• Tidak ada hasil yang ditemukan

Flu Burung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Flu Burung"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Flu Burung

Flu Burung

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang A. Latar Belakang

Penyakit flu burung atau flu un

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu peggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu pe nyakit menular nyakit menular  yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung d

Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung d an transportasi unggas yangan transportasi unggas yang terinfeksi.

terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun

luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus

konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avianflu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah

influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 1penyakit flu burung di 10 propinsi di0 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor ).

adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor ).

Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand  pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat  pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat

Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang

Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHOyang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

orang (CFR = 9,6%).

Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.

Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.

Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak  di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak   bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.

 bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia. B. Rumusan Masalah

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat yaitu: Permasalahan yang diangkat yaitu: · Definisi Penyakit Flu Burung, · Definisi Penyakit Flu Burung, · Epidemiologi Penyakit Flu Burung, · Epidemiologi Penyakit Flu Burung, · Etiologi Penyakit Flu Burung, · Etiologi Penyakit Flu Burung,

(2)

· Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Pencegahan Penyakit Flu Burung · Pencegahan Penyakit Flu Burung C. Tujuan

C. Tujuan..

Penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang: Penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang: · Definisi Penyakit Flu Burung,

· Definisi Penyakit Flu Burung, · Epidemiologi Penyakit Flu Burung, · Epidemiologi Penyakit Flu Burung, · Etiologi Penyakit Flu Burung, · Etiologi Penyakit Flu Burung,

· Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Pencegahan Penyakit Flu Burung · Pencegahan Penyakit Flu Burung

BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN A. Definisi A. Definisi..

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular  Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular  yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. B. Epidemiologi

B. Epidemiologi

Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan manusia di Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah

Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah

menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.

yang terinfeksi flu burung.

§ Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 § Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.

orang anak tanpa menimbulkan kematian.

§ Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu § Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu orang meninggal..

orang meninggal..

§ Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu § Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.

diantaranya meninggal.

§ Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand § Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand , 14 di Vietnam )

(6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand , 14 di Vietnam )

29 Agustus 2003: Muncul penyakit yang mematikan di peternakan ayam di Kabupaten 29 Agustus 2003: Muncul penyakit yang mematikan di peternakan ayam di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu menyebar di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu menyebar di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Jawa Timur.

23 Oktober 2003: Deptan men

23 Oktober 2003: Deptan mengonfirmasi wabah itu sebagai virus tetelo dengan jenis vilogenik gonfirmasi wabah itu sebagai virus tetelo dengan jenis vilogenik  viserotropik berdasarkan pengujian beberapa lembaga dan laboratorium.

viserotropik berdasarkan pengujian beberapa lembaga dan laboratorium. 28 Oktober 2003: Otoritas Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singap

28 Oktober 2003: Otoritas Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singap ura telah melarangura telah melarang sementara impor burung dan unggas lainnya dari Indonesia karena adanya informasi wabah sementara impor burung dan unggas lainnya dari Indonesia karena adanya informasi wabah  penyakit flu burung di beberapa daerah.

 penyakit flu burung di beberapa daerah.

19 November 2003: Dua sumber independen yang layak dipercaya di Indonesia telah mengirim 19 November 2003: Dua sumber independen yang layak dipercaya di Indonesia telah mengirim informasi adanya wabah flu burung ke

informasi adanya wabah flu burung ke International Society for Infectious Diseases (ISID).International Society for Infectious Diseases (ISID). Mereka mengabarkan, wabah tersebut telah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera.

Mereka mengabarkan, wabah tersebut telah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera. 22 Desember 2003: Pusat Informasi Unggas Indonesia (Pinsar) menyebutkan

22 Desember 2003: Pusat Informasi Unggas Indonesia (Pinsar) menyebutkan adanyaadanya keikutsertaan flu burung dalam wabah tetelo

(3)

· Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Pencegahan Penyakit Flu Burung · Pencegahan Penyakit Flu Burung C. Tujuan

C. Tujuan..

Penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang: Penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang: · Definisi Penyakit Flu Burung,

· Definisi Penyakit Flu Burung, · Epidemiologi Penyakit Flu Burung, · Epidemiologi Penyakit Flu Burung, · Etiologi Penyakit Flu Burung, · Etiologi Penyakit Flu Burung,

· Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Patofisiologi Penyakit Flu Burung, dan · Pencegahan Penyakit Flu Burung · Pencegahan Penyakit Flu Burung

BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN A. Definisi A. Definisi..

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular  Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular  yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. B. Epidemiologi

B. Epidemiologi

Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan manusia di Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah

Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah

menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.

yang terinfeksi flu burung.

§ Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 § Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.

orang anak tanpa menimbulkan kematian.

§ Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu § Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu orang meninggal..

orang meninggal..

§ Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu § Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.

diantaranya meninggal.

§ Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand § Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand , 14 di Vietnam )

(6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand , 14 di Vietnam )

29 Agustus 2003: Muncul penyakit yang mematikan di peternakan ayam di Kabupaten 29 Agustus 2003: Muncul penyakit yang mematikan di peternakan ayam di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu menyebar di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu menyebar di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Jawa Timur.

23 Oktober 2003: Deptan men

23 Oktober 2003: Deptan mengonfirmasi wabah itu sebagai virus tetelo dengan jenis vilogenik gonfirmasi wabah itu sebagai virus tetelo dengan jenis vilogenik  viserotropik berdasarkan pengujian beberapa lembaga dan laboratorium.

viserotropik berdasarkan pengujian beberapa lembaga dan laboratorium. 28 Oktober 2003: Otoritas Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singap

28 Oktober 2003: Otoritas Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singap ura telah melarangura telah melarang sementara impor burung dan unggas lainnya dari Indonesia karena adanya informasi wabah sementara impor burung dan unggas lainnya dari Indonesia karena adanya informasi wabah  penyakit flu burung di beberapa daerah.

 penyakit flu burung di beberapa daerah.

