Kabupaten Gresik)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang
Sosiologi
Oleh:
Moh. Ibnu Zakaria Al-Ansor B55212053
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PRODI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Moh. Ibnu Zakaria Al-Ansor, 2017, Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM (Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin); Studi Kasus Pengentasan Kemiskinan di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Perilaku Sosial, Jalin Matra BRTSM
Penelitian ini membahas mengenai pengentasan kemiskinan melalui Program Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (Jalin Matra BRTSM). Titik tekan penelitian ini terdapat pada perilaku penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM dalam konteks peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik?
Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM dalam konteks peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, di mana data-data tersebut diperoleh melalui cara observasi, wawancara dan studi literatur serta dokumentasi. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Teori Pertukaran (Exchange Theory) yang dikemukakan oleh George C. Homans yang dalam teori tersebut mengambil dua proposisi yaitu: proposisi sukses dan proposisi nilai.
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB II : TEORI PERTUKARAN GORGE CASPAR HOMANS SEBAGAI ANALISA ... 12
A. Penelitian Terdahulu ... 12
B. Kerangka Teori ... 16
1. Konsep Perilaku Sosial ... 18
2. Pertukaran Sosial ... 20
BAB III : METODE PENELITIAN ... 29
A. Pendekatan dan Jenis Penellitian ... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 35
D. Tahap – Tahap Penelitian... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Teknik Analisis Data... 41
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 43
BAB IV : PERILAKU PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA BRTSM DI DESA DADAPKUNING MENURUT PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN SOSIAL GEORGE C. HOMANS ... 40
Dadapkuning ... 62
C. Analisis Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM Perspektif Teori Pertukaran George C. Homans ... 72
1. Proposisi Sukses dalam Konteks Perima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM ... 74
2. Proposisi Nilai dalam Konteks Perima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM ... 75
BAB V : PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN Pedoman Wawancara Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, kemiskinan bukan
hanya di pandang dari segi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok seperti
sandang dan pangan saja, terlebih pada keterbatasan akses terhadap pendidikan
kesehatan dll. Ini menjadi permasalahan yang urgent bagi pemerintah karena
kemiskinan merupakan hulu dari segala permasalahan sosial dinegeri ini.
menjadi tugas bagi pemerintah untuk mengentaskan masyarakatnya dari
problema kemiskinan sebab kita tahu bahwa disamping sumber daya manusia yg
minim juga tingkat perekonomian Indonesia yg lemah menjadi tolak ukur
kesejahteraan masyarakat.
Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu
kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, kesenjangan antarwilayah.
Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan
peluang kerja bagi angkatan kerja di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya
harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan1
Sebagaimana dijelaskan oleh perkembangan pemikiran dan perhatian
terhadap aspek kemiskinan menunjukkan perubahan mendasar dimana konsep
kemiskinan semakin luas (bukan hanya physiological deprivations, namun
hingga mencakup social deprivations), penyebab kemiskinan semakin luas
(termasuk sosial, politik, budaya, kekerasan dan sumber daya alam), dan fokus
kemiskinan semakin dalam (mencakup hingga strategi perlindungan sosial,
mitigasi dan pengurangan resiko).2
Robert chambers juga menguraikan tentang masalah kemiskinan pada
intinya yatiu apa yang disebut perangkap (Deprivation Trap) secara rinci
perangkap kemiskinan ini dibagi menjadi 5 unsur yaitu
1. Kemiskinan itu sendiri
2. Kelemahan fisik
3. Keterasingan atau kadar isolasi
4. Kerentanan
5. Dan ketidakberdayaan
1
Hadi Prayitno, Pembangunan Ekonomi Desa (Yogyakarta: BPFE, 1987), 79.
2
Hal tersebut selaras dengan pemikiran peraih Nobel Amartya Sen yang
mengungkapkan bahwa seseorang yang miskin menderita akibat keterbatasan
kemampuan (capabilities), kesempatan (opportunities) dan kebebasan (freedoms)
yang juga didefinisikan ulang kemiskinan sebagai berikut: “Poverty is
pronounced deprivation in well-being, and comprises many dimensions. It
includes low income and the inability to acquire the basic goods and services
necessary for survival with dignity. Poverty also encompasses low level of health
and education, poor access to clean water and sanitation, inadequate physical
security, lack of voice and insufficient capacity and opportunity to better one’s
life”.3
Dari sekian upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, Penulis
menyoroti salah satu kebijakan yang di buat oleh pemerintah Provinsi Jawa
Timur melalui BAPEMAS (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Provinsi JATIM
tentang program pengentasan kemiskinan yaitu JALIN MATRA (Jalan Lain Menuju Mandiri dan sejahtera)
Secara umum kemiskinan di jawa timur dapat di golongkan menjadi 3
golongan
Penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan
3
Penduduk rentan (vurnerable) yakni penduduk yang hidup diatas garis
kemiskinan akan tetapi mudah jatuh pada kemiskinan
Penduduk kesenjangan (inequality) yakni ketimpangan jumlah penduduk
miskin dan tingkat kemiskinan antar kabupaten/kota, desa dengan kota atau
gender
Berdasarkan hasil hasil survey badan pusat statistic nasional bulan
September 2015 data kemiskinan di Indonesia sebesar 27,73 juta jiwa atau setara
11,13% dari penduduk Indonesia, sedangkan data tingkat kemiskinan di propinsi
jawa timur pada bulan September 2015 oleh badan pusat staistik isa di propinsi
jawa timur sebssar 4,78 juta jiwa atau setara 12,28% dari penduduk jawa timur.
Pada bulan Maret 2015 jumlah penduduk miskin di jawatimur 4.789.120 jiwa
(12,34%) dan pada bulan September 2015 sebesar 4.775.970 jiwa (12,28%).
Artinya telah terjadi penurunan kemiskinan sejumlah 13.150 jiwa (0,06%).4
Kemudian bisa kita lihat berdasarkan data yang tertulis diatas di
Provinsi Jawa Timur angka kemiskinan yang berkurang 0,06 persen dari bulan
maret sampai September saja. Ini menunjukkan bahwa program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu memberikan
kontribusi pada penurunan angka kemiskinan di Indonesia meskipun tidak terlalu
tinggi angka penurunannya, selain Program Jalin Matra, Pemerintah Provinsi
Jawa Timur juga melaksakan program-program yang berkontribusi menurunkan
4
angka kemiskinan, program-program tersebut antara lain adalah Koprasi wanita,
Bntuan untuk siswa (BOS SLTA, BOSDA MADIN), Jaminan Kesehatan daerah,
Pengembangan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes), Bantuan keuangan Desa
untuk pembangunan infrastruktur pedesaan, Pengembangan dana bergulir,
perbaikan Rumah tidak layak huni, dan lain-lain.
