• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN KERJA PADA SISWA JURUSAN AGRIBISNIS PERIKANAN KELAS XII SMK N 2 PURBALINGGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESIAPAN KERJA PADA SISWA JURUSAN AGRIBISNIS PERIKANAN KELAS XII SMK N 2 PURBALINGGA."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

KESIAPAN KERJA SISWA SMK KELAS XII JURUSAN PERIKANAN DI SMK NEGERI 2 PURBALINGGA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Panggih Nugroho NIM 07104244061

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayahNya, tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW.

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Almamaterku UNY, Agama, Bangsa dan Negara

2. Ayah dan Ibuku tercinta atas ketulusan, kasih sayang dan pengorbanannya.

(7)

vii

KESIAPAN KERJA PADA SISWA JURUSAN AGRIBISNIS PERIKANAN KELAS XII SMK N 2 PURBALINGGA

Oleh Panggih Nugroho NIM 07104244061

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan kerja siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan dilihat dari aspek responsibility, flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini 50 siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan SMK Negeri 2 Purbalingga. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala, Instrumen yang digunakan adalah skala kesiapan kerja. Validitas item instrumen dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan diperoleh 42 item valid. Angka korelasi validitas item bergerak dari 0,314 sampai 0,470. Reliabilitas instrumen dengan menggunakan Alpha Cronbach dan diperoleh angka reliabilitas 0,851. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa dalam kategori siap, yang ditunjukkan dari persentase 58%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siap untuk memasuki dunia kerjanya. Kesiapan kerja siswa juga dapat terlihat dari beberapa aspek, yaitu: (1) responsibility, tergolong siap dengan persentase sebesar 66%, yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam tanggung jawab, (2) flexibility tergolong siap persentase sebesar 56%, yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam kemampuan daya tahan, (3) skills tergolong siap dengan persentase sebesar 56%, yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam kemampuan dan keahlian yang akan mereka bawa kedalam situasi kerja baru, (4) communication

tergolong tidak siap dengan persentase sebesar 56%, yang artinya siswa masih belum menguasai kemampuan berkomunikasi guna mendukung terciptanya hubungan interpersonal di tempat kerja, (5) self view tergolong tidak siap dengan persentase sebesar 60%, yang artinya siswa belum mampu memandang dirinya dalam situasi kerja,(6) heallt & safety tergolong siap dengan persentase sebesar 60%, yang artinya siswa memahami pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“KESIAPAN KERJA SISWA SMK KELAS XII JURUSAN PERIKANAN DI SMK

NEGERI 2 PURBALINGGA”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses

penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dengan kerendahan

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memimpin penyelenggaraan

pendidikan dan penelitian di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah

berkenan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ijin

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Siti Rohmah Nurhayati, M. Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah

(9)

ix

5. Ibu Prof. Dr. Siti Partini Suardiman dan Ibu Rosita Endang kusmaryani, M. Si

selaku dosen pembimbing atas waktu dan kesabaran yang telah diberikan pada

saat membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah

memberikan ilmu dan wawasan selama masa studi penulis.

7. Kedua orang tua saya yang telah mengorbankan tenaga dan waktu untuk tiada

henti mendoakan, membesarkan, mendidik serta membiayai kuliah demi

tercapainya cita-cita dan kesuksesanku.

8. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Purbalingga yang telah

memberikan ijin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

9. Guru Pembimbing SMK N 2 Purbalingga, atas bimbingan dan bantuan yang

diberikan selama penelitian.

10.Seluruh siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan SMK N 2 Purbalingga, atas

keiklasan dan kesediaan dan segala bantuan selama penelitian.

11.Keluarga dan kakak-kakak tercinta terimakasih atas do’a, kasih sayang dan

semangat yang kalian berikan.

12.Teman-teman mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2007

khususnya kelas C atas semangat dan dukungannya selama ini.

13.Sahabat-sahabat seperjuangan, Udin, Ardi, Hanif, Ranu, Carlos, Haki, Heri, dan

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kesiapan Kerja ... 12

1. Pengertian Kesiapan Kerja ... 12

2. Faktor-faktor Kesiapan Kerja ... 17

3. Komponen dan Bentuk Kesiapan Kerja ... 19

(12)

xii

C. Jurusan Perikanan ... 44

1. Pengertian Jurusan Perikanan ... 44

2. Tujuan Jurusan Perikanan ... 45

3. Soft Skill pada Jurusan Perikanan ... 45

D. Pertanyaan Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Variabel Penelitian ... 49

D. Definisi Operasional Variabel... 50

E. Populasi Penelitian ... 50

F. Metode Pengumpulan Data ... 51

G. Instrumen Penelitian ... 52

H. Uji Coba Instrumen ... 54

I. Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60

2. Deskripsi Waktu Penelitian ... 61

3. Deskripsi Subyek Penelitian ... 61

B. Deskripsi Data Penelitian ... 61

C. Pembahasan ... 71

D. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancarara ... 53

Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban instrumen penelitian ... 54

Tabel 3. Kategorisasi Nilai Reliabilitas ... 57

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 5. Kelas Interval ... 59

Tabel 6. Subyek Penelitian ... 61

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Relatif ... 64

Tabel 8. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis Perikanan ... 63

Tabel 9. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis Perikanan Aspek Responsibility ... 64

Tabel 10. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis Perikanan Aspek Flexibility ... 65

Tabel 11. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis Perikanan Aspek Skills ... 67

Tabel 12. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis Perikanan Aspek Communication ... 68

Tabel 13. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis Perikanan Aspek Self View ... 69

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja ... 63

Gambar 2. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Responsibility... 65

Gambar 3. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Flexibility... 66

Gambar 4. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Skills ... 67

Gambar 5. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Communication ... 68

Gambar 6. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Self View ... 69

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Kesiapan Kerja ...83

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 87

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 88

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ...89

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara maritim yang didalamnya terdapat kekayaan

laut yang melimpah dan sangat bermanfaat untuk membantu kesejahteraan

masyarakatnya. Kekayaan yang dimiliki oleh laut contohnya adalah ikan.

Indonesia memiliki banyak sekali ragam dan jenis ikan yang sudah barang tentu

dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Namun

semua itu tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal apabila tidak diimbangi

dengan SDM masyarakatnya atau dengan kata lain tidak memiliki pengetahuan

yang cukup tentang bagaimana cara mengolah sektor perikanan dengan tepat

sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Potensi perikanan tersebut sangat

berpengaruh terhadap laju perkembangan ekonomi di Indonesia, maka dari itu

sangat disayangkan apabila sektor tersebut diambil alih oleh Negara lain dengan

alasan SDM mereka lebih baik.

Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas SDM adalah melalui dunia

pendidikan menengah kejuruan. Peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal

2 ayat 4 mengatakan bahwa tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah

mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki dunia kerja serta

mengembangkan sikap profesional (Dekdikbud, 1990: 31). Seperti pendidikan

pada umumnya, pendidikan kejuruan juga diharapkan dapat memberi bekal kepada

(17)

2

juga pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif). Untuk mencapai tujuan tersebut,

penyelenggara pendidikan kejuruan tidak dapat dipisahkan dari dunia industri

sebagai institusi penyerap tenaga kerja oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus

didesain agar para lulusan dapat mengembangkan keterampilan, kemampuan,

pemahaman, sikap dan kebiasaan kerja yang diperlukan untuk memasuki dunia

kerja agar lebih produktif.