19 November 2003: Dua sumber independen yang layak dipercaya di Indonesia telah mengirim 19 November 2003: Dua sumber independen yang layak dipercaya di Indonesia telah mengirim informasi adanya wabah flu burung ke

informasi adanya wabah flu burung ke International Society for Infectious Diseases (ISID).International Society for Infectious Diseases (ISID). Mereka mengabarkan, wabah tersebut telah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera.

Mereka mengabarkan, wabah tersebut telah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera. 22 Desember 2003: Pusat Informasi Unggas Indonesia (Pinsar) menyebutkan

22 Desember 2003: Pusat Informasi Unggas Indonesia (Pinsar) menyebutkan adanyaadanya keikutsertaan flu burung dalam wabah tetelo

(4)

tersebut tidak hanya diisolasi, tetapi sudah diidentifikasi melalui berbagai metode

tersebut tidak hanya diisolasi, tetapi sudah diidentifikasi melalui berbagai metode diagnostik.diagnostik. Pinsar menyarankan virus flu burung yang

Pinsar menyarankan virus flu burung yang ditemukan sebaiknya dikirim ke laboratorium rujukanditemukan sebaiknya dikirim ke laboratorium rujukan internasional di Australia, Inggris, Jerman, atau Amerika Serikat.

internasional di Australia, Inggris, Jerman, atau Amerika Serikat.

15 Januari 2004: Sebuah tim yang terdiri atas Kepala Badan Karantina dan Direktur Kesehatan 15 Januari 2004: Sebuah tim yang terdiri atas Kepala Badan Karantina dan Direktur Kesehatan Hewan pergi ke Cina sekitar enam ha

Hewan pergi ke Cina sekitar enam hari untuk mempelajari kasus flu burung, termasuk pengadaanri untuk mempelajari kasus flu burung, termasuk pengadaan vaksin.

vaksin.

21 Januari 2004: Dirjen Bina Produksi Peternaka

21 Januari 2004: Dirjen Bina Produksi Peternaka n menginformasikan bahwa pemerintahn menginformasikan bahwa pemerintah

menunjuk PT Bio Farma untuk mengimpor vaksin flu burung dengan jenis patogenitas rendah. menunjuk PT Bio Farma untuk mengimpor vaksin flu burung dengan jenis patogenitas rendah. 24 Januari 2004: Ketua I

24 Januari 2004: Ketua I Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) CA Nidom mengumumkan,Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) CA Nidom mengumumkan, dari identifikasi DNA dengan sampel 100 a

dari identifikasi DNA dengan sampel 100 ayam yang diambil dari daerah wabah dyam yang diambil dari daerah wabah diketahui positif iketahui positif  telah berjangkit flu burung.

telah berjangkit flu burung.

25 Januari 2004: Deptan mengumumkan

25 Januari 2004: Deptan mengumumkan secara resmi kasus avian influenza terjadi di secara resmi kasus avian influenza terjadi di Indonesia,Indonesia, namun belum ditemukan korban manusia akibat wabah tersebut.

namun belum ditemukan korban manusia akibat wabah tersebut. C. Etiologi

C. Etiologi

Penyebab flu burung adalah

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk familivirus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili

Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan

menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) danpandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan  Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifika si kode subtipe flu burung yang  Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifika si kode subtipe flu burung yang  banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,  banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,

H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air  menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air  sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.

formalin, serta cairan yang mengandung iodin. D. Patofisiologi

D. Patofisiologi Gejala

Gejala

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. 1. Gejala pada unggas

1. Gejala pada unggas § Jengger berwarna biru § Jengger berwarna biru § Borok di kaki

§ Borok di kaki

§ Kematian mendadak  § Kematian mendadak  2. Gejala pada manusia 2. Gejala pada manusia

§ Demam (suhu badan diatas 38 °C) § Demam (suhu badan diatas 38 °C) § Batuk dan nyeri tenggorokan § Batuk dan nyeri tenggorokan § Radang saluran pernapasan atas § Radang saluran pernapasan atas § Pneumonia § Pneumonia § Infeksi mata § Infeksi mata § Nyeri otot § Nyeri otot Masa Inkubasi Masa Inkubasi

1. Pada Unggas : 1 minggu 1. Pada Unggas : 1 minggu 2. Pada Manusia : 1-3 ha

2. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3ri , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

Pada anak sampai 21 hari . Penularan

Penularan

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia , melalui air liur, lendir  Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia , melalui air liur, lendir 

(5)

dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang  berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari

unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk  unggas lainnya. Media penularan ini dapat terjadi akibat transmisi (perpindahan) unggas yang terkena virus H5N1 dari daerah yang sudah terkena ke daerah yang belum terkena. Selain itu, terpaparnya manusia dengan penyakit ini, selain karena kontaminasi langsung dengan unggas, daya tahan tubuh juga memegang peranan penting. Semakin baik daya tahan tubuh seseorang, semakin kecil kemungkinan terkena penyakit ini, begitu pula sebaliknya. Selain daya tahan tubuh, pola makan dan pola hidup yang bersih dan sehat juga mendukung dalam pencegahan keterpaparan penyakit ini meskipun dari data resmi menunjukkan, tak ada produk olahan dari daging ayam yang masuk dari Vietnam dan Thailand sebagai wilayah yang paling parah terkena dampak flu burung yang menunjukkan tidak adanya pengaruh pola makan. Bibit penyakit flu  burung yang ditemukan di Jatim dan beberapa daerah di Indonesia itu akan berbahaya apabila

menempel atau melakukan assortan kepada bebek dan babi. Di daerah Mijosari, Kabupaten Mojokerto, Jatim, telah ditemukan beberapa kematian pada bebek akibat terserang penyakit flu  burung. Saat ini tim dokter hewan Unair sedang meneliti dengan mengambil sampel lima bebek 

yang mati itu.

