• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DESA SIDOMUKTI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DESA SIDOMUKTI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

ELY NOVITA

NIM: B05213003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

ELY NOVITA, 2017, KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DESA SIDOMUKTI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK, “Skripsi Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.”

Kata Kunci: Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar Terminal Pelabuhan

Dari berbagai permasalahan yang ada, peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini ialah sebagai berikut, bagaimana kehidupan masyarakat nelayan sebelum dan sesudah adanya terminal pelabuhan. Dan peneliti juga mengkaji beberapa fenomena yang terjadi di sekitar terminal pelabuhan, yang salah satunya adalah perubahan cara beradaptasi masyarakat sekitar setelah adanya terminal pelabuhan.

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah teori AGIL Talcot Parsons.

(7)

DAFTAR ISI

(8)

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian………53

B. Deskripsi Hasil Penelitian………..……….61

1. Kondisi Kehidupan Masyarakat Sebelum Adanya Terminal Pelabuhan………..…….61

2. Kondisi Kehidupan Masyarakat Setelah Adanya Terminal Pelabuhan………..…….75

C. Analisis Data………..…….91

BAB V :PENUTUP………...…….97

A. Kesimpulan………...……..97

B. Saran………..….……98

DAFTAR PUSTAKA………..……100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 4. Dokumentasi Peneliti

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.508 pulau, dimana antar pulau dipisahkan oleh perairan. Dengan kondisi geografis yang demikian, memiliki wilayah pantai sepanjang 81.000 Km dan luas sekitar 3,1 juta Km2 atau 62% dari luas teritorialnnya. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar jumlahnya, dan sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di wilayah tepi pantai. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya kepada sumberdaya alam pesisir dan lautan. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam menunjang aktivitas perikanan, salah-satunya dengan mendirikan berbagai fasilitas pembangunan pelabuhan di sejumlah daerah termasuk di Propinsi Jawa Timur.1

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat yang hidup dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masayarakat yang lain. Di beberapa kawasan pesisir yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakat bersifat heterogen, memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas yang kuat, serta terbuka terhadap perubahan dan interaksi sosial. Sekalipun demikian, masalah

1

(10)

kemiskinan masih melanda sebagian masyarakat pesisir, sehingga fakta sosial ini terkesan ironi di tengah-tengah kekayaan sumber daya pesisir dan lautan yang ada.2

Masyarakat nelayan yang ada di Manyar adalah masyarakat yang mengandalkan hidup mereka dengan mencari ikan di sungai-sungai, mulai dari nelayan darat dan nelayan laut. Nelayan darat adalah nelayan yang menggunakan pancing dan jaring kecil di pingir sungai, sedangkan nelayan laut adalah nelayan yang menggunakan perahu dan jaring yang lumayan besar dan mencari ikan di tengah-tengah sungai bahkan sampai selat Madura. Ikan yang diperoleh biasanya bermacam-macam, mulai dari ikan kakap, kepiting, belanak dan udang. Tetapi mereka memiliki spesialis sendiri dalam mencari ikan. Dengan adanya reklamasi pantai besar-besaran mengakibatkan penurunan hasil tangkapan ikan para nelayan. Sebelum adanya terminal pelabuhan para nelayan bisa memperoleh satu kwintal dalam sehari, sedengakan untuk saat ini para nelayan hanya memperoleh sepuluh kilogram dalam sehari. Penurunan pendapatan ikan sangat dirasakan oleh nelayan Manyar, karena mencari ikan adalah pekerjaan utama sebagai penopang kehidupan mereka sehari-hari.

Kesulitan melepas diri dari kemiskinan karena mereka dilanda oleh beberapa keterbatasan di bidang kualitas sumber daya manusia, akses dan penguasaan teknologi, pasar dan modal. Kebijakan dan implementasi program-program pembangunan untuk masyarakat di kawasan pesisir hingga

2

(11)

saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang belum bersungguh-sungguh dan persoalan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi pada masyarakat nelayan cukup kompleks, sehingga penyelesaiaanya tidak seperti membalikkan telapak tangan. 3

Nelayan termasuk warga Negara Indonesia yang berekonomi lemah, sangat kontras sekali dengan perannya sebagai pahlawan protein bangsa. Lembaga swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyebutkan jumlah nelayan di tanah air terus berkurang, jumlahnnya saat ini tersisa 2,2 juta nelayan dari total jumlah penduduk Indonesia. Sekarang ini banyak ditemukan pabrik pengungkapan ikan dengan kapal besar menggunakan troll, dan sebagiannya di wilayah tersebut. Dalam posisi demikian, nelayan tradisional sangat sulit sekali beraktifitas melakukan penangkapan ikan yang berkelanjutan tadi. Selain itu, situasi dimana rezim pasar hari ini tidak menguntungkan bagi nelayan. Misalnya, ada persyaratan sertifikasi perikanan untuk industri. Inilah beberapa masalah yang terjadi pada nelayan Indonesia.

Ancaman globalisasi bagi nelayan Manyar tidak luput dari peran pemerintah daerah kabupaten Gresik, khususnya dalam bidang perizinan. Tak jarang izin yang diberikan kepada pengusaha melanggar peraturan dan undang-undang yang mengaturnya. Seperti undang-undang nomor: 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, juga

3

(12)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTANSistem Pengawasan Masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa reklamasi pantai dan laut yang dilakukan perusahan di kabupaten Gresik, seperti proyek Terminal Pelabuhan Java Integrate Industrial Port Estate (JIIPE). Pada saat itu banyak sekali warga yang menolak adanya pelabuhan tersebut karena masyarakat khawatir dengan lingkungan sekitar yang nanti akan terkena dampak. Banyaknya reklamasi pantai dalam pembangunan pelabuhan merupakan ancaman bagi kehidupan nelayan. Karena hal ini dapat menyebabkan perubahan dan kerusakan ekosistem dan biota laut. Dampak yang lain adalah mempercepat proses sedimentasi dasar laut juga mempersempit areal tangkap (fishing ground) bagi nelayan. Pada akhirnya memicu terjadinya salah faham antara nelayan dengan Terminal Pelabuhan.4Akan tetapi kesalah fahaman tersebut hanya sebagai bumbu-bumbu dalam industri saja, karena warga sudah menyadari bahwa tempat tinggal mereka yang cenderung lebih dikelilingi oleh industri-industri, jadi warga sudah siap menerima resiko yang akan terjadi.

Kawasan reklamasi di pantai kota Manyar Gresik menyebabkan timbulnya masalah yang secara fisik dan biologis sangat memprihatinkan ekosistem darat dan laut yang ada di Manyar. Perluasan wilayah darat dengan menimbun daerah pesisir pantai untuk membuat pelabuhan yang tidak lepas dari pro dan kontra bagi masyarakat Manyar yang turut merasakan dampak dari reklamasi tersebut. Kondisi ekosistem di wilayah pantai kota Manyar

4

(13)

yang kaya akan keanekaragaman hayati seharusnya sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan.