Sehubungan dengan hal di atas, pemerintah menyelengggarakan Sekolah

Menengah Kejuruan dengan jurusan yang lebih spesifik pada bidang perikanan.

Pendidikan kejuruan dengan jurusan perikanan ini harus mengintregrasikan

dengan kebutuhan pasar dunia industri yang berkaitan dengan penyiapan tenaga

kerja sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia usaha. Hal ini bertujuan untuk

mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki SDM berkualitas dan lebih

berkompeten dalam bidangnya ini sehingga dapat meningkatkan mutu produk

perikanan yang optimal.

Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan Perikanan

dapat dijumpai pada SMK Negeri 2 Purbalingga yang merupakan salah satu SMK

yang menyediakan berbagai program kejuruan. Salah satu kompetensi keahlian

yang dimiliki oleh SMK Negeri 2 Purbalingga adalah perikanan yang bertujuan

untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah di bidang perikanan yang

handal dan mempunyai kompetensi yang baik dan memiliki kesiapan kerja yang

(18)

3

Berbanding terbalik dengan harapan dan kenyataan yang ada, masalah yang

timbul di lapangan adalah kesiapan kerja yang dimiliki siswa masih perlu

dipertanyakan terutama pada aspek soft skill karena dampak yang dapat dilihat

adalah ketika lulusan sudah memasuki dunia kerja. Secara keilmuan dan

keterampilan (Hard Skill) mereka adalah pekerja yang siap, tetapi secara mental

mereka belum siap.

Jarang lembaga pendidikan yang menyiapkan lulusanya untuk cepat

beradaptasi dengan lingkungannya, memiliki kemampuan bekerja dalam tekanan,

memiliki kreativitas dan inovatif, kemampuan komunikasi interpersonal dan

komunikasi massa, kesiapan menghadapi pimpinan, kesiapan menghadapi ritme

dan volume kerja, kemampuan membaca prosedur kerja, kemampuan menganalisis

situasi kerja, dan berbagai sikap lain (soft skill). Karena lembaga perusahaan

sekarang ini dalam merekrut karyawan atau tenaga kerja lebih mementingkan soft

skill dari pada hard skill. Fakta aktual di lapangan menunjukkan bahwa soft skill

memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam bekerja

(Awaludin Hadi, Kompas, 2011: 5).

Selain hal di atas masalah lain yang timbul adalah adanya beberapa pihak

yang menyatakan bahwa siswa SMK belum memiliki kesiapan kerja yang baik,

seperti dikutip dari Republika (2010: 15) bahwa Kepala Career Development

Center dan Career Expo Universitas Indonesia, Sandra Fikawati, menyatakan

lulusan SMK adalah penyumbang terbesar tenaga kerja yang belum siap karena

(19)

4

mampu berpresentasi dan bekerja dalam tim dan menunjukan sikap yang tidak

sopan serta tinggi hati saat diwawancarai, hal tersebut terjadi karena kebanyakan

lembaga pendidikan yang ada hanya memperhatikan aspek hard skill siswa saja

dan mengesampingakan aspek soft skill siswa.

Dari hasil wawancara dengan guru pembimbing di SMK N 2 Purbalingga

yang dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2012 diperoleh informasi bahwa

memang ada beberapa pihak yang masih mempertanyakan kesiapan kerja dari

siswa SMK terutama pada jurusan perikanan. Hal ini karena jurusan ini masih

dianggap sepele atau kurang bermanfaat dan peminatnya sangat sedikit.

Keadaan ini juga dapat dilihat dari jumlah lulusan pada tahun 2010, yaitu

dari seluruh jumlah lulusan (50 siswa) yang langsung bekerja pada bidangnya

hanya 12 siswa, selebihnya ada yang bekerja pada bidang lain dan ada juga yang

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Hal tersebut juga disebabkan karena

fasilitas di sekolah ini khususnya pada bidang perikanan yang kurang memadai,

sehingga pada saat praktikum tidak dapat berjalan secara efektif dan memperoleh

hasil yang kurang optimal yang berakibat hard skill siswa menjadi kurang baik.

Hal ini menjadi acuan bagi guru pembimbing untuk meningkatkan kesiapan kerja

siswa baik dalam segi hard skill maupun soft skill dengan memberikan layanan

bimbingan yang secara optimal.

Berdasarkan fenomena di atas terlihat bahwa kesiapan kerja siswa SMK

sangat penting karena siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya

(20)

5

lulusan yang siap kerja dan memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan

mampu untuk menghadapi persaingan era globalisasi dan tantangan masa depan,

serta mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia

kerja dengan pemenuhan kompetensi di berbagai pengembangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) berjudul “Kesiapan Kerja

untuk Siswa SMK Jurusan Bangunan di Kotamadya Semarang pada Sektor Jasa

Bangunan” menyimpulkan bahwa (1) terdapat hubungan yang signifikan antara

pengalaman kerja dengan kesiapan kerja (2) layanan bimbingan karir disekolah

berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa. Penelitian Hans (2010) dengan judul

“Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri Se-Kabupaten Ende ditinjau Dari

Pelaksanaan Bimbingan Kejuruan, Prestasi Belajar Siswa, dan Pengalaman Praktik

Kerja Industri” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kesiapan

kerja dengan bimbingan kejuruan, prestasi belajar siswa dan pengalaman praktik

industri. Selanjutnya pada penelitian Winarti (2007) Besarnya hubungan

bersama-sama antara prestasi akademik dan soft skill terhadap kesiapan kerja sebesar 0.541.

Besarnya kontribusi prestasi akademik dan soft skill terhadap kesiapan kerja

adalah r2 yaitu 29,3%, sedangkan sisanya 70,7% dipengaruhi oleh faktor lain di

luar penelitian ini.

Namun penelitian yang sudah ada hanya membahas tentang pengaruh

pengalaman lapangan, bimbingan karir, serta prestasi belajar terhadap kesiapan

(21)

6

antara penguasaan komponen kesiapan kerja dengan kesiapan kerja siswa SMK N

2 Purbalingga.

Kesiapan kerja sangat penting bagi siswa menengah kejuruan, yang mana

siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia

kerja. Karena pada konteks ini, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi,

seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya

untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk

mempertahankan pekerjaan yang sudah didapatkannya (Brady, 2009:4). Menurut

Brady (2009:2), Kesiapan kerja mengandung enam komponen yaitu:

responsibility, flexibility, skills, communication, self view, dan health & safety.

Komponen kesiapan kerja tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri dalam

pengaruhnya terhadap kesiapan kerja, akan tetapi saling terkait satu dengan yang

lain. komponen tersebut juga berpengaruh terhadap kesiapan memasuki dunia

kerja siswa SMK kelas XII yang nantinya dapat memberikan petunjuk yang

berharga guna memberi perlakuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan

kerja siswa itu sendiri. Ketika seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki

kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan

baik, tidak mampu memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan

tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak

nyaman.

