• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman materi kenampakan alam pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui media poster di kelas IV SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman materi kenampakan alam pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui media poster di kelas IV SDN Balongdowo Candi Sidoarjo."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI KENAMPAKAN ALAM PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MELALUI MEDIA POSTER

DI KELAS IV SDN BALONGDOWO CANDI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

Ella Resta Anggraena NIM.D77213064

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ella Resta Anggraena, 2017. Peningkatan pemahaman materi kenampakan alam pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui media poster di kelas IV SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

Kata Kunci: PeningkatanPemahaman, IPS, Media Poster.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Soaial materi kenampakan alam pada kelas IV SDN Balongdowo dikarenakan siswa malas untuk membaca buku bacaan, serta ketika guru menerangkan pelajaran siswa tidak memperhatikannya. Sehingga mereka kurang paham dan teliti ketika mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini, peneliti menggunakan media poster guna untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui penerapan media poster dalam meningkatkan pemahaman materi kenampakan alam pada mata pelajaran IPS di kelas IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo. 2) untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi kenampakan alam pada mata pelajaran IPS melalui media poster di kelas IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

Dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kurt Lewin. Dalam tiap siklusnya terdiri dari empat komponen yaitu : 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (action), 3) Pengamatan (observation), 4) Refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR RUMUS ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tindakan yang Dipilih ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Lingkup Penelitian ... 5

F. Signifikasi Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Pemahaman ... 7

2. Indikator Pemahaman ... 8

(8)

4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 10

5. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial ... 11

6. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 13

7. Pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial ... 14

8. Pendekatan Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial ... 15

9. Materi IPS Kenampakan Alam ... 16

B. Poster Sebagai Media Pembelajaran 1. Pengertian Media ... 20

2. Ciri-ciri Media ... 21

3. Fungsi Media ... 23

4. Manfaat Media ... 25

5. Prinsip-prinsip Media ... 26

6. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 27

7. Penggunaan Media ... 28

8. Peran Media Pembelajaran ... 30

9. Pengelompokan Media ... 35

10. Media Poster a. Pengertian Poster ... 36

b. Langkah-langkah Membuat Poster ... 36

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 41

C. Variable yang Diselidiki ... 41

D. Rencana Tindakan ... 41

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 47

F. Indikator Kinerja ... 54

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 54

(9)

1. Pra Siklus ... 56

2. Siklus I ... 59

3. Siklus II ... 76

B. Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam konteks sosial yang luas pengajaran IPS pada jenjang

pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan siswa tiap jenjang.

Ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda

dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang

pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada

gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.

Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat sekolah pada dasarnya

bertujuan untuk mempersiapkan siswa. Tujuannya adalah agar siswa siap

sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values). Dalam tujuan

tersebut dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah

pribadi atau masalah sosial, kemampuan mengambil keputusan, dan

berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi

warga negara yang baik.1

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial. Cabang ilmu-ilmu sosial diantaranya yaitu sosiologi,

antropologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pada

dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi

1

(11)

2

bekal kemampuan dasar kepada siswa, untuk mengembangkan diri sesuai

bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.2

Dalam pembelajaran IPS siswa tidak hanya mampu menguasai

teori-teori kehidupan di dalam masyarakat, tetapi juga mampu menjalani

kehidupan nyata di masyarakat sebagai makhluk sosial. Siswa juga perlu

untuk mengetahui keadaan dan kondisi kehidupan disekitar lingkungan

masyarakat. Secara global kehidupan masyarakat akan mengalami

perubahan dan perkembangan secara terus menerus. Salah satunya yakni

materi tentang kenampakan alam.

Pentingnya mempelajari kenampakan alam adalah dapat

mengetahui keragaman alam yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia

tidak hanya dapat mengetahuinya saja, melainkan harus menjaga dan

melestarikannya agar dapat menikmatinya dengan indah dan nyaman. Jika

tidak menjaganya maka akan mendapatkan bencana yang tidak terduga.

Bencana bisa datang kapan saja dan bencana bisa datang dari tangan

manusia itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi awal oleh peneliti pada tanggal 03

Nopember 2016 siswa kelas IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo

diperoleh data sebagai berikut : nilai hasil belajar mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) materi kenampakan alam rendah. Data tersebut

2

(12)

3

dapat diperoleh dari pra tes yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga

ingin melihat secara langsung hasil nilai yang diperoleh oleh siswa setelah

mengerjakan soal pra tes tersebut.

Dalam kondisi real nya seharusnya siswa mendapatkan nilai di atas

KKM. KKM dalam pelajaran IPS adalah 70, tetapi kenyataannya siswa

mendapatkan nilai dibawah KKM. Setelah diadakan pra tes oleh peneliti,

siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM berjumlah 23 siswa,

sedangkan jumlah siswa keseluruhan adalah 29 siswa. Dengan prosentase

jumlah yang mendapatkan nilai dibawah KKM mencapai sekitar 20,68%.

Dampak lain dari nilai yang di bawah KKM yaitu siswa malas

untuk membaca buku bacaan, serta siswa tidak memperhatikan guru ketika

menjelaskan materi. Siswa tidak diberikan ice breaking saat proses belajar

mengajar berlangsung, hal ini, mengakibatkan siswa menjadi bosan. Oleh

karena itu peneliti ingin menerapkan media poster untuk meningkatkan

pemahaman siswa. Agar siswa mudah paham dan tidak merasa bosan saat

pembelajaran berlangsung, serta menumbuhkan motivasi kepada siswa

melalui tulisan yang ada di poster tersebut.3

Media poster adalah gambar mengombinasikan unsur-unsur visual

seperti garis, gambar, dan kata-kata yang bermaksud menarik perhatian

serta mengkomunikasikan pesan secara singkat. Poster dalam

3

(13)

4

pembelajaran sebagai pendorong atau memotivasi belajar siswa, serta

pengalaman kreatif. Melalui poster kegiatan menjadi lebih kreatif untuk

membuat ide, cerita, karangan dari sebuah poster yang panjang.

Dari uraian di atas dalam mengatasi permasalahan tersebut perlu

adanya perubahan dalam proses pembelajarannya. Maka perlu melakukan

suatu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa

kelas IV SDN Balongdowo Candi Sidoarjo. Oleh karena itu dalam

penelitian ini peneliti memilih judul penelitian yaitu “Peningkatan

Pemahaman Materi Kenampakan Alam Pada Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Melalui Media Poster Di Kelas IV SDN Balongdowo

Candi Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan media poster dalam meningkatkan pemahaman

materi kenampakan alam pada mata pelajaran IPS di kelas IV-A SDN

Balongdowo Candi Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi kenampakan alam pada

mata pelajaran IPS melalui media poster di kelas IV-A SDN

Balongdowo Candi Sidoarjo?

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih merupakan cara yang digunakan untuk

mengatasi suatu permasalahan. Permasalahan yang ada dikelas IV-A SDN

(14)

5

materi kenampakan alam. Pemahaman siswa sangatlah kurang ketika guru

menyampaikan materi pembelajaran dan kemampuan mengingat kembali

materi yang telah diajarkan.

Adapun tindakan yang dipilih untuk meningkatkan pemahaman

siswa pada materi kenampakan alam adalah penerapan media poster.

Dengan segala kelebihan yang dimiliki media ini di harappkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada materi kenampakan alam mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV-A SDN Balongdowo Candi

Sidoarjo.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan media poster dalam meningkatkan

pemahaman materi kenampakan alam pada mata pelajaran IPS di kelas

IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi kenampakan alam

pada mata pelajaran IPS melalui media poster di kelas IV-A SDN

Balongdowo Candi Sidoarjo.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPS materi

kenampakan alam melalui media poster. Subjek yang diteliti yakni pada

siswa kelas IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo. Di sini peneliti

menggunakan media poster agar siswa tidak merasa bosan serta siswa

(15)

6

menggunakan media poster terdapat pesan moral, selogan, atau kata-kata

yang ada di poster tersebut.

F. Signifikasi Penelitian

1. Siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa pada kelas IV-A

SDN Balongdowo Candi Sidoarjo mengenai pelajaran IPS dan

mendapatkan suasana baru, setelah adanya penelitian serta agar siswa

dapat memahami materi yang sudah diajarkan.

2. Guru, yaitu dapat memberikan wawasan serta pengetahuan baru, dari

setelah adanya penelitian tersebut, dan membantu guru untuk

meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran IPS melalui media

poster kelas IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

3. Sekolah, yaitu dapat memberikan peningkatan pemahaman belajar

siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan memfasilitasi

siswa agar giat belajar. Serta memberikan perubahan pada semua

siswa agar menjadi makhluk sosial yang baik bagi dirinya sendiri dan

Negara.

4. Peneliti, yaitu dengan adanya penelitian tindakan kelas, akan

memberikan pengalaman yang sangat berharga buat peneliti, karena

secara langsung peneliti akan melihat keadaan kelas dan mengetahui

problematika yang ada di kelas serta memperluas wawasan tentang

bagaimana penerapan media poster sebagai salah satu obat dalam

(16)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian Pemahaman

Salah satu tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan

adalah pemahaman. Misalnya dengan menjelaskan susunan kalimatnya

sendiri yaitu sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh

lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk

penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, untuk dapat

memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.1 Sehingga pemahaman itu sangat perlu bagi siswa yang sedang belajar pada

tingkat sekolah dasar. Sebelum memahami, siswa terlebih dahulu harus

mengenal atau mengetahui apa yang akan dipelajari.

Jadi dapat disimpulkan menurut peneliti pemahaman adalah

sebagaimana siswa dapat menyampaikan atau dapat memahami apa

yang dijelaskan dari guru atau orang lain. Serta dapat memberikan

penjelasan secara rinci sesuai dengan bahasanya sendiri dan lebih

baiknya lagi dapat memberikan contoh dengan apa yang sudah

dipelajari.

1

(17)

8

2. Indikator Pemahaman

Siswa dikatakan dapat memahami suatu materi jika memenuhi

beberapa indikator yang di inginkan. Indikator pemahaman yang

dikehendaki beradasarkan kategori proses kognitif yakni sebagai

berikut :

Tabel 2.1

Kategori Hubungan dan Dimensi Proses Kognitif2

Kategori Proses Kognitif Contoh

2.1 Mengartikan contoh, menguraikan dengan kata-kata

sendiri dalam pidato

2.2 Memberikan Contoh contoh, memberikan contoh

macam-macam gaya lukisan artistik

2.3 Mengklasifikasikan contoh, mengamati atau

menggambarkan kasus kekacauan mental

2.4 Menyimpulkan contoh, menulis kesimpulan pendek dari

kejadian yang ditayangkan video

2.5 Menduga contoh, mengambil kesimpulan

dasar-dasar contoh dari pembelajaran bahasa asing

2.6 Membandingkan contoh, membandingkan

peristiwa-peristiwa sejarah dengan situasi sekarang

2.7 Menjelaskan contoh, menjelaskan penyebab peristiwa

penting di prancis abad ke 18

Kategori indikator pemahaman dalam kegiatan belajar ditunjukkan

melalui: (1) mengungkapkan gagasan, atau pendapat dengan kata-kata

sendiri, (2) membedakan, membandingkan, menginterpretasi data,

mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, (3) menjelaskan gagasan

2

(18)

9

pokok, (4) dan menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.3 Berdasarkan indikator pemahaman diatas, indikator yang digunakan

dalam memahami materi ilmu pengetahuan sosial adalah siswa

memberikan contoh dan menjelaskan.

3. Tingkatan Pemahaman

Dalam Taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih

tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa

penegtahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami,

perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal .

Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga katagori yaitu :

a. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, menerjemahkan

beberapa arti yang sebenarnya dengan mengartikan arti dari bahasa

yang satu ke bahasa yang lain, menerjemahkan konsep, simbol dan

sebagainya.

b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui

berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik

kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c. Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman

ekstrapolasi, kemampuan yang tinggi karena diharapkan seseorang

3

(19)

10

mampu melihat di balik yang tertulis, mampu membuat ramalan

tentang konsekuensi atau dapat memperluas persegi dalam arti

waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.4 4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Bidang studi ilmu pengetahuan sosial adalah satu bidang studi

yang dipelajari pada pendidikan sekolah dasar. Karena pendidikan

sekolah dasar berorientasi pada masyarakat dan berpijak pada prinsip

keseluruhan, maka demikian pula halnya bidang studi IPS. Bidang

studi ini mengeterapkan pendekatan interdisipliner, baik dalam

mendesain kurikulum maupun dalam rangka penyampaiannya kepada

para siswa.

Ilmu Pengetahuan Sosial (bahasa asing : Social Studies)

merupakan suatu bidang studi (bahasa asing : Broadfield) yakni

merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari

sejumlah mata pelajaran, seperti : ilmu bumi, ekonomi-politik, sejarah,

anthropologi, dan sebagainya. Sebagai salah satu bagian integral dari

kurikulum, Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan utama, ialah

bermaksud “membudayakan” anak/siswa melalui proses pengajaran di

sekolah.5

4

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 24. 5

(20)

11

Berhard G. Killer, pada garis besarnya menyatakan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah studi yang memberikan

pemahaman/pengertian-pengertian tentang cara-cara manusia hidup,

tentang kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, tentang

kegiatan-kegiatan dalam usaha memenuhi kebutuhan itu, dan tentang

lembaga-lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal-hal tersebut.

Ilmu Pengetahuan Sosial itu berkenaan dengan manusia dan

hubungannya dengan lingkungan-lingkungan sosial dan lingkungan

alamiah. Ilmu Pengetahuan Sosial erat pertaliannya dengan manusia

sebagai anggota masyarakat dan interaksinya dengan dunia

sekitarnya.6

Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah program pembelajaran yang

bertujuan untuk membantu dan melatih anak didik, agar mampu

memiliki kemampuan untuk mengenal dan menganalisis suatu

persoalan dari berbagai sudut pandang secara komprehensif.

5. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai nilai-nilai fungsional yang

dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Pengalaman Sosial. Fungsi utama dari pengajaran IPS adalah untuk

memperkenalkan pengalaman sosial kepada para siswa. Sebelum

masuk sekolah anak-anak telah mempunyai bermacam-macam

6

(21)

12

pengalaman yang mereka peroleh dari rumah (lingkungan

keluarga). Mereka diberikan teori, cara dan pemahaman secara

sederhana tentang hubungan antar manusia. Di sekolah mereka

mempunyai kesempatan untuk berbaur dengan teman-teman yang

lainnya. Berhasil atau tidaknya siswa belajar dalam IPS tergantung

pada kesanggupan siswa dan keahlian guru dalam memberikan

bimbingan.

b. Pengalaman sosial harus menyambungkan dengan pelajaran

tentang bagaimana cara belajar, tekniknya dan prosedurnya serta

dengan membaca, menulis, menemukan bahan-bahan dan pelajaran

yang berkenaan dengan human relationship. Dengan ini kelak

mereka akan dapat membentuk masyarakat yang baik, sehingga

mereka akan sanggup mengatasi ketegangan-ketegangan yang

terjadi di dalam kelompok dan dalam masyarakat.

c. Pengetahuan Sosial. Untuk menuju kearah kematangan

bermasyarakat memerlukan Ilmu Pengetahuan Sosial yang dapat

diperolehnya dari bacaan-bacaan, mendengarkan ceramah ataupun

berdiskusi dengan teman-temannya di sekolah. Dalam

kegiatan-kegiatan itulah mereka berkesempatan memperoleh banyak

informasi (keterangan) dan penafsiran-penafsiran yang tepat dan

(22)

13

d. Ukuran Sosial. Ukuran sosial bagi suatu masyarakat adalah apabila

para warga masyarakat itu mengetahui norma-norma, mematuhi

peraturan-peraturan, mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk

serta dapat bekerja dengan jujur.

e. Masalah-masalah Sosial. Suatu fungsi yang bernilai tinggi dalam

kehidupan sosial ialah bahwa masyarakat itu mampu memecahkan

bermacam-macam masalah. Kepada para siswa harus dihadapkan

berbagai persoalan yang dapat diamatinya dilingkungan sekitarnya,

mulai dari persoalan yang paling sederhana sampai pada persoalan

yang rumit, sesuai dengan tingkat kematangan siswa. Siswa harus

diajar tentang kemajuan-kemajuan sosial melalui kritik-kritik dan

penjelasan-penjelasan guru maupun pihak dari pihak siswa sendiri.7 6. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya terdapat pengertian,

manfaat, fungsi, dll saja melainkan terdapat tujuan IPS yakni sebagai

berikut :

a. Meningkatkan kesadaran ekonomis rakyat

b. Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani

c. Meningkatkan efesiensi, kejujuran dan keadilan dalam pelayanan

umum

d. Meningkatkan mutu lingkungan

7

(23)

14

e. Menjamin keamanan dan keadilan bagi semua warga Negara

f. Memberikan pengertian tentang hubungan internasioanal bagi

kepentingan bangsa Indonesia dan perdamaian dunia

g. Meningkatkan saling pengertian dan kekurangan antar golongan

dan daerah dalam menciptakan kesatuan dan persatuan nasioanal

h. Memelihara keagungan sifat-sifat kemanusiaan, kesejahteraan

rohani dan tatasusila yang luhur.8 7. Pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial

Anak-anak sekolah dasar perlu mempelajari IPS sebab-sebabnya

sebagai berikut :

a. Di Dalam masyarakat dan dalam kehidupan sehari-hari sangat

banyak masalah-masalah sosial luas, kompleks dan sulit yang perlu

mendapat pemecahan. Tentu saja anak-anak belum sampai

pengetahuan dan tingkat pemecahannya untuk turut memecahkan

masalah-masalah itu, namun mereka perlu memahami/mengerti

masyarakat dan kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan

masalah-masalah tersebut. Karena kelak akan membantu mereka selaku

orang dewasa yang mampu mengembangkan diri guna turut

memecahkan masalah-masalah sosial yang telah dan akan dihadapi

oleh masyrakat.

8

(24)

15

b. Melalui pengajaran IPS anak-anak/siswa akan melihat

perubahan-perubahan dalam masyarakat yang berlangsung sangat cepat,

seperti masalah transportasi umum dalam kota, masalah kecelakaan

di jalan raya, masalah konflik antar suku dan sebagainya.

c. Anak-anak perlu menyadari bahwa mereka hidup dalam keadaan

yang sangat sulit yang tidak mungkin dapat dengan segera diatasi,

seperti masalah peledakan penduduk, masalah kemiskinan,

kelaparan dan kekurangan air, dan sebagainya.

d. IPS memberikan berbagai informasi, ide-ide dan metode untuk

menyelidiki yang dapat memberikan kepuasan dan kehidupan

intelektual yang kreatif dan meletakkan dasar toleransi bagi

kehidupan antar kelompok.9

8. Pendekatan Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam mengerjakan IPS terdapat jenis pendekatan, yakni antara

lain:

a. Pendekatan Monolitik : yang meninjau IPS sebagai suatu disiplin

ilmu yang berdiri sendiri. Tidak memerlukan bantuan dan

dukungan dari ilmu-ilmu lainnya.

b. Pendekatan Mata Pelajaran : IPS diajarkan secara terpisah-pisah,

sejarah, ilmu bumi, ekonomi dan lain-lain, masing-masing

diajarkan terpisah, tidak ada hubungan satu sama lain.

9

(25)

16

c. Pendekatan Ekologi : IPS berorientasi pada lingkungan. Pengajaran

IPS harus diorientasikan, diarahkan dan didasarkan pada

lingkungan. Lingkungan itu sendiri bermacam-macam bentuknya

seperti : biologis, kultur, ekologis, dan geo ekologis.

d. Pendekatan Interdisipliner : berbagai disiplin ilmu yang memiliki

ciri-ciri yang sama diintegrasikan menjadi satu bidang studi. Jenis

pendekatan ini diterapkan dalam pengajaran IPS sesuai dengan

kurikulum SD 1975. Itu sebabnya kita tidak mengenal lagi mata

pelajaran sejarah, ekonomi, ilmu bumi, dan sebagainya.

e. Pendekatan Sistem : suatu sistem merupakan kesatuan/keseluruhan

dimana didalamnya terdapat berbagai sub sistem yang disebut

komponen. Komponen-komponen tersebut saling bertautan dan

saling mempengaruhi satu sama lain secara integral.10

9. Materi IPS Kenampakan Alam

a. Pengertian Kenampakan Alam

Kenampakan alam adalah keadaan alam yang sudah ada sejak

zaman dahulu dan terbentuk oleh alam sendiri. Contoh

kenampakan lingkungan alam sebagai berikut : sungai, danau, laut,

gunung, hutan, dan pantai.11

10

Oemar Hamalik, Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, 13. 11

(26)

17

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Ilmu

Pengetahuan Sosial SD Kelas IV Semester 1 dan 2.12

Tabel 2.2

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Ilmu Pengetahuan Sosial SD Kelas IV Semester 1 dan 2

Smt Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I

1.3 Menunjukkan jenis dan

persebaran sumber daya

suku bangsa dan budaya setempat

(27)

alam dan potensi lain di daerahnya.

sosial di daerahnya.

b. Ciri-ciri Sosial Dan Budaya

Masyarakat Indonesia bertempat tinggal di daerah yang

beragam, ada yang tinggal di pegunungan, pantai, dataran rendah,

dan dataran tinggi. Keadaan tersebut memengaruhi segi kehidupan

masyarakatnya, karena kita tahu bahwa manusia sangat bergantung

pada alam sekitarnya. Secara garis besar, tempat tinggal

masyarakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu pedesaan dan

perkotaan. Sebagaian besar penduduk Indonesia tinggal di desa.

c. Berbagai Peristiwa Alam dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan

(28)

19

Peristiwa alam yang umum terjadi adalah gempa bumi, banjir,

letusan gunung berapi, dan angin topan. Peristiwa alam tersebut

dapat mengakibatkan bencana bagi manusia dan menimbulkan

kerugian, baik berupa harta, benda, bahkan nyawa.

d. Kenampakan Sosial Budaya Karena Kenampakan Alam

Kenampakan alam Indonesia menunjukkan keragaman sosial

budaya. Keragaman sosial, misalnya dari segi pendidikan,

masyarakat di daerah pegunungan dan tempat terpencil memiliki

kesempatan yang lebih kecil dalam memperoleh pendidikan

dibandingkan dengan masyarakat di daerah yang mudah

terjangkau. Keadaan alam sangat mempengaruhi mata pencaharian

penduduk. Kebanyakan penduduk sekitar pantai bekerja sebagai

nelayan.

Mereka yang tinggal di dataran tinggi bekerja sebagai petani.

Umumnya petani sayuran dan buah-buahan dan tanaman

perkebunan. Masyarakat yang tinggal di dataran rendah juga

bertani sebagai petani mengelolah sawah-sawah yang luas.

Masyarakat yang tinggal di perkotaan bekerja sebagai pegawai

(29)

20

B. Poster Sebagai Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya berceramah saja

melainkan memilih salah satu metode mengajar atau memilih media

yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam memilih media

maka harus diperhatikan tujuan pembelajaran, jenis tugas, respon

siswa serta karakteristik siswa agar tujuan pembelajaran yang

diajarkan dapat tercapai dengan baik.

Media bentuk jamak dari perantara (medium), merupakan sarana

komunikasi. Berasal dari bahasa Latin medium (antara), istilah ini

merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber

dan sebuah penerima. Enam katagori dasar media adalah teks, audio,

visual, video, perekayasa (manipulative) (benda-benda), dan

orang-orang. Media juga digunakan untuk memudahkan komunikasi dan

belajar.13

Dalam buku Attarbiyatu watta’liim 1942:78 Yunus

mengungkapkan bahwa media sebagai berikut :

Maksudnya : Bahwasannya media pembelajaran paling besar

pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman

13

(30)

21

orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya

dan lamanya bertahan apa yang dipahaminnya dibandingkan dengan

mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya.14

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian media

adalah bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan

cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber

belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya

wisata, simulasi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan,

mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.15Media juga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, serta membantu

meningkatkan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar

berlangsung.

2. Ciri-ciri Media

Gerlach & Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan

petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat

dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang

efisien) melakukannya. Ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,

menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau

14

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 20. 15

(31)

22

objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali

dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket

komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya

(direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat

direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan.

Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman

kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu

ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi

guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau

disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap

saat.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu

berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau

tiga menit dengan teknik pengambilan gambar. Misalnya,

bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi

kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi

tersebut.

Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula

diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekamn

(32)

23

diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media.

Media (rekaman video atau audio) dapat diedit sehingga guru

hanya menampilkan bagian-bagian yang penting. Memanipulasi

kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat

menghemat waktu.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan

kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan

stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau

beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah

tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio,

disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang

diinginkan kapan saja.16 3. Fungsi Media

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi

16

(33)

24

dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan

terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan

informasi.17

Adapun fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut :

a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa

lampau. Dengan perantara gambar, potret, slide, film, video, atau

media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata

tentang benda atau peristiwa sejarah.

b. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang

sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak

memungkinkan. Misalnya, dengan perantaraan paket, siswa dapat

memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks

pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh

gambaran tentang bakteri, amuba dan sebagainya.

c. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati

secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar,

potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai

macam serangga, burung hantu, kelelawar dan sebagainya.

17

(34)

25

d. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya

untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat

mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.

e. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya

masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprogram, siswa

dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan

kecepatan masing-masing, dan sebagainya.18 4. Manfaat Media

Sudjana & Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran

dalam proses belajar siswa, yaitu :

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan

mencapai tujuan pembelajaran

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau

guru mengajar pada setiap jam pelajaran

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

18

(35)

26

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan

lain-lain.19

5. Prinsip-prinsip Media

Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunana media

pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan

dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya

memahami materi pelajaran.

Prinsip-prinsip media pembelajaran sebagai berikut:

a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi

pembelajaran. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan

kompleksitas materi pembelajaran.

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan

kondisi siswa.

d. Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan

efesien.

e. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru

dalam mengoperasikannya.20

19

Azhar, Arsyad, Media Pembelajaran, 28. 20

(36)

27

6. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya :

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :

1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,

atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan

rekam suara.

2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini

adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan

berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan

lain sebagainya.

3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung

unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,

misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan

lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik

dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media

yang pertama dan kedua.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke

dalam :

1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti

(37)

28

hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak

tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang

dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke

dalam :

1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,

transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian

memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk

memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan

film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan

transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka

media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan,

radio, dan lain sebagainya.21

7. Penggunaan Media

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan

sebagai berikut :

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

21

(38)

29

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti

misalnya:

1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film, atau model.

2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film, atau gambar.

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan timelape atau high-speed photography.

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa

ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto

maupun secara verbal.

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim,

dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film

bingkai, gambar, dan lain-lain.

c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan

bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik/siswa. Dalam hal ini

media pendidikan berguna untuk :

1) Menimbulkan kegairahan belajar.

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak

(39)

30

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum

dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka

guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu

harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru

dengan siswa juga berbeda. Masalahnya ini dapat diatasi dengan

media pendidikan, yaitu dengan kemampuannnya dalam :

1) Memberikan perangsang yang sama.

2) Mempersamakan pengalaman.

3) Menimbulkan persepsi yang sama.22 8. Peran Media Pembelajaran

Belajar mengajar adalah suatu sistem yang di dalamnya melibatkan

sejumlah komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Dan di antara komponen itu adalah guru dan media. Maka media

dalam proses belajar mengajar memiliki peran dalam berbagai pola

kegiatan tersebut, diantaranya adalah :

22

(40)

31

a. Guru sebagai sumber belajar sekaligus media

Kurikulum sebagai pesan

Guru

Siswa

Pola pertama ini merupakan pola yang paling banyak

digunakan dalam proses belajar mengajar. Pola belajar mengajar

seperti yang terdapat dalam bagan diatas menunjukkan bahwa guru

selain sebagai komponen yang menafsirkan dan menjabarkan

kurikulum menjadi pesan-pesan operasioanal berupa tujuan-tujuan

pembelajaran, dalam proses belajar mengajar ia juga bertindak

sebagai sumber belajar satu-satunya.

Guru selain sebagai penyampai pesan juga sekaligus sebagai

media. Dengan kata lain dalam menyampaikan pesan kepada siswa,

guru sepenuhnya mengandalkan kemampuan dan kebolehannya

dalam menggunakan bahasa dan suaranya serta bahasa tubuh yang

dimilikinya. Penjelasan, latihan atau pertanyaan dengan

menggunakan bahasa ataupun contoh yang diberikan baik secara

verbal maupun non verbal semuanya merupakan media untuk

(41)

32

kreatifitas dan kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan

efektif dan efesien.

b. Guru dan media sebagai sumber belajar

Kurikulum sebagai pesan

Guru

Media

Siswa

Pola pembelajaran dalam bagan diatas menunjukkan bahwa

dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya memanfaatkan

suara dan kemampuan berbahasa yang dimilikinya sebagai media

penyalur pesan, tetapi juga memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

dirinya. Dengan menggunakan media gambar misalnya, pesan yang

disampaikan guru secara verbal kepada siswa menjadi lebih jelas.

Slogan yang mengatakan bahwa “gambar bernilai seribu kata

dalam hal ini diterjemahkan secara operasional oleh guru.

Maksudnya dengan memperlihatkan gambar, uraian penjelasan

guru secara verbal atau yang bersifat abstrak dapat secara mudah

dipahami oleh siswa dan siswa akan dapat memperkaya

(42)

33

Dalam pola kedua ini guru dan media sama-sama memiliki

peran dalam penyampaian pesan, hanya saja peran tersebut tidak

mutlak karena ada unsur lain yakni media. Peran media dalam hal

ini sebagai peraga atau alat bantu yang memperjelas pesan yang

disampaikan guru kepada siswa, sehingga dalam hal ini peran guru

dibantu oleh media.

c. Guru menyerahkan sebagai tanggung jawabnya kepada media

Kurikulum sebagai pesan

Guru Media

Siswa

Pola pembelajaran dalam bagan ini menunjukkan bahwa peran

guru dalam proses belajar mengajar sebagaian diserahkan kepada

media. Dalam pola ini, media secara otonomi memiliki peran

dalam menyampaikan pesan. Contohnya, dalam pembelajaran

menyimak, berita didengarkan kepada siswa melalui tape recorder.

Setelah itu guru dan siswa membahas bersama mengenai isi

berita dan bahasa yang digunakan dalam berita tersebut. Adapun

contoh lain yaitu pada pembelajaran IPS mengenai terjadinya

gunung meletus, maka guru memberikan media berupa video,

(43)

34

Jadi dapat dikemukakan bahwa dalam pola ini, tugas

menyampaikan pesan kepada siswa tidak hanya dilakukan guru

tetapi juga dilakukan media. Guru dan media sama-sama memiliki

tanggungjawab dalam mengendalikan proses belajar mengajar.

Dalam pola ini guru harus pandai-pandai dalam mengambil

kesempatan untuk menjelaskan informasi yang belum tersampaikan

atau masih belum jelas, sehingga peran guru di dalam kelas tidak

terkesan dialihkan kepada media yang digunakan.

d. Media sebagai satu-satunya sumber belajar

Kurikulum sebagai pesan

Media

Siswa

Pola pembelajaran model ini merupakan kebalikan dari pola

pembelajaran yang pertama. Dalam pola pembelajaran yang

pertama yang memiliki tanggungjawab sepenuhnya dalam

menyampaikan pesan adalah media. Peran media dalam pola

keempat ini tidak sekedar sebagai “media” dan sumber belajar,

tetapi juga sebagai pengatur proses belajar mengajar. Peran sebagai

(44)

35

dijalankan oleh media. Dapat dikatakan pula bahwa dalam hal ini

media sebagai pengendali proses belajar mengajar.23

9. Pengelompokan Media

Pengelompokan media dikemukakan oleh Anderson yaitu sebagai

berikut :

a. Audio : pita audio (rol atau kaset), piringan audio, dan radio

(rekaman siaran).

b. Cetak : buku teks terprogram, buku pegangan/manual, dan buku

tugas.

c. Audio-Cetak : buku latihan dilengkapi kaset, dan gambar/poster

dilengkapi audio.

d. Proyek visual diam : film bingkai (slide), dan film rangkai (berisi

pesan verbal).

e. Proyek visual diam dengan audio : film bingkai (slide) suara, dan

film rangkai suara.

f. Visual gerak : film bisu dengan judul (caption).

g. Visual gerak dengan audio : film suara, video/vcd/dvd.

h. Benda : benda nyata, dan model tiruan (mock up).

i. Komputer : media berbasis komputer, CAI (Computer Assisted

Instructional) & CMI (Computer Managed Instructional).24

23

Abdul Wahab, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Malang Press, 2009), 32-37. 24

(45)

36

10.Media Poster

a. Pengertian Poster

Poster merupakan salah satu jenis gambar yang memberikan

tekanan pada satu atau dua ide pokok sehingga dapat dimengerti

dengan melihat sepintas. Poster biasanya ditempat atau dipasang

pada tempat yang strategis dan mudah di lihat.25 Contoh sebagai berikut :

Gambar 2.1 Contoh Media Poster

b. Langkah – langkah Membuat Poster

1) Memilih sebuah topik yang berkait dengan topik pelajaran

umum atau sub bahasan yang tengah didiskusikan

2) Meminta siswa untuk memajang konsep mereka pada papan

poster atau papan buletin. Tampilan poster mesti dengan

25

(46)

37

sendirinya menunjukkan isinya yakni begitu melihatnya orang

dengan mudah memahami gagasannya tanpa perlu penjelasan

lebih lanjut, baik lisan maupun tertulis.

3) Selama berlangsungnya pelajaran yang telah ditentukan

perintahkan siswa untuk menempelkan sajian materi visual

mereka dan berkeliling mengitari ruangan untuk mengamati

dan mendiskusikan poster masing – masing, sebagai contoh

dalam pembahasan tentang stress pada pelajaran kesehatan,

topik- topik yang diberikan mencakup yang berikut ini:

a) Penyebab stress

b) Gejalah – gejalah stress

c) Pengaruh stress terhadap diri sendiri dan orang lain

d) Pereda stress

Salah seorang siswa menggambarkan gejala stress dengan

membuat tampilan poster yang menunjukkan gambar – gambar

berikut:

a) Orang yang kelebihan berat badan yang berdiri pada

timbangan

b) Orang meminum minuman yang beralkohol

c) Dua orang bertengkar

(47)

38

Di bawah tiap gambar diberi paragraf singkat yang

menjelaskan bagaimana dan mengapa orang stress dapat

menunjukkan gejala-gejala yang digambarkan itu.

4) Lima belas menit sebelum berakhirnya pelajaran, perintahkan

seluruh siswa untuk kembali keposisi semula dan

mendiskusikan apa yang menurut mereka berharga pada

kegiatan tersebut.26

26

(48)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian tindakan kelas (PTK) yang di desain untuk membantu guru

mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas

atau PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk

meningkatkan mutu pelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan

benar.

Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam

PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam

pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan

dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan mengukur

keberhasilannya.1

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu cara

memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru

merupakan orang yang paling tahu segala sesuatu yang terjadi dalam

pembelajaran. Praktik Penelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan secara

1

(49)

40

efektif oleh setiap guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa

harus meninggalkan kualitas utamanya mengajar.2

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model

Kurt Lewin. Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan adalah suatu

rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan,

tindakan, pengamatan, dan refleksi.3

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin

2

E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 88. 3

(50)

41

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti dapat melihat

fakta-fakta yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Penelitian dilaksanakan di SDN Balongdowo Candi Sidoarjo pada kelas

IV-A. Terletak di JL. Dr. Sutomo No 27 Balongdowo Candi Sidoarjo.

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 03 November 2016 untuk

observasi awal. PTK siklus 1 dan 2 dilaksanakan pada Bulan November

2016 hingga selesai.

Subyek penelitian dalam penelitian ini di SDN Balongdowo Candi

Sidoarjo mempunyai jumlah siswa pada kelas IV-A sebanyak 29 siswa, di

antaranya terdiri dari 14 perempuan dan 15 laki-laki.

C. Variable yang Diselidiki

Penelitian yang diselidiki yaitu mengenai upaya meningkatkan

pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS melalui media poster kelas

IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

Rincian lain yang diteliti yaitu :

1. Variable Input : Siswa kelas IV-A SDN Balongdowo Candi Sidoarjo.

2. Variable Output : Peningkatan Pemahaman siswa.

3. Variable Proses : Menggunakan media poster.

D. Rencana Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model

(51)

42

bahwa terdapat 2 siklus, dalam 1 siklus terdapat empat langkah yaitu

planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (observasi),

reflecting (refleksi).4

1. Pada siklus I

a. Perencanaan

1) Menyusun RPP dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan

menggunakan media poster.

2) Menyiapkan instrumen pengumpulan data, yaitu:

a) Lembar kegiatan siswa selama proses pembelajaran.

b) Lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

c) Lembar tes atau soal pada akhir proses pembelajaran.

d) Mendesain alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan

siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa dengan

menggunakan media poster. Keberhasilan pembelajaran

ditetapkan apabila 85% siswa mencapai ketuntasan

belajar dengan nilai minimal 70.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan ini dilakukan di SDN Balongdowo Candi

Sidoarjo mata pelajaran IPS materi kenampakan alam pada siswa

4

(52)

43

kelas IV-A. Kegiatan pelaksanaan di sesuaikan dengan RPP.

Langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pendahuluan (±10 menit)

a) Guru mengucapkan salam

b) Meminta siswa untuk berdoa bersama

c) Siswa unjuk tangan saat guru mendata kehadiran siswa

d) Guru memberikan tepuk semangat kepada siswa

e) Apersepsi dengan memberikan pertanyaan :

Anak-anak apa saja yang terdapat di lingkungan sekitar

kalian?

f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan inti (±85 menit)

Eksplorasi

a) Siswa diminta untuk membaca materi kenampakan alam

terlebih dahulu sebelum mendengarkan penjelasan dari

guru

b) Guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui

pemahaman siswa setelah membaca buku

Elaborasi

a) Guru menjelaskan tentang materi kenampakan alam

(53)

44

b) Siswa diminta untuk menulis rangkuman yang sudah di

tuliskan di papan tulis

c) Guru memberikan ice breaking

d) Selanjutnya siswa diminta untuk mempelajarai

rangkuman

e) Semua buku di tutup tidak boleh ada yang melihat buku

f) Setiap siswa mendapatkan soal dari guru

g) Siswa yang selesai duluan maka akan mendapatkan skor

1 berupa bintang

Konfirmasi

a) Guru dan siswa melakuakan pengoreksian lks

b) Guru memberikan penguatan kepada siswa

3) Penutup (±10 menit)

a) Siswa mereflesikan pembelajaran hari ini dengan

bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari ini

b) Siswa berdoa bersama-sama untuk mengakhiri

pembelajaran.

c. Observasi

1) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan guru

kolaborasi dengan menggunakan lembar observasi siswa.

(54)

45

3) Mengamati aktivitas guru selama poses pembelajaran. Data

ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan guru

kolaborator dengan menggunakan lembar observasi guru.

4) Mengamati pemahaman tiap-tiap siswa terhadap penguasaan

materi kenampakan alam melalui media poster.

Dalam pengamatan ini untuk melihat berhasil tidaknya

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I melalui media poster

serta digunakan sebagai perbaikan dalam siklus II.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi guna untuk

mengetahui hasil pembelajaran siswa yang telah dicapai pada

siklus I, serta mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan

bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya. Hasil refleksi

selanjutnya dilakukan peneliti guna untuk perbaikan pada siklus

II.

1. Pada siklus II

a. Perencanaan

1) Indentifikasi masalah pada siklus I dan penerapan alternatif

pemecahan masalah

2) Membuat ulang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dengan media poster serta menumbuhkan semangat siswa

(55)

46

3) Mengembangkan proses pembelajaran

4) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, peniliti melaksanakan pembelajaran pada

mata pelajaran IPS materi kenampakan alam dengan melakukan

perbaikan yang direncanakan dalam RPP dan dilakukan

berdasarkan hasil refleksi atau evaluasi dari siklus I.

c. Observasi

Tahap observasi ini dilakukan dengan mengamati proses

pembelajaran berlangsung untuk melakukan perbaikan pada

siklus I. Peneliti mengamati yang dilakukan saat proses

pembelajaran, yaitu:

1) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran berlangsung

2) Mengamati pemahaman materi kenampakan alam melalui

media poster

3) Meneliti data berupa lembar observasi yang meliputi lembar

observasi guru, dan observasi siswa

4) Mengamati peningkatan pemahaman materi kenampakan

(56)

47

d. Refleksi

Setelah tindakan yang sudah dilakukan pada siklus II guru

dan observer melakukan diskusi untuk membahas

kendala-kendala maupun hasil dari tindakan secara keseluruhan mulai dari

awal proses perencanaan samapai refleksi. Serta membuat

kesimpulan telah terlaksananya media poster dalam meningkatkan

pemahaman siswa materi kenampakan alam.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam mengelolah

data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah

diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data

yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan

kualitatif yaitu :

a. Data kuantitatif

Nilai hasil belajar siswa dapat dianalisis secara deskriptif.

Misalnya mencari rata-rata nilai, presentasi hasil belajar, dll. Untuk

analisis tingakat keberhasilan atau prosentase ketuntasan belajar

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap

siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal

(57)

48

menggunakan statistik sederhana yang berupa rumus-rumus

sederhana sebagai berikut :

1) Penilaian hasil belajar (Tes)

Nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan

jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Nilai rata-rata didapat dengan menggunakan rumus :

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... (Rumus 3.1)

Keterangan :

M = Nilai siswa

∑x = Jumlah nilai semua siswa

∑N = Jumlah siswa

Kriteria tingkat keberhasilan nilai rata-rata

81-100 = sangat baik

61-80 = baik

41-60 = sedang

21-40 = tidak baik

0-20 = sangat tidak baik

2) Ketuntasan belajar

Dikatakan tuntas apabila 85% nilai siswa telah mencapai

skor > KKM. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar

(58)

49

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... (Rumus 3.2)

Keterangan :

P = prosentase yang akan dicari

F = jumlah siswa yang tuntas

N = jumlah seluruh siswa

Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut kemudian

diklarifikasikan kedalam bentuk penskoran nilai siswa dengan

menggunakan kriteria standart penilaian sebagai berikut :

81%-100% = sangat baik

61%-80% = baik

41%-60% = cukup

21%-40% = kurang

0%-20% = sangat kurang

3) Penilaian hasil observasi siswa dan guru

Dalam penilaian hasil observasi ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai aktivitas guru dan aktivitas

siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan rumus

sebagai berikut :

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... (Rumus 3.3)

Keterangan :

(59)

50

F = skor perolehan hasil observasi guru/siswa

N = skor maksimal observasi guru/siswa

Kriteria hasil penskoran observasi guru dan siswa sebagai

berikut :5

91-100 = amat baik

81-90 = baik

71-80 = cukup

60-70 = kurang

< 60 = sangat kurang

b. Data kualitatif

Data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang

memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang

dicapai siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer yang meliputi: Guru kelas, observer, siswa

kelas IV-A SDN Balongdowo. Candi Sidoarjo.

5

(60)

51

b. Sumber sekunder yang meliputi: Dokumentasi, buku, sumber data

lainnya yang berhubungan dengan apa yang dibahas.

3. Cara Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

mempunyai ciri yang spesifik dan suatu proses kompleks. Peneliti

menggunakan observasi untuk mengetahui kegiatan guru saat

proses pembelajaran serta untuk mengetahui siswa yang masih

belum paham mengenai pelajaran IPS materi kenampakan alam dan

digunakan untuk mengumpulkan data tentang pemahaman pada

siswa. Peneliti melibatkan peran guru untuk membantu di dalam

kelas. Cara pengumpulan data dengan menggunakan observasi

untuk mengumpulkan data yakni berikut:

1) Aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung melalui

media poster

2) Aktivitas guru saat proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan media poster

Pengamatan ini dilakukan di kelas pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan dapat dijadikan

sebagai bahan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan serta

(61)

52

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam

teknik wawancara ini digunakan untuk wawancara mendalam, guna

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya-jawab terhadap guru yang bersangkutan atau pihak lainnya serta

untuk mengetahui kriteria siswa saat pembelajaran berlangsung

pada mata pelajaran yang akan diteliti.

c. Dokumen

Dokumen adalah setiap proses pembuktian yang didasarkan

atas jenis sumber apapun, yang berupa tulisan, lisan, gambaran.

Peneliti menggunakannya untuk memperoleh sumber data serta

untuk melengkapi penelitian. Dokumentasi berupa sumber tertulis,

film, gambar/foto, dan karya-karya dokumentasi.

d. Tes

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat

berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus

dikerjakan atau dijawab oleh responden. Dalam pengumpulan data

menggunakan tes tulis untuk mengetahui pemahaman siswa pada

materi kenampakan alam. Sehingga dapat memperoleh tingkat

prestasi yang baik melalui media poster. Instrumen yang digunakan

(62)

53

Mata pelajaran : IPS

Bentuk soal : Pilihan Ganda dan Uraian Kelas/semester : IV/I

Jumlah soal : 5 pilihan ganda dan 5 uraian

Tabel 3.1

Bentuk Soal Pada Siklus I

No Aspek yang

1. Menjelaskan 1.2.1 Menjelaskan

tentang

4. Indikator sesuai

dengan di atas Kisi-kisi soal siklus I

No Indikator

1. 1.2.1 Menjelaskan

(63)

3. Indikator sesuai

dengan di atas

Kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat ketercapaian dalam

proses pembelajaran dalam kegiatan tindakan kelas, bertujuan untuk

meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran tersebut. Penelitian ini

dinyatakan selesai apabila :

1. Prosentase ketuntasan belajar siswa minimal 85%

2. Nilai rata-rata siswa minimal 70

3. Prosentase kinerja guru dan siswa sebesar 85%

G. Tim Peneliti dan tugasnya

Adapun tim peneliti yang terlibat langsung dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Nama: Ella Resta Anggraena

(64)

55

2. Nama: Mochamad Arif Nasrul Tsalasah, S. Pd.

Tugas: Sebagai observer kemampuan guru bertugas sebagai dan guru

kelas.

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat hal-hal yang akan

dijabarkan. Hasil penelitian ini yaitu semua data yang diperoleh peneliti

selama penelitian berlangsung hingga dilakukannya tindakan perbaikan

pembelajaran dengan menggunakan media poster. Pada hasil penelitian ini

dimulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada setiap siklus memiliki

bagian-bagian yang sama, yaitu dimulai dari perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Untuk penyajian data penelitian ini, peneliti mengelompokkan

menjadi tiga tahapan yakni : tahap pra siklus, tahap siklus I, dan tahap

siklus II. Berikut deskripsi tentang proses pelaksanaan hasil penelitian :

1. Pra Siklus

Pada tahap pra siklus, data diperoleh melalui wawancara dengan

guru mata pelajaran IPS kelas IV-A SDN Balongdowo Candi

Sidoarjo. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi tinggi rendahnya pemahaman siswa terhadap

mata pelajaran IPS. Kemudian jumlah keseluruhan siswa kelas IV-A

serta nilai KKM pada mata pelajaran IPS. Peneliti juga meminta nilai

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Contoh Media PosterGambar 2.1
 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan pengukuran parameter packetloss yang telah direkapitulasi dari pengukuran selama tiga hari pada lantai dasar, lantai I, dan lantai II dapat diketahui

Hasil belajar yang telah dilakukan pada materi pengertian, prosedur, macam-macam penempatan alat, dan perhitungan pengukuran beda tinggi pada kelas X-DPIB 2

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme dalam manajemen pengelolaan wakaf tunai Yayasan Amal Kebangsaan Indonesia dalam mencapai keuntungan

(3) Kegiatan ekstra-kurikuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c adalah kegiatan yang ditujukan untuk pengembangan diri peserta didik sesuai dengan minat dan/atau

Selain membuat RPP, juga menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran seperti; gambar contoh perusakan hutan dan pencemaran lingkungan pada lampiran RPP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan setelah dilakukan pengolahan data kuesioner untuk mempelajari fakto-faktor pengetahuan penganan nyeri haid (dismenorea)

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Latar belakang dari penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa kelas IV MI darul Muta’allimin. Siswa akan merasa kesulitan saat diberikan