GAYA BAHASA PERULANGAN DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU KARYA W.S RENDRA
KAJIAN STILISTIKA
Ipan Basten1, Rahayu Fitri2, Refa Lina Tiawati R2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat Ipanbasten@gmail.com
ABSTRACT
This research aimed to describe (1) figurative language of repetition contained in poetry collection Doa untuk Anak Cucu by W.S Rendra, (2) the meaning of figurative language of repetition contained in poetry collection Doa untuk Anak Cucu by W.S Rendra.This research type was qualitative research. The method in this research was descriptive analysis method. The data in this researchwas a quote in the form of words, sentences that could be found in a poetry collection Doa untuk Anak Cucu by W.S Rendra which related to the figurative language of repetition. Sources of data in this research was a poetry collection Doa untuk Anak Cucu by W.S Rendra. The instrument of this research was the researcher himself, which was assisted with data inventory format. Techniques of data collection were, reading, marking, recording and data classification. The result of this research showed that the figurative language of repetition found in poetry collection Doa untuk Anak Cucuby W.S Rendra were alliteration, assonance, epizeuxis, anaphora, epistrophe, and mesodiplosis. The most dominant figurative language was anaphora. The meaning of figurative language of repetition found in this research was connotative meaning which did not tell the real meaning. It could be concluded that, for this this research, there were many figurative language of repetitionand its meaning was connotative meaning.
Keywords: Figurative Language, Repetition, Stylistics.
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan
pikiran, gagasan, pemahaman, dan
tanggapan perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif, dan emosional. Sebagai hasil karya imajinatif, karya sastra juga
berfungsi sebagai hiburan yang
menyenangkan, serta berguna untuk
menambah pengalaman batin bagi
pembacanya. Puisi termasuk bagian karya sastra yang bersifat imajinatif. Puisi memanfaatkan bahasa sebagai media
utama pengungkapannya yang selalu menghadirkan nilai keindahan. Bahasa merupakan media pembangun karya sastra. Sebagai media, bahasa berfungsi untuk
mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan dan tujuan yang ada di dalam benak pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Oleh karena itu, dalam
menyampaikan gagasan atau pesan
pengarang sering menggunakan gaya bahasa yaitu, perbandingan, perulangan, personifikasi, dan metafora. Dari empat gaya bahasa tersebut, gaya bahasa yang
mudah dipahami oleh pembaca adalah gaya bahasa perulangan. Sebab, gaya
bahasa perulangan berfungsi untuk
memberi penegesan atau penekanan pada kata atau kalimat yang dianggap penting dengan cara mengulang kata tersebut. Dengan sering mengulang kata-kata dalam suatu puisi berarti kata tersebut benar-benar penting untuk diketahui oleh pembaca. Untuk membahas tentang gaya bahasa.stilistika lah yang tepat mengkaji hal tersebut. Karena penelitian ini adalah penelitian karya sastra yaitu gaya bahasa dalam karya sastra.
Karya sastra yang banyak
mendapat perhatian dari para pembaca diantaranya adalah seperti karya-karya Chairil Anwar, dan W.S Rendra. Bahkan, hampir semua orang tahu tentang mereka dan karya-karya mereka. Dalam dunia pendididkan pun karya-karya mereka
sering dijadikan objek dalam
pembelajaran. Disebabkan, karya-karya mereka memiliki nilai pendidikan dan pesan yang baik bagi pembaca sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi mereka pencinta karya sastra. Seperti puisi Chairil Anwar yang berjudul “Aku” puisi ini sangat terkenal dalam dunia pendidikan, karena memiliki pesan yang baik sekaligus menjadi motivasi bagi para pembaca. Karena, pesan yang bisa kita ambil dari puisi tersebut adalah “ seperti apapun masalah yang sedang kita hadapi dan
seperti apa pun penderitaan yang sedang kita alami namun kita harus tetap semangat dan tetap berjuang. Selanjutnya W.S Rendra salah satu kumpulan puisinya yang
berjudul Doa untuk Anak Cucu.
Kumpulan puisi ini lebih banyak
menjelaskan tentang partai poltik,
pemimpin yang tidak adil, dan ada juga beberapa puisi yang menjelaskan tentang cinta.