Terlepas dari pernyataan tersebut sebenarnya keunggulan SMK adalah

(22)

7

merupakan salah satu lembaga yang diberi kewajiban oleh pemerintah untuk

mempersiapkan lulusannya dalam memasuki dunia kerja (Hans 2010:181). Pada

jenjang ini siswa diharapkan memiliki skill agar lulusan siap pakai dan siap

berkompetisi dalam memasuki dunia kerja. Dalam undang-undang nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan

kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

bekerja dalam bidang tertentu dengan demikian, pendidikan kejuruan berfungsi

sebagai sarana persiapan untuk memasuki dunia kerja. (Depdiknas: 2003).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah kesiapan kerja pada siswa adalah

dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam

pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus

diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan

belajar dan bimbingan karir, dalam hal ini bimbingan karir dan bimbingan pribadi

sosial perlu lebih ditekankan karena masalah kesiapan kerja yang terjadi adalah

menyangkut aspek soft skill.

Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan

melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi

yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir. Untuk mengantar

siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan,

program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang

tepat untuk itu. Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih

(23)

8

merencanakan masa depan. Artinya siswa mulai dari kelas satu sampai tamat SMK

dilatih, dibimbing untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana

merencanakan karir sepanjang hidup sehingga pada akhirnya mereka menjadi

tenaga kerja yang siap pakai dan berkualitas. Bimbingan pribadi sosial perlu

diberikan untuk melatih keterampilan intrapersonal dan interpersonal siswa.

Sehubungan dengan kenyataan di atas peneliti bertujuan untuk meneliti

bagaimanakah kesiapan kerja siswa SMK jurusan perikanan, mengingat terdapat

kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada di lapangan tentang

kesiapan kerja siswa. Dalam penelitian ini peneliti lebih spesifik ingin meneliti

kesiapan kerja siswa SMK jurusan perikanan khususnya kelas XII.

Peneliti memilih jurusan perikanan karena bila dilihat di lapangan Indonesia

adalah negara kelautan yang pada tiap daerah pasti memiliki sumber kekayaan

laut, sementara tidak semua daerah memiliki SMK yang menyelenggarakan

program pendidikan jurusan perikanan. Dengan kata lain masih sedikit SMK yang

menyediakan jurusan ini bahkan dengan jumlah siswa yang sedikit pula, sehingga

memungkinkan terjadinya persaingan dalam dunia kerja yang sangat ketat dengan

keadaan yang seperti ini diperlukan output yang benar-benar siap untuk

memajukan dan mengelola hasil laut tersebut secara optimal.

Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII karena pada tahap ini siswa sudah

banyak mendapatkan bekal materi pelajaran tentang jurusannya. Selain itu mereka

telah mengikuti praktek kerja lapangan sehingga mereka sudah lebih menguasai

(24)

9

mendapatkan seluruh materi. Pentingnya penelitian ini dalam layanan bimbingan

konseling adalah dapat digunakan sebagai media informasi bagi guru pembimbing

tentang bagaimana kesiapan kerja para siswa, sehingga membantu para guru

pembimbing untuk mengadakan penanganan tindak lanjut tentang kesiapan kerja

siswa tersebut.

Tempat penelitian dilaksanakan di SMK N 2 Purbalingga karena SMK

tesebut merupakan satu-satunya sekolah menengah kejuruan yang ada di

Kabupaten purbalingga yang menyelenggarakan program pendidikan dengan

jurusan perikanan sehingga sekolah ini harus bekerja keras mencetak calon pekerja

yang benar-benar siap untuk bekerja dalam bidangnya. Kesiapan kerja tersebut

dapat terwujud apabila siswa dibekali hard skill dan soft skill yang seimbang.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Kesiapan kerja siswa SMK masih di pertanyakan

2. Secara keilmuan dan keterampilan (hard skill) lulusan SMK adalah pekerja

yang siap, tetapi secara mental (soft skills) mereka belum siap.

3. lembaga perusahaan sekarang ini dalam merekrut karyawan atau

tenaga kerja lebih mementingkan soft skill dari pada hard skill.

4. Masih sedikit sekali lulusan jurusan perikanan SMK Negeri 2 Purbalingga yang

(25)

10 C.Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan pada identifikasi masalah yang ada dan

keterbatasan peneliti maka penelitian ini perlu diberi batasan pada pembahasan

sehingga permasalahan penelitian akan menjadi jelas. Pembahasan dibatasi pada

kesiapan kerja siswa SMK. Kesiapan kerja siswa SMK dapat terukur dari

penguasaan siswa terhadap komponen – komponen kesiapan kerja yaitu

responsibility, flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety. Peneliti

memfokuskan masalah pada siswa SMK Negeri 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis

Perikanan kelas XII karena pada tahap ini siswa sudah banyak mendapatkan bekal

materi pelajaran tentang jurusannya, selain itu Siswa kelas XII dalam waktu dekat

akan menyelesaikan studinya sehingga mereka akan menjadi calon tenaga kerja

tingkat menengah dengan bidang keahlian yang dimilikinya

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah kesiapan kerja pada siswa

Jurusan Agribisnis Perikanan kelas XII SMK N 2 Purbalingga ditinjau dari

responsibility, flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan

(26)

11

untuk mengetahui gambaran bagaimanakah kesiapan kerja pada siswa Jurusan

Agribisnis Perikanan kelas XII SMK N 2 Purbalingga ditinjau dari responsibility,

flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian secara teoritis,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang

telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai kesiapan kerja pada siswa

SMK jurusan perikanan.

2. Manfaat penelitian secara praktis

a. Bagi sekolah sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan

sarana dan prasarana yang bisa meningkatkan kesiapan kerja siswa SMK.

b. Bagi guru pembimbing di sekolah sebagai bahan informasi yang bermanfaat

untuk memberikan layanan bimbingan karir dan mengadakan penanganan

tindak lanjut untuk lebih mematangkan kesiapan kerja para siswa SMK.

c. Bagi dunia usaha atau dunia industry untuk bahan informasi sebagai

konsumen tenaga kerja yang sudah tentu mengharapkan memperoleh calon

tenaga kerja yang cukup terdidik, terlatih dan siap memasuki dunia kerja.

d. Bagi siswa untuk memberi pengetahuan tentang keadaan dunia kerja yang

banyak di pengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat digunakan sebagai

(27)

12 BAB II KAJIAN TEORI A.Kesiapan Kerja

1. Pengertian Kesiapan Kerja

I Wayan Sukita (2002: 10), “the mayor goal vocational instruction is to

prepare students for successful employment in the labor market” artinya tujuan

utama pembelajaran kejuruan adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi

pekerja yang sukses didunia kerja. Oleh karena itu, lulusan sekolah menengah

kejuruan diharapkan mampu dan siap untuk menjadi pekerja yang sukses

didunia kerja, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai wirausahawan.

Customer Service Institute of Australia (I Wayan Sukita 2005: 11),

menyatakan bahwa:

Work readiness can be viewed as both a process and a goal that

involves developing a student’s workplace-related attitudes, values, knowledge and skill. This enables students to become increasingly aware and confident of their role and responsibilities.

Artinya kesiapan kerja dapat dilihat sebagai suatu proses dan tujuan yang

melibatkan pengembangan kerja siswa yang berhubungan dengan sikap, nilai,

pengetahuan dan keterampilan. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjadi

semakin sadar dan yakin akan peran dan tanggung jawab mereka. Oleh karena

itu, proses pengembangannya perlu dilakukan secara sistematik dan terencana

yang tertuang dalam program kesiapan kerja.