(14)

sebagai produsen pangan maupun sebagai kelompok masyarakat rentan. Bahkan, harapan akanada penegasan perihal larangan alat tangkap yang merusak seperti troll juga tidak muncul. 5

Kehidupan masyarakat nelayan adalah keadaan nyata yang dapat diungkapkan melalui usaha mereka yang dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan, kondisi alam tidak menunjang, terbatasnya modal dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga mengakibatkan keadaan sosial ekonomi lemah. Rumahtangga nelayan yang pekerjaannya semata-mata tergantung pada usaha menangkap ikan memperoleh pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika uang yang tersisa, itu biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, dan memperbaiki tempat tinggalnya. 6

Dalam kehidupan masyarakat nelayan, ikan adalah salah satu kebutuhan pokok yang termasuk pangan serta lauk pauk yang menjadikan pokok penghasilan dari para nelayan, termasuk masyarakat nelayan di Desa Sidomukti. Bagi para nelayan yang ada di Desa Sidomukti mereka sangat membutuhkan sarana yang dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan di Desa Sidomukti. Para nelayan ini membutuhkan tempat untuk memasarkan dan menjual hasil dari tangkapan mereka. Dalam rangka mengoptimalkan kegiatan perikanan tangkap Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Kecamatan Manyar mempunyai sebuah perkumpulan para nelayan yang

5

Kusnadi, Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Bandung: Humaniora, 2006) hal. 3.

6

(15)

diberi nama Balai Nelayan Kali Mireng, sehingga para nelayan mempunyai tempat khusus untuk berkumpul dan juga sebagai tempat penyandaran kapal-kapal mereka. Dengan adanya perkumpulan tersebut diharapkan membawa perubahan baik sosial maupun ekonomi dengan tercapainnya kehidupan masyarakat yang terpenuhi. Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan.

B. Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif perumusan masalah lebih ditekankan untuk mengungkapkan aspek kualitatif dalam suatu masalah. Maka dari itu dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan perumusan masalah atau batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan masyarakat nelayan sebelum dan sesudah adanya terminal pelabuhan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui kehidupan masyarakat nelayan sebelum adanya terminal pelabuhan.

2. Mengetahui kehidupan masyarakat nelayan sesudah adanya terminal pelabuhan.

D. Manfaat Penelitian

(16)

1. Secara Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan, terutama masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, serta dapat memunculkan teori baru yang relevan.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan acuan mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, Sehingga dalam kehidupan sosial sebagai seorang sosiolog dapat menjadi penengah yang bijaksana dalam menghadapi setiap gejala sosial yang ada di lingkungan mereka masing-masing, serta dapat di jadikan bahan rujukan bagi program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Definisi Konseptual

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai bahan penguat sekaligus spesifikasi penelitian yang akan dilakukan.

1. Kehidupan Masyarakat Nelayan

(17)

kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sedangkan menurut M. Khalil Mansyur mengatakan7 bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluargannya akan tetapi juga orang-orang yang tinggal di lingkungan itu. Masyarakat nelayan dalam konteks penelitian ini yaitu masyarakat yang tinggal menetap di daerah pinggir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan yakni dengan menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring dan pancing.

Seiring dengan pertumbuhan produktifitas tangkapan budidaya perairan, masalah-masalah sosial dan lingkungan pun bermunculan, seperti over fishing yang belum bisa terselesaikan secara tuntas hingga kini.8 Persoalan pembangunan masyarakat pesisir dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu (1) masalah sosial yang mencakup isu kelangkaan sumber daya perikanan; serta masalah modal pembangunan yang mencakup isu pengelolaan potensi sumber daya yang belum optimal dan masalah kepenuhan desa nelayan atau surutnya peranan ekonomi desa nelayan, kesenjangan sosial, dan konflik sosial nelayan; (2) masalah lingkungan yang mencakup isu kerusakan ekosistem pesisir laut; pulau-pulau kecil, dan ketiga masalah itu saling terkait dalam konteks relasi kausalitas.

Secara umum, sumber daya perikanan (tangkap dan budidaya) merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting untuk menunjang kelangsungan hidup masyarakat pesisir. Oleh karena itu, sumber daya

7

Selo Soemardjan, Pengantar Sosiologi ( Jakarta:CV Rajawali Press, 1991).

8

(18)

perikanan mengambil peranan yang besar sebagai penggerak dinamika ekonomi lokal di desa-desa pesisir.9

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, yang dilihat dari aspek ekonomi, kesehatan dan sosial. Ketiga aspek tersebut sangat penting dalam kehidupan seorang nelayan, dari aspek ekonomi, Mereka mengandalkan menjaring ikan di sungai dengan harapan mendapatkan ikan yang banyak dengan harga jual yang tinggi, sedangkan aspek kesehatan juga penting, karena tanpa kesehatan yang prima mereka tidak akan totalitas dalam mencarai ikan. Dan untuk aspek sosial, nelayan juga butuh untuk bersosialisasi dan interaksi kepada masyarakat begitu juga dengan para nelayan sendiri agar semakin terjalin keakraban diantara mereka dan menjadi kompak ketika di sungai maupun ketika di darat. Nelayan di daerah ini terdapat dua macam nelayan yakni, nelayan yang mencari ikan di sungai atau laut dan juga nelayan yang mencari ikan di pinggir-pinggir sungai. Kemudian para nelayan akan menjual hasil tangkapan mereka kepada pelanggan mereka masing-masing Masyarakat Manyar sudah bekerja sebagai nelayan sejak masih anak-anak karena mereka dulu sudah belajar dari orang tua mereka.Apabila orang tua mereka mampu, mereka pun akan berusaha menyekolahkan anak setinggi mungkin sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orang tua mereka, tetapi kebanyakan mereka tidak mampu membebaskan diri dari profesi

9

(19)

nelayan. Akan tetapi jumlah nelayan di Manyar semakin lama semakin sedikit karena kurangnya minat dan penghasilan yang cenderung tidak menentu.

2. Terminal Pelabuhan

Terminal Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.10

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), membuka dermaga baru, Terminal Pelabuhan Manyar di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Terminal ini dikelola oleh PT Berlian Manyar Sejahtera (BMS), pembangunannya dimulai 2013 dan selesai 2015. Pelabuhan ini digunakan untuk melayani bongkar dan muat semua jenis kapal, pemuatan barang perdana ini menjadi bukti, dermaga pelabuhan bagian dari JIIPE siap digunakan membawa bahan baku juga barang hasil industri yang dihasilkan daerah setempat. Keberadaan Terminal Manyar ini selain dibutuhkan oleh industri yang ada di JIIPE juga dibutuhkan oleh industri lain yang ada di daerah sekitarnya. Selain itu, Dengan beroperasinya

(20)

Pelabuhan Gresik ini juga untuk mengurangi antrian kapal yang akan melaksanakan kegiatan bongkar muat di Tanjung Perak, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya logistic pengguna jasa ke pelabuhan. Pelabuhan Terminal Manyar ini juga digunakan sebagai salah satu alternatif bagi kapal untuk sandar dan melakukan kegiatan bongkar muat. JIIPE merupakan kawasan industri yang terintegrasi langsung dengan pelabuhan, berlokasi di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Pelabuhan Manyar ini dibangun di atas lahan kurang lebih 2.000 hektar. Hasil kerja sama antara Pelindo III dengan pihak swasta guna mendukung daya saing logistik nasional. Pada November 2015, Presiden Joko Widodo bersama Kepala BKMP meninjau langsung lokasi pembangunan JIIPE di Gresik, Jawa Timur.

3. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan kemudahan dan menggambarkan garis besar kerangka pembahasan pada pembaca, peneliti akan mengurai sistematika pembahasan ini ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti, menjawab pertanyaan what, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual dan Sistematika Pembahasan.

(21)

konsep ini harus digambarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus memperhatikan relevansi penelitian terdahulu dan teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah yang akan dipergunakan guna adanya implementasi judul penelitian Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar TerminalPelabuhan Desa Sidomukti Kecamatan Manyar

Kabupaten Gresik.

Bab III berisi tentang metode penelitian, peneliti memberikan gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan di lapangan serta bagaimana menyusun pembahasan tentang metode penelitian yang bukan sekedar jiplakan dari laporan penelitian lain tetapi memuat apa yang benar-benar peneliti lakukan dilapangan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Tahap-Tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

(22)

yang relevan yakni terkaitKehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar Terminal Pelabuhan Internasional Di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar

Kabupaten Gresik.

(23)

BAB II

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DALAM BINGKAI ANALISIS TEORI TALCOT PARSONS

(AGIL)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu perlu diacu dengan tujuan agar peneliti mampu melihat letak penelitiannya dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah pada objek penelitian atau fokus penelitian sasaran penelitian yang tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian dan hasil penelitiannya, selengkapnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

1) Dilakukan olehSarjulin. Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas

Padang 2011, dengan judul “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam”. Hasil dari penelitian

(24)

2) Dilakukan oleh Sri Utami. Jurusan Pendidikan Sosiologi Dan Antropologi Universitas Negeri Semarang 2015, dengan judul

Aktivitas Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Pelabuhan Perikanan

Bulu Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur”. Hasil dari penelitian

tersebut adalah: 1) Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pelabuhan perikanan 2) Perubahan aktivitas sosial ekonomi masyarakat setelah adanya pelabuhan perikanan 3) Pemerintah Desa dan pihak pelabuhan perikanan menjalin komunikasi terkait dengan perijinan, perekrutan untuk menghindari konflik dan kecemburuan sosial antar desa, bekerja sama melakukan pelatihan dan pembinaan keterampilan berwirausaha 4) Pemerintah memberian pinjaman modal untuk mendirikan usaha bagi masyarakat di sekitar pelabuhan perikanan yang ingin memulai usaha namun terkendala dengan keterbatasan modal yang dimiliki dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan.

3) Dilakukan oleh Moh Khoirul Alim. Jurusan Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2012, dengan judul “ Etos Kerja Masyarakat Nelayan” (Studi di Desa Kaliuntu Kecamatan Jenu

(25)

deskriptif-kualitatif 5) kebutuhan dasar hidup masyarakat yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidupnya.

Dari ketiga penelitihan terdahulu yang membedakan dari penelitihan peneliti adalah lokasi penelitian yang dilakukan di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, kemudiantidak adanya perubahan mata pencaharian yang signifikan karena masyarakat manyar sudah sejak dahulu menjadi seorang nelayan dan kalaupun ada itu hanya pekerjaan sampingan yang dilakukan bukan karena kurangnya pemasukan dari mencari ikan, tidak adanya pelatihan dan pembinaan keterampilan berwirausaha dari pemerintah setempat dan juga tidak adanya bantuan modal untuk mendirikan usaha sehingga masyarakat tidak bisa menjadi lebih maju, dan masyarakat nelayan juga sudah menggunakan Bahan Bakar Mesin yang berupa LPG untuk menghemat biaya pengeluaran.

B. Kajian Pustaka

1. Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayan daratan dan laut.11 Masyarakat nelayan memiliki integrasi sosial yang baik. Sikap gotong royong mereka sangat besar, sebagai konsekuensi dari sifat pekerjaan mereka yang harus saling membahu

11

(26)

untuk menghadapi berbagai kesulitan, khususnya ketika sedang melakukan kegiatan penangkapan.

Solidaritas sosialnya kuat sehingga jika menghadapi ancaman kolektif mereka juga akan bertindak secara missal. Ciri-ciri perilaku demikian dapat menjadi kekuatan atau modal pembangunan, namun juga bisa menjadi bencana jika aspirasi mereka terhadap sesuatu hal diabaikan. Reaksi sosial akan semakin dinamis jika masalah yang mereka hadapi mengancam kelangsungan hidup mereka. 12

Masyarakat nelayan dalam hal ini adalah masyarakat nelayan yang ada di sekitar terminal pelabuhan internasional Manyar yakni, desa sidomukti. Sebagian besar masyarakat di daerah tersebut bekerja sebagai nelayan. Nelayan disini tidak hanya mereka yang menjaring ikan di sungai , tetapi nelayan yang mencari ikan di sekitar-sekitar sungai/ di dekat tumbuhan mangrove, ikan tersebut biasanya adalah kepiting yang sering dijumpai di sekitar tumbuhan mangrove. Masyarakat disini mengandalkan hidupnya dengan mencari ikan-ikan di sungai. Karena terbatasnya modal dan peralatan tangkap yang modern, sehingga sebab-sebab dasar kemiskinan masyarakat nelayan harus segera dicari potensi sosial-budaya yang akan menjadi basis atau instrumen pemberdayaan nelayan. 13

Diperlukan sebuah upaya dari pemerintah daerah dan pusat untuk memberikan dukungan kepada para nelayan miskin ini, sehingga dapat

12

Kusnadi, Akar Kemiskinan Nelayan ( Jakarta: Pelangi Aksara, 2003). 93

13

(27)

meningkatkan taraf hidup mereka dan kemudian menjadi mandiri secara ekonomi karena kemapanan mereka. Untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir, terutama para nelayan miskin, pemerintah telah melakukan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program PEMP ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pendekatan ekonomi dan kelembagaan nasional. 14

Nelayan sendiri adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (UU No. 45/2009- Perikanan). Nelayan adalah orang yang secara aktiv melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penenebar dan pemakai jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapar, juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian. Sedangkan munurut Imron (2003). Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi day. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. 15

14

Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2003).