Dari dua karya yang telah
dijelaskan di atas yang menarik untuk diteliti adalah karya W.S Rendra yang berjudul Doa untuk Anak Cucu. Karena banyak terdapat gaya bahasa perulangan di dalamnya dan pesan yang terkandung dalam puisi ini sangat menarik yaitu tentang partai politik yang tidak jujur dan pemimpin yang tidak adil.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dilakukan penelitian terhadap
kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu
karya W.S Rendra. Karena puisi tersebut
banyak menggunakan gaya bahasa
perulangan. Oleh sebab itu, peneliti menganalisis gaya bahasa perulangan yang terdapat dalam kumpulan kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra, dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, gaya bahasa perulangan apa saja yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra: Kajian Stilistika?. Kedua, apakah makna
gaya bahasa perulangan dalam kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra Kajian Stilistika?
Semi (2008:1), menyatakan bahwa secara etimologi stilistika berasal dari kata style yang secara umum diberikan makna atau disinonimkan dengan kata gaya. Kata gaya atau style serigkali dihubungkan dengan berbagai macam ilmu, yang masing-masing ilmu menganggap kata itu merupakan bagian kajian pokok penting. Bila stilistika dikaitkan dengan ilmu, maka stilistika adalah ilmu tentang style gaya. Kridalaksana (1993:202) stilistika adalah (1) ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan, (2) penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa.
Dari pandangan di atas, ada
beberapa konsepsi dan pendekatan
stilistika dalam analisis sastra (Semi, 2008:58-62), yaitu : Pertama, pendekatan stilistika memberikan perhatian utama terhadap tampilan bahasa di dalam karya
sastra. Kedua, pendekatan stilistika
memberikan perhatian penuh pada
kemampuan dan kreativitas pengarang. Hal ini disebabkan pandangan bahwa gaya merupakan ”serangkaian ciri pribadi”. Di dalam pemakaian bahasa, ada sesuatu yang merupakan milik pribadi dan menjadi ciri
khas pengarang tersebut. Ketiga,
pendekatan stilistika memberikan
perhatian pula terhadap wacana.Hal
inipenting disebabkan penggunaan bahasa
mengambil tempat dalam wacana.
Keempat, pendekatan stilistika juga
dikaitkan dengan analisis perwatakan karena bahasamempunyai kaitan dengan tokoh. Kelima, pendekatan stilistika juga terkait dengan pemahaman pembaca.
Menurut Natawidjaja (1986: 5), obyek kajian stilistika dibagi menjadi enam bagian (1) peribahasa, (2) ungkapan, (3) aspek kalimat, (4) gaya bahasa, (5) plastik bahasa, (6) kalimat asosiatif.
Pertama, peribahasa ialah kalimat efek konotatif, yang digunakan dalam
tulisan maupun dalam bentuk
cakapan.Jenis-jenis peribahasa yaitu, bidal bahasa, pepatah, petitih, amsal, seloka, kalimat bersayap.
Kedua, ungkapan ialah kelompok kata hasil pemencilan dua buah kata atau lebih untuk menyatakan maksud, yang
mempunyai asumsi, berkias, atau
berkonotasi. Bias berbentuk kata majenuk atau kelompok kata. Menilik dari frekuensi pemakaiannya ungkapan lebih banyak
digunakan dalam bahasa sehari-hari,
maupun karangan, jika dibandingkan dengan pemakaian peribahasa.
Ketiga, aspek ialah segi pandangan dari sudut mana kita melihat sebuah kalimat itu, sehingga kita memperoleh pengertian yang khas dari maksud kalimat itu. Jenis aspek ini dapat kita lihat dari
pola, pemakaian partikal, pemakaian kata tugas, urutan sebab-akibat, isi, sifat dan bentuk kalimat yang kita amati. Jenis-jenis aspek kalimat yaitu, aspek inkhoatif, aspek durative, aspek resultatif, aspek progresif, aspek frekuentatif, aspek hipotesis, aspek habituatif, aspek komparatif, aspek realis, aspek arealis.
Keempat, gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga
mempunyai efek tersendiri terhadap
pemerhati. Dengan pola materi akan menimbulkan efek lahiriah (efek bentuk), sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan menimbulkan efek rokhaniah.