Kesiapan (readiness) menurut kamus psikologi adalah “tingkat

(28)

13

mempraktikan sesuatu” (Chaplin, 2006: 419). Dan juga dikemukakan bahwa

kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan dirinya jika akan

melakukan serangkaian gerakan yang berkaitan dengan mental dan jasmani. Hal

ini sesuai yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 113) mendefinisikan

kesiapan sebagai berikut: Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang

membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban didalam cara tertentu

terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan perpengaruh

pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup

setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu: (a) kondisi fisik, mental dan emosional; (b)

kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan; keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang

lain yang telah dipelajari.

Hal diatas juga menunjukkan bahwa kondisi fisik yang temporer misal

lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain serta kondisi fisik yang permanen misal

cacat tubuh tidak termasuk pada kondisi fisik yang mempengaruhi kematangan.

kondisi mental yang menyangkut kecerdasan, sedangkan kondisi emosional

berhubungan dengan motif atau dorongan yang akan mempengaruhi kesiapan.

Kebutuhan yang disadari akan mendorong usaha atau membuat seseorang siap

untuk berbuat. Mempelajari keterampilan, pengetahuan dan pengertian

permulaan juga akan mempengaruhi kesiapan. Jika dijabarkan maka kesiapan

kerja terbagi dalam dua aspek: aspek teknis yang berhubungan dengan latar

belakang keilmuan yang dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja,

(29)

14

yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama tim, problem

solving, manajemen stres, kepemimpinan yang kemudian disebut soft skills.

Hartati (2006: 13) menyatakan kesiapan terhadap sesuatu akan terbentuk

jika telah tercapai perpaduan antara tingkat kemasakan,

pengalaman-pengalaman yang diperlukan, serta keadaan mental dan emosi yang serasi.

Berdasarkan batasan-batasan ini, maka kesiapan dapat diartikan sebagai

kemauan dan kemampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sesuai

dengan tingkat kematangan, pengalaman masa lalu, keadaan mental dan emosi

orang yang bersangkutan. Sedangkan kesiapan kerja menurut Sugihartono

(1991:15) diartikan sebagai berikut : Kesiapan kerja adalah kondisi yang

menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, mental serta

pengalaman belajar, dan dengan adanya keserasian tersebut individu

mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam

hubungannya dengan pekerjaan.

Disamping itu untuk mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan,

diperlukan kemampuan yang dapat menunjang pelaksanaan dan penyelesaian

pekerjaan tersebut. Pekerja yang baik dan produktif adalah pekerja yang

memenuhi syarat yaitu pekerja yang mempunyai sifat dan kemampuan jasmani

yang diperlukan, memiliki kecerdasan dan mempunyai pengetahuan yang

cukup guna melakukan pekerjaan dengan memenuhi prestasi standar yang

memuaskan, dan memperhatikan aspek keamanan, kuantitas dan kualitas.

(30)

15

dicapai oleh pekerja yang memenuhi syarat, tanpa harus berusaha terlalu keras

sewaktu bekerja, karena telah mengetahui, memahami prosedur, dan memiliki

kemampuan. Pekerja yang baik dan produktif tersebut merupakan pekerja yang

telah memiliki kesiapan kerja.

Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dapat digolongkan

menjadi 2 komponen, yaitu: 1) kemampuan yang terdiri dari mental dan

kemampuan fisik, 2) pengetahuan yaitu petunjuk koqnitif bagi calon tenaga

kerja. Arnold dan Feldman (I Wayan Sukita, 2002: 15) mengungkapkan bahwa

Kemampuan fisik dapat diidentifikasi menjadi 9 aspek yaitu: 1) semangat yang

kuat, 2) menggunakan kekuatan otot, 3) mempertahankan tenaga, 4) mampu

melakukan tindakan sewaktu-waktu diperlukan, 5) memiliki kelenturan tubuh,

6) melakukan gerakan tubuh secara dinamis, 7) mampu mengkoordinasi secara

serentak gerakan anggota tubuh, 8) memelihara keseimbangan tubuh, 9)

mempertahankan stamina.

Brady (2009: 4), kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi, seperti

sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya untuk

mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan

suatu pekerjaan. Pada kesiapan kerja tersebut mencakup segala sesuatu yang

dimiliki oleh seseorang baik kemampuan maupun perilaku yang diperlukan

pada setiap pekerjaan.

Pada pengertian ini kesiapan kerja lebih merujuk pada faktor-faktor

(31)

16

pendapat ini pula, dapat diketahui bahwa orang yang memiliki kesiapan kerja

tidak hanya orang yang sudah bekerja saja tetapi seseorang yang belum bekerja

juga dapat dikatakan memiliki kesiapan kerja jika faktor-faktor pribadi itu

terdapat pada orang tersebut. Jadi, orang-orang yang telah memiliki seperangkat

kemampuan dan perilaku diri yang diperlukan pada setiap pekerjaan tersebut

bisa dikatakan mampu untuk bekerja.

Mengenai kemampuan kerja, Wagner (2006:1) mengungkapkan bahwa

kemampuan untuk menyesuaikan suatu pekerjaan dapat pula diartikan sebagai

ketrampilan kesiapan kerja: Work readiness skills are a set of skills and

behaviors that are necessary for any job. Work readiness skills are sometimes

called soft skills, employability skills, or job readiness skills.

Kemampuan kesiapan kerja ini umumnya disebut dengan soft skill. Dari

pengertian diatas dapat diketahui bahwa kemampuan kesiapan kerja (soft skills)

adalah seperangkat keahlian dan perilaku yang diperlukan seseorang untuk

setiap pekerjaan. Seperangkat keahlian dan perilaku yang diperlukan seseorang

untuk setiap pekerjaan. Seperangkat keahlian dan perilaku tersebut meliputi

keterampilan transisi, komunikasi, kualitas diri, dan ketrampilan terhadap

teknologi (Wagner, 2006: 2-4).

Hal ini sejalan dengan pendapat Brady yang menyatakan bahwa kesiapan

kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi yang menggambarkan kesiapan kerja.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, terdapat kesamaan unsur yang

(32)

17

komunikasi, keterampilan terhadap teknologi yang pada pendapat Brady hanya

menyebutnya dengan keterampilan, kemudian kualitas diri. Brady lebih

menfokuskan pada tanggung jawab, fleksibilitas, dan pandangan terhadap diri

serta kesehatan dan keselamatan kerja.

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan

kematangan psikis serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai

kemampuan dan sikap positif untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai

dengan ketentuan tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil

maksimal.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja seseorang berhubungan dengan banyak faktor, baik dalam

diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern).Keberhasilan setiap

individu didunia kerja selain ditentukan oleh penguasaan bidang kompetensinya

juga ditentukan oleh bakat, minat, tekad serta kepercayaan diri sendiri. Sikap,

tekad, semangat dan komitmen akan muncul seiring dengan kematangan

pribadi seseorang.