15

(28)

Menurut Mulyadi (2005) sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, nelayan terbagi atas tiga yaitu:

a. Nelayan Buruh

Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain.

b. Nelayan Juragan

Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang digunakan oleh orang lain.

c. Nelayan Perorangan

Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

Desa nelayan dapat didefinisikan sebagai desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian menangkap ikan di laut. Laut menjadi lahan hidup yang paling utama bagi penduduk dan desa nelayan. Pekerjaan lain atau institusi ekonomi lokal, seperti industri perkapalan atau pembuatan perahu nelayan, pengolahan hasil tangkap, jasa pengangkutan dan perbengkelan, serta toko yang menjual berbagai kebutuhan nelayan, seperti kebutuhan kerja dan kebutuhan nelayan, seperti kebutuhan kerja dan kebutuhan hidup rumah tangga nelayan.16

16

(29)

Sumber daya ekonomi perikanan merupakan sumber daya yang dominan dalam menggerakkan roda kegiatan sosial ekonomi perdagangan masyarakat nelayan. Sumber daya ekonomi lain, seperti pertanian, perkebunan, dan industri kerajinan merupakan sumber daya pelengkap. Pasang-surut produksi sumber daya perikanan berpengaruh besar terhadap dinamika ekonomi perdagangan lokal. Pada musim

paceklik (masa tidak ada hasil tangkapan), yang biasanya terjadi pada musim Barat (Desember-Januari), desa-desa nelayan menghadapi masa yang sepi, sedangkan pada bulan-bulan lainnya dinamina sosial ekonomi masyarakat nelayan bisa dirasakan.

(30)

Politik pembangunan desa nelayan adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk mengorganisir seluruh potensi sumber daya pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi dan meningkatkan martabat sosial masyarakat nelayan yang didasarkan pada kebijakan penguatan kapasitas pemerintahan lokal, pemberdayaan masyarakat, dan optimalisasi pengelolaan sumber daya dan pesisir laut, khususnya sumber daya perikanan, secara proporsional dan berkelanjutan. Basis konseptual politik pembangunan desa nelayan adalah karakteristik sumber daya alam lokal, kondisi aktual pemerintahan dan masyarakat lokal, kebutuhan masyarakat nelayan, dan kelestarian lingkungan. Dengan demikian, strategi dan program pembangunan yang dirumuskan untuk mencapai hal-hal di atas akan selalu kontekstual dengan dinamika perkembangan dan tantangan kehidupan masyarakat nelayan.

Karakteristik Sosial Nelayan

(31)

ikan tergolong masyarakat petani karena relatif miripnya sifat sumber daya yang dihadapi, yaitu petani ikan (budidaya) mengetahui berapa, dimana, dan kapan ikan ditangkap sehingga pada pemanenan lebih terkontrol. Pola pemanenan yang terkontrol tersebut tentu disebabkan karena adanya input yang terkontrol pula. Petani ikan tahu berapa input

produksi (benih, makanan, teknik,dsb) yang mesti tersedia untuk mencapai output yang akan dihasilkan. 17

Karakteristik tersebut berbeda sama sekali dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat

open access. Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal, yang dengan demikian elemen risiko menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang berisiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka. Secara sosiologis18, karakteristik masyarakat pesisir yang berbeda dengan masyarakat agraris karena perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat agraris yang direpresentasi oleh kaum tani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yakni.19pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan hasil yang relatif bisa diprediksi. Sifat produksi yang demikian memungkinkan tetapnya lokasi produksi. Ini menyebabkan mobilitas usaha yang relatif rendah dan elemen resiko pun tidak besar. Dalam hal ini, pembeli daya ikan dapat

17

Arif Satria, Ekologi Politik Nelayan ( Yogyakarta: PT Lkis, 2009)hal.336.

18

Arif Satria, Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir ( Jakarta: Cidesindo, 2002). 7.

19

(32)

tergolong masyarakat petani karena relatif miripnya sifat sumber daya yang dihadapi, yakni, pembudi daya mengetahui berapa, dimana, dan kapan ikan ditangkap sehingga pola pemanenan lebih terkontrol. Pola pemanenan yang terkontrol tersebut telah disebabkan adanya masukan yang terkontrol pula. Pembudidaya ikan tahu berapa masukan produksi (benih, makanan, teknik, dsb) yang mesti tersedia untuk mencapai hasil yang akan diinginkan.

Karakteristik tersebut berbeda dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat akses terbuka (open acses). Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal yang dengan demikian elemen resio menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang berisiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakterkeras, tegas, dan terbuka.

(33)

Akan tetapi, menurut Firth masyarakat nelayan tersebut memiliki kemiripan dengan masyarakat tani, yakni bahwa sifat usahanya berskala kecil dengan peralatan dan organisasi pasar yang sederhana; eksploitasi yang sering berkaitan dengan masalah kerja sama; sebagian besar menyadarkan diri pada produksi yang bersifat subsisten; dan memiliki keragaman dalam tingkat dan perilaku ekonominnya.

Sebab-sebab Kemiskinan

Hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya kelangkaan sumber daya perikanan, yang kemudian menghasilkan penurunan pendapatan nelayan, kemiskinan, dan kesejahteraan merupakan sebagian dari sebab-sebab yang kompleks tersebut dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu sebab yang bersifat internal dan sebab eksternal. Kedua kategori sebab kemiskinan tersebut saling berinteraksi dan melengkapi.

(34)

terhadap okupasi melaut, dan (6) gaya hidup yang dipandang “boros”

sehingga kurang berorientasi ke masa depan. 20

Sebab kemiskinan yang bersifat eksternal berkaitan dengan kondisi di luar diri dan aktivitas kerja nelayan. Sebab-sebab eksternal ini mencakup masalah-masalah: (1) kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasioanl dan parsial, (2) sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara, (3) kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktik penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir, (4) penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, (5) penegakan hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan, (6) terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pascapanen, (7) terbatasnya peluang-peluang kerja di sekitar non perikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, (8) kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun, dan (9) isolasi geografis desa nelayan yang menganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia.

2. Terminal Pelabuhan Internasional

PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah salah satu Anak Perusahaan dari PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang

20

(35)

merupakan Spin Off (pemisahan) dari Divisi Usaha Terminal PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak dan berdiri pada tanggal 9 Januari 2002. Fokus utama pada saat ini PT. BJTI menangani Kegiatan B/M Petikemas Domestik di Terminal Berlian Tanjung Perak Surabaya, disamping menghandle kegiatan penunjang lainnya yang berhubungan dengan jasa ke Pelabuhan21.Pertengahan 2008 s/d saat ini PT. BJTI dipercaya mengelola Terminal Kawasan Satuyang merupakan kawasan PT. Pelindo III Cabang Kota baru Kalimantan Selatan, dengan menghandle kegiatan B/M Batubara, Bungkil, Kernil dan Serpih Kayu.Tanggal 27 September 2010 status PT. BJTI sebagai Terminal Operator dikukuhkan sebagai Badan Usaha Pelabuhan (BUP) berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor : KP. 410 Tahun 2010.Pada Bulan Januari Tahun 2012 PT. BJTI melebarkan sayap bisnisnya dengan mengoperasikan Kegiatan B/M dan Lapangan di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tenau Kupang.

Untuk memperkuat branding PT. BJTI dalam prespektif customer, maka tanggal 5 Juni 2015 di lakukan Re-branding menjadi “BJTI

PORT”dengan menghadirkan semua Stake holder (pemangku

kepentingan) di wilayah Tanjung Perak. Dengan semangat baru

berdasarkan tagline “Denyut Nadi kehidupan Negeri” maka BJTI

PORT memperluas lingkup usahanya diluar Surabaya dengan menghandle Operasional serta Maintenance Alat dan alat bantu B/M

21

Www. Bjtiport.co.id/index.php?