Penyakit flu burung memiliki mata rantai penularan dari ayam, bebek, ke babi, baru kemudian menular kepada manusia. Penularannya kepada manusia lebih cepat apabila melalui babi karena ketika penyakit itu masuk ke tubuh babi, virus bisa berubah menjadi ganas atau melemah.

Pencegahan 1. Pada Unggas:

§ Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung. § Vaksinasi pada unggas yang sehat

2. Pada Manusia :

§ Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) ü Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

ü Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. ü Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

ü Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. ü Membersihkan kotoran unggas setiap hari. ü Imunisasi.

§ Masyarakat umum

ü Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup. ü Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :

Þ Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit padatubuhnya)

Þ Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.

F. Pengobatan

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah. 1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.

(6)

3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis . Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular  yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1. 2. Tingkat

kematian flu burung tinggi (CFR 76%) tetapi di Indonesia belum ditemukan adanya kasus pada manusia. 3. Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam ,  pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pence gahan.

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. Gejala pada unggas

§ Jengger berwarna biru, Borok di kaki, dan Kematian mendadak  Gejala pada manusia

§ Demam (suhu badan diatas 38 °C), Batuk dan nyeri tenggorokan, Radang saluran pernapasan atas, Pneumonia, Infeksi mata, dan Nyeri otot

Untuk pencegahan, Pada Unggas dilakukan: Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu  burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat; Pada Manusia : Mencuci tangan dengan

desinfektan dan mandi sehabis bekerja, Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung, Menggunakan alat pelindung diri. (contoh: masker dan pakaian kerja), Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja, Membersihkan kotoran unggas setiap hari,

Imunisasi, Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup, dan Mengolah unggas dengan cara yang benar.

B. Saran

Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar  masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada

 ASKEP FLU BURUNG Label: Askep medikal bedah PENGERTIAN

Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

PENYEBAB

(7)

• Termasuk famili orthomyxoviridae • Dapat berubah ubah bentuk

• Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sbg identifikasi kodesubtipe flu burung yang banyak jenisnya

• Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N9

• Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1 • Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C • Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine

TANDA & GEJALA 1. Pada Unggas

• Jengger berwarna biru • Borok dikaki

• Kematian mendadak 2. Pada manusia

• Demam (suhu > 38°C) • Batuk & nyeri tenggorokan • Radang saluran pernapasan atas • Pneumonia • Infeksi mata • Nyeri otot Masa inkubasi 1. Pada unggas • I minggu 2. Pada manusia • 1-3 hari

•Masa infeksi 1 hari sblm sampai 3-5 hr sesudah timbul gejala • Pada anak 21 hari

PENULARAN

1. Unggas → ke unggas, unggas →ke manusia

2. Melalui udara yg tercemar virus H5N1 yg berasal dari : • Kotoran / sekreta burung / unggas yg menderita flu burung

• Penularan dr unggas kemanusia jg tjd j ika manusia tlh menghirup udara yg mengandung virus flu brng atau kontak langsung dgn unggas yg terinfeksi flu brngh

• Penularan dari manusia kemanusia → belum ada bukti PENCEGAHAN

(8)

1. Pemusnahan unggas / burung yg terinfeksi 2. Vaksinasi pd unggas yg sehat

Pada manusia :

1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) • Mencuci tgn dgn desinfektan dan mandi sehabis bekerja

• Hindari kontak langsung dgn ayam /unggas yg terinfeksi flu burung • Menggunakan alat pelindung diri (ex: masker dan pakaian krja) • Meninggalkan pakaian kerja di tempat krja

• Membersihkan kotoran unggas setiap hari • imunisasi

2. Masyarakat umum

• Menjaga daya tahan tbh dgn memakan makanan bergizi & istirahat cukup • Mengolah unggas dgn cara yg benar yaitu :

• Pilih unggas yg sehat

• Memasak daging unggas dengan suhu ± 80°C selama 1 mnt dan pd telur sampai dgn suhu 64°C selama 4,5 mnt

PENGOBATAN PADA PASIEN FLU BURUNG • Oksigenasi bila trdpt sesak napas

• Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)

• Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr

• Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam I selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 100 mg 2 x sehari

Tindakan depkes

• Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp daerah K LP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung pd manusia)

• Melakukan monitoring sec. ketat thdorg2 yg pernah kontak dgn org y g diduga terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr

• Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi thdp px yg di curigai mengidap avian influienza

• Memberlakukan kesiapsiagaandi daerah yang mempunyai resiko yaitu prov. Jabar, DKI Jakar ta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 425712 5

• Menginstruksikan kepada gebernur pemer intah propinsi untuk menibgkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing- masing

• Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat waspada dan tidak panic

• Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen per tanian dan pemda dalam upaya penanggulangan flu burung

(9)

kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes , deptan, dan WHO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.

Intervensi:

• Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).

• Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.

Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi

memanjang dibanding inspirasi.

• Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.

• Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

• Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. • Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.

Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).

Intervensi: •

(10)

bicara/berbincang.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit. • Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

• Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna m embran mukosa.

Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

• Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.

Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada  jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

• Palpasi fremitus

Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak. • Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.

Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.

• Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas se cara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.

Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara t otal tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan dispnea.

Intervensi:

• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi beratbadan dan ukuran tubuh.

Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat. • Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk,

(11)

penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

• Berikan perawatan oral sering, buang sekr et, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama ter hadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.

• Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebe lum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

• Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.

• Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.

Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk. • Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

DAFTAR PUSTAKA

Capernito,Linda juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC Corwin,Ellizabetz,2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.EGC

Doengoes,1999.Perencanaan Asuhan Keperawatan.Jakartan.EGC BPhttp://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15HI setempat.

Marwansyah,S.Kep,Ns.materi mata kuliah keperawatan medical bedah II.progsus tapin

A. TINJAUAN MEDIS a. Definisi

 Flu Burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yan diwaspadai adalah yang

(12)

disebabakan oleh influenza dengan kode genetik H5N1 ( H: Haemagglutinin, N: Neuramidase ). (WHO = Avian Influenza, 2004)

Flu Babi adalah penyakit saluran perapasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini sangat cepat menyebar kedalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu,  pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan  bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian. ( FENNER et al.,1987)

b. Etiologi

 Penyebab Flu Burung adalah :  Virus influenza tipe A

 Termasuk famili orthomyxoviridae  Dapat berubah-ubah bentuk 

 Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

 Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N9.

 Strain yang sangat virulen / ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1  Virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22        C dan lebih dari 30 hari pada 0        C  Virus akan mati pada pemanasan 60        C selama 30 menit / 56        C selama 3 jam dan dengan

detergen, desinfektan missal formalin cairan yang mengandun g iodine.  Penyebab Flu Babi adalah :

 Virus-virus influenza ( tipe A, B, C) adalah virus RNA berselubung dengan genome bersegmen, ini artinya kode genetik RNA virus tidak merupakan untai tunggal RNA tetapi terdapat sebagai delapan segmen RNA yang berbeda pada virus-virus influenza. Virus influenza manusia / burung dapat menginfeksi sel saluran pernapasan babi pada saat yang sama dengan virus influenza babi;  beberapa untai RNA yang bereplikasi dari virus manusia dapat terjadi kesalahan dan memasuki

selubung virus flu babi.

 Babi memainkan peran yang unik sebagai suatu host intermediet bagi tipe flu baru karena sel-sel saluran pernapasan babi dapat terinfeksi secara langsung virus flu burung, manusia, dan mamalia lain. Selanjutnya, sel-sel pernapasan babi dapat terinfeksi banyak tipe flu dan dapat berfungsi sebagai wadah penyempurnaan untuk segmen-segmen RNA flu. Virus flu burung, yang biasanya menginfeksi sel saluran pencernaan pada banyak spesies burung keluar bersama kotoran burung.

(13)

Babi dapat memperoleh virus ini dari lingkungan & tampaknya ini merupakan cara utama segmen RNA virus flu burung masuk ke dalam populasi virus flu mamalia.

(14)
(15)

No Pemeriksaan Diagnostik  Temuan Normal 1 Pemeriksaan Apusan Ditemukan virus / bakteri

yang menyebabkan flu  burung

Tidak ditemukan virus /  bakteri yang

menyebabkan flu burung

2 Rontgen Pemeriksaan toraks dapat

dilihat yaitu bagi penderita H5N1 dan H1N1 terdapat  pneumonia (radang

membrane paru) akibat eksudat pada rongga pleura yang berlebihan

Paru-paru bersih (tidak  ditemukan pneumonia)

3 Pemeriksaan darah rutin Leukosit

Pada pasien H5N1 dan H1N1 ditemukan leukosit meningkat.

Leukosit normal baik  laki-laki maupun  perempuan yaitu 5 – 

10.000 Hb

Hb normal laki-laki yaitu 13,5 – 18 g/dl

Hb normal wanita yaitu 11,5 – 16 g/dl

4 Pemeriksaan Lab.virologi PCR 

Pemeriksaan dapat

mendeteksi adanya virus influenza

Tidak ditemukan virus influenza

5 CT-Scan dan MRI Memeberikan gambaran

khas yang terletak di pons dan thalamus. Kelainan yang khas yang terletak di  pons dan thalamus yang

tampak dalam CT otak  adalah gambaran densitas rendah simetris di

thalamus, pons dan batang otak. Pada pemeriksaan MRI dengan kontras didapatkan gambaran kelainan berbentuk  outcome

ensefalitis/ensefalopati  berhubungan dg usia  penderita & temuan CT /

MRI.

Tidak ditemukan

gambaran khas kelainan otak pada thalamus, pons, dan batang otak.

(16)

a. Tanda dan Gejala

 Tanda dan gejala flu burung adalah : a. Gejala pada unggas :

 Jengger berwarna biru  Borok di kaki

 Kematian mendadak   b. Gejala pada manusia :

 Demam ( suhu badan di atas 38       C)  Batuk dan nyeri tenggorokan

 Radang saluran pernapasan atas  Pneumonia

 Infeksi mata

 Nyeri sendi dan otot ( Badan Penelitian & Pengembangan Kes.Depkes RI)

 Tanda dan gejala flu babi yaitu umumnya mirip dengan kebanyakan infeksi influenza  Demam (38        C atau lebih )

 Batuk 

 Sekresi hidung berlebihan  Keletihan

 Sakit kepala  Mual

 Muntah  Diare

 Nyeri otot dan tulang  Sakit tenggorokan  Menggigil dan lemas  Tidak nafsu makan  Bersin – bersin

Tanda dan gejala lain pada anak-anak :  Nafas terengah-engah

(17)

 Kulit menjadi kehitaman / keabuan  Malas minum

 Muntah-muntah

 Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik   Tidak mau disentuh

 Terkadang gejala hilang tetapi demam & batuk masih ada (Capernito, Linda juall, 2001) a. Komlikasi

 Meningitis  Encephalitis  Myocarditis

 Paralisis akut flaksid

b. Prognosa

Diagnosis sementara terhadap penyakit flu babi didasarkan pada gejala klinis dan perubahan  patologi. Diagnosis labolatorium dapat berdasarkan isolasi virus pada alantosis telur ayam  berembrio dan dilihat hemaglutinasi pada cairan alantois. Spesimen yang paling baik untuk 

isolasi virus pada influenza babi adalah cairan hidung yang diambil sedini mungkin / organ paru yang diperoleh dari bedah bangkai dan tonsils.