Tigkat kematangan seseorang merupakan suatu saat dalam proses

perkembangan yang sempurna dalam arti siap digunakan. Sedangkan

pengalaman yang mempengaruhi keiapan mental dalam bekerja dapat diperoleh

(33)

18

memilih pekerjaan hendaknya terjadi suatu proses yang selaras antara diri,

pekerjaan dan lingkungan keluarga (A. Muri Yusuf, 2002: 86)

Herminanto (Marsono, 2010: 53) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

kesiapan kerja antara lain:

a. Tingkat kemasakan

Menunjukan pada proses perkembangan atau pertumbuhan yang

sempurna dalam arti siap digunakan, kesiapan dibedakan menjadi kesiapan

fisik yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan kesiapan mental yang

berhubungan dengan kejiwaan.

b. Pengalaman sebelumnya

Merupakan pengalaman-pengalaman tertentu yang diperoleh yang

mempunyai kaitan dengan lingkungan, kesempatan yang tersedia, pengaruh

dari luar yang tidak disengaja. Pengalaman merupakan salah satu faktor

penentu karena dapat menciptakan suatu lingkungan yang dapat

mempengaruhi perkembangan kesiapan seseorang.

c. Keadaan mental dan emosional yang serasi

Keadaan ini meliputi keadaan kritis, memiliki pertimbangan yang logis

dan obyektif, bersikap dewasa dan emosi yang terkendali, mempunyai

kemampuan untuk menerima, kemampuan untuk maju serta

(34)

19

Dalyono (2009: 53) menyatakan bahwa kesiapan berkaitan dengan

beberapa faktor sebagai berikut:

a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis.

Ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti

tubuh pada umumnya, alat-alat indra dan kapasitas intelektual.

b. Motivasi

Menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk

mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan

sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja seseorang meliputi faktor dari diri

siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar siswa (ekstern). Faktor-faktor

yang berasal dari dalam diri siswa yaitu kematangan fisik maupun psikis,

sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi lingkungan keluarga

dan pengalaman praktek kerja lapangan.

3. Komponen dan Bentuk Kesiapan Kerja

a. Komponen Kesiapan kerja

Komponen kesiapan kerja pada penelitian ini mengacu pada

komponen yang digunakan oleh Brady di Amerika. Penulis menggunakan

komponen kesiapan kerja Brady dengan alasan komponen-komponen

tersebut sudah melalui proses penelitian dan pengembangan-pengembangan.

(35)

20

siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya untuk memasuki

dunia kerja. Karena pada konteks ini, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat

pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan,

bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu

untuk mempertahankan pekerjaan yang sudah didapatkannya (Brady,

2009:4). Menurut Brady (2009:2), Kesiapan kerja mengandung enam

komponen yaitu: responsibility, flexibility, skills, communication, self view,

dan health & safety. Komponen tersebut yaitu sebagai berikut:

a) Responsibility ( Tanggung Jawab )

Gardner (Brady, 2009: 5), tanggung jawab melibatkan integritas

pribadi, kejujuran, dan kepercayaan. Dalam karya rintisannya, Kohlberg

(Brady, 2009: 5) menteorikan tahapan penilaian yang dimulai dengan

perilaku-perilaku ekternal yang dimonitor hinnga tahapan yang lebih

formal, ketika seseorang menerima tanggung jawab untuk tindakan

mereka tanpa menghiraukan pengawasan dari orang lain, yaitu tanggung

jawab yang diberlakukan terhadap diri sendiri demi kode etik dan demi

melakukan hal yang benar. Dalam studi Good Work mereka, Gardner dan

rekan-rekannya (2001) menemukan bahwa lebih dari dua pertiga pekerja

diindustri mengerti bahwa tanggung jawab terhadap tempat kerja

merupakan hal yang penting. Penelitian ini lebih lanjut melaporkan

bahwa bekerja tidak hanya mengharuskan pekerja untuk memikul

(36)

21

terhadap rekan kerja, terhadap tempat kerja, dan terhadap pemenuhan

tujuan kerja (Brady, 2009: 5). Menurut Parker (Brady, 2009: 5), definisi

yang lebih luas dari tanggung jawab ini dianggap sebagai unsur utama

yang diperlukan bagi pekerja diabad ke-21.

Pekerja yang bertanggung jawab berangkat bekerja tepat waktu dan

berhenti bekerja pada waktunya. Mereka menghargai perkakas dan

peralatan, memenuhi standar kualitas kerja, mengendalikan pemborosan

dan kerugian, dan menjaga privasi serta kebijakan rahasia organisasi.

Mereka bekerja selama sehari dan mendapatkan upah dari hasil kerja

seharinya tersebut (Brady, 2009:2). Dengan kata lain, seseorang yang

memiliki tanggung jawab, mereka akan berangkat bekerja tepat waktu

dan berhenti bekerja tepat pada waktunya, memenuhi standar kualitas

kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, tidak boros, menghargai dan

berhati-hati dalam menggunakan peralatan, dan dapat menjaga rahasia

organisasi.

Tanggung jawab berarti kewajiban pekerja untuk melakukan fungsi

yang diberikan kepadanya sesuai dengan kemampuan dan arahan.

Tanggung jawab tercakup didalamnya dapat diandalkan, menurut Ros Jay

(Brady, 2009: 11), dapat diandalkan yaitu dalam hal menjaga ketepatan

waktu dalam bekerja dan apabila pekerja diberi tugas maka dilakukan

tanpa harus diingatkan. Lebih dari itu, pekerja yang bertanggung jawab

(37)

22

sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Tanggung jawab

berhubungan erat dengan kedisiplinan. Menurut Ros Jay (Brady: 2009:

13), kedisiplinan ini berhubungan dengan mengerjakan pekerjaan dengan

baik dan tidak hadir terlambat. Pekerja yang disiplin akan berfokus

terhadap pekerjaan daripada terlalu banyak menghabiskan waktu untuk

istirahat, atau mengobrol dengan rekan kerja. Pekerja yang berasumsi

terhadap pekerjaan termasuk pekerja yang bertanggung jawab.

Berdasarkan berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

tanggung jawab berarti dapat diandalkan dan dapat dipercaya, hal tersebut

meliputi:

1) Disiplin kerja

2) Memenuhi standar kualitas kerja

3) Berfokus terhadap pekerjaan

4) Pemeliharaan peralatan-peralatan kerja

5) Menjaga rahasia.

b) Flexibility (Fleksibilitas)

Moorhouse & Caltabiano (Brady, 2009: 5), fleksibilitas adalah

faktor daya tahan yang memungkinkan individu / pekerja untuk

beradaptasi dengan perubahan dan menerima kenyataan di tempat

kerjanya yang baru. Jangka hidup (life span), teori perkembangan karir

(38)

23

fenomena yang dinamis dan statis, dan bahwa konteks atau ruang dimana

hidup dan kerja terjadi, juga dinamis.

Savickas (Brady, 2009: 5), pada saat ini memiliki fleksibilitas untuk

beradaptasi dengan perubahan dilihat sebagai komponen yang penting

dalam teori jangka hidup (life span), dan teori ruang-hidup (life space).

Dalam hal ini, leksibilitas diperlukan bila kita sedang menyesuaikan diri

dengan peran dan situasi kerja baru yang berubah-ubah.

Hayes, dkk (Brady, 2009: 5), model-model teoritis lainnya

menghubungkan fleksibilitas dengan proses kognitif-perilaku, yaitu

pikiran serta keyakinan mengarah pada perilaku. Teori kognitif perilaku

ACT menyatakan bahwa ketaatan dan keterikatan terhadap masa lalu yang

terkonsep dan ketakutan terhadap masa depan yang sangat dominan,

menyebabkan penghindaran dan kekakuan, dan hanya melalui proses

mengalami dunia yang lebih langsunglah akan dapat dicapai sikap

hati-hati, penerimaan terhadap kenyataan, mengatasi keyakinan yang kaku

tentang realitas dan ketakutan terhadap masa depan dan kemudian

beromitmen terhadap tindakan pro fleksibilitas.