(36)

pada 8 (delapan Cabang) di wilayah PT. Pelindo III, yaitu Cabang Gresik, Benoa, Bima, Maumere, Sampit, Batulicin, Kumai dan Lembar.Saat ini BJTI PORT memiliki beberapa anak perusahaan sebagaimana dalam bagan berikut : yaitu PT. Berlian Manyar Sejahtera (BMS), PT. Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS), PT. Pelindo Property Indonesia (PPI), PT. Terminal Curah Semarang (TCS), PT. Terminal Nilam Utara (TNU), PT. Energy Manyar Sejahtera (EMS).

Sedangkan cabang yang berada di Kecamatan Manyar yakni PT. Berlian Manyar Sejahtera atau yang dikenal dengan Terminal Pelabuhan (BMS). PT. Berlian Manyar Sejahtera adalah sebuah perusahaan joint venture antara BUMN PT Pelindo III dengan PT AKR Corporindo Tbk. PT. Berlian Manyar Sejahtera bergerak di bidang jasa pelayanan logistic, kepelabuhan dan pengelolaan terminal serta merupakan bagian dari kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang berlokasi di Manyar Kota Gresik Jawa Timur. 22

JIIPE sedang dikembangkan sebab pusat pengembangan industry baru di sisi utara Gresik untuk menyokong aktivitas perekonomian di propinsi Jawa Timur dan juga Indonesia pada umumnya. Pengembangan kawasan industry ini juga akan didukung oleh pengembangan kawasan hunian dan pelabuhan laut. Pengembangan area JIIPE di lokasi tersebut telah memenuhi Peraturan Daerah

22

Www. Bjtiport.co.id/index.php?

(37)

Kabupaten Gresik Nomotr 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030.

Pelabuhan tersebut dikelilingi oleh beberapa desa yang salah satunya adalah desa Manyar Sidomukti. Pelabuhan ini mulai dibangun pada tahun 2013 dan selesai pada tahun 2015, walaupun banyak kendala yang dihadapi oleh pihak pelabuhan tapi akhirnya mereka bisa mengoperasikan pelabuhan tersebut dengan mulai melakukan proses bongkar muat.

Bidang Usaha dan Layanan 1. Terminal Petikemas Domestik

Turunnya angka import yang melewati jalur pelabuhan Indonesia tidak serta merta disertai turunnya barang antar pulau. Perkembangan perekonomian Indonesia mendorong peningkatan intensitas perdagangan antar pulau. Arus distribusi barang antar pulau yang menggunakan petikemas terus meningkat. BJTI sebagai operator pelabuhan terpercaya siap mendukung kelancaran peti kemas melalui layanan bongkar muat petikemas domestik. 23

2. Terminal Curah Kering

Sebagai badan usaha pelabuhan terpercaya, PT. BJTI juga menyediakan layanan terpadu kegiatan B/M curah kering yang mendukung kegiatan industri secara keseluruhan.

Visi

23

(38)

 Menjadi penyedia solusi jasa pelabuhan terbaik sebagai mitra

logistic terpercaya, yang menyatukan Indonesia. Misi

 Menyediakan dan mengoperasikan fasilitas terminal pelabuhan

dan peralatan tepat guna.

 Menyediakan SDM yang professional dibidang operasi terminal

dan logistic.

 Memberikan jasa layanan logistic tepat waktu dan efisien.

 Turut mengembangkan perekonomian Negara dan memupuk

keuntungan.

C. Kerangka Teori

A. Paradigma Fakta Sosial

Ritzer memaparkan tiga paradigma sosiologi sebagai ilmu sosial, yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Dan penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual. Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial:24

24

(39)

1. Fakta Sosial material yakni, lebih mudah dipahami karena bisa diamati. Fakta sosial material tersebut sering kali mengekspresikan kekuatan moral yang lebih besar dan yang sama-sama berada diluar individu dan memaksa mereka.

2. Fakta sosial Nonmaterial yakni, Durkheim mengakui bahwa fakta sosial nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam fikiran individu. Akan tetapi dia yakin bahwa ketika orang memulai berinteraksi secara sempurna, maka interaksi itu akan mematuhi hukumnya sendiri. Individu masih perlu sebagai satu jenis lapisan bagi fakta sosial nonmaterial, namun bentuk dan isi partikularnya akan ditentukan oleh interaksi dan tidak oleh individu. Oleh karena itu dalam karya yang sama Durkheim menulis: bahwa hal-hal yang bersifat sosial hanya bisa teraktualisasi melalui manusia; mereka adalah produk aktivitas manusia.25

Jenis-jenis fakta sosial nonmaterial

1. Moralitas, menurut Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, karena ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Artinya, moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris. Kedua,

25

(40)

Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena studinya

didorong oleh kepeduliannya kepada “kesehatan” moral

masyarakat modern.

2. Kesadaran Kolektif, Durkheim mendefinisikan kesadaran

kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan dan perasaan

bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum.

3. Representasi Kolektif yakni, individu-individu yang tidak bisa direduksi, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung langsung berhubungan dengan symbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.

4. Arus Sosial, Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “ dengan luapan semangat,

amanah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan

publik.

(41)

B. Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons (AGIL)

Suatu fungsi adalah “suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau

kebutuhan-kebutuhan sistem itu”. Menggunakan definisi tersebut, Parsons

percaya bahwa ada empat imperative fungsional yang perlu bagi (khas pada) semua sistem. Adaptation (A), goal attainment (G) (Pencapaian Tujuan), integration (I) (Integrasi), dan Latency (L) (Latensi), atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat imperative fungsional itu dikenal sebagai skema AGIL. Agar dapat lestari, suatu sistem harus melaksanakan keempat fungsi tersebut. 26

1. Adaptasi: suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkunganya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.Agar masyarakat nelayan bisa bertahan mereka harus mampu menyesuaikan lingkungan yang ada seperti sekarang. Masyarakat nelayan harus terbiasa dengan keadaan sungai yang sudah mengalami reklamasi besar-besaran yang dilakukan oleh pihak terminal pelabuhan. Akibatnya ikan-ikan susah untuk masuk karena aliran sungainya berlawanan arus, sehingga masyarakat nelayan harus bisa menyesuaikan keadaanya karena sudah tidak seperti dulu lagi. Untuk mempertahankan kehidupannya masyarakat nelayan harus bisa

26

(42)

menjaga lingkungannya dengan baik meskipun keadaan lingkungan sudah tercemar akibat reklamasi. Dan masyarakat nelayan harus menerima kondisi saat ini dan memaklumi pemasukan yang diperoleh dari mencari ikan.

2. Pencapaian tujuan:suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Tujuan utama yang dituju oleh masyarakat nelayan adalah bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak dan menjualnya dengan harga yang mahal. Selain tujuan utama tersebut mereka juga harus memikirkan perekonomian keluargannya yang juga menjadi tujuan utama mereka.