Mendiagnosis flu babi dengan metode imunohistokimia sudah dilaporkan. Kualitas pengujian dengan antibodi monoklonal tersebut lebih konsisten, karena latar belakang pewarnaan yang rendah dan tidak terbatasnya penyediaan antibodi.

Pada kasus penyakit flu babi dan flu burung yang kronis, diagnosis dapat dilakukan secara serologi dengan memperlihatkan peningkatan antibodi pada serum ganda ( paired sera) yang diambil dengan selang waktu 3-4 minggu. Untuk memeriksa antibody terhadap virus influenza dapat digunakan uji haemagglutination inhibition (HI) (BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Imunodifusi single radial dan virus netralisasi. Kenaikan titer 4 x lipatnya sudah dianggap adanya infeksi. Pada uji serologi digunakan kedua antigen H1N1 dan H3N2. (OLSEN et al., 2002)

Jadi, dapat disimpulkan prognosa ini baik.

(18)

1. Terapi

a. Pasien dengan flu babi akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala klinis ringan, sedang / berat.

 b. Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat dirumah.

c. Kelompok gejala klinis sedang, dirawat di ruang isolasi dan m endapat oseltamivir 2 x 75 mg. d. Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.

e. Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

f. Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran umum, tanda vital, pantau saturasi oksigen.

g. Terapi suportif.

Penatalaksanaan medis pasien flu burung terutama bersifat suportif. Semua kasus suspek masuk  ke rumah sakit melalui triage. Pada waktu di triage pasien diharuskan memakai masker dan  petugas juga sudah mengenakan Alat Pelindung Perorangan berupa masker dan sarung tangan.

Setelah di lakukan assessment & diklarifikasikan oleh dokter Tim KLB / dokter jaga, dilakukan  pemeriksaan laboratorium hematologi rutin, foto toraks, serta dilakukan “rapid test” untuk 

influenza A/B. Bila perlu dilakukan pemeriksaan analisa gas darah untuk menilai beratnya  penyakit. Bila memang memenuhi kriteria suspek dan perlu diinvestigasi maka pasien dirawat

diruang isolasi. Pada saat awal tersebut bila masuk indikasi maka dapat diberikan obat antiviral oseltamivir.

a. Daftar Pustaka

BROWN I.H., S.H. DONE, Y.I. SPENCER,W.A.COOLEY, P.A. HARRIS, and D.J. ALEXANDER, 1993.  Pathogenicity of a swine influenza H1N1 virus antigenically distinguisable from classical and European strains. Vet. Record 132, 24: 598-602.

HAMPSON A. 1996. Influenza-Dealing with a continually emerging disease. In Communicable  Diseases Intelligence. (20) 9: 212-216.

KARASIN A.I., I.H. BROWN, S. CARMAN and C.W. OLSEN 2000.  Isolation and  Characterization of H4N6 Avian Influenza Viruses from Pigs with Pneumonia in Canada. J. of  Vir . (74) 19: 9322-9327.

(19)

LANDOLT G.A., A.I. KARASIN, L.PHILLIPS and C.W.OLSEN, 2003. Comparison of the  Pathogenesis of Two Genetically Different H3N2 Influenza Virus in Pigs. J. of Clin.Microb. (41)

5: 1936-19041

LANZA I., I.H. BROWN, and D.J. PATON, 1992. Pathogenicity of concurrent infection of pigs with porcine respiratory corona virus and swine influenza virus. Res. in Vet. Science 53: 309-314.

Capernito,Linda juall.2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC Corwin,Ellizabetz,2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.EGC

Doengoes,1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan.Jakartan.EGC

A. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Umum

Data tergantung pada tahap penyakit dan darajat yang terkena AKTIVITAS / ISTIRAHAT

Gejala : Kelelahan umum & kelemahan  Nafas pendek saat bekerja

Kesulitan tidur pada malam / demam malam hari, mengigil dan berkeringat Mimpi buruk 

Tanda : Dipsnea pada saat kerja

Kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap lanjut) INTEGRITAS EGO

Gejala : Adanya / faktor stress Masalah keuangan Perasaan tak berdaya

Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang MAKANAN / CAIRAN

Gejala : Kehilangan nafsu makan Anoreksia

Tak dapat mencerna Penurunan berat badan

Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik  Kehilangan otot / hilang lemak subkutan  NYERI / KENYAMANAN

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit

(20)

Perilaku distraksi, gelisah PERNAPASAN

Gejala : Batuk produktif / tak produktif   Napas pendek 

Riwayat H5N1 & H1N1 / terpajan pada individu terinfeksi Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan

Perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas: menurun / tak ada secara bilateral /unilateral. Bunyi napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid kuning.

Tak perhatian, mudah terangsang, dan perubahan mental ( tahap lanjut) KENYAMANAN

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker  Tes HIV positif 

Tanda : Demam tinggi / sakit panas akut INTERAKSI SOSIAL

Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular 

Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan  peran.