Berdasarkan pendataan Program Perlindungan Program Perlindungan
Sosial tahun 2011 (PPLS) yang bersumber dari basis data terpadu Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemikskinan (TNP2K) memuat data mikro propinsi
jawa timur yang diperoleh melalui sensus berdasarkan nama dan alamat (by name by adress) rumah tangga dengan status kesejahteraan terendah menunjukkan
hasil sebagai berikut:
Desil 1 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 10% terendah) sebesar
1.230.042 rumah tangga atau 5.174.675;
Desil 2 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 11%-20% terendah)
sebesar 1.189.670 rumah tangga atau 3.932.347 jiwa;
Desil 3 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 21%-30% terendah)
sebesar 1.189.652 rumah tangga atau 3.527.666 jiwa
Rumah tangga dengan klasifikasi desil 1 inilah yang dapat diartikan
rumah tangga miskin. dari 1.230.042 rumah tangga ini ditemukan kesejahteraan
5% terendah sejumlah 619.902 atau diklasifikasikan sebagai rumah tangga sangat
Kelompok rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 5% relatif belum
pernah menjadi target prioritas berbagai penanggulangan kemiskinan secara
eksklusif. Kendalanya memang pada data yang sangat sulit dan dalam
pendataannya pun susah mengklasifikasikannya. Akibatnya, kemiskinan
seringkali diperlakukan secara homogen (disamaratakan). Padahal kebutuhan
rumah tangga strata sangat miskin sangat berbeda jauh dengan kebutuhan rumah
tangga miskin atau hampir miskin. Berdasarkan program Jalinkesra yang
dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 hingga tahun 2013
telah menjangkau rumah tangga sangat miskin sejumlah 309.807 RTSM dari
target 493.003 atau masih tersisa yang layak dieksekusi 163.039 RTSM.
Kemudian untuk kelanjutan pengentasan kemiskinan di wilayah Jawa Timur
Pemerintah Provinsi Jawa Timur membangun kemitraan kerja dengan
Pemerintah Kabupaten Jawa Timur yang kemudian menetapkan program baru
yaitu program Jalin Matra Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (BRTSM)
yang direncanakan mulai tahun 2014-2015. Pilot project Jalin Matra BRTSM akan dilakukan semaksimal mungkin di seluruh wilayah Jawa Timur berdasarkan
data (by name by address).5
Daerah Dadapkuning juga merupakan target dimana program jalin matra,
dimana ada 61 RTSM yang menerima program JALIN MATRA. Menurut
peneliti sangan perlu adanya penelitian di daerah Dadapkuning dengan
5
mengamati perilaku penerima program Jalin Matra lebih khususnya Jalin Matra
BRTSM.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka dapat
diambil sebuah fokus masalah, yaitu:
1. Bagaimana Perilaku Penerima Bantuan Jalin Matra BRTSM (Bantuan
rumah tangga sangat miskin) Dadapkuning Kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik?.
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat latar belakang penelitian serta rumusan masalah yang
telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini sebagi berikut:
1. mengetahui bagaimana perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM.
2. Mengidentifikasi bagaimana pengelolaan bantuan program Jalin Matra
BRTSM.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi, antara
lain:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada penulis
bahwa ada permasalahan sosial yang harus disikapi dalam
b. Penelitian ini akan memberikan pengalaman kepada penulis
bagaimana cara peneliti dan bagaimana cara menggunakan
teori sebagai kacamata untuk melakukan penelitian.
c. Penelitian ini juga merupakan kesempatan bagi penulis untuk
belajar mengaplikasikan teori-teori yang telah penulis dapatkan
selama ini dibangku perkuliahan, khususnya di prodi Sosiologi.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau
bahan rujukan bagi pihak yang akan melakukan penelitian
sejenis secara mendalam sebagai alternatif dalam memecahkan
masalah yang relevan.
b. Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai solusi
alternatif untuk daerah lain.
Hasil penelitian ini akan memberikan keyakinan kepada
mahasiswa bahwa mereka dapat mengaplikasikan keilmuannya dalam
dunia nyata yaitu pada kehidupan bermasyarakat .
E. Definisi Konseptual
Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai
bahan penguat sekaligus spesifikasi mengenai penelitian yang akan dilakukan.
Perilaku Sosial dapat didefinisikan sebagai perilaku dari dua orang
atau lebih yang saling terkait atau bersama dalam kaitannya. Perbedaan
antara perilaku dan tindakan adalah jika perilaku dipengaruhi oleh sesuatu
kemudian tindakan tidak dipengaruhi oleh sesuatu, Artinya judul yang
dipilih ini tepat karna ada pola sebab dan akibatnya atau dapat
disederhanakan karna ada stimulus kemudian ada perilaku atau respon dari
masyarakat untuk menggunakan bantuan dari program pemerintah. Juga
tentang bagaimana dampak dari bantuan Jalin Matra terhadap perekonomian
masyarakat Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme .
2. Jalin matra BRTSM
Jalin matra BRTSM (bantuan rumah tangga sangat miskin) merupakan
salah satu program penanggulangan kemiskinan yang digagas oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai sebuah jawaban daripada problema
kemiskinan dijawa timur program ini ditargetkan pada kelompok rumah
tangga yang tingkat kesejahteraannya dibawah 5% menurut data PPLS
(pendataan program perlindungan sosial) yang termuat dalam data by name
by adress
Maksud dan tujuan program ini adalah
Membantu meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi rumah tangga
Meningkatrkan motivasi usaha (need for achievement) rumah tangga
sangat miskin dengan maksud mengeluarkan mereka dari kemiskinan
Memperluas akses rumah tangga sangat miskin terhadap usaha
produktif
A. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripso ini,
maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam beberapa bab yang
sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Merupakan tahapan awal dasar dari skripsi penelitian
ini yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual,
Sistematika Pembahasan.
Bab II : Kerangka teori (teori Behaviour B.F.skinner)
Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang Penelitian
Terdahulu dan Kajian Teori serta objek kajian yang dikaji,
penjelasannya meliputi: “Perilaku Penerima bantuan Jalin
Matra BRTSM studi kasus di Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.
Metode penelitian yang dituangkan pada bab ini adalah
kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di
lapangan. Adapun urutan pembahasannya yakni Jenis
Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Tahap-tahap
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data
dan yang terakhir Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
Bab IV : Penyajian Data dan Analisis Data
Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum
penelitian, dan deskripsi hasil penelitian. Bab ini berisikan
tentang laporan hasil penelitian, meliputi “Perilaku
Penerima bantuan Jalin Matra BRTSM studi kasus di Desa
Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi
BAB II
Teori pertukaran George Caspar Homans sebagai Analisa
A. Peneliti Terdahulu
Penelitian sebelumnya menjadi penting untuk dikemukakan pada
halaman ini, mengingat dari segi manfaat akademik, penelitian ini
dimaksudkan untuk memberi sumbangsih pengetahuan pada khazanah
ilmu-ilmu sosial, disamping itu dapat menjadi rujukan penelitian sosial. Adapun
penelitian terdahulu yang dianggap cukup relevan dengan penelitian ini
diantaranya:
1. Titin Hamidah, Pengentasan Kemiskinan oleh Penyuluh Pertanian di
Desa Mentaras, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik (Studi Dakwah
dengan Pendekatan Pekerjaan Sosial). Skripsi tahun 1999. Fokus kajian
penelitian ini membahas tentang upaya penyuluhan pertanian bapak Agus
Pamudji dalam mengentaskan kemiskinan pada sepuluh keluarga yang
tergolong dalam kelompok petani di Desa Mantras, Kecamatan Dukun,
Kabupaten Gresik. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan yaitu:
peran dakwah yang dilakukan oleh bapak agus pamudji dalam
memberikan penyuluhan kepada sepuluh keluarga miskin agar bisa
meningkatkan perekonomian keluarga. Penyuluhan tersebut dalam
pemeliharaan serta panen yang sesuai untuk tanaman, sehingga tanaman
bisa di produksi secara bertahap. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dan pendekatan deskriptif.
2. Niken Setyaningsih, Implementasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan
di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pudak Payung
Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 - 2005), Skripsi tahun
2007. Fokus penelitiannya Implementasi Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Kesimpulan penelitian ini adalah
Implementasi P2KP di Kelurahan Pudak Payung lancar karena semakin
bertambahnya jumlah KSM yang pada awal pelaksanaan proyek ini
berjumlah 25 KSM dapat berkembang menjadi 102 KSM. Dengan
kemampuan mengembalikan angsuran yang tergolong lancar, dengan
jumlah KSM yang tergolong lancar lebih banyak SM) dibandingkan
dengan jumlah KSM yang tergolong macet (17 KSM) dan pencapaian
target dari perencanaan dan realisasi di BKM yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun.
3. Suhartatik, Peranan Dakwah dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi
Peran Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Perdesaan
atau LPPMD dalam Menanggulangi Kemiskinan di Desa Randengansari
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik), skripsi tahun 2007. Fokus
penelitiannya pada peranan LPPMD dalam menanggulangi kemiskinan di
Perdesaan. Kesimpulan penelitian ini adalah LPPMD mempunyai tugas
desa semakin berkembang. Selain itu LPPMD juga memberikan
pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat miskin akan pentingnya
nilai pendidikan, pada hidup sehat maupun peluang membuka usaha agar
masyarakat miskin kelak dapat mengangkat harkat dan martabat dirinya
sendiri, tanpa mempunyai ketergantungan pada bantuan pihak lain.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.
4. Mahira Yunani Abika, Upaya LSM SpeKtra dalam Mengentaskan
Kemiskinan (Studi tentang Pelaksanaan Program Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) dalam Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten
Jombang). Skripsi tahun 2007. Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan
program gerakan terpadu pengentasan kemiskinan (gerdu taskin) di desa
grobogan, kecaatan mojowarno, kabupaten jombang. Kesimpulan
penelitian ini adalah Gerdu Taskin memiliki beberapa program untuk
mengentaskan kemiskinan yaitu memberikan pemberdayaan masyarakat
berupa kerajianan, ketarampilan sehingga dapat mendirikan usaha home
industri untuk menambah penghasilan masyarakat Desa Grobogan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka terdapat persamaan
diantara beberapa penelitian dengan penelitian yang sekarang yaitu
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan sama-sama
mengambil tema tentang penanggulangan kemiskinan. Sedangkan beberapa
tersebut terletak pada judul penelitian, rumusan masalah, sasaran penelitian
maupun lokasi penelitian. Selain itu, penelitian Titin Hamidah yang berjudul
Pengentasan Kemiskinan oleh Penyuluh Pertanian di Desa Mentaras,
Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik (Studi Dakwah dengan Pendekatan
Pekerjaan Sosial) lebih menekankan pada penyuluhan pertanian yang
dilakukan oleh bapak Agus Pamudji terhadap sepuluh masyarakat petani
miskin di Desa Mataras.
Mahira Yunani Abika yang berjudul Upaya LSM SpeKtra Dalam
Mengentaskan Kemiskinan (Studi tentang Pelaksanaan Program Gerakan
Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) dalam Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang)
lebih menekankan pada pelaksanaan program gerakan terpadu pengentasan
kemiskinan (gerdu taskin) melalui kerampilan untuk masyarakat.
Suhartatik yang berjudul Peranan Dakwah dalam Penanggulangan
Kemiskinan (Studi Peran Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Masyarakat Perdesaan atau LPPMD dalam Menanggulangi Kemiskinan di
Desa Randengansari Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik) lebih
menekankan pada peranan LPPMD dalam mengentaskan kemiskinan dengan
cara memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat miskin
akan pentingnya nilai pendidikan, pada hidup sehat maupun peluang
Dan Niken Setyaningsih, Implementasi Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pudak Payung
Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 - 2005) lebih menekankan
implementasi dan penerapan program P2KP dalam menanggulangi
kemiskinan dan meningkatkan kemampuan KSM.
Sedangkan penelitian ini membahas tentang Perilaku masyarakat
dalam peningkatan ekonomi melalui program bantuan jalin matra BRTSM
dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa Dadapkuning Kecamatan
Cerme Kabupaten Gresik) yang berorientasi pada peningkatan taraf hidup
juga dalam rangka peningkatan produktifitas ekonomi masyarakat desa.
Pemberdayaan masyarakat ini berupa dana yang di berikan kepada
masyarakat Desa Dadapkuning yang tingkat kesejahteraannya dibawah
rata-rata untuk menanggulangi kemiskinan sehingga dapat merubah perekonomian
masyarakat. Selain itu, dari penelitian-penelitian terdahulu belum ada yang
membahas tentang Perilaku masyarakat penerima bantuan jalin matra dalam
menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa Dadapkuning kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik) yang dipilih oleh peneliti, sehingga dapat melengkapi
penelitian-penelitian yang terdahulu.
B. Kerangka Teori
Peneliti menggunakan teori pertukaran social yang digagas oleh
Bantuan Progran Jalin Matra BRTSM. Hal ini disebabkan karena perilaku
penerima bantuan merupakan bagian dari perilaku sosial. Perilaku sosial
dapat didefinisikan sebagai perilaku dari dua orang atau lebih yang saling
terkait atau bersama dalam kaitannya dengan lingkungan. Gagasan dasar
dari teori prilaku sosial adalah persoalan tingkah laku antara perilaku dan
lingkungannya. Tingkah laku individu dan lingkungannya akan
menghasilkan perubahan pada tingkah laku aktor.1
Ada dua teori yang termasuk dalam teori perilaku sosial yaitu teori
Behavioral Sociology dan Exchange Theory. Behavioral yang biasa disebut behaviour memusatkan perhatian pada hubungan antara akibat dari
perilaku yang terjadi didalam lingkungan aktor dan tingkah laku aktor.
Akibat-akibat tingkah yang diperlakukan sebagai variabel independent.
Secara metafisik bahwa pada behavior mencoba menerangkan akibat dari
tingkah laku yang terjadi di masa lalu memiliki pengaruh terhadap tingkah
laku yang terjadi dimasa sekarang. Konsep dasar behavior adalah ganjaran
(reward). 2
Inti dari teori behavior adalah terkaitnya antara Stimulus dan
Respon ini dapat dianalogikan program Jalin Matra memberikan Bantuan,
kemudian ada tanggapan dari masyarakat yaitu berupa perilaku yang
dilakuakan oleh masyarakat penerima bantuan dalam konteks penggunaan
1
B.F. Skinner, Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia, (Yogyakarta;Pustaka Pelajar. 2013) Hal. 459
2
bantuan dan dalam peningkatan taraf hidup penerima itu sendiri. Dengan
berkiblat pada teori ini, maka akan sangat tepat jika dikontekstualisasikan
ke dalam permasalahan yang diteliti.
1. Konsep Perilaku Sosial
Perilaku social lebih menekankan pada pendekatan obyektif
empiris atas kenyataan social. Perilaku social ini memusatkan
perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang
terjadi dalam lingkungan actor dengan lingkungan actor. Akibat-akibat
tingkah laku actor diperlakukan sebagai variable independen.ini berarti
bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu
melalui akibat –akibat yang mengikutinya kemudian.
Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan
tingkahlaku yang terjadi dimasa sekarang melalui kemungkinan
akibatnya yang terjadi dimasa yang akan datang. Yang menarik
perhatian Behavioral sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku
yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkahlaku yang terjadi di masa
lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi dimasa sekarang. dengan
mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkahlaku nyata di masa
lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan
bertingkahlaku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang.
Konsep dasar bevioral sosiologi yang menjadi
pemahamannya adalah “reinforcement” yang dapat diartikan sebagai
ganjaran (reward). Tak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang daopat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tak dapat
dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.
perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap actor. Sesuatu
ganjaran yang tak membawa pengaruh terhadap actor tidak akan
diulang.contoh ysng sederhana adalah tentang makanan. Makanan
dapat dinyatakan sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat.
Tapi bila seseorang sedang tidak lapar maka makan tidak akan
diulang.
Lalu apakah sebenarnya yang menentukan: apakah ganjaran
yang akan diperolaeh itu yang menyebabkan perulangan tingkahlaku?
Bila actor telah kehabisan makanan, maka ia akan lapar dan makanan
akan berfungsi sebagai pemaksa. Sebaliknya bila ia baru saja makan,
tingkat kerugiannya menurun sehingga makanan tidak lagi menjadi
pemaksa yang efektif terhadap perulangan tingkahlaku.
Dalam contoh diatas terkandung kerugian psikologis. Bila kita
meniadakan unsuir manusia, makanan, seks, air, atau udara, maka
semua akan menjadi pemangsa yang potensial. Bila
kebutuhan-kebutuhan psikologis ini dipenuhi maka kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak akan
Tetapi factor pemaksa itu tidak hanya psikologis semata. Dia
dapat juga dapat berupa sesuatu yang kita pelajari. Kita telah belajar
membutuhkan berbagai jenis barang. Sekali kita belajar
membutuhkannya maka barang tersebut akan menjadi pemaksa bila
kita kehilangan barang tersebut.3
2. Pertukaran Sosial
Geroge ritzer menjelaskan gagasan George C Homans
tentang teori pertukaran sebagai berikut :
Homans memandang bahwa perilaku adalah pertukaran
aktivitas ternilai ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau
mahal bagi dua orang yang saling berinteraksi. Teori pertukaran ini
berusaha menjelaskan tentang perilaku dasar berdasarkan imbalan dan
biaya. Homans mengakui bahwa sosiologi ilmiah memerlukan
kategori dan skema konseptual namun sosiologi pun juga memerlukan
proposisi tentang hubungan antar kategori, tanpa proposisi Homans
tidak menyangkal bahwa panangan Durkheimian bahwa sesuatu yang
baru dapat muncul dari interaksi.
Namun, Dia berargumen bahwa hal-hal yang baru muncul
tersebut dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologi. Dalam
karya teoritisnya, Homans membatasi dirinya pada interaksi social
sehari-hari. Namun, Dia juga sangat percaya bahwa sosiologi yang
3
terbangun dari prinsip-prinsip ini padan akhirnya aakan mampu
menjelaskan semua perilaku social, menurut ritzer Teori Homans ini
berangkat dari asumsi ekonomi dasar (pilihan rasional), yaitu individu
memberi apa dan mendapatkan apa, apakah menguntungkan atau
tidak.4
Berdasarkan pada temuan-temuan B.F. Skinner, homans lalu
mengembangkan beberapa proposisi yang merupakan inti dari dari
teori pertukaran social. Proposisi-proposisi tersebut antara lain sebagai
berikut:
a) Proposisi Sukses
Jika seseorang sering melakukan suatu tindakan dan
orang tersebut mendapatkan imbalan dari apa yang ia lakukan,
maka makin besar kecenderungan ia akan melakukannya pada
waktu yang akan datang.
Secara umum perilaku yang selaras dengan proposisi
sukses meliputi 3 tahap yaitu pertama tindakan seseorang,
kedua hasil yang diberikan dan ketiga pengulangan tindakan
asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal
menyerupai tindakan asli
4
Homans mencatat bahwa ada beberapa hal khusus
terkait dengan poroposisi sukses. Pertama meskipun secara
umum benar bahwa imbalan yang semakin sering dilakukan
mendorong peningkatan frekuensi tindakan. Situasi timbal
balik ini mungkin berlangsung tanpa batas. Dalam beberapa
hal individu sama sekali tidak dapat terlalu sering berbuat
seperti itu. kedua semakin pendek interval antara perilaku dan
imbalan, semakin besar kecenderungan seseorang melakukan
perilaku tersebut.
Sebaliknya semakin panjang interval antara perilaku
dan imbalan memperkecil kecenderungan melakukan perilaku
tersebut. Intinya adalah imbalan tidak teratur yang diberikan
kepada seseorang menyebabkan berulangnya perilaku,
sedangkan imbalan yang teratur justru membuat masyarakat
menjadi bosan dan muak melakukan hal yang sama pada
waktu yang akan datang.
b) Proposisi Nilai
Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang,
semakin semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa.
Dalam proposisi ini Homans memperkenalkan imbalan
lebih cenderung melahirkan sesuatu yang diinginkan.
Hukuman adalah tindakan yang bernilai negatif. Meningkatnya
hukuman berarti bahwa actor kurang cenderung menampilkan
perilaku-perilaku yang tidak dinginkan. Homans menganggap
bahwa hukuman sebagai cara yang tidak memadai untuk
menggiring orang mengubah perilaku mereka.
c) Proposisi Stimulus
Jika pada masa lalu tertentu,atau serangkaian stimulus
adalah situasi dimana tindakan seseorang diberikan imbalan,
maka semakin mirip stimulus saat ini dengan stimulus yang
lalu tersebut semakin besar kecenderungan orang tersebut
mengulangi tindakan yang sama atau yang serupa.
Homans tertarik pada proses Generalisasi yaitu
kecenderungan untuk memperbanyak perilaku pada situasi
serupa. Namun, dia juga berpendapat bahwa proses
diskriminasi juga penting. Seorang actor akan dapat merespon
rangsangan yang tidak relevan, paling tidak sampai situasinya
dibenahi oleh kegagalan yang berulang. Semua itu dipengaruhi
oleh kewaspadaan individu atau perhatian mereka terhadap
rangsangan.
Proposisi A : ketika tindakan seseorang tidak
mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau menerima
hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah. Ia cenderung
berperilaku agresif dan akibat dari perilaku tersebut menjadi
lebih bernilai untuknya.
Proposisi B : ketika tindakanseseorang menerima
imbalan yang diharapkannya, khususnya imbalan yang
lebih besar dari yang diharapkannya. Atau tidak
mendapatkan hukuman yang diharapkannya ia akan
senang.ia lebih cenderung berperilaku menyenangkan dan
hasil dai tindakan ini lebih bernilai baginya.
Kini kita akan terkejut ketika menemukan konsep
frustasi dan amarah dalam karya Homans karna dua konsep
tersebut nampaknya merujuk pada kondisi mental. Sebaliknya
Homans mengakui bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan
apa yang ia harapkan, ia dikatakan sebagai frustasi dari
harapan-harapan tersebut tidak harus “hanya” merujuk pada
kondisi internal, namun bisa merujuk pada “peristiwa
-peristiwa yang sepenuhnya eksternal” yang tidak hanya dapat
e) Proposisi Kelebihan dan Kekurangan
Jika pada saat tertentu orang miskin sering mendapat
imbalan tertentu, maka makin kurang bernilai imbalan yang
selanjutnya diberikan kepadanya.
Dalam hal ini Homans mendefinisikan dua konsep
kritis lain yaitu ongkos dan keuntungan. Ongkos didefinisikan
sebagai imbalan yang hilang dalam alur tindakan alternative
yang sedang berlangsung. Keuntungan dalam pertukaran social
dipandang sebagai jumlah imbalan yang lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menggiring Homans
mengubah proposisi kelebihan-kekurangan menjadi “semakin
besar keuntungan yang diterima sebagai akibat dari tindakan,
semakin cenderung seseorang melakukan tindakan tersebut”.
f) Proposisi Rasionalitas
Ketika seseorang memilih tindakan alternative
seseorang akan memilih tindakan sebagaimana yang
dipersepsikannya kala itu jika nilai hasilnya dikalikan dengan
probabilitas keberhasilan, maka hasilnya adalah lebih besar.
Jika proposisi sebelumnya banyak bersandar dari
behaviourisme (perilaku sosial). Proposisi rasionalitas secara
pendekatan homans. Pada dasarnya, orang menelaah
melakukan kalkulasi atas berbagai tindakan alternative yang
tersedia baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan
yang diasosiasikan dengan setiap tindakan.
Merekapun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa
mereka benar-benar akan menerima imbalan. Imblan yang
bernilai tinggi akan hilang nilainya jika actor menganggap
bahwa semua itu cenderung tidak akan mereka peroleh.
Sebaliknya, imbalan yang bernilai rendah akan mengalami
pertambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin
diperoleh. Maka terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan
kecenderungan yang diperolehnya imbalan.
Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang
sangat bernilai dan sangat mungkin tercapai, sedangkan
Imbalan yang paling tidak di inginkan adalah imbalan yang
paling tidak bernilai dan cenderung tidak dapat diperoleh.
Homans juga berargumen bahwa struktur skala besar dapat
dipahami jika kita memahami secara baik perilaku social dasar.
Menurut Homans proses pertukaran identik pada level
masyarakat yang terdapat proses kombinasi fundamental yang
lebih kompleks.5
5
Sedangkan menurut khairul yahya, teori pertukaran
melihat tatanan social sebagai hasil yang tidak direncanakan
dari tindakan pertukaran antara anggota masyarakat. Teori
pertukaran secara eksklusif menunjukkan upaya untuk
menjelaskan kehidupan dengan metode pilihan rasional. Teori
pertukaran tumbuh dari fakta bahwa pasar lembaga non
industri masyarakat biasa lebih sederhana dari pada yang
ditemukan dalam ekonomi modern. 6
Dari beberapa uraian tentang proposisi diatas, ada dua jenis
proposisi yang mennurut peneliti sesuai untuk meneliti tentang perilaku
penerima bantuan JALIN MATRA BRTSM yang ada di Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme kabupaten Gresik. Dua jenis proposisi tersebut adalah
proposisi sukses dan proposisi nilai. Proposisi sukses menganalisis
bagaimana perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra
BRTSM terkait dengan pengulangan tindakan yang akan dilakukan pada
waktu selanjutnya karena memandang bahwa saat ini mempunyai sesuatu
yang berharga untuk dilakukan ulang.
Sementara itu, dalam konteks pertukaran sosial analisis proposisi
nilai, tindakan atau perilaku yang ditunjukkan penerima bantuan Program
Jalin Matra BRTSM semakin memberikan nilai dalam kehidupannya
6
cenderung akan diulangi pada waktu selanjutnya untuk hal yang bernilai
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah satu cara atau proses yang digunakan di
dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan
oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy
Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain,
metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik
penelitian.1
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti ingin
menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan
terperinci. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya”.
1
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti
berperan sebagai instrument kunci dengan analisis data bersifat
induktif dan hasil penelitian yang lebih menekankan makna dari
pada kesimpulan generalisasi. metode ini digunakan untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan, berfokus pada makan individual,
dan menterjemahkan kompleksitas suatu persoalan.2 Jenis
penelitian baru-baru ini memiliki dua pendekatan kualitatif, yakni
pengamatan melibat dan penelitian tindakan partisipatif.3
Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research menyebutkan bahwa penelitian kulitatif adalah jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat
berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku
seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan
sosial, atau hubungan timbal-balik.4
2
Definisi mengenai penelitian kualitatif ini diambil dari makalah: Dr Rr. Suhartini, Dra., M.Si berjudul: Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada 25 Maret 2014
3
Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini sering dilakukan dalam penelitian sosiologi dan antropologi, di mana pendekatan kualitatif ini diperkaya oleh masuknya dua pendekatan motodologis yakni: interaksionisme simbolik dan pendekatan etnografi. Lebih jelas lihat: Dr. Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. viii
4
Metode penelitian kualitatif sering juga dinamakan sebagai
metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan
metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat
postpositivisme. Filsafat postpositivisme sering juga disebut
sebagai paradigma interpretatif dan konstruktif, yang memandang
realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh., kompleks,
dinami, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.
Dalam penelitian ini biasanya dilakukan pada obyek yang alamiah.
Obyek yang alamiah adalah byekyang berkembang apa adanya.,
tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau
human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrume,makapeneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan
mengkostruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.
Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena
proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut
sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih
berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di
lapangan. Selain itu, metode penelitian ini juga disebut sebagai
metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah; sering juga disebut sebagai metode ethnografi
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya; namun juga sering disebut
sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisis
yang dilakukan lebih bersifat kualitatif.
Oleh sebab itulah, metode ini biasanya digunakan dalam
metode penelitian di mana pendekatan-pendekatannya
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan
tema yang dilakukan oleh peneliti karena obyek penelitian atau
permasalahan yang diteliti oleh peneliti merupakan situasi sosial di
mana di dalamnya memiliki keadaan yang natural tanpa ada
rekayasa dari peneliti.
Sementara itu, pendekatan kualitatif ini juga memiliki
jenis-jenis penelitian. Jenis-jenis metode peenlitian biasanya
diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan obyek
yang diteliti. Jika ditinjau dari tujuan penelitian, maka metode
penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga; penelitian dasar,
penelitian terapan dan penelitian pengembangan.
Dalam penelitian mengenai perilaku penerima bantuan
Kabupaten Gresik jika ditinjau dari tujuannya, maka dapat
disimpulkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian terapan. Disebut jenis penelitian terapan karena jenis
penelitian yang digunakan bertujuan untuk mempraktikan teori
yang sudah diakui atau disepakati sebelumnya. Selain itu, sifatnya
yang semi sistematis di dalam obyek penelitian yang sedang
diteliti, maka penelitian terapan (applied research) sangat cocok.
Namun demikian, jenis penelitian biasanya juga dapat
ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian. Pada tingkat ini,
terdapat tiga jenis penelitian yang masing-masing memiliki
kekhasannya masing-masing yaitu: penelitian eksperimen,
penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Ketiga jenis
penelitian ini biasanya digunakan dalam rangka sejauh mana
tingkat kealamiahan obyek penelitian atau permasalahan yang
sedang diteliti.
Dalam konteks penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra di
Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, jika
ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian adalah termasuk jenis
penelitian naturalistik. Karena, jenis penelitian naturalistik
cenderung meneliti situasi sosial yang berjalan apa adanya secara
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan tujuan penelitian menggunakan jenis penelitian terapan dan
jenis penelitian naturalistik jika berdasarkan tingkat kealamiahan.5
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitihan ini dilakukan di Desa dadapkuning, Kecamatan
cerme, Kabupaten Gresik. Desa Dadapkuning merupakan salah
satu desa yang terletak di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
Menurut data yang diperoleh peneliti dari kepala Desa
Dadapkuning Bapak H. Saikun, Luas wilayah Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1,55 km2, dengan total
penduduk 1841 jiwa yang terdiri dari 525 Kartu Keluarga, juga
terdapat 2 Dusun yaitu dusun Dadapkuning dan leker rejo, 3 RW,
9 RT.
Dengan lokasi yang berada di daerah gresik paling selatan,
masyarakat di sekitar dan lingkungan desa ini masih dalam
kategori sederhana dan masih alami, yang menjadikan suasana
menjadi akrab dengan ketenangan, kesejukan dan keindahan.
Suasana seperti ini membuktikan bahwa desa ini tergolong desa
paguyuban seperti terdapat pada desa-desa kebanyakan.
5
Waktu penelitian di lakukan mulai bulan november 2016
sampai bulan januari 2016. Adapun alasan penelitian yang
menjadikan Desa Dadapkuning ini di jadikan objek penelitian
ialah, karena dari hasil dari pada perilaku penerima bantuan
program jalin matra dalam pengentasan kemiskinan di Desa
Dadapkuning.
C. Pemilihan Subyek Penelitian
Sasaran penelitian yang akan menjadi lokasi sampling
adalah warga 5 RTSM masyarakat Desa Dadapkuning yang
menerima bantuan dan pemerintah desa selaku pengelola program
Jalin Matra ditingkat Desa serta pendamping desa program jalin
matra itu sendiri, mengenai subyek penilitian akan diambil sampel
yang akan menjadi informan sebagai data yang akan diuraikan
dalam penelitian ini, dalam penentuannya peneliti mengambil dari
masing-masing Dusun yang ada 3 informan dari Dusun
Dadapkuning 2 dari Dusun Lekerrejo di Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme kemudian dalam prosedurnya peneliti juga akan
menambahkan beberapa informan dari Pemerintah Desa serta
Pendamping Desa yang mengakomodir bantuan dari Pogram Jalin
D. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yakni pra
lapangan dan lapangan.
1. Tahap Pra Lapangan:
a. Menyusun rancangan penelitian
Berangkat dari latar belakang masalah yang menjadi dasar
penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian
Lapangan penelitian berada di Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
c. Mengurus Perizinan
Mengurus perizinan sangat diperlukan untuk membantu
kelancaran dalam penelitian di lapangan.
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
Menilai keadaan lapangan dimaksudkan untuk menilai
situasi, latar belakang dan kondisi tempat penelitian apakah
sesuai dengan latar belakang.
Informan disini merupakan orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu
agar secepatnya dan tetap sedetail mungkin dapat
membenamkan diri dalam konteks setempat.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian yang dianggap penting
Perlengkapan disiapkan untuk membantu dalam kegiatan
penelitian seperti wawancara.6
2. Tahap Pekerjaan Lapangan :
Pada tahap ini peneliti berfokus pada data di lapangan,
adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar
belakang penelitian, bisa menempatkan diri atau beradaptasi,
menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat
penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subyek serta
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.
b. Memasuki lapangan
6
Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan
yang baik antara peneliti dengan subyek. Agar subyek secara
sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban
dengan subyek dan informasi lainnya perlu dipelihara selama
penelitian berlangsung.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
Catatan lapangan merupakan data yang diperoleh selama
penelitian baik melalui wawancara, pengamatan atau
menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam mengumpulkan data
peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya seperti :
dokumen, laporan, foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan
informasi bagi peneliti.7
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Bagi peneliti kualitatif,
fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila
dilakukan interaksi dengan subyek melalui observasi pada latar
tempat dan wawancara mendalam, dimana fenomena tersebut
berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data
7
diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh
atau tentang subyek).
Dalam penelitian data dari subyek penelitian dikumpulkan
melalui :
1. Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti adalah pada saat
penentuan informan dimana peneliti mengamati secara visual
menggunakan indera mata dan telinga sendiri untuk
mengetahui karakteristik masyarakat yang akan dijadikan
sebagai informan penelitian. Karakteristik yang dimaksud
adalah bagaimana pengetahuan dan pengaruh masyarakat
dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi mengenai
bagaimana peran program Jalin Matra BRTSM (bantuan
rumah tangga sangat miskin) dalam pemberian subsidi pada
masyarakat.
2. Wawancara
Proses menggali data terhadap informan dengan
menggunakan pedoman wawancara terbuka dan disertai
dengan wawancara lebih mendalam terhadap informan
menyerupai suatu dialog antara peneliti dan subyek penelitian
yang dilakukan dengan suasana keakraban dan santai dengan
menggunakan pedoman wawancara atau guide interview.
Dimana, dalam proses wawancara peneliti menyesuaikan
lokasi wawancara sesuai keinginan informan. Dengan cara ini
dapat menggali sebanyak mungkin informasi sehingga
memperoleh gambaran yang sejelas-jelasnya dan lebih
memungkinkan mendapatkan info yang unik dan jujur. Dalam
proses wawancara peneliti tidak terpaku pada pedoman
wawancara yang baku tetapi juga mengikuti alur pembicaraan
subyek penelitian dan memungkinkan peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan. Pada saat melakukan
percakapan, peneliti berusaha untuk memberi kebebasan
kepada informan apapun pendapatnya dan tidak untuk
memotong atau menyela perkataan informan. Untuk
memudahkan proses wawancara peneliti menggunakan media
handphone dan kamera digital sebagai media untuk merekam
hasil wawancara serta mengabadikan suatu realitas yang terjadi
di lapangan sehingga hasil wawancara dapat terekam dengan
baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara
3. Studi pustaka atau literatur
menggunakan buku-buku atau artikel dalam kaitannya
dengan kajian teoritik yang dapat menjelaskan perilaku
masyarakat serta upaya penanggulangan kemiskinan dijawa
timur
4. Dokumentasi
Dokumentasi ini bisa diperoleh peneliti melalui gambar,
rekaman suara, atau tulisan yang diperoleh peniliti melalui
subjek secara langsung di lapangan sebagai penguat data.8
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan menyimpan data dari informan baik dengan bentuk
tulisan, gambar dan rekaman.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif. Dalam proses analisis data jelas peneliti
melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milih data sesuai
dengan kategori yang disepakati oleh peneliti. Deskripsi, yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data
8
yang telah terkumpul dalam rangka memperoleh pemahaman
komprehensif.9
Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis
data yang telah dikumpulkan, yaitu:
a) Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data
kasar yang diperoleh di lapangan studi.
b) Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks
naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang
memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and
verification), mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi
yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian
masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan
terus-menerus di verifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang
valid dan kokoh.
Dengan tiga langkah analisis data tersebut memudahkan
peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga
9
menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data
kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarik kesimpulan hasil
penelitian. Kategorisasi data yang tersebut dalam bentuk tabel
dimana jawaban informan di kategorikan menurut konsep-konsep
penelitian yang terpenting. Data juga dianalisis dengan
menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori
pertukaran social George Caspar Homans.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam proses penelitian tidak semua pernyataan atau
informasi yang didapatkan dari informan itu sesuai atau valid.
Maka dari itu uraian informasi, tindakan dan ungkapan yang didapat
perlu terlebih dahulu diukur keabsahan datanya. Proses ini sangat
penting dimaksudkan agar informasi yang diperoleh memiliki
derajat ketepatan dan kepercayaan sehingga hasil penelitian bisa
dipertanggung jawabkan.
Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka informasi
yang telah diperoleh dari satu informan dicoba untuk ditanyakan
kembali kepada informan yang lain dalam beberapa kesempatan dan
waktu yang berbeda. Proses ini mengikuti apa yang dikemukakan
oleh Moleong yaitu teknik member check (pengecekan anggota).
pertanyaan yang sama dengan informan yang berbeda hingga
informasi yang diperoleh menjadi sama atau memiliki kemiripan.10
Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data lebih bersifat
sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan
data kualitatif harus dilakukan sejak awal penelitian berlangsung.
Yakni pada tahap pengambilan data, yaitu sejak melakukan data
display dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk
memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan
dengan cara kredibilitas, Transferabilitas dan dependabilitas yang
maksudnya adalah.
1. Validitas Internal (kredibilitas)
Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang
diperoleh dengan instrumen. Yakni instrument itu sungguh – sungguh
mengukur variabel yang sesungguhnya.
Bila instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka data
yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaranya.sehingga hasil
penelitianya juga tidak dpat dipercaya. Atau dengan kata lain tidak
memenuhi syarat validitas.
Menurut Nasution validitas internal (kredibilitas) dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
10
a. Memperpanjang masa observasi.
b. Melakukan pengamatan terus-menerus
c. Trianggulasi data
d. Membicarakan dengan orang lain
e. Menganalisis kasus negative
f. Menggunakan bahasa referensi
g. Mengadakan membercheck
2. Validitas Eksternal
Validits Eksternal ditunjukkan dengan masalah generalisasi. Yakni
dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus
lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak dapat
menjamin keberlakuan hasil penelitian padasubjek lain.
Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan
untuk menggeneralisir. Karena penelitian kualitatif tidak menggunakan
sampling acak atau senantiasa bersifat purposive sampling.
3. Dependabilitas
Dependibilitas atau reliabiliats instrument adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
alat pengukur yang sama untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam
penelitian ini. Maka dilakukan dengan tehnik ulang atau checkreankeck.
4. Objektivitas
Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha sedapat
mungkin mempercepat faktor subjektivitas. Penelitian akan dikatakan
objektif bila dibenarkan atau di confirm oleh peneliti lain. Maka
BAB IV
PERILAKU PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA BRTSM DI DESA DADAPKUNING MENURUT PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN
SOSIAL GEORGE C. HOMANS
A. Deskripsi Umum Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik
1. Keadaan Demografi Desa Dadapkuning
Desa Dadapkuning merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
Gambar 4.1
Peta Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik
Desa Dadapkuning ada di nomor 001 batas wilayahnya adalah:
Sebelah Utara : Desa lengkong (008)
Sebelah Timur : Desa Dooro (007)
Sebelah Selatan : Desa Ngembung (002)
Sebelah Barat : Kecamatan Benjeng
Menurut data yang diperoleh peneliti dari kepala Desa
Dadapkuning Bapak H. Saikun, Luas wilayah Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1,55 km2, dengan total penduduk
1841 jiwa yang terdiri dari 525 Kartu Keluarga, juga terdapat 2 Dusun
yaitu dusun Dadapkuning dan leker rejo, 3 RW, 9 RT. Berikut gambar
wilayah kecamatan Cerme.
Sementara itu, luas wilayah menurut penggunaan tanah di Desa
Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik memiliki luas tanah
sebanyak 154,80 hektar dengan rincian 99.20 hektar tanah sawa, 20 hektar
tanah tambak, 2 hektar tanah kering, 21,90 hektar tanah pekarangan dan
yang dipergunakan untuk kepentingan selain tersebut adalah seluas 11,70
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Desa Dadapkuning
Penggunaan Tanah Luas (Ha)
Tanah Sawah 99,20
Tanah Tambak 20,00
Tanah Kering 2,00
Tanah Pekarangan 21,90
Hutan/ Negara -
Lain-lain 11,70
Jumlah 154,80
Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016
2. Lembaga Kemasyarakatan
Organisasi kemasyarakatan memiliki fungsi yang cukup besar
untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Fungsi pokoknya adalah menjadi
wadah pembinaan serta pengembangan anggotanya. Hal ini berarti fungsi
dan peningkatan keterampilan yang nantinya dapat disumbangakan dalam
pembangunan di segala bidang.
Lembaga atau organisasi kemasyarakatan di Desa Dadpkuning
Kecamatan Cerme Kabupaten gresik terdiri dari berbagai macam yang
dibentuk atas dasar sifat kekhususannya masing-masing. Lembaga
tersebut yakni organisasi perempuan, organisasi pemuda, organisasi
bapak-bapak, kelompok gotong royong dan juga kepemudaan seperti
karang taruna, menurut tutur Kepala Desa Dadapkuning dalam struktur
organisasi Desa ada perangkat Desa yang tersusun dengan 9 orang, BPD 5
orang, Serikat tani dan Tambak, LPMD, PKK, juga dalam Desa
Dadapkuning ada 2 karang taruna dari dua Dusun yaitu Dadapkuning dan
Lekerrejo .
3. Sarana dan Prasarana
Secara umum banyak di masyarakat kita sering menggabungkan
arti kata sarana dan prasarana. Sebenarnya kedua istilah tersebut sangatlah
berbeda. Singkat kata, sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang
bergerak seperti komputer dan mesin-mesin. Sedangkan prasarana lebih
ditujukan untuk benda yang tidak bergerak atau lebih tepatnya permanen
Kemudian disini peneliti akan lebih menjelaskan beberapa
prasarana yang ada di Desa Dadapkuning, Prasarana peribadatan yakni
seperti masjid sejumlah 2, mushola sejumlah 2, Prasarana kesehatan
Puskesmas ada 1 juga ada 1 dokter praktek prasarana kesehatan ini
sanagat penting adanya mengingat kesehatan adalah hal sangat
mempengaruhi tingat kesejahteraan masyarakat, kemudian prasarana
pendidikan yang ada di Desa Dadapkuning terdapat 1 sekolah dasar dan 1
taman kanak-kanak meskipun jenjang pendidikan yang ada di
Dadapkuning hanya sampai dengan sekolah dasar akan tetapi rata-rata
masyarakat juga mulai melek pendidikan sudah ada beberapa putra putri Dadapkuning yang mengenyam pendidikan tinggi.
4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data kepadatan penduduk di Desa Dadapkuning Kecamatan
Cerme Kabupaten Gresik bahwa jumlah penduduknya adalah sebanyak
1841 jiwa, dengan penduduknya yang didominasi oleh perempuan yaitu
sebanyak 925, sementara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki adalah
berjumlah 916 jiwa. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki 916
Perempuan 925
Jumlah 1841
Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016
5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Usia
Berdasarkan jumlah penduduk menurut usia di Desa Dadapkuning
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik adalah didominasi oleh penduduk
dengan tingkat usia 40-59 dengan jumlah 483 orang, disusul oleh
penduduk dengan tingkat usia 25-39 yaitu sebanyak 646 orang, lalu
penduduk dengan tingkat usia 20-24 yaitu sebanyak 141. Sementara
jumlah penduduk dengan tingkat usia yang paling sedikit adalah 0-4 tahun
yang hanya berjumlah sebanyak 126 orang. Hal ini dapat dilihat dari tabel
4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Usia di Desa Dadapkuning
No Usia Jumlah
2 5-9 133
3 10-14 141
4 15-19 135
5 20-24 141
6 25-39 464
7 40-59 483
8 >60 218
Jumlah 1.841
Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016
6. Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Desa Dadapkuning
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menjelaskan bahwa
penduduk yang bekerja di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik didominasi oleh bidang pekerjaan sebagai buruh di
industri yaitu sebanyak 375 orang, disusul dengan angka orang yang
bekerja di bidang pertanian sebanyak 139 orang, sementara bidang
pekerjaan yang paling sedikit dilakukan oleh masyarakat Desa
Dadapkuning adalah bidang konstruksi yang hanya sebanyak 29 orang,
disusul kemudian di bidang angkutan yang hanya sebanyak 71 orang.
Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini.
Jumlah Penduduk Desa Dadapkuning Yang Bekerja
Bidang Pekerjaan Jumlah (Orang)
Pertanian 139
Industri 375
Konstruksi 29
Perdagangan 119
Angkutan 71
Jasa 115
Lainnya 443
Jumlah 1.291
Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016
7. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Sejahtera di Desa Dadapkuning
Berdasarkan data dari pemerintah Badan Pusat Statistik Kabupaten
Gresik terlihat bahwa Jumlah Keluarga berdasarkan Tahapan Keluarga
Sejahtera di Desa Dadapkuning terlihat kalau rata-rata menurut tingkatan
Kepala Keluarga (KK) berada dalam golongan Sejahtera III yaitu
sebanyak 283 KK, disusul oleh Tahapan Keluarga Sejahtera yang berada