• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA MAGANG TENTANG PERAN HUMAS DI PEMERINTAH (Studi Khasus di Humas Pemerintah Kota Surakarta tahun 2019)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA MAGANG TENTANG PERAN HUMAS DI PEMERINTAH (Studi Khasus di Humas Pemerintah Kota Surakarta tahun 2019)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERSEPSI MAHASISWA MAGANG TENTANG PERAN

HUMAS DI PEMERINTAH

(Studi Khasus di Humas Pemerintah Kota Surakarta tahun 2019)

TUGAS AKHIR

Disusun oleh : Oktavia Ayu Nugraheni

602015006

PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

6 PERSEPSI MAHASISWA MAGANG TENTANG PERAN HUMAS

DI PEMERINTAH

(Studi Khasus di Humas Pemerintah Kota Surakarta tahun 2019)

1)

Oktavia Ayu Nugraheni 2) George Nicholas H 3) Mila Chrismawati P Program Studi Hubungan Masyarakat

Faktultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Email :1)viaviavia06@gmail.com2) nicholas.huwae@staff.uksw.edu

3)

mila.paseleng@staff.uksw.edu

ABSTRAK

Divisi Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta salah satu divisi yang mengandalkan divisi Humas untuk penyebaran berbagai informasi kepada masyarakat, meliput sekaligus mendokumentasi kegiatan, menyelenggarakan sosialisasi, dan berkoordinasi dengan divisi lain dalam pelaksaan sebuah event di kota Surakarta yang menjadi salah tempat tujuan bagi mahasiswa jurusan Hubungan Masyarakat untuk magang dari berbagai Universitas Nasional di Indonesia. Humas Pemerintah Kota Surakarta juga bekerja sama dengan media, sehingga penyebaran berita dan informasi lebih efektif serta merata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa jurusan Hubungan Masyarakat akan tugas seorang Public Relations (PR) berdasarkan teori yang sudah dipelajari selama dibangku perkulliahan yang diaplikasikan langsung pada lapangan tempat mahasiswa melakukan kerja Praktek di Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta. Data yang diperoleh penulis menggunakan metode studi deskriptif kualitatif, dengan teknik observasi dan wawancara terstruktur kepada 3 perwakilan mahasiswa magang dari 3 universitas berbeda sebagai narasumber sekaligus target sasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa memaknai PR pemerintah berdasarkan dari sisi teori PR perusahaan yang ternyata PR perusahaan tidaklah sama dengan Humas Pemerintahan. Gambaran mahasiswa ialah pekerjaan seorang PR Perusahaan yang berperan besar dalam pengembangan citra dan

trust public, sedangkan Humas Pemerintahan memiliki struktur organisasi dan

aturan yang berbeda dalam menjalankan tugasnya berdasarkan dari perintah dan sudah ditetapkan dalam peraturan keputusan walikota. Serta, humas pemerintah diartikan bahwa perannya masih cukup sederhana.

(7)

7

Kata kunci: persepsi mahasiswa magang, peran humas pemerintah, humas pemkot Surakarta.

ABSTRACT

The Surakarta City Government's Public Relations and Protocol Division is a division that relies on the Public Relations division to disseminate various information to the public, cover and document activities, organize socialization, and coordinate with other divisions in the implementation of an event in the city of Surakarta which is one of the destinations for students majoring in Relations Society for internships from various National Universities in Indonesia. The Surakarta City Government's Public Relations also cooperates with the media, so that the spread of news and information is more effective and equitable. This study aims to find out how the understanding of students majoring in Public Relations will be the task of a Public Relations (PR) based on the theory that has been learned during lectures which is applied directly to the field where students do practical work in the Public Relations and Protocol Section of the Surakarta City Government. The data obtained by the author uses a qualitative descriptive study method, with structured observation and interview techniques to 3 representatives of internship students from 3 different universities as resource persons as well as targeted targets. The results of this study indicate that students interpret government public relations based on the theory of corporate public relations, which turns out that corporate public relations is not the same as Government Public Relations. The description of students is the work of a PR company that plays a major role in the development of public image and trust, while Government Public Relations have different organizational structures and rules in carrying out their duties based on orders and have been stipulated in the mayor's decision rules. Also, government public relations mean that their role is still quite simple.

Keywords: perception PR student, Humas Surakarta’s Government, role of PR government.

Pendahuluan

Pengertian Public Relations atau Humas secara umum sangat luas baik dari sisi teori, para tokoh, manajemen, marketing, tergantung pada kasus di lapangan. Berlandaskan pada ilmu berkomunikasi, baik internal maupun eksternal merupakan yang terutama bagi seorang PR. Citra yang baik berdasarkan kepercayaan masyarakat menjadikan salah satu tolak ukur dalam keberhasilan peran seorang PR atau Humas, baik dalam

(8)

8

perusahaan swasta maupun pemerintah. Selama ini, PR dikenal dengan lingkungan kerja di perusahaan, padahal pemerintah pun juga menggunakan peran Humas. Akan tetapi, dikarenakan adanya perbedaan struktur organisasi, aturan, serta budaya menyebabkan adanya beberapa perbedaan di lapangan antara PR perusahaan dan Humas Pemerintahan.

Humas pemerintah yang hanya mengerjakan jumlah kegiatan yang dilakukan saja seperti membuat press realese atau melakukan liputan agenda walikota. Sedangkan, optimalisasi kinerja humas juga dilihat dari pembentukan citra dan city branding merupakan salah satu tugas dari Humas Pemerintah setempat, pada dasarnya Humas pemerintahan memiliki fungsi mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan citra dan reputasi, membuat jembatan sosialisasi yang baik dan memupuk kepercayaan masyarakat terhadap instansi pemerintah setempat. Akan tetapi, Humas pemkot melakukan tugasnya sesuai dengan struktur dan surat keputusan yang telah ditetapkan oleh Walikota, sehingga tidak memiliki kebebasan yang luas untuk menentukan tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan

Sedangkan secara teori, PR perusahaan lebih banyak dibahas dan disinggung selama dibangku perkuliahan. PR perusahaan dimaknai berperan lebih luas dan juga dinilai berada pada jajaran divisi eksekutif sehingga dekat dengan direktur yang memiliki kuasa atas pembuatan suatu kebijakan, seperti memiliki kewenangan dalam membuat beberapa kebijakan demi pembangunan image dan PR perusahaan juga harus terlibat dalam penyelesaian masalah dan issu yang terjadi dimasyarakat mengenai perusahaan atau produk yang diembannya management crisis.

Mayoritas perguruan tinggi menjalankan metode kerja praktek atau magang kepada mahasiswa tingkat akhir guna memberikan pengalaman dan kesempatan untuk merealisasikan teori yang sudah dipelajari dalam kerja nyata profesi berdasarkan jurusan yang diambil. Melihat fakta citra kota Solo yang semakin maju dan menjadi salah satu kota pilihan dengan wisatawan terbanyak, menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan Humas Pemerintah Kota Surkarta. Maka, membuat mahasiswa tertarik untuk magang demi memperoleh pengalaman dan menerapkan pengetahuan serta mengembangkan keterampilan.

Akan tetapi, adanya perbedaan diatas antara gambaran mahasiswa akan pemahaman PR yang selama ini secara teori bahwa bidang kerja PR selalu sama. Padahal berbeda dengan realita yang dialami mahasiswa magang di Humas Pemkot Surakarta, sehingga menjadi hambatan untuk mahasiswa magang mengembangkan diri terutama jika tidak adanya keselarasan.

(9)

9 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang dilakukan oleh dosen dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 2013 bernama Trie Damayanti, Susie Perbawasari dengan judul “Persepsi Mahasiswa Tentang Posisi Strategis Profesi Public Relations (Studi Deskriptif Kualitatif Mahasiswa Jurusan Humas Semester III, V, dan VII)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa Jurusan Humas memaknai posisi strategis profesi PR dalam organisasinya, bagaimana mahasiswa Jurusan Humas memandang dan memaknai Ilmu Kehumasan yang dimiliki untuk diterapkan pada profesi PR. Hasil penelitian ini meyatakan bahwa pemaknaan dan penilaian mahasiswa pada posisi strategis PR mereka lihat dari posisi secara oranisasi, semakin dekat dengan posisi puncak akan semakin memudahkan mereka dalam membuat kebijakan. Pada profesi PR setidaknya bisa berhubungan langsung dengan direktur atau pembuat kebijakan.

Penelitian selanjutnya berjudul “Optimalisasi Fungsi Humas Pemerintah The Optimization Of Government Public Relations Function (Studi Deskriptif Kualitatif dengan teori kostruksi sosial atas realitas dan interaksi simbolik Pejabat Kehumasan di lingkungan Kemendagri)”, oleh Anwar Sani dari Universitas Padjadjaran 2014. Penelitian ini bertujuan mengetahui latar belakang dikeluarkannya Pemendagri 13/2011 dan bagaimana implementasinya oleh pelaku atau pejabat kehumasan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Dan hasil penelitian ini bahwa pejabat humas kemendagri memahami Permendagri 13/2011 sebagai regulasi yang mendorong Humas kemendagri untuk meningkatkan profesionalismenya dan merupakan upaya untuk mendorong partisipasi aktif publik. Sementara dalam implementasi permendagri 13/2011 ditemukan beberapa latar belakang lahirnya Permendagri 13/2011, terdpat upaya sosialisasi Permendagri 13/2011, dampak, kendala serta solusi terkait implementasi permendagri 13/2011 dan 4 aktifitas kehumasan utama kemendagri yaitu layanan public

information, public affairs, analisis isi media dan manajemen krisis.

Dari kedua penelitian diatas, penelitian pertama memfokuskan pada bagaimana mahasiswa PR memahami, memaknai serta menilai akan posisi profesi PR. Dan penelitian kedua berfokus pada implementasi kebijakan permendagri 13/2011 mengenai sistem kehumasan oleh pejabat kehumasan kemendagri. Maka kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini ialah mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa

(10)

10

jurusan Humas mengenai fungsi tugas PR di suatu organisasi yaitu Humas Pemerintahan dan juga menggunakan metode kualitatif.

Public Relations/Humas

Menurut International Public Relations Association-IPRA, humas adalah fungsi manajemen yang memiliki ciri yang terencana dan kontinu melalui organisasi dan lembaga pemerintah (publik) atau swasta untuk memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik diantara mereka. Sebagai sebuah profesi seorang praktisi humas bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Humas merupakan mediator yang berada antara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam upaya membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai publik, mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas, program kerja dan rencana-rencana usaha suatu organisasi/perusahaan berdasarkan keadaan, harapan-harapan, dan sesuai dengan keinginan publik sasarannya (Rosady, 2005:4).

Selanjutnya kegiatan-kegiatan humas (Agus H, 2013 : 153) antara lain sebagai berikut ini :

o Hubungan pers : memberikan informasi yang pantas/layak dimuat di surat kabar atau media massa lainnya agar dapat menarik perhatian publik terhadap sesuatu, baik seseorang, produk, jasa atau organisasi.

o Publisitas produk : aktivitas ini meliputi berbagai upaya untuk mempublikasikan produk-produk tertentu.

o Komunikasi korporat : kegiatan ini mencakup komunikasi internal dan eksternal serta mempromosikan pemahaman tentang organisasi.

o Melobi : usaha untuk bekerja sama dengan pembuat undang-undang dan pejabat pemerintah sehingga perusahaan mendapatkan informasi-informasi penting yang berharga.

o Konseling : memberi saran dan pendapat kepada majemen mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan publik serta mengenai posisi dan citra perusahaan.

(11)

11

Menurut Nova (2009: 38), fungsi utama Public Relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi.

Menurut Cutlip, dkk (2009:46), peran humas terbagi atas 4 (empat) yaitu:

1. Penasehat Ahli (Expert PRescriber), yaitu seorang praktisi pakar

Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan

tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship).

2. Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator), dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Fasilitator proses Pemecahan Masalah (Problem Solving PRocess

Fasilitator), adalah dimana peranan praktisi PR dalam proses

pemecahan persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

4. Teknisi Komunikasi (Communication Techinician), ialah peranan

communication technician ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis

komunikasi atau dikenal dengan method of communication. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and

(12)

12 Humas Pemerintahan

Dimock dan Koening dalam Rosady Ruslan (2001 : 108) beranggapan bahwa tugas dan kewajiban humas (hubungan masyarakat) pada lembaga pemerintahan salah satunya adalah berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat tentang pelayanan masyarakat (public

services), kebijaksanaan, serta tujuan yang akan dicapai oleh pihak

pemerintah dalam melaksankan program kerja pembangunan.

Pekerjaan seorang humas dapat dikatakan lancar apabila ada tidaknya kegiatan atau aktivitas yang menunjukan ciri-ciri sebagai berikut : Pertama, humas (Public Relations) merupakan kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah dan secara timbal balik. Kedua, humas (Public Relations) adalah penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi. Ketiga, publik/ khalayak yang menjadi sasaran kegiatan humas adalah publik eksternal dan publik internal. Keempat, operasional humas yaitu membina hubungan (membina relationship) yang harmonis antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya kesenjangan, baik yang timbul dari pihak organisasi/ instansi maupun dari pihak publik/khalayak.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif ini merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan bebagai metode ilmiah (Moeloeng, 2010 : 6).

Pada penelitian ini, target sasaran yang dipilih ialah mahasiswa yang melakukan kerja PRaktek (magang) ber-obyek di bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta selama periode April 2018 hingga September 2018.

Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur terhadap 3 mahasiswa magang yang mewakili 3 universitas dengan minimal masa kerja selama 2 bulan, serta dilakukan juga metode observasi. Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan,

(13)

13

2004 : 104). Studi pustaka juga diperlukan pada penelitian ini sebagai bahan dan panduan penulis dalam mengkaji penelitian, serta menjadi referensi dalam pencarian data yang tersedia secara terbuka yang berkaitan dengan topic yang sedang diteliti

Ketiga metode guna untuk melihat bagaimana pemahaman mahasiswa dalam posisi profesi PR pada kerja praktek dilapangan yaitu di Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta, sehingga penelitian menjadi lebih konkrit dan relevan.

Adapun jenis data yang diambil oleh peneliti yaitu data primer artinya, data yang dicari dan dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan internal bagian Humas Pemerintah Kota Surakarta yang dalam hal ini yaitu 1 orang staff Humas yang membimbing mahasiswa selama melakukan kerja praktek serta perwakilan 3 mahasiswa yang melakukan kerja praktek di bagian Humas dan protokol Pemerintah Kota Surakarta pada periode April – September 2018. Yang kedua yaitu data sekunder, ialah data pendukung yang diambil dan disusun dari hasil observasi. Jurnal/ buku/ sumber tertentu yang memiliki hubungan dengan topik/judul peneliti untuk menunjang data primer.

Data yang terkumpul dan sudah melalui proses kualitatif, maka perlu diuji kredibilitasnya. Menurut Sugiyono (2009 : 372) dalam pengujian kredibititas terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi cara dan trianggulasi waktu. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moeleong, 2006: 330). Model trianggulasi yang digunakan dalam analisis dan validasi data penulis adalah trianggulasi sumber, Patton (Moeleong, 2006: 330), menginformasikan triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan hasil wawancara penulis dengan beberapa narasumber secara langsung untuk mengklarifikasi hasil observasi dilapangan sehingga data yang tidak sejajar akan dibuang sehingga data lebih mengkerucut, kemudian dari data tersebut akan diselaraskan dengan dokumen-dokumen terkait yang sudah dikumpulkan penulis, lalu dikaitkan dengan fungsi dan kinerja PR secara umum yang telah dipelajari dibangku perkuliahan. Maka akan diperoleh kesimpulan bagaimana persepsi mahasiswa jurusan PR mengenai peran

PR dalam Humas Pemerintahan berdasarkan pengalaman kerja praktek di

(14)

14 Hasil dan Pembahasan

Humas di Pemerintah Kota Surakarta

Humas merupakan mediator yang berada antara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam upaya membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai publik, mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas, program kerja dan rencana-rencana usaha suatu organisasi/perusahaan berdasarkan keadaan, harapan-harapan, dan sesuai dengan keinginan public sasarannya (Rosady, 2005:4). Public

Relations atau hubungan masyarakat adalah berbagai PRogram untuk

mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya. (Hermawan Agus, 2012 : 153).

Peran Humas di Pemerintah Kota Surakarta masih diartikan dengan sederhana, perannya hanya terbatas pada jumlah kegiatan apa saja yang dilakukan sepert membuat press realese dan melakukan liputan kegiatan agenda walikota serta membuat dan menyebarkan undangan. Memang pada dasarnya faktor struktur organisasi yang berbeda menjadi salah satu alasan adanya perbedaan antara PR perusahaan dengan Humas pemerintah kota, di Pemerintah kota sudah dengan jelas diatur mengenai kewajiban dan tanggung jawab setiap Dinas dalam aturan Walikota. Metode

Management crisis yang dijalankan pun sangat berbeda, karena di

Pemerintahan pemecahan permasalahan dan isu perlu dilakukan berdasarkan hasil mufakat dari rapat musyawarah dengan pihak-pihak yang bersangkutkan serta selalu melibatkan Walikota dan Wakil Walikota sebagai ketua dalam mengambil keputusan. Berbeda dengan PR perusahaan yang menjadi corong utama perusahaan dalam komunikasi dan penyebaran informasi dalam upaya pembangunan citra dan penyelesaian

management crisis. Sehingga memiliki kewenangan untuk membuat dan

menerapkan beberapa kebijakan baru demi tercapainya tujuan perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh (Cutlip 2009 : 46) bahwa salah satu peran fungsi PR ialah menjadi Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator), adalah dimana peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

Humas Pemkot Surakarta Dalam Pandangan Mahasiswa Magang

Pekerjaan seorang humas dapat dikatakan lancar apabila ada tidaknya kegiatan atau aktivitas yang menunjukan ciri-ciri sebagai berikut

(15)

15

: Pertama, humas (Public Relations) merupakan kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah dan secara timbal balik. Kedua, humas (Public Relations) adalah penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi. Ketiga, publik/ khalayak yang menjadi sasaran kegiatan humas adalah publik eksternal dan publik internal. Keempat, operasional humas yaitu membina hubungan (membina relationship) yang harmonis antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya kesenjangan, baik yang timbul dari pihak organisasi/ instansi maupun dari pihak publik/khalayak, Dimock dan Koening dalam Rosady Ruslan (2001 : 108).

Humas Pemkot Surakarta juga melakukan pekerjaan yang dilakukan seorang PR seperti membangun hubungan dengan pers/media, membina komunikasi informasi baik secara internal maupun publikasi kepada masyarakat. Mahasiswa magang dilibatkan secara langsung dalam melakukan liputan harian agenda walikota dan wakil walikota, yang sekaligus diberi tanggung jawab untuk membuat PRess realese dan publikasi berita. Pada komunikasi internal, mahasiswa dilibatkan dalam hal membuat dan menyebarkan informasi hasil analisa berita harian dengan tujuan memberitahukan informasi/ sebagian suara publik yang tertulis dikoran harian sehingga dapat menjadi evaluasi dan saran bagi dinas yang bersangkutan. Membina dan membangun hubungan dengan

pers juga menjadi tugas mahasiswa. Humas di Pemkot Surakarta pun

masih kurang dalam memanfaatkan teknologi baru secara maksimal, metode manual masih sering digunakan seperti pembuatan klipping berita harian yang masih secara manual, serta masih minim dalam memanfaatkan media sosial modern seperti instagram dan twitter. Padahal menurut Tulus Subardjono selaku Direktur Komunikasi Publik Ditjen IKP Kementerian Kominfo bahwa demi mendukung pelaksanaan Government Public

Relations (GPR), praktisi humas pemerintah harus menguasai teknologi

informasi dan komunikasi, termasuk di dalamnya media sosial sehingga dapat mengetahui kebutuhan publik.

Dalam musyawarah, humas akan menjadi pihak yang memberi masukan dari publik berdasarkan hasil analisa berita pada klipping harian, serta Humas membantu dalam penyebaran hasil keputusan Walikota dengan memfasilitasi Press conference dengan awak media. Berbeda dengan halnya PR perusahaan yang secara langsung berwenang turut masuk kedalam Problem dan memberikan advice baik sementara maupun jangka panjang. Mahasiswa mengaku, kurangnya pembekalan teori PR

Government yang menyebabkan berbedanya ekspektasi dan realita

membuat mahasiswa tidak puas selama melakukan kerja praktek di Humas Pemkot Surakarta. Sehingga mahasiswa merasa kurang berkembang. Selain itu, mahasiswa magang kurang dilibatkan secara langsung dalam

(16)

16

pengambilan suatu keputusan sehingga mahasiswa merasa hanya sebagai peserta yang membantu tugas-tugas tertentu yang cenderung mudah dikerjakan dan beresiko kecil.

Penyelarasan Persepsi Mahasiswa Magang Mengenai Humas di Pemkot Surakarta

Mahasiswa memiliki gambaran akan tugas kerja PR, tidak hanya branding image melalui kegiatan event yang dibuat oleh PR, tetapi juga management crisis dan trust. Membuat hubungan yang baik dengan internal dan eksternal, serta mengenali kelemahan dan kelebihannya. Akan tetapi mahasiswa menyadari bahwa posisi humas dalam pemerintahan tidaklah sama dengan bayangan ideal mereka tentang PR, karena posisi humas dalam struktur organisasi pemerintah tidaklah berkuasa atas pembuatan kebijakan karena humas pemkot surakarta harus bekerja sesuai dengan peraturan yang sudah disahkan oleh walikota dan wakil walikota, sehingga mahasiswa merasa bahwa posisi itu kurang memenuhi keinginan dalam bekerja sebagai seorang PR. Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Surakarta memiliki Visi "Mewujudkan sistem pelayanan informasi yang berbudaya, cepat, tepat, akurat, transparan dan obyektif berbasis pada pengelolaan sumber daya informasi”. Berdasarkan visi tersebut, mahasiswa melihat inti dari visi humas pemkot Surakarta dalam mewujudkan penyebaran infromasi kepada masyarakat dan visi tersebut sudah terpenuhi sehingga informasi berita pemerintah dapat tersalurkan dengan baik. Dilihat dari antusias baik dari masyarakat dalam setiap acara yang digelas pemkot.

Pemaknaan PR yang digambarkan oleh mahasiswa untuk diterapkan pada profesi PR ialah posisi yang dekat dengan pimpinan atau dikatakan sebuah divisi yang berada dijajaran eksekutif dan memudahkan untuk membuat beberapa aturan/acara tertentu yang memiliki andil besar dalam suatu instansi. Sedangkan, humas pemerintah tidak memiliki kuasa untuk membuat atau mengatur kebijakan yang sudah diresmikan oleh walikota ataupun dari pemerintah pusat, karena setiap tugas setiap struktur organisasi yang ada dalam pemerintah sudah ditetapkan sejak awal periode. Akan tetapi, Humas Perusahaan memiliki andil besar dalam mediator yang berada antara pimpinan organisasi dengan publiknya (Rosady, 2005:4), yang tidak berbeda dengan tugas utama PR perusahaan. Mahasiswa mengaku, kurangnya teori PR Government membuat mahasiswa tidak puas selama melakukan kerja PRaktek di Humas Pemkot Surakarta. Sehingga mahasiswa merasa kurang berkembang. Selain itu, mahasiswa magang kurang dilibatkan secara langsung dalam pengambilan suatu keputusan sehingga mahasiswa merasa hanya sebagai peserta yang

(17)

17

membantu tugas-tugas tertentu yang cenderung mudah dikerjakan dan beresiko kecil.

Kesimpulan

Pada dasarnya, secara struktur organisasi yang berdampak pula kepada tugas dan tanggung jawab setiap divisi yang ada membuat adanya gab antara gambaran mahasiswa mengenai tugas kerja seorang Public

Relations dengan realita selama magang di Humas Pemerintah Kota

Surakarta. Banyak humas yang masih berfikir bahwa tugas Humas hanya bertugas membuat siran pers atau menyelenggarakan konperensi pers. Persepsi yang demikian menyebabkan perhatian dan pembinaan kepada petugas Humas kurang optimal. Mereka beranggapan, selama ini tugas itu sudah berjalan dan semuanya baik-baik saja. Disarankan pemberdayaan humas pemerintah lebih dioptimalkan sehingga beberapa kesenjangan seperti kurangnya menguasai teknologi baru sehingga kurangnya kreatifitas yang dapat diekspresikan sesuai perkembangan teknologi.

Bagi mahasiswa, gambaran tugas profesi PR ialah divisi atau team yang berada pada jajaran eksekutif sebuah instansi/perusahaan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap citra dan trust serta mengambil andil besar dalam pemecahan sebuah krisis. Selain itu, gambaran lainnya ialah PR juga memiliki tugas utama dalam membangun relasi dengan petinggi perusahaan/pemerintahan guna mempermudah dalam memperoleh profit tertentu. Sedangkan secara realita selama magang, mahasiswa mengerjakan hal yang cenderung mudah dan beresiko kecil. Mahasiswa magang juga tidak dilibatkan langsung dalam suatu musyawarah maupun pengambilan keputusan, mengingat struktur organisasi dan aturan organisasi pemerintah kota yang sudah ada dan disahkan oleh Walikota. Sedikitnya teori yang dapat di implementasikan selama magang oleh mahasiswa, membuat mahasiswa merasa kurang puas dan kurang berkembang.

Kurangnya pemahaman mahasiswa mengenai Humas Pemerintah khususnya Pemerintah Kota yang sebagai tujuan objek kerja praktek, yang menjadi latar belakang terjadinya gab. Akan menjadi lebih baik jika mahasiswa lebih membekali diri sendiri atau dibekali dengan teori-teori Humas Pemerintahan, sehingga gambaran mengenai Humas dan PR dapat lebih seimbang serta memperluas wawasan mahasiswa.

(18)

18 Daftar Pustaka

Anwar Sani. 2014. Optimalisasi Fungsi Humas Pemerintah The Optimization Of Goverment Public Relations Function. Edutech, Volume 1, No. 1, Februari 2014.

From : http://ejournal.upi.edu/index.php/edutech/article/view/3223/2237

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Black, S. & Sharve, M. L. (1988). Ilmu hubungan masyarakat Praktis.

Jakarta: Intermasa.

Corbin, J dan Strauss, A. Penyadur Ghony, D. 1997. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Pt Bina Ilmu, Surabaya.

Damayanti T & Susie Perbawasari. 2013. Persepsi Mahasiswa Tentang Posisi Strategis Profesi Public Relations. Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 69-82.

From : http://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view/6032/3143

Dimiyati dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999).Hal:201.

Lukas S Musianto. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, No. 2, September 2002, hlm 123-136. Moleong, Lxi J, 2006. Metodologi Penelitian Kualitaif. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Nana Sudjana. Penilaian Hasil PRoses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995). hal:24.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta. LkiS

Ruslan, Rosady, 2010. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Jakarta: PT Grafindo Persada.

Widjaja, A.W. 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

I.1.1.1 Existence of a framework of laws, policies, and regulations to govern: (a) national objectives for forest including production, conservation and protection, (b)

Memahami cara kerja dari alat-alat yang berhubungan dengan gaya dan gerak di

Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga, hasil signifikansi yang

32 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah,

Teknik analisis data yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif.Dalam penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan setelah

Perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis Science Environment

Berdasarkan hasil pemetaan atribut- atribut pelayanan melalui Importance-Performance Analisis yang menjadi prioritas perbaikan adalah atribut T1 (Kenyamanan ruang tunggu), T4

Hasil yang didapat pada pengujian kali ini menunjukkan bahwa kandungan gula reduksi pada sirup glukosa sukun dengan perlakuan C (konsentrasi enzim 0,03 dari berat kering