3. Integrasi :suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antara tiga imperative fungsional lainnya (A,G,L). Masyarakat nelayan harus bisa beradaptasi dengan keadaan lingkungan tempat mereka mencari ikan. Apabila masyarakat nelayan bisa beradaptasi dengan lingkungannya sekarang maka tujuan yang utama masyarakat nelayan akan tercapai, yakni memperoleh hasil tangkapan yang banyak agar mendapatkan untung yang banyak dan masyarakat nelayan bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.

(43)

maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu. Masyarakat nelayan harus bisa mempertahankan, memperbaiki dan membaharui motivasi-motivasi individu. Warga masyarakat manyar sudah dikenal sebagai masyarakat nelayan karena nelayan sudah ada sejak zaman dahulu jauh sebelum adanya industri-industri seperti saat ini. Walaupun lingkungan tempat mereka mencari ikan tidak seperti dulu tetapi mereka masih mempertahankan dan melestarikan nelayan sampai sekarang dan menjadikan nelayan sebagai penghasilan utama mereka. Masyarakat nelayan juga merasa termotivasi oleh pemuda-pemuda desa yang juga ikut turun mencari ikan, bahkan pemuda-pemuda desa juga menciptakan ide-ide penanaman pohon mangrove untuk menambah penghasilan mereka. 27

Keempat persyaratan fungsional itu mempunyai hubungan erat dengan keempat sistem tindakan sebagaimana akan diuraikan pada bagian berikutnya nanti. Sistem organism biologis dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakan segala sumber daya

27

(44)

untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.28

Sistem Tindakan

L I

Sistem Budaya Sistem Sosial

Organisme Behavioral Sistem Kepribadian

A G

Gambar 1.1Struktur Sistem Tindakan Umum

28

(45)

Dalam sistem Parsons, level-level itu di satukan dalam dua cara.

Pertama, setiap level yang lebih rendah memberikan kondisi-kondisi, energi yang diperlukan bagi level-level yang lebih tinggi. Kedua, level-level yang lebih tinggo mengendalikan level-level-level-level di bawahnya di dalam hierarki itu. Dari segi lingkungan sistem tindakan, level paling rendah, lingkungan fisik dan organic, meliputi aspek-aspek nonsimbolik tubuh manusia, anatomi dan fisiologinya.29

Parsons menemukan jawabannya bagi masalah ketertiban di dalam fungsionalisme struktural, yang menurutnya bekerja sama sekumpulan asumsi berikut ini:

1. Sistem-sistem mempunyai khasiat ketertiban dan kesalingtergantungan bagian-bagiannya.

2. Sistem-sistem cenderung menuju ketertiban, atau keseimbangan yang terpelihara sendiri.

3. Sistem-sistem mungkin statis atau terlibat dalam suatu proses perubahan yang teratur.

4. Sifat dasar satu bagian dari sistem mempunyai dampak pada bentuk yang dapat diambil bagian-bagian lain.

5. Sistem-sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan-lingkungannya.

29

(46)

6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan untuk tercapainya keadaan seimbang tertentu suatu sistem.

7. Sistem-sistem cenderung menuju pemeliharaan sendiri yang melibatkan pemeliharaan perbatasan dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, pengendalian variasi-variasi lingkungan, dan pengendalian terhadap tendensi-tendensi pengubahan sistem dari dalam.

Asumsi-asumsi di atas membuat Parsons menjadikan analisis atas struktur masyarakat yang teratur sebagai prioritas yang pertama.

Sistem Sosial

Suatu sistem sosial didasarkan pada suatu pluralitas para aktor individual yang berinteraksi satu sama lain di dalam suatu situasi yang setidaknya mempunyai suatu aspek fisik atau lingkungan, para aktor yang

termotivasi dalam kaitannya kea rah “optimisasi kepuasan” dan relasi

mereka dengan situasi-situasinya saling meliputi, didefinisikan dan dimediasi dalam kerangka suatu sistem symbol-simbol yang terstruktur dan dianut bersama secara budaya.

Parsons menggunakan kompleks peran-status sebagai unit dasar sistem itu. Kompleks tersebut bukan suatu aspek para aktor juga bukan aspek interaksi, tetapi lebih tepatnya merupakan suatu komponen struktural

(47)

posisi demikian, yang dilihat di dalam konteks signifikansi fungsionalnya untuk sistem yang lebih besar. Sang aktor dipandang bukan dalam kerangka pemikiran-pemikiran dan tindakan melainkan (setidaknya di dalam kerangka posisi di dalam sistem sosial itu) tidak lebih dari sebundel status dan peran.

Masyarakat

Suatu sistem sosial yang spesifik dan penting secara khusus ialah

(48)

komunitas masyarakat (misalnya, hukum) yang mengoordinasi berbagai komponen masyarakat. 30

L I

A G

Gambar 1.2Masyarakat, Subsistem-subsistem, dan Imperatif-imperatif fungsionalnya.

Sistem Budaya

Parsons membayangkan kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai unsure dunia sosial, atau dalam peristilahannya, sistem tindakan. budaya menengahi interaksi di kalangan para aktor dan mengintegrasikan kepribadian dan sistem-sistem sosial. Oleh karena itu, di dalam sistem sosial kebudayaan terwujud dalam norma-norma dan nilai-nilai, dan di dalam sistem kepribadian kebudayaan diinternalisasikan oleh sang aktor. Akan tetapi, sistem budaya bukan hanya suatu bagian dari

30

Jeorge Ritzer, Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi 6 (Jakarta: Kencana, 2011).hal 127.

Sistem Kepercayaan

Komunitas

Masyarakat

(49)
(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan menganalisis dan mendapatkan data yang berkaitan dengan obyek penelitian. Serta menyajikan hasil penelitian ini.31

Menurut Moeloeng menjelaskan bahwa: penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan menurut

David Williams menyatakan:”penelitian kualitatif adalah pengumpulan

data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.32

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam menggali data dan informasi mengenai obyek penelitian diatas menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau

31

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008).145.

32

(51)

masyarakat tertentu tentang latar belakang, keadaan atau kondisi, faktor-faktor atau interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.33

Peneliti memandang penggunaan metode penelitian deskriptif sangat sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Karena metode penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau permasalahan serta kejadian yang berada di dalam masyarakat dengan bertumpu kepada prosedur penulisan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang atau pelaku sebagai obyek dalam sebuah penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di balai nelayan kali mireng yang berada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Balai nelayan tersebut memiliki anggota yang terdiri dari tiga desa yakni, Manyar rejo, Sidorukun dan Sidomukti. Waktu penelitian di lakukan pada awal bulan oktober 2016. Adapun alasan kenapa peneliti mengambil lokasi di desa Sidomukti karena selain masuk ke dalam anggota balai nelayan, desa Sidomukti juga masuk ke dalam mayoritas nelayan paling banyak dari kedua desa diatas. Sehingga diharapkan agar peneliti bisa lebih menggali informasi yang lebih mendalam.