Pekerja fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan dan

tuntutan di tempat kerja. Pekerja percaya bahwa situasi kerja

berubah-ubah dan bahwa perberubah-ubahan dlam lingkungan kerja adalah hasil yang

dapat diprediksi dari pertumbuhan atau pengurangan tenaga kerja, tidak

(39)

24

Pekerja sadar bahwa mereka mungkin perlu lebih aktif dan siap

beradaptasi dengan perubahan jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja,

dan jam kerja (Brady, 2009: 2). Artinya, kehidupan kerja yang dinamis

menuntut pekerja untuk lebih aktif dan siap beradaptasi dengan

perubahan jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja, dan jam kerja. Untuk

itu, pekerja yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan

kerja dan perubahan-perubahannya.

Fleksibilitas merupakan upaya seseorang untuk menyesuaikan diri

secara mudah dan cepat. Pekerja tidak canggung dan kaku dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan dengan

pekerjaan. Ros Jay (Brady: 2009: 13) mengatakan bahwa fleksibilitas

sama halnya dengan mampu beradaptasi atau mampu menyesuaikan diri.

Beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif menurut Ros Jay

(Brady: 14), yaitu :

1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.

Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang

mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup

menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan disamping

kelebihan-kelebihannya. Orang tersebut mampu menghayati kepuasan

terhadap keadaan dirinya sendiri, dan tidak suka apalagi merusak

keadaan dirinya walaupun menurut penilaiannya, dirinya kurang

(40)

25

yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan

mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk

menyesuaikan dengan lingkungan.

2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan diluar

dirinya secara obyektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan

perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki

ketajaman dalam memandang kenyataan, dan mampu memperlakukan

kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Mereka mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula mau

menerima kritik, saran dan masukan dari orang lain.

3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada

pada dirinya dan kenyataan obyektif di luar dirinya. Karakteristik ini

ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan

kekuatan yang ada pada dirinya. Terjadi perimbangan yang rasional

antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya,

sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungannya.

4) Memiliki perasaan yang aman dan memadai. Pada karakteristik ini,

seseorang tidak memiliki rasa cemas ataupun ketakutan dalam

hidupnya khususnya dalam dunia kerja serta tidak mudah dikecewakan

oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa

(41)

26

terancam dirinya oleh lingkungan dimana dia berada, dapat menaruh

kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menrima kenyataan

terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dalam

lingkungannya.

5) Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik

ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan diluar

dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau

keinginanya.

6) Terbuka dan sanggup menerima umpan balik. Karakteristik ini

ditandai oleh kemampuan bersiakp dan berbicara atas dasar kenyataan

sebenarnya, ada kemampuan belajar dari keadaan sekitarnya,

khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya

dan berlapang dada dalam menrima masukan dari orang lain.

7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. Hal ini

tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni

tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempuyai pengertian

yang dalam, dan bersikap wajar.

8) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras

dengan hak dan kewajibannya. Karakteristik ini bermakna bahwa

seseorang mampu memenuhi dan melaksanakan norma yang berlaku

(42)

27

selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas

kesadaran diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fleksibilitas

merupakan ketahanan pekerja untuk beradaptasi dengan

perubahan-perubahan dan tuntutan yang ada di tempat kerja. Fleksibiltas tersebut

meliputi :

1) Kemampuan untuk lebih aktif dengan tuntutan kerja

2) Kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda

3) Kemampuan untuk menerima berbagai perubahan lingkungan kerja

4) Kemampuan untuk mengikuti aturan yang berlaku

5) Kemampuan untuk bekerja lembur.

c) Skills ( Keterampilan )

Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian

yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Mereka mampu

mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa telah memenuhi syarat

untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama, mereka

bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan

turut serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang

berkelanjutan (Brady, 2009: 2).

Friedman (Brady, 2009: 5), keterampilan yang berhubungan dengan

pekerjaan, asset intelektual, dan keahlian akan mendominasi

(43)

28

Menurut Parker (Brady, 2009: 5), keterampilan ini tidak hanya mencakup

keterampilan mikro yang khusus untuk sebuah pekerjaan atau profesi,

tetapi juga keterampilan makro seperti belajar bagaimana cara belajar.

Teori penentuan diri (self determination theory) mengidentifikasi

kompetensi sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dasar dan usaha untuk

belajar serta penguasaan keterampilan baru yang diperlukan untuk

kesejahteraan individu. Menurut Luyckx (Brady, 2009: 5), kepuasan

terhadap kompetensi mendorong optimalnya fungsi dan kecenderungan

terhadap pertumbuhan dan penguasaan yang berkelanjutan.

Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian

yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Mereka mampu

mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa telah memenuhi syarat

untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama, mereka

bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan

turut serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang

berkelanjutan (Brady, 2009: 2). Dengan kata lain, keterampilan disini

adalah kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang dan dibawa ke

dalam situasi kerja baru, mampu mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan sehingga merasa telah memenuhi syarat untuk melakukan

pekerjaan tersebut, usaha untuk belajar keterampilan baru sebagai

tuntutan pekerjaan dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan yang

(44)

29

Mengenai keterampilan yang lebih khusus, A. Muri Yusuf (2002:

68), mengungkapkan bahwa keterampilan lebih merujuk pada

kemampuan yang lebih spesifik dengan cepat, akurat, efisien, dan adaptif

dengan melibatkan gerakan tubuh dan atau dengan memakai alat. Hal ini

lebih merujuk pada kemampuan menggunakan alat-alat sesuai dengan

prosedur penggunaan, kemampuan merawat alat-alat, dan kemampuan

memperbaiki alat kerja dengan kerusakan ringan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

tidak hanya mencakup keterampilan yang khusus melainkan juga

keterampilan yang lebih umum dalam pekerjaan. Keterampilan tersebut

mencakup:

1) Kemampuan menyediakan sarana produksi bidang perikanan

2) Kemampuan memproduksi pakan

3) Kemampuan menguasai ketrampilan produksi

4) Kemampuan memasarkan hasil produksi

5) Usaha untuk belajar keterampilan baru.

d) Communication (Komunikasi)

Homans (Brady, 2009: 6), teori komunikasi pertukaran social/social

exchange digunakan untuk mendukung dimasukkanya sebuah ukuran

untuk mengatasi masalah hubungan interpersonal ditempat kerja. Menurut

Porath & Bateman (Brady, 2009: 6), kompetensi social telah terbukti

(45)

30

Studi yang telah dilakukan oleh Kambur dan Van Dyne (2007)

mengenai hubungan pertukaran sosial ditempat kerja, ditemukan bahwa

hubungan kerja yang berkualitas tinggi tidak hanya terkait dengan kinerja

tugas, tetapi juga terkait dengan para pekerja yang membantu pengawas

dan rekan kerja mereka. Dalam studi lain, dukungan tugas (task support)

adalah tipe dukungan yang paling dapat memprediksi kepuasan kerja.

Selain kinerja, kekuatan hubungan kerja juga dikaitkan dengan perilaku

interpersonal warga negara yang lebih baik, dan dukungan sosial di

tempat kerja (workplace social support) juga telah diketahui dapat

memprediksi masa kerja (Brady, 2009: 6).