Kelima, plastik bahasa ialah
kalimat penulis yang emosional dalam menggambarkan sesuatu hal, sehingga
menimbulkan gambaran yang jelas.
Sifatnya subyektif.Plastik bahasa atau liris prosa ini sebagai hasil ekpresi individual
spesifik penulis pada setiap jenis
karangannya.Plastik bahasa menimbulkan gambaran dalam pikiran (emosional), karena ada; penonjolan pokok pikiran, retorika, pemunculan bahasa daerah atau bahasa asing untuk memperjelas, asosiatif, bersifat siaran pandangan mata.
Keenam, kalimat asosiatif adalah kalimat konotatif, karena pokok pikiran merupakan lambing. Merupakan unsure plastik bahasa dari ekspresi individual, kalimat asosiatif kedua adalah kalimat yang mengandung kata-kata terlarang atau
pamali bagi sebagian besar orang
Indonesia, kalimat asosiatif ketiga adalah kalimat pokok pikiran atau obyeknya mengandung kepecayaan atau tabu.
Menurut Tarigan (2009:175),
perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupunbagian kalimat yang dianggap penting. Selanjutnya menurut Keraf (2009: 127), repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Semi (2008: 147) berpendapat repetisi bertujuan untuk memperjelas seuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan jalan mengulang bagian-bagian tertentu.
Atmazaki (2008: 133) makna adalah keterangan sebuah kesatuan bahasa setelah dikaitkan dengan aspek di luar bahasa. Makna terdapat dalam struktur batin atau aspek dalam sebuah sajak. Untuk membahas tentang makna tidak akan terlepas dari bahasa, karena bahasa adalah alat atau media yang digunakan untuk menyampai pesan. Sesuai dengan pendapat Chaer (2007:45), menyatakan bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna dalam bahasa apapun, bukanlah bahasa, sebab bahasa adalah menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Hasanuddin W.S (2002:39) untuk memperoleh makna dalam sajak, kita harus mengubungkan
lewat penafsiran arti kata dengan secara konotatif, secara gramatikal agar makna puisi itu benar-benar sampai.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yang menitik beratkan pada gaya bahasa perulangan, yaitu mendeskripsikan gaya bahasa perulangan yang digunakan dan fungsi penggunaan setiap jenis gaya bahasa perulangan tersebut. Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2010:4) mendefenisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Metode dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis. Ratna
(2010:53), mengatakan metode deskriptif
analisis dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang
kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan, tapi tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.Kumpulan puisi ini diterbitkan oleh Bentang. Terbit pada tahun 2016 terdiri dari 95 halaman. Kumpulan puisi ini terdiri dari 22 puisi
yaitu “ Gumamku, ya Allah”, “Doa”, “Syair Mata Bayi”, “Tentang Mata”, Inilah Saatnya”, “Hah Oposisi”, “Kesaksian Tentang Mastodon-Mastodon”, “Rakyat Adalah Sumber Ilmu”, “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia”, “Ibu di Atas Debu”, “Pertanyaan Penting”, “Politis itu Adalah”, “ „He, Remco...‟ ”, “Kesaksian Akhir Abad”, “Sagu Ambon”, “Jangan TakuT, Ibu!”, “Perempuan yang Cemburu”, “Pertemuan Malam”, “Perempuan yang Tergusur”, “Di mana kamu, De‟Na”, “Maskumambang”, Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu”. Menurut Arikunto (2014:203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen pada penelitian ini adalah peneliti dibantu dengan format inventarisasi data.
Teknik pengumpulan data penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut. Pertama, membaca satra secara terperinci
kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu
karya W.S Rendra. Kedua, menandai kata, kalimat yang mengandung gaya bahasa perulangan pada puisi. Ketiga, mencatat kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa perulangan sesuai teori. Keempat, menglasifikasikan data yang berhubungan dengan gaya bahasa perulangan dalam
puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.Pertama,
mendeskripsikan data tentang gaya bahasa
perulangan dalam kumpulan puisi Doa
untuk Anak Cucu karya W.S Rendra dalam
bentuk temuan penelitian. Kedua,
menganalisis data tersebut berdasarkan gaya bahasa perulangan yang terdapat di
dalamnya. Ketiga, membahas data
berdasarkan analisis yang telah
dirumuskan dengan teori yang digunakan.