33

(52)

C. Pemilihan Subyek Penelitian

Peneliti menggunakan Informan dalam penelitian ini terdiri dari delapan anggota balai nelayan kali mireng yang berada di Kecamatan Manyar. Salah satu dari delapan informan tersebut ada yang menjabat sebagai ketua rukun nelayan Desa Sidomukti, beliau bernama Isharul yang berusia 35 tahun. Isharul sudah menjabat sebagai ketua rukun nelayan sejak satu tahun terakhir dan masa jabatannya kurang 4 tahun lagi, karena untuk pergantian ketua sendiri dilakukan selama 5 tahun sekali. Danjuga kepala desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Alasan peneliti memilih informan tersebut diharapkan dapat menggali informasi yang lebih mendalam dan aktual, karena sangat penting mengetahui kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan dalam aspek ekonomi, kesehatan dan sosial yang ada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Tehnik pemilihan dalam penelitian ini menggunakan

(53)

langsung di lapangan. untuk dapat menemukan sampel yang sulit diakses, atau untuk memperoleh informasi dari responden mengenai permasalahan yang spesifik atau tidak jelas terlihat di dunia nyata, maka teknik snowball merupakan salah satu cara yang dapat diandalkan dan bermanfaat dalam menemukan responden yang dimaksud.34

D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentang bagaimana kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhani Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik diperlukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. Pra Penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk menggali informasi dan data35. Tahap pra penelitian digunakan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi. Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu merumuskan kerangka teoritis dan juga persiapan peneliti baik menggali informasi awal mengenai obyek yang akan diteliti dan juga membuat perencanaan penelitian yang matang seperti persiapan properti atau alat yang dibutuhkan atau berupa surat-izin yang diperlukan dalam penelitian.

34

Widodo, E, Mukhtar, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. (Yogyakarta: Avyrouz, 200) .71.

35

(54)

b. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggali data dan informasi sedalam mungkin sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga berkenaan dengan tema penelitian yang sudah dibuat. Tentunya dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang telah dirancang dan juga berbagai instrument yang telah disiapkan agar mendapat hasil yang maksimal dalam usaha memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

Ketika peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin hubungan interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam penggalian data. Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh peneliti dalam proses penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

c. Tahap Analisi Data

(55)

yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dan dikelompokkan sehingga dapat dideskripsikan untuk analisis sebagai hasil perolehan data dilapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif. Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi yang berada di kawasan obyek penelitian36. Dari hasil observasi, peneliti mengamati gejala yang terjadi di lapangan adalah gejala sungai yang terkena reklamasi besar-besaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari terminal pelabuhan.Menurut Bungin ada beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kulaitatif, yaitu37 :

1) Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan yakni observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

2) Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide

36

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif( Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 14.

37

(56)

observasi.Pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengenai suatu obyek. 3) Observasi kelompok tidak terstruktur adalaha observasi

yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Melihat dalam konteks penelitian yang telah dilakukan, maka observasi dalam penelitian ini meliputi pengamatan pada bentuk gejala yang diakibatkan oleh reklamasi besar-besaran dan kerusakan lingkungan yang menyebabkan penurunan hasil tangkap dan harga jual ikan para nelayan.

2. Wawancara

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.38 Wawancara merupakan sebuah percakapn yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang mana pertanyaannya telah diajukan oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab serta pertukaran ide atau informasi melalui tanya jawab.

Peneliti menggunakan jenis wawancara semiterstruktur itu sendiri dilakukan dengan cara bebas tetapi tetap terkait dengan

38

(57)

pokok-pokok wawancara yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pada jenis wawancara ini, data yang diutamakan adalah data yang diperoleh berdasarkan pada percakapan dan tanya jawab.

Dalam proses wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti akan mengunjungi dan bertatap muka dengan para sasaran subyek penelitian yang dalam hal ini adalah para nelayan yang berada di balai nelayan kali mireng. Peneliti menggunakan handphone untuk merekam dan mencatat hasil wawancara dari narasumber dan selanjutnya akan diuraikan oleh peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, valid dan bukan berdasarkan pada hasil pemikiran. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi bertujuan untuk memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk dokumen. 39

39

(58)

Dokumentasi dilakukan selama penelitian di lingkungan sekitar terminal pelabuhan (kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan). Penulis melakukan studi dokumentasi sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumen yang berhubungan dengan gambaran umum dan profi Desa Sidomukti khususnya mata pencaharian yang berkembang di daerah tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi.

2. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

(59)

kesimpulan yang ditetapkan akan terus menerus di verifikasikan hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan kokoh.

Dengan tiga langkah analisi data tersebut memudahkan peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data dan kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Kategorisasi data yang tersebut dalam bentuk tabel dimana jawaban informan di kategorikan menurut konsep-konsep penelitian yang terpenting. Data juga dianalisis dengan menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori fungsionalisme struktural Talcot Parsons.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

(60)
(61)

BAB IV

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL

PELABUHAN DESA SIDOMUKTI MANYAR

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Manyar merupakan daerah yang strategis, dimana kecamatan ini dikelilingi oleh banyak sekali industri, tak jarang jika banyak sekali polusi, macet dan panas tak bisa lepas dari daerah ini, sebelum didirikannya industri kawasan sekitar manyar banyak sekali tambak-tambak garam dan lahan-lahan yang kosong milik warga sekitar, akan tetapi setelah adanya revolusi industri lahan-lahan yang kosong itu didirikan banyak industri. Banyak sekali warga yang menjual lahan mereka untuk dibangun industri dan ada juga warga yang menolak menjual lahan mereka. Dan baru-baru ini ada perusahan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa logistic (terminal pelabuhan) membangun anak cabang yang berada di kecamatan Manyar. Banyak kontroversi saat membangun proyek tersebut, baik dari masyarakat sekitar maupun pemerintah setempat.

(62)

nelayan sebagai penggerak ekonomi mereka dan juga sebagai ciri khas masyarakat manyar.

1. Gambaran Umum Dan Profil Desa a. Batas desa

Wilayah Desa Sidomukti berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Desa Manyar Sidorukun 2. Sebelah timur : Desa Sukomulyo

3. Sebelah selatan : Desa Manyarejo 4. Sebelah barat : Desa Leran b. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Sidomukti terletak kurang lebih 7,3 Km dari pusat kota Gresik. Desa Sidomukti adalah salah satu dari 23 desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Dilihat dari letak geografisnya, wilayah desa Sidomukti merupakan jalur perhubungan Pantura yang sangat padat serta berdekatan dengan wilayah pengembangan kawasan industri dan juga adanya Terminal Pelabuhan Internasional. Kondisi ini membuat perubahan kehidupan bagi masyarakat nelayan di Desa Sidomukti.