Dalam hal ini komunikasi yang dimaksud terkait dengan hubungan

interpersonal. Menurut Jalaludin Rakhmat (2007: 129), terdapat tiga

faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal yaitu percaya, sikap

suportif, dan sikap terbuka. Kualitas komunikasi yang baik tidaklah

diukur dari keseringan seseorang melakukan komunikasi interpersonal,

tetapi bagaimana komunikasi tersebut dilakukan (Jalaludin Rakhmat,

2007: 129). Artinya komunikasi berkualitas baik bukan diukur dari berapa

kali melakukan komunikasi, tetapi cara yang dilakukan tersebut dapat

efektif.

Seseorang yang siap bekerja memiliki kemampuan komunikasi

yang memungkinkan pekerja untuk berhubungan secara interpersonal

(46)

31

dan menerima umpan balik serta kritik. Pekerja juga saling menghormati

dan berhubungan baik dengan rekan kerja (Brady, 2009: 2).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi

merupakan kemampuan yang memungkinkan pekerja untuk berhubungan

secara interpersonal di tempat kerja yang dipengaruhi oleh faktor percaya,

sikap sportif dan sikap terbuka sehingga tidak akan timbul

perselisihan-perselisihan yang akan menghambat pekerjaan. Komunikasi tersebut

meliputi:

1) Kemampuan untuk memiliki sifat suportif

2) Kemampuan untuk bisa bekerjasama dengan oranglain

3) Kemampuan untuk percaya terhadap orang lain

4) Kemampuan untuk menerima umpan balik serta kritik dari oranglain

5) Kemampuan mengikuti petunjuk kerja

e) Self View (Pandangan Terhadap Diri)

Swamn, Chang-Schneider, & Mc Clarty (Brady, 2009: 6),

dimasukkannya pandangan terhadap diri ke dalam Kesiapan Kerja

mencerminkan peran penting yang dimainkan teori-diri dalam

pemahaman terhadap individu dan bagaimana setiap orang memandang

dirinya dalam hidup dan situasi kerja. Di sini, pandangan terhadap diri

digunakan secara umum untuk mencakup konseptualisasi diri, yang

(47)

32

keberhasilan teori Glasser, identitas diri teori Erikson, dan self efficacy

teori Bandura (Brady, 2009: 6).

Dalam bidang pengembangan karir dan psikologi kejuruan, teori

konsep diri dari Donald E. Super dan self efficacy dari Betz, terus

menerus mempengaruhi perencanaan karir dan pengambilan keputusan.

Teori konsep diri dan self efficacy secara terus menerus mempengaruhi

perncanaan karir dan pengambilan keputusan, dalam bidang

pengembangan karir dan psikologi kejuruan. Sosiolog Victor Gecas

(Brady, 2009: 6), mendefinisikan konsep diri (self concept) sebagai

konsep yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai suatu

makhluk fisik, social, dan spiritual atau norma. Dengan kata lain, konsep

diri merupakan persepsi diri seseorang sebagai makhluk fisik, social, dan

spiritual. Konsep diri mencakup penghargaan diri (self esteem),

kemanjuran diri (self efficacy), dan pemantauan diri (self monitoring).

Adapun self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai

peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu. Dengan kata lain, self

efficacy adalah kepercayaan terhadap kemampuan seseorang untuk

menjalankan tugas. Cukup dengan mengatakan bahwa keyakinan

seseorang tentang dia atau dirinya sendiri dan kemampuannya untuk

mengatasi, beradaptasi, dan tampil didunia kerja sangatlah penting. Self

efficacy umum yang tinggi dikaitkan dengan individu yang berkinerja

(48)

33

kesuksesan dalam ranah tertentu, sperti tugas kerja dan peran kerja (Betz

dalam Brady, 2009: 6).

Markus & Nurius (Brady, 2009: 6), konsep-konsep seperti possible

self juga telah diketahui dalam membantu individu mempertimbangkan

situasi kerja dan peran kerja dimasa depan. Pandangan terhadap diri

terkait dengan proses-proses intrapersonal seseorang yaitu kepercayaan

terhadap diri dan pekerjaan mereka sendiri. Pekerja yang siap sadar akan

pengakuan diri yang mencakup rasa cukup, penerimaan, dan rasa percaya

terhadap diri serta kemampuan mereka sendiri atau self efficacy.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan

terhadap diri merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang

berhubungan dengan kepercayaan terhadap dirinya bahwa mampu atau

tidaknya dalam menjalankan tugas. Pandangan terhadap diri tersebut

meliputi :

1) Kemampuan untuk memahami diri sendiri

2) Kemampuan untuk menghargai diri sendiri

3) Kemampuan untuk mengendalikan atau mengontrol diri sendiri

4) Kemampuan untuk mengevaluasi diri

5) Kemampuan untuk percaya terhadap kemampuan yang dimiliki.

f) Healt & Safety (Kesehatan dan Keselamatan)

Kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan masalah dunia.

(49)

34

tahun terdapat 337 juta kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan dan 2

juta orang diseluruh dunia menderita penyakit yang terkait dengan kerja.

Dalam beberapa kasus, praktik-praktik kesehatan dan keselamatan kerja

telah disiapkan akan tetapi kepatuhan pekerja kurang (Brady, 2009: 6).

Menurut teori Bandura (Dalyono, 2009: 6), kepercayaan individu

terhadap kemampuan diri untuk berperilaku dan bertindak pada tingkat

tertentu adalah prinsip dasar teori efektifitas diri (self efficacy). Efektifitas

Diri Khusus Untuk Kesehatan (Health-Specific-Self-efficacy) menerapkan

teori ini untuk kemampuan kesehatan dan keselamatan seperti nutrisi,

latihan fisik, berhenti merokok, serta penolakan terhadap alkohol, dan

beberapa penelitian yang disebutkan menandakan bahwa self efficacy

yang nyata merupakan pemrediksi perilaku kesehatan dan keselamatan

(Schwarzer & Renner, dalam Brady, 2009: 6). kontrol sosial yang terkait

dengan kesehatan positif juga telah diketahui dapat berpengaruh terhadap

perilaku-perilaku kesehatan dan keselamatan, dan kemauannya untuk

mengikuti kebijakan-kebijakan di tempat kerjanya serta larangan-larangan

yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan.

Oleh karena itu, seseorang yang siap bekerja menjaga kebersihan

dan kerapihan pribadi. Pekerja tetap siaga untuk sehat secara fisik dan

mental. Mereka menggunakan mekanika tubuh yang tepat untuk

mengangkat dan membengkokkan serta mengikuti prosedur keselamatan

(50)

35

diperlukan, pekerja memakai peralatan untuk keselamatan atau pakaian

yang tepat. Pekerja juga mematuhi peraturan larangan merokok dan

larangan menggunakan obat-obatan terlarang di tempat kerja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

komponen kesehatan dan keselamatan kerja meliputi:

1) Kemampuan untuk mengikuti peraturan di tempat kerja

2) Mempraktikkan perilaku kesehatan dan keselamatan

3) Menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang ada

4) Menjaga kebersihan dan kerapihan pribadi

5) Kemampuan mengendalikan stress dan kelelahan kerja.

b. Bentuk Kesiapan Kerja

Dalam uraian diatas terlihat bahwa dalam kesiapan kerja terdapat dua

bentuk yang hendaknya saling berkesinambungan. Kedua bentuk tersebut

adalah Soft Skill dan hard skill.

