahan otot-otot jantung, perubahan struktur pembuluh darah

(13)

yang menjadi kaku, dan perubahan hormon (Bungawati dan Pratama, 2010; Depkes, 2006).

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Responden dalam penelitian ini merupakan golongan usia dewasa, maka menurut penelitian Bungawati dan Pratama (2011) bahwa terjadinya peningkatan tekanan darah banyak terjadi pada laki-laki yang berusia muda dan paruh baya atau sekitar usia 35 – 50 tahun, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun pada perempuan kebanyakan hipertensi terjadi pada usia di atas 55 tahun setelah memasuki masa menopause karena diakibatkan oleh faktor hormonal.

Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi.Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang tidak merokok dengan responden yang memiliki kebiasaan merokok.Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

f. Hubungan Asupan Garam Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang mengkonsumsi garam yang cukup dengan responden

yang mengkonsumsi garam

berlebihan.Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan garam dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Asupan garam yang berlebihan atau lebih dari 3 gram (satu sendok teh) perhari dapat terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena garam mengandung natrium (sodium) yang dibutuhkan tubuh yaitu sebanyak 500 mg perhari untuk menjalankan fungsinya seperti mengatur volume darah, tekanan darah, kadar air, dan fungsi sel. Jika dikonsumsi secara berlebihan dalam sekali konsumsi dapat meningkatkan tekanan darah secara langsung pada orang yang tubuhnya sensitif terhadap garam dapur. Mengkonsumsi makanan asin lebih dari kebutuhan tubuh dapat dipengaruhi oleh budaya yang menjadikan lidah seseorang menyukai rasa asin (Nurrahmani, 2011; Ardiansyah, 2012).

(14)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistikanalisis bivariat didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah terutama bagi penderita hipertensi ringan. Aktivitas fisik yang berat efektif menurunkan tekanan darah, dan pada orang tertentu tidak perlu disertai dengan penurunan berat badan. Semakin gemuk seseorang, semakin tinggi pula tekanan darahnya. Maka semakin besar penurunan berat badan seseorang, semakin terkendalinya tekanan darah. Dapat diartikan bahwa penurunan berat badan merupakan gaya hidup seseorang yang pengaruhnya peling besar dalam perbaikan tekanan darah seseorang (Depkes, 2006; Nurrahmani, 2011).

Kesimpulan

1. Gambaran karakteristik yang didapatkan dari hasil penelitian 217 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia dewasa muda (19 – 49 tahun) sebesar 80,6%, berjenis kelamin perempuan (72,8%), sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi (75%), tidak merokok (65%), mengkonsumsi garam dalam batas yang cukup setiap harinya (62,2%), dan aktif melakukan aktivitas fisik (50,7%).

2. Gambaran tekanan darah 217 responden yang diteliti terlihat

bahwa rata-rata tekanan darahnya tergolong normal, yaitu 120/80 mmHg.

3. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) dari 217 responden yang diteliti menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kategori IMT overweight dan obesitas (48,8%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05). 5. Terdapat hubungan yang signifikan

antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Artinya, peningkatan IMT berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.

Daftar Pustaka

[1] Angelya Lumoindong, Adrian

Umboh, and Nurhayati

Masloman. (2013). Hubungan Obesitas Dengan Profil Tekanan Darah Pada Anak Usia 10-12 Tahun Di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 147-153

[2] Anggara, Febri Haendra Dwi dan Prayitno, Nanang. (2013). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013.

[3] Anjum Humayun, Arbab Sher Shah, and Riffat Siltana. (2009). Relation of Hypertension with Body Mass Index and Age In Male and Female Population of

(15)

Peshawar, Pakistan. J Ayub Med CollAbbottabad 2009;21(3).

[4] Anthony J Weekes, Ryan J. Zapata, and Antonio Napolitano.

(2007). Symptomatic

Hypotension: ED Stabilization And The Emerging Role Of Sonography. Emergency Medicine Practice (ISSN Print: 1524-1971, ISSN Online: 1559-3908).

[5] Cindy Cekti, Adiguno S.W., Sarah A.H., Khoirul A., Mohammad E.P., Datu R., Dyah A.R., dkk. (2008). Perbandingan Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Antara RW 18 Kelurahan Panembahan Dan RW 1 Kelurahan Patehan. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 4. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

[6] Destyana, Saryono, dan Mursiyam. (2009). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Dan Golongan Darah Di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol ume 4, No.2 Juli 2009.

[7] Dhianningtyas, Yunita dan Hendrati, Lucia Y. (2006). Risiko Obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif. The Indonesian Journal of Public Health Vol. 2 No. 3. [8] Hendy Purnamasari, Untung

Gunarso, dan Lantip Rujito. (2010). Overweight Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain Pada Pasien Poli Saraf Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010.

[9] Heryudarani Harahap,

Hardiansyah, Budi Setiawan, dan

Imam Efendi. (2008). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat Keturunan Dengan Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil di Pekan Baru. Puslitbang Gizi dan Makanan 2008. 31(2): 51-58.

[10] James R. Sowers, Adam Whaley-Connell, and Melvin R. Hayden. (2011). The Role of Overweight and Obesity in the Cardiorenal Syndrome. Cardiorenal Med 2011;1:5–12.

[11] Joint National Committee VII (2003). The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII .

[12] Kanavi Roopa Shekharappa, Smilee Johncy S, Mallikarjuna P T, Vedavathi K J, and Mary Prem Jayarajan. (2011). Correlation Between Body Mass Index and Cardiovascular Parameters In Obese and Non-Obese In Different Age Groups. International Journal of Biological and Medical Research.

[13] Kodama, Hiroko. (2010). Problems of Underweight in Young Females and Pregnant Women in Japan. JIMAJ. Journal of the Japan Medical Association Vol.53 No.5.

[14] Lei Wang, Nan-Fang Li, Jin Yang, Ling Zhou, Tao Li, and Jing Hong. (2010). Risk Factors for Prehypertension In Xinjiang Uygur Population. Journal of Geriatric Cardiology, Vol 7, No. 2.

[15] N. L Nanaware, A. M Gavkare, and A. D Surdi. (2011). Study of Correlation of Body Mass Index (BMI) With Blood Pressure in School Going Children and Adolescents. International Journal of Recent Trends in

(16)

Science And Technology, E-ISSN 2249-8109, Volume 1, Issue 1, 2011 pp 20-26.

[16] National Heart, Lung, and Blood Institute. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National Institutes of Health. U.S. Department Of Health And Human Services. [17] Podojoyo dan Masnawiyah.

(2013). Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik Dengan Status Gizi, Konsumsi Lemak Dan Serat Siswa SMA Xaverius 1

Palembang. Jurnal

Pembangunan Manusia Vol.7 No.1 April 2013.

[18] Pratama, Kayetanus Aldy dan Bungawati, Dahlia. (2011). Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Tekanan Darah Pada Perawat Di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Vol. 4, No.2. ISSN 2085-0921.

[19] Ravisankar P, Madanmohan, Kaviraja Udupa, and E. Sankaranarayanan Prakash. (2005). Correlation Between Body Mass Index and Blood Pressure Indices, Hangrip Strength and Hangrip Endurance In Underweight, Normal Weight, and Overweight Adolescents. Departement of Physicology, Jawaharlal Institude of Postgraduate Medical Education and Research (JIPMER), Pondicherry.

[20] Sartika, Ratu Ayu Dewi. (2011). Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 1.

[21] Sharon L Lewis, Shannon Ruff Dirksen, Margaret Molean Heltkemper, Linda Bucher, and

Ian M. Camera. (2011). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems. 8th Edition. Elsevier. [22] Sri Andarini, Nia Novita Wirawan,

dan Putri Rahayu Mellaningrum. (2013). Hubungan Beberapa Indikator Obesitas Dengan Tekanan Darah Pada Usia

Dewasa di Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang.

[23] State of Victoria. (2013). Blood Pressure (Low) – Hypotension. Better Health Channel, Victorian Minister for Health.

[24] F Tesfaye, NG Nawi, H Van Minh, P Byass, Y Berhane, R Bonita, and S Wall. (2007). Association Between Body Mass Index and Blood Pressure Across Three Populations In Africa and Asia. Journal of Human Hypertension.

[25] Wenyue Pang, Zhaoqing Sun, Liqiang Zheng, Jue Li, Xingang Zhang, Shuangshuang Liu, Changlu Xu, et al. (2007). Body Mass Index and the Prevalence of Prehypertension and Hypertension in a Chinese Rular Population. Tongji University, Shanghai, China. Internal Medicine.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa peneliti panjatkankehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya,sehingga peneliti dapat

Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right

return on asset Bank Sumsel Babel periode 2008-2015 adalah tinggi tapi jika dibandingkan dengan return on asset perbankan secara nasional adalah rendah, (2)inflasi

rekrutmen pengajar profesional dan berintegritas secara objektif; kelima, memberikan pemahaman kepada pengajar tentang tujuan pembelajaran yang dicanangkan dan

Pertama model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Model pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif di mana guru harus membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil.

Prosedur yang berjalan Saat ini pada Universitas Cokroaminoto Palopo dalam hal penanganan surat masuk dan surat masih menggunakan sistem konvensioal, baik dari segi

Duta Mebel menunjuk seorang Kepala Lapangan (Mandor) untuk membantunya dalam menjalankan sistem pengawasan dalam kegiatan produksi. Pekerja diwajibkan mematuhi perintah

Dari hasil evaluasi kinerja SI/TI yang disusun masuk kedalam katagori proses protofolio management pada framework val-IT, maka di simpulkan evaluasi kinerja dapat