(63)

Desa Sidomukti terletak pada daerah dataran rendah permukaan datar dengan ketinggian sekitar 3 meter diatas permukaan air laut. Dengan suhu rata-rata 35-34 derajat C dengan luas tanah 1.070.060 m. Adapun pembagian wilayah tersaji dalam tabe dibawah ini:

Tabel 1.3

Data Luas Wilayah Desa

Pemukiman 26 ha

Tambak 1.035 ha

Fasilitas Umum 9.06 ha

Luas 1.070,060 ha

2. Gambaran Umum Demografis a. Kondisi Geografis

Bahasan demografis Desa Sidomukti akan dibagi menjadi 4 yaitu mengenai kepadatan penduduk, mata pencarian, kepemilikan saran perikanan dan mekanisme hasil perikanan/ hasil laut.

b. Keadaan Penduduk

(64)

Tabel 1.4

Data Jumlah Penduduk

No Uraian Keterangan

1.Laki-laki 2.368 orang

2.Perempuan 1.426 orang

3.Kepala Keluarga 655

Sumber: Data profil desa 2008

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwasannya antara jumlah laki-laki dan perempuan mempunyai selisih 942orang. Berarti ada dominasi kuantitas antara keduanya dalam penguasaan dalam hal pelayanan publik (kesehatan, pendidikan, ataupun pelayanan lainnya.

Desa Sidomukti memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Dimana terkonsentrasi di wilayah utara Desa Sidomukti dan wilayah selatan masih dalam proses pengembangan dan pembangunan. Adapun komposisi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tersaji dalam dibawah ini:

c. Keadaan Sosial dan Budaya a. Pendidikan

(65)

permasalahan bagi masyarakat. Di desa ini juga masih terdapat buta huruf sehingga memerlukan perhatian pemerintah dalam menangani masalah pendidikan. Fasilitas pendidikan sudah cukup memadai karena terdapat sarana pendidikan. Maka akan dapat dirinci pada table berikut ini:

Tabel 1.5

No Keterangan Jumlah

1 Penduduk tidak tamat SD/sederajat 5 orang 3 Penduduk tamat SD/sederajat 12 orang 4 Penduduk tamat SLTP/sederajat 24 orang 5 Penduduk tamat SLTA/sederajat 256 orang

6 Penduduk tamat D-1 7 orang

7 Penduduk tamat D-2 3 orang

8 Penduduk tamat D-3 8 orang

9 Penduduk tamat S-1 26 orang

Sumber : Data Profil Desa Tahun 2008

(66)

sekolah menengah atas dimana jumlahnya ada 256 orang, dan penduduk yang tamat D1 berjumlah 7 orang, penduduk yang tamat D2 berjumlah 3 orang, penduduk yang tamat D3 berjumlah 8 orang, sedangkan penduduk yang tamat SI berjumlah 26 orang, dan penduduk yang tamat S2 dan S3 masih belum ada.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwasannya, jumlah penduduk yang tamat SLTA cukup banyak dan jumlah penduduk yang sudah selesai pendidikan wajib dua belas tahun juga cukup banyak yang sudah lulus, jadi dapat dikatakan angkatan kerja di Desa Sidomukti bisa terbilang cukup tinggi.

b. Agama

Bagi masyarakat yang ada di desa Sidomukti, agama merupakan salah satu faktor yang cukup dominan, pemeluk agama yang tersebar di desa Sidomukti adalah islam. Kehidupan dan kerukunan antar umat beragama dapat dikatakan cukup baik. Gambaran keadaan penduduk menurut golongan agama, maka akan dapat dirinci pada table berikut ini:

Tabel 1.6

No Agama Jumlah

1. Islam 3.924

2. Kristen 6

(67)

Dari tabel di atas, mayoritas kaum muslim di Desa Sidomukti sangatlah banyak yang berjumlah 3.924 orang, sedangkan untuk kaum minoritas atau agama Kristen berjumlah 6 orang.

c. Kesehatan

Gambaran kesehatan dalam wilayah Sidomukti dapat dikatakan masih kurang memadai. Hal ini didasarkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya masalah kesehatan. Sarana dan prasarana dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1.7

URAIAN JUMLAH

Puskesmas 1

Posyandu 1

Bidan 1

Sumber: Data Profil Desa Tahun 2008

1. Derajat Kesehatan

Untuk angka kematian bayi dan ibu relative kecil, dikarenakan kader posyandu, bidan, dan puskesmas serta tenaga kesehatan lainnya secara rutin setiap bulan melakukan kunjungan atau pengobatan dan selalu proaktif dan peduli terhadap masalah kesehatan warga.

(68)

Desa Sidomukti memiliki puskesmas yang letaknya tepat di jantung desa dan puskesmas sebelah timur, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

Desa Sidomukti yang terletak di daerah pesisir, sehingga besar dari masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Ada yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 90 orang dan nelayan sebanyak 150 orang, data lengkapnya bisa dilihat pada table berikut ini:

Tabel 1.8

URAIAN JUMLAH

Nelayan Asli 135

Nelayan Pendatang 15

Sumber: Data Profil Desa Tahun 2008

d. Mekanisme Pemasaran Hasil Perikanan/Hasil Laut.

Tabel 1.9

Pemasaran Hasil Perikanan

1 Dijual langsung ke konsumen 20 Orang 2 Dijual melalui tengkulak 7 Orang

3 Dijual melalui pasar 5 Orang

(69)

Bisa dilihat tabel di atas, bahwa nelayan yang menjual hasil ikan mereka langsung ke konsumen berjumlah 20 orang, sedangkan 7 orang nelayan lainnya menjual hasil ikan mereka kepada tengkulak, dan juga ada nelayan yang menjual hasil ikan mereka langsung ke pasar. Bisa dilihat bahwa mayoritas nelayan menjual hasil ikan mereka langsung kepada konsumen.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Gambar

gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.
Gambar 1.1Struktur Sistem Tindakan Umum
Gambar 1.2Masyarakat, Subsistem-subsistem, dan Imperatif-imperatif
Tabel 1.3 Data Luas Wilayah Desa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Belum tersedianya bahan yang bacaan sesuai, maksudnya adalah mahasiswa masih memilah-memilih bacaan, padahal sebetulnya untuk meningkatkan minat membaca

dimiliki dalam aplikasi AR Senjata Dewata Nawa Sanga berjalan sesuai dengan harapan atau belum. Adapun bagian yang di uji adalah pada proses instalasi aplikasi

Dari pengolahan data korelasi antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi, akan didapatkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pendampingan Kegiatan State

(A) Iran menguasai ladang minyak Irak (B) Irak menguasai ladang minyak Iran (C) adanya Revolusi Islam di Iran (D) adanya Revolusi Islam di Irak (E) Irak melanggar perbatasan

Tingkat efikasi insektisida dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya konsentrasi dalam penggunaan insektisida (Adnyana dkk. Tingkat efikasi insektisida BPMC dan ekstrak

Perspektif ini berurusan dengan pengembangan sumber daya manusia, agar masing-masing menjadi karyawan yang kompeten yang akhirnya akan menghasilkan kinerja yang prima

Jika peraturan daerah yang baru mengatur kembali suatu materi yang sudah diatur dan sudah diberlakukan, pencabutan peraturan daerah itu dinyatakan dalam salah