Keempat, menyimpulkan data dan
menyusun laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gaya bahasa perulangan menurut Tarigan (2009:173), terdapat 12 gaya bahasa perulangan yaitu aliterasi, asonasi, antanaksi, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopis, epanalepis, dan anadiplosis. Berdasarkan hasil penelitian data yang dilakukan mengenai gaya bahasa perulangan yang dilakukan pada kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra: Kajian Stilistika terdapat enam jenis gaya bahasa perungan. Adapun gaya bahasa yang digunakan yaitu gaya bahasa aliterasi, asonansi, epizeukis, anafora, epistrofa, dan mesodiplosis.
Aliterasi adalah semacam gaya
bahasa yang berwujud perulangan
konsonan yang sama. Gaya bahasa aliterasi yang ditemukan pada puisi Politisi Itu Adalah, Kesaksian Akhir Abad. Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Gaya bahasa asonansi yang ditemukan dalam kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra terdapat pada judul Gumamku, ya Allah, Perempuan yang Cemburu“
O, lihatlah wajah-wajah berdarah dan rahim yang diperkosa
muncul dari puing-puing tantanan hidup
yang porak-poranda. Kejahatan kasat mata tertawa tanpa pengadilan.
Kekuasaan kekerasan
berak dan berdahak
di atas bendera kebangsaan.” (Rendar, 2016: 35)
Makna dari kutipan di atas adalah telihat penderitaan dari wajah-wajah yang teraniaya, penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan yang merajalela tampa dihukum oleh kekuasaan yang mengatur di negara yang dianggap sudah merdeka tetapi masih merasa dijajah bahkan anak
yang belum lahirpun merasakan
penderitaaan tersebut. Makna gaya bahasa perulangan yang ditimbulkan dari kata “kekuasaan kekerasan“, “berak dan
berdahak” yaitu orang yang berkuasa
ataupun pemimpin yang melakukan
kekerasan yang begitu kotor. Maknya adalah makna konotatif yaitu kekerasan yang berak dan berdahak, kekerasan adalah tindakan seseorang.
Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu
kata yang ditekankan atau yang
dipentingkan diulang beberapa kali
berturut-turut. Gaya bahasa epizaukis yang
ditemukan dalam kumpulan puisi Doa
untuk Anak Cucu karya W.S terdapat pada judul berikut, Doa, Syair Mata Bayi, Tentang Mata, Ibu Di Atas Debu, He Remco, Pertemuan Malam, Di mana Kamu, De’ Na.
“Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekap
malam”( Rendra, 2016: 7)
Makna dari kutipan di atas adalah kekasih yang sangat jauh darinya namun dengan melihat bintang kejora. Seakan dia melihat kekasihnya yang jauh darinya dan merasa kalau kekasinya berada dalam
dekapannya. Makna gaya bahasa
perulangan yang ditimbulkan dari kata “ mata kejora”, mata kejora” melihat sesuatu yang sangat jauh. Maknanya adalah makna konotatif, kejora tidak memiliki mata, kejora adalah bintang yang paling besar cahayanya pada malam hari.
Anafora adalah gaya bahasa
repetisi yang berupa perulangan kata
pertma pada setiap baris atau setiap kalimat. Gaya bahasa anafora yang
ditemukan dalam kumpulan puisi Doa
untuk Anak Cucu karya W.S Rendra adalah sebagai berikut, Syair Mata Bayi, Tentang Mata, Inilah Saatnya, Hak Oposisi, Kesaksian Tentang Mastodon-Mastodon, Rakyat Adalah Sumber Ilmu, Sajak Bulan Mei 1998 Di Indonesia, Ibu Di Atas Debu, Pertanyaan Penting, Politisi Itu Adalah, He Remco, Kesaksian Akhir Abad, Sagu Ambon, Jangan Takut Ibu, Perempuan yang Cenburu, Pertemuan
Malam, Perempuan yang Tergusur,
Maskumbang.
“Hadirlah kamu!
Hadirlah kamu disaat yang rawan in.