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN

Gejala : Riwayat keluarga H5N1 / H1N1

Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk  Gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit Tidak berpartisipasi dalam terapi

( Marlyn E. Dongoes ( 2001) )

a. Diagnosa Keperawatan  Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem Masalah

Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 Ds: Klien mengeluh

 batuk, napas pendek  saat kerja,

sesak(wheezing), nyeri dada karna  batuk berulang. Do: Frek.napas meningkat, eksudat  pada bronkus, dipsneu, sekresi Penumpukan sekret Penurunan suplai oksigen

Bersihan jalan napas tidak efektif 

Pola napas tdk efektif 

Bersihan jalan napas tidak efektif 

Pola napas tdk efektif 

Bersihan jalan napas tidak efektif b/d  penumpukan sekret

Resiko pola napas tidak efektif b/d  penurunan suplai

(21)

hidung meningkat, napas terengah2, ronkhi.

2 Ds: Klien mengeluh mual, muntah, klien mengatakan tidak  nafsu makan, sakit kepala, sakit

tenggorokan.

Do: Frek.BAB lebih dari 3x sehari, feses encer, bibir kering, mata cekung, kulit kering, tek.darah menurun (>110/65 mmHg) Output cairan  berlebihan Kekurangan cairan Gg. Keseimbangan cairan Resiko syok  hipovolemik  Gg. Keseimbangan cairan Resiko syok  hipovolemik  Gg. Keseimbangan cairan b/d output cairan berlebihan Resiko syok  hipovolemik b/d kekurangan cairan 3 Ds: Klien mengeluh mual, muntah, tidak  nafsu makan, nyeri tenggorokan,

anoreksia, lemah, lemas, tidak dapat  beristirahat pada

malam hari.

Do: Berat badan menurun, tonsil  bengkak. Absorbsi nutrisi tidak  adekuat Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Absorbsi nutrisi tida adekuat

4 Ds: Klien mengeluh suhu tubuh tinggi, menggigil pada malam hari.

Do: Suhu tubuh > 38       C

Mata cekung, bibir   pucat

Perubahan regulasi temperatur 

Hipertermi Hipertermi Hipertermi b/d Perubahan regulasi temperature

5 Ds: Klien mengeluh lemah, lemas, nyeri  pada sendi, otot, dan

tulang,prilaku distraksi,tidak bisa

 Nyeri Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas  b/d nyeri

(22)

 bangun.

Do: Gelisah, tidak   bisa bangun dan  berinteraksi dg baik,

tidak mau disentuh, sensitive, berhati-hati pada area yang sakit, myalgia, kelelahan otot,hasil lab. menunjukan adanya infeksi oleh virus pada sendi dan tulang.

Inflamasi virus  pada

 persendian

 Nyeri

 Nyeri Nyeri b/d inflamasi

virus

b. Prioritas Masalah

 Bersihan jalan napas tidak efektif   Pola napas tidak efektif 

 Gg.keseimbangan cairan

 Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh   Nyeri sendi

 Hipertermi

 Intoleransi aktivitas

 Resiko syok hipovolemik 

a. Intervensi

No Dx. Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan napas tidak efektif b/d  penumpukan sekret

Dalam waktu 1x 30 menit,  jalan napas kembali efektif.

KH : sesak berkurang, bunyi weezing pd nafas berkurang, nyeri dada berkurang,

sekresi hidung berkurang, frek.nafas mulai optimal.

Pemeriksaan fisik  dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adanya ronchi).

Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi.

Ronchi menunjukkan adanya gangguan  pernafasan akibat atas

cairan atau sekret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk  mengoptimalkan jalan nafas.

Secara anatomi posisi kepala ekstensi

merupakan cara untuk  meluruskan rongga  pernafasan sehingga  proses respiransi tetap  berjalan lancar dengan

(23)

Bersihkan saluran nafas dari sekret dan lendir 

menyingkirkan

 pembuntuan jalan nafas. Tindakan bantuan

untuk mengeluarkan sekret, sehingga

mempermudah proses respirasi

2 Pola napas tdk efektif   b/d penurunan suplai

oksigen

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 30 menit,  pola napas kembali efektif.

KH : Sesak berkurang, frek.  Napas mulai optimal

(16-20x /mnt).

Auskultasi bunyi napas, catat area yang

menurun, ada tidaknya  bunyi napas, dan adanya  bunyi tambahan

Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan posisi duduk semi fowler,  bantu peningkatan

waktu tidur 

Evaluasi frekuensi  pernapasan, catat upaya  pernapasan, catat adanya

dispnea

Catat respon pada  pelatihan napas dalam

atau pengobatan  pernapasan lain, catat  bunyi napas sebelum

atau sesudah pengobatan Kolaborasi

Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium setelah indikasi

Bunyi napas sering menurun pada dasar   paru berhubungan dengan terjadinya atelektasis. Bunyi tambahan seperti crackels/ronchi dapat menunjukkan

akumulasi cairan atau obstruksi jalan napas  parsial

Merangsang fungsi  pernapasan atau

ekspansi paru, efektif   pada pencegahan dan

kongesti paru

Kecepatan upaya mungkin meningkatkan

nyeri, takut, demam, menurunkan volume respirasi, akumulasi secret dan hipoksia,  penurunan kecepatan

dapat terjadi dari  penggunaan analgesic  berlebihan

Catat keefektifan terapi atas kebutuhan untuk   pemilihan intervensi

(24)

Melihat kemajuan kondisi tubuh klien

3 Gg.keseimbangan cairan b/d output cairan berlebihan

Dalam waktu 1x 30 menit, kebutuhan cairan tubuh  pasien terpenuhi.

KH : Nafsu makan

 bertambah, pasien tampak  segar, sakit kepala

 berkurang, sakit

tenggorokan berkurang, frek. BAB dalam batas normal (2/3 x sehari), feses tidak encer, bibir tampak  lembab, turgor kulit baik, kulit lembab, mata tdk  cekung.

Rencanakan target

 pemberian asupan cairan

Kaji pemahaman klien tentang alasan

mempertahankan hidrasi yg adekuat

Catat intake dan output cairan

Pantau intake per oral

Pantau output cairan

Mempermudah memantauan kondisi klien

Pemahaman tentang alasan tersebut

membantu klien dalam mengatasi gangguan Untuk mengetahui  perkembangan status

cairan klien

Untuk mengontrol intake cairan klien Untuk mengetahui  perkembangan status

cairan klien

4 Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d absorbsi nutrisi tak  adekuat

Dalam waktu 1x 30 menit, kebutuhan nutrisi terpenuhi. KH : Pasien tampak segar, ada nafsu makan, mual dan muntah berkurang, anoreksia hilang, dapat mencerna dan menelan makanan, berat  badan bertambah.

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Observasi dan catat masukan makanan  pasien

Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan di antara waktu makan Berikan dan bantu

higiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah

Mengidentifikasi defisiensi, sehingga mempermudah

melaksanakan intervensi Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan

Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan  pemasukan

Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan  pertumbuhan bakteri,

(25)

makan, gunakan sikat gigi halus untuk 

 penyikatan yang lembut

Kolaborasi

Konsul pada ahli gizi

Pantau pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Hct, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besi Serim, B12, Asam Folat, TIBC, Elektrolit Serum

meminimalkan kemampuan infeksi

Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual Meningkatkan

efektivitas program  pengobatan, termasuk 

sumber diet nutrisi yang dibutuhkan 5 Nyeri b/d inflamasi

virus

Dalam waktu 1 x 24 jam, nyeri berkurang.

H : Klien mengatakan nyeri sendi dan tulang berkurang, kelelahan otot berkurang, dapat beristirahat dg tenang. Ekspresi wajah rileks,

keluhan nyeri berkurang, skala nyeri berkurang (skala 2), dapat beraktivitas dan  berinteraksi dg baik.

Evaluasi keluhan nyeri,  pertahankan lokasi dan

karakteristik nyeri termasuk intervensi (skala 0-10) pertahankan nyeri, non verbal .

Dorong pasien untuk  mendiskusikan masalah sehubungan dengan nyeri. Berikan alternatif  tindakan kenyamanan (massage)

Selidiki adanya keluhan nyeri yang tiba-tiba /  buruk tidak hilang

dengan analgetik  Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

Mempengaruhi pilihan /  pengawasan keefektifan

intevensi.

Membantu menghilangkan ansietas.

Menurunkan area tek.lokal & kelelahan otot

Dapat menandakan

terjadinya komplikasi( cth: infeksi, iskemik jaringan)

Mempertahankan kadar  analgesic darah yg

adekuat.

6 Hipertermi b/d  perubahan pada

Dalam waktu 1x 60 menit, suhu tubuh dalam batas

Observasi tanda-tanda vital terutama suhu

Menentukan langkah intervensi selanjutnya

(26)

regulasi temperature normal. KH : demam

hilang/berkurang, dapat  beristirahat pd malam hari,

wajah tampak segar, mata tidak cekung, bibir lembab.

tubuh

Pantau suhu lingkungan

Pantau intake dan output Cairan

Jelaskan kepada klien  pentingnya

mempertahankan intake cairan adekuat

Kolaborasi

Berikan antipireutik  seperti aspirin atau asetaminoven

Suhu ruangan harus di ubah untuk 

mempertahankan suhu normal

Pemahaman tentang alasan tersebut

membantu klien dalam mengatasi gangguan Untuk mengetahui  perkembangan status cairan klien Digunakan untuk  mengurangi demam dengan aksisentralnya  pada hipotalamus

meskipun demam dapat  bergun untuk mengatasi  pertumbuhan

organisme dan meningkatkan

autoimun dari sel-selyang terinfeksi

7 Intoleransi aktivitas  b/d nyeri

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 24 jam,  pasien dapat melakukan akivitas maksimal sesuai kemampuan.

KH : Nyeri berkurang pd saat bergerak, pasien dapat  beristirahat dg nyaman,  pasien sudah mulai dapat  berinteraksi dg baik.

Kaji kesiapan untuk  meningkatkan aktivitas contoh: penurunan kelemahan/ kelelahan, TD stabil, frekuensi nadi, peningkatan  perhatian pada

aktivitas dan perawatan diri

Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan

Stabilitas fisiologis  pada istirahat  penting untuk  memajukan tingkat aktivitas individual Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan Meningkatkan istirahat untuk menurunkan

(27)

kesulitan menyelesaikan tugas

Rencanakan

kemampuan aktivitas dengan pasien, termasuk  aktivitas yang pasien  pandang perlu.

Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan  berulang tindakan yang

tak direncanakan

Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin Anjurkan klien menggunakan teknik   penghematan energy

Anjurkan pasien untuk  menghentikan aktivitas  bila palpitasi, nyeri

dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi

kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan  paru

Meningkatkan secara  bertahap tingkat

aktivitas sampai normal dan memperbaiki

stamina tanpa kelemahan

Mempertahankan tingkat energi dan

meningkatkan regangan  pada sistem jantung dan  pernapasan

Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan  bila pasien melakukan

sesuatu sendiri Mendorong pasien melakukan banyak  dengan membatasi  penyimpangan energi dan mencegah kelemahan Regangan/stres kardiopulmonal  berlebihan/stres dapat menimbulkan

(28)

dekompensasi /kegagalan 8 Resiko syok 

hipovolemik b/d kekurangan cairan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 60 cairan tubuh pasien terpenuhi. KH: Pasien tampak segar, turgor kulit baik, mata tidak  cekung, kulit lembab, tanda2 vital stabil.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa & rasa haus

Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila

terpasang, catat hipertensi, termasuk   perubahan postural

Pantau pemasukan oral & memasukan cairan

sedikitnya 2500 ml/hari Ukur haluran & berat  jenis urine

Timbang berat badan

Berikan cairan / elektrolit

Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Antiemetik. mis.prokloperazin maleat (compazine);

(29)

trimetobenzamid (Tigan); metaklopramid (Reglan).

ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG

I. DEFINISI DAN ETIOLOGI

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular  yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. Flu Burung merupakan penyakit yang  berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak unggas di areal usaha peternakan. Flu Burung

merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu Burung berbahaya karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal. (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner). Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili

Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan  Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang  banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,

H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan

menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air  sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada

 pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan det ergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

II. EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar   biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat).

Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir  oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar  yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Berdasarkan data KEMENKES RI, jumlah kasus Flu Burung di

Indonesia sejak tahun 2005 sampai dengan Juni 2010 adalah 166 kasus dengan 137 kematian.

III. PATOFISIOLOGI

Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak  dibagian terluar dari virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis an tigen yang terdiri dari (i)

(30)

 protein nukleokapsid (NP) (ii). Hemaglutinin (HA), (iii). Neuraminidase (NA), dan protein matriks (MP).

Berdasarkan jenis antigen NP dan MP, virus influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, dan C. Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena sangat patogen baik   bagi manusia, dan binatang, yang menyebabkan angka kesakitan dan k ematian yang tinggi, di

seluruh dunia. Virus influenza A ini dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka  bermutasi, baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian  baru yang lebih patotegen. Di dalam virus influenza tipe A dapat terjadi perubahan besar pada

komposisi antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil komposisi antigenik yang disebut antigenic drift. Perubahan – perubahan inilah yang bisa menyebabkan epidemi atau bahkan pandemi. ). Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi  pada manusia dan binatang. Jenis virus influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan

wabah pandemis. Terdapat 15 jenis subtipe HA dan 9 jenis subtipe NA. Dari berbagai penelitan seroprevalensi secara epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain H7N7 (1977), H3N2 (1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), H3N8 (1900), dan H2N2 (1889). Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus

memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan

mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil

 pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan di dalam sel gastrointestinal .Virus H5N1  juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005). Fase  penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau

tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada  pada permukaan sel hospesnya.

Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada  pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada

reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang -2,3-Gal),-2,3-galactose (SAmengandung N-acethylneuraminic acid dimana molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. - 2,6-galactoseReseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA -2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak bisa(SA

menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian, dengan  perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah sehingga

reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia .

Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan pasokan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung. Di peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan, kandang, pakaian ataupun sepatu yang telah terpapar pada virus flu burung (H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan anta r  unggas di peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai yang paling berisiko

(31)

adalah melalui pergerakan unggas yang terinfeksi ,kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan ,lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius 1 km, kereta/lori yang

,digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas dan lain-lain ,kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat . Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan  permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandun g

virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam ,orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung ,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan. (Radji, 2006)

Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran nap as. Virus ini kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran napas.Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang b ersifat antigen spesific

mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan proinflammatory cytokine termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik  seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada umumnya influenza merupakan penyakit yang self  limiting & virus terbatas pada saluran napas. Pada keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka situasi akan berbeda.Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe  baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe

virus yang berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang  berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang

menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa  pneumonitis intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar,

mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan  juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis

keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat me rusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang

ireversibel.(Emedicine,2009)

IV. KLASIFIKASI

Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)

Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia

(32)

Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas

Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)

V. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala

A. Gejala pada unggas. - Jengger berwarna biru - Borok dikaki

- Kematian mendadak  B. Gejala pada manusia.

- Demam (suhu badan diatas 38o C) - Batuk dan nyeri tenggorokan - Radang saluran pernapasan atas - Pneumonia

- Infeksi mata - Nyeri otot

manifestasi klinis avian influenza pada manusia terutama terjadi di s ystem respiratorik mulai dari yang ringan sampai yang berat. Manifestasi klinis avian influenza secara umum sam dengan gejala ILI (influenza like illness), yaitu batuk, pilek, dan demam. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise.

Adapun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga berat, p neumonia, dan  banyak yang berakhir dengan ARDS (acute respiratory distress syndrome). kelainan

laboratorium hematologi yang hampir selalu dijumpai adalah lekopen ia, limfopenia dan trombositopenia. Kelainan foto thoraks bisa berupa infiltrate bilateral luas infiltrate difus, multilokal atau tersebar (Pathcy) atau terdapat kolaps lobar.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :

• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5. • Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.

• Uji Serologi :

1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer  antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.

2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

3. Uji penapisan

Referensi

Dokumen terkait

Membuat Form menggunakan Wizard Membuat fitur-fitur form untuk membuat form Menggunakan tools untuk membuat form Menyimpan form diberi nama sesuai dengan aturan penamaan

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa teori didalam Relationship marketing yang diutarakan oleh Robinette dalam Sandra (2005:14) yang dimana variabel dari

Laporan akhir ini berjudul “ Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Sistem Akuntansi Piutang Pada USP Swamitra Tunas Baru Palembang ”.. Tak ada gading yang tak

[r]

Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, khususnya Lapangan X, fluida dari sumur yang diproduksikan dialirkan menuju Stasisun Pengumpul (SP) dan kemudian dilakukan

Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu

tumbuh dan terus berkembang sesuai kelompok masyarakat pendukungnya, salah satu Tari Nusantara yaitu: Tari Wira Pertiwi. Sekolah Menengah Atas yang telah peneliti

Sebelum mengungkapkan tentang hubungan Cirebon dengan VOC, sebelumnya dalam buku ini dijelaskan mengenai masuknya islam di Indonesia khususnya di Jawa Barat, sislsilah sunan gunung