1) Soft Skills

Kemampuan psikis atau keterampilan yang menyangkut soft skill,

Skills adalah kemampuan/keterampilan/kecakapan seseorang untuk

melakukan sesuatu hal dengan baik, seperti yang diungkapkan Greene

and Burleson (Marsono, 2010: 27), “Skills refers to an individual’s or a group’s ability to carry out processes that promote perceptions of

competence”. Hopson dan Scally (Hartati, 2006: 20) menyatakan bahwa,

(51)

36

hidup diperlukan antara lain kecakapan membaca, menulis dan berhitung,

kecakapan mencari informasi, kecakapan berfikir dan memecahkan

masalah secara konstruktif, kecakapan mengeksplorasi potensi dirinya

dan mengembangkannya, kecakapan mengatur waktu, kecakapan

mengembangkan minat, nilai dan keyakinan diri, kecakapan merumuskan

tujuan yang akan dicapai, dan kecakapan untuk mengatur stress.

Kecakapan yang diperlukan untuk berhubungan secara efektif

dengan seseorang antara lain kecakapan berkomunikasi secara efektif,

kecakapan memelihara persahabatan, kecakapan mendapatkan bantuan

orang lain, kecakapan mengendalikan konflik, kecakapan berempati,

kecakapan kemampuan menyampaikan saran dan mendapatkan masukan.

Sedangkan kecakapan yang diperlukan untuk mampu berhubungan

dengan masyarakat secara efektif antara lain memiliki kepercayaan diri,

kecakapan mempengaruhi orang lain dan system, bagaimana kerja dalam

kelompok, bagaimana mengekspresikan perasaan secara konstruktif,

bagaimana bernegoisasi, kompromi dan membuat kontrak, dan kecakapan

membangun kekuatan bersama orang lain.

Sementara itu, Anwar (2006: 25) mengungkapkan bahwa, karakter

dan keterampilan afektif yang mendukung seseorang untuk berhasil

dalam pekerjaannya sebagai berikut: (1) tanggung jawab, (2) sikap positif

terhadap pekerjaan, (3) jujur, hati-hati, teliti, dan efisien, (4) hubungan

(52)

37

memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, (6) penuh antusias dan

motivasi, (7) disiplin dan penguasaan diri, (8) berdandan dan

berpenampilan menarik, (9) memiliki integritas pribadi; dan (10) mampu

bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain.

Tripathy (Marsono, 2010: 28) mengemukakan: “soft skilss is the

human intangible, the initiative, the attitude, and the character. It

represents what people feel, what they tend to do, in contrast to what they

can do”. Soft skills adalah sifat manusia, insiatif, sikap, dan karakter, serta

mewakili apa yang orang rasakan, apa yang cenderung mereka lakukan,

berbeda dengan apa yang bisa mereka lakukan.

Tyas Catur Pramudi (Marsono, 2010: 29) menyatakan bahwa, Soft

skills adalah sikap dasar perilaku, yakni keterampilan seseorang dalam

berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri).

Atribut soft skills meliputi nilai, motivasi, perilaku, karakter dan sikap”.

Sejalan dengan hal tersebut, Paul (1991: 29) menyatakan bahwa, sikap

terhadap diri sendiri dapat ditinjau dari beberapa sikap: (1) sikap jujur,

terbuka, harga diri, (2) disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri;

(3) daya juang, penguasaan diri, (4) kebebasan dan tanggung jawab.

Konsep dari soft skills merupakan pengembangan dari konsep yang

selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. Soft skills sendiri

diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis,

(53)

38

sesuai dengan pernyataan Poppy Yuniawati (2009: 34) yang mengatakan

bahwa, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan

dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur

dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk

kerja secara maksimal.

Lebih lanjut, Parson (Marsono, 2010: 30) menyatakan bahwa, ”soft

skills are personal attributes that enhance an individual’s interactions,

job performance and career propects”. Soft skills adalah sifat seseorang

yang menambah pengaruh seseorang, etos kerja dan prospek karir. Ia

menggolongkan soft skills menjadi dua yaitu personal attributes dan

interpersonal abilities. (1) personal attributes meliputi: (a) optimism; (b)

common; (c) sense; (d) responsibility; (e) a sense of humor; (f) integrity;

(g) time-management; dan (h) motivation.(2) interpersonal abilities

meliputi: (a) empathy; (b) leadership; (c) communication; (d) good

manners; (e) sociability; dan (f) the ability to teach.

Hidayatno (Marsono, 2010: 31) berpendapat bahwa, secara garis

besar soft skills bisa digolongkan kedalam dua kategori:

personal/intrapersonal skills dan interpersonal skills. Personal skills

merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri

menjadi lebih baik (self development) yang mencakup: (1) personal time

management; (2) problem solving skills; (3) research skills; (4)

(54)

39

untuk berfikir sebagai bagian dari tim). Interpersonal skills merupakan

kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, baik

oranglain secara individu (one to one) atau sebagai audiens (one to many)

yang mencakup: (1) negosiasi; (2) interview; (3) sikap dan penampilan

sesuai dengan situasi; (4) listening skills; (5) public speaking and

presentation; (6) affective meetings; (7) writing reports and proposals;

(8) project management; (9) working with teams.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan

soft skills adalah sikap dasar perilaku, yakni keterampilan seseorang

dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan

berhubungan dengan dirinya sendiri (Intrapersonal skills). Secara garis

besar soft skills bisa digolongkan kedalam tiga kategori:, ketiga kategori

tersebut yaitu, (1) personal/intrapersonal skills meliputi: (a) percaya diri,

(b) jujur, (c) Mengendalikan emosi (d) Mempunyai ambisi untuk maju

dan berusaha. (2) interpersonal skills yang meliputi: (a) empati , (b)

kepemimpinan, (c) hubungan antar pribadi, (d) pergaulan dimasyarakat.

(3) Profesional, meliputi: (a) manajemen waktu, (b) keterampilan

memecahkan masalah, (c) tanggung jawab, (d) Memiliki sikap kritis.

2) Hard skills

Menurut Finch dan Crunkilton (I Wayan

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Skala Kesiapan Kerja sebelum Uji Coba
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Instrumen Penelitian
Tabel 3. Kategorisasi Nilai Reliabilitas
Tabel 5. Kelas Interval
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan perekonomian Kabupaten Jember di era otonomi daerah yaitu dari tahun awal dimulainya otonomi pada tahun 2001 hingga tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan, dari

Dalam pembelajaran orang dewasa perlu ada pemahaman spesifik mengenai karakteristik orang dewasa. Ada empat konsep untuk membedakan antara orang dewasa dengan

y Heavy hydrocarbons are strongly absorbed by the solvents used, and consequently acid gas removal is most efficient in natural gases with low concentrations of

Sehubungan dengan tidak adanya peserta yang lulus evaluasi teknis pada pelaksanaan pengadaan pekerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat

[r]

Adapun masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini mengenai masalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi audit delay, faktor internal: Ukuran perusahaan,

Jika dalam konteks surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum yang menjuncto dengan Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP kurang tepat, karena turut serta

Table set-up merupakan rangkaian kegiatan untuk mengatur dan melengkapi meja dengan peralatan makan dan peralatan penunjang lainnya sesuai jenis hidangan yang