Wahai, mata batin! Kedalam yang tak terkira. Keluasan yang tak terduga. Harapan di tengah gebalau ancaman.” ( Rendra, 2016: 6) Makna dari kutipan di atas adalah mengharapkan kehadiran kekuasaan Tuhan yang terkira dan yang tak terduga disaan keadaan yang kacau, yang penuh
ancaman itu. Makna gaya bahasa
perulangan yang ditimbulkan dari kata “ hadirlah kamu” yaitu mengharapkan kehadiran seseorang. Maknanya adalah
kehadiran mata batin, sebab mata batin bukanlah orang.
Epistrofa adalah gaya bahasa
repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. Gaya bahasa epistrofa yang
ditemukan dalam kumpulan puisi Doa
untuk Anak Cucu karya W.S Rendra adalah sebagai berikut. Inilah Saatnya, Kesaksian Tentang Mastodon-Mastodon, Politisi Itu Adalah, Maskumbang.
“Kuman di seberang lautan
tampak.
Gajah di pelupuk mata tak
tampak
itu kata rakyat jelata.” ( Rendra, 2016: 27)
Makna dari kutipan di atas adalah kesalahan yang kecil dilakukan oleh rakyat selalu dipermasalahkan tetapi kesalahan yang besar dilakukan oleh pejabat atau pemimipin yang ada di dekatnya tidak dilihatnya. Makna gaya bahasa perulangan yang ditimbulkan dari kata “tampak”
melihat atau menampakkan sesuatu.
Maknanya adalah makna konotatif, yaitu kuman yang di seberang lautan nampak dan gajah di pelupuk mata tidak tampak. Semuanya itu adalah hal yang tidak mungkin.
Mesodilopsis adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan. Gaya bahasa
Mesodilopsis yang ditemukan dalam
kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu
karya W.S Rendra adalah sebagai berikut. Doa, Rakyat Adalah Sumber Ilmu, Pertanyaan Penting, Kesaksian Akhir Abad, Perempuan yang Tegusur.
“Di dalam masyarakat: Punjangga adalah roh. Pemerintah adalah badan. Tanpa roh
negara adalah robot.” ( Rendra, 2016: 16)
Makna dari kutipan di atas adalah pujangga membuat karyanya berdasarkan realita kehidupan rakyat atau keluh kesah rakyat yang diceritakan secara tidak langsung. Makna gaya bahasa perulangan yang ditimbulkan dari kata “adalah” yaitu
menjelaskan tentang pujangga dan
pemerintah. Maknanya adalah makna konotatif yaitu punjaanga adalah roh, pujangga adalah sebutan bagi seorang sastrawan, bukan lah roh.
Makna gaya bahasa perulangan yang terdapat pada kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra dalah makna konotatif. Makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya atua makna yang tidak sesuai dengan arti yang sebenarnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, pengarang
banyak menggunakan gaya bahasa
perulangan dalam kumpulan puisi Doa
untuk Anak Cucu karya W.S Rendra. Hasil
penelitian menunjukan gaya bahasa
perulangan yang dibahas dalam kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S Rendra terdiri atas aliterasi, ansonansi,
epizeukis, anafora, epistrofa dan
mesodiplosis. Makna gaya bahasa
perulangan yang terdapat dalam penelitian ini bersifat implisit yaitu makna yang terkandung dalam gaya bahasa perulangan tersebut tidak dinyatakan secara jelas atau
terang-terangan maknanya terkandung
halus dan tersirat.
Hasil penelitian “ Gaya Bahasa
Perulangan dalam Kumpulan Puisi Doa
untuk Anak Cucu Karya W.S Rendra Kajian Stilistika” ini memiliki beberapa saran untuk berbagai pihak yang tujuannya memberi manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam bidang pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut ini:
Pertama, bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang gaya bahasa perulangan. Kedua, bagi mahasiswa, sebagai bahan masukan
dalam penelitian karya sastra khususnya tentang gaya bahasa perulangan
Ketiga, peneliti lain, sebagai acuan penelitian yang relevan yang selanjutnya dalam melakukan penelitian dalam bidang gaya bahasa perulangan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2008. Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi. Padang: UNP Press.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hasanuddin WS. 2002. Membacadan
Menilai Sajak. Bandung: Angkasa Bandung.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: PT Gramedis Pustaka Umum.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus
Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Natawidjaja. P. Suparman. 1989. Apresiasi Stilistika. Jakarta: PT Intermasa. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Penelitian
Sastra. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Semi, M. Antar. 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press
Tarigan. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung