• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PENERIMA BANTUAN JALIN MATRA BRTSM : STUDI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA DADAPKUNING KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU PENERIMA BANTUAN JALIN MATRA BRTSM : STUDI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA DADAPKUNING KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang

Sosiologi

Oleh:

Moh. Ibnu Zakaria Al-Ansor B55212053

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PRODI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Moh. Ibnu Zakaria Al-Ansor, 2017, Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM (Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin); Studi Kasus Pengentasan Kemiskinan di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Perilaku Sosial, Jalin Matra BRTSM

Penelitian ini membahas mengenai pengentasan kemiskinan melalui Program Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (Jalin Matra BRTSM). Titik tekan penelitian ini terdapat pada perilaku penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM dalam konteks peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik?

Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM dalam konteks peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, di mana data-data tersebut diperoleh melalui cara observasi, wawancara dan studi literatur serta dokumentasi. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Teori Pertukaran (Exchange Theory) yang dikemukakan oleh George C. Homans yang dalam teori tersebut mengambil dua proposisi yaitu: proposisi sukses dan proposisi nilai.

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB II : TEORI PERTUKARAN GORGE CASPAR HOMANS SEBAGAI ANALISA ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kerangka Teori ... 16

1. Konsep Perilaku Sosial ... 18

2. Pertukaran Sosial ... 20

BAB III : METODE PENELITIAN ... 29

A. Pendekatan dan Jenis Penellitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 35

D. Tahap – Tahap Penelitian... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data... 41

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 43

BAB IV : PERILAKU PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA BRTSM DI DESA DADAPKUNING MENURUT PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN SOSIAL GEORGE C. HOMANS ... 40

(8)

Dadapkuning ... 62

C. Analisis Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM Perspektif Teori Pertukaran George C. Homans ... 72

1. Proposisi Sukses dalam Konteks Perima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM ... 74

2. Proposisi Nilai dalam Konteks Perima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM ... 75

BAB V : PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN Pedoman Wawancara Dokumentasi

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, kemiskinan bukan

hanya di pandang dari segi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok seperti

sandang dan pangan saja, terlebih pada keterbatasan akses terhadap pendidikan

kesehatan dll. Ini menjadi permasalahan yang urgent bagi pemerintah karena

kemiskinan merupakan hulu dari segala permasalahan sosial dinegeri ini.

menjadi tugas bagi pemerintah untuk mengentaskan masyarakatnya dari

problema kemiskinan sebab kita tahu bahwa disamping sumber daya manusia yg

minim juga tingkat perekonomian Indonesia yg lemah menjadi tolak ukur

kesejahteraan masyarakat.

Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu

kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, kesenjangan antarwilayah.

Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan

peluang kerja bagi angkatan kerja di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya

harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

(10)

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh

kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan1

Sebagaimana dijelaskan oleh perkembangan pemikiran dan perhatian

terhadap aspek kemiskinan menunjukkan perubahan mendasar dimana konsep

kemiskinan semakin luas (bukan hanya physiological deprivations, namun

hingga mencakup social deprivations), penyebab kemiskinan semakin luas

(termasuk sosial, politik, budaya, kekerasan dan sumber daya alam), dan fokus

kemiskinan semakin dalam (mencakup hingga strategi perlindungan sosial,

mitigasi dan pengurangan resiko).2

Robert chambers juga menguraikan tentang masalah kemiskinan pada

intinya yatiu apa yang disebut perangkap (Deprivation Trap) secara rinci

perangkap kemiskinan ini dibagi menjadi 5 unsur yaitu

1. Kemiskinan itu sendiri

2. Kelemahan fisik

3. Keterasingan atau kadar isolasi

4. Kerentanan

5. Dan ketidakberdayaan

1

Hadi Prayitno, Pembangunan Ekonomi Desa (Yogyakarta: BPFE, 1987), 79.

2

(11)

Hal tersebut selaras dengan pemikiran peraih Nobel Amartya Sen yang

mengungkapkan bahwa seseorang yang miskin menderita akibat keterbatasan

kemampuan (capabilities), kesempatan (opportunities) dan kebebasan (freedoms)

yang juga didefinisikan ulang kemiskinan sebagai berikut: “Poverty is

pronounced deprivation in well-being, and comprises many dimensions. It

includes low income and the inability to acquire the basic goods and services

necessary for survival with dignity. Poverty also encompasses low level of health

and education, poor access to clean water and sanitation, inadequate physical

security, lack of voice and insufficient capacity and opportunity to better one’s

life”.3

Dari sekian upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, Penulis

menyoroti salah satu kebijakan yang di buat oleh pemerintah Provinsi Jawa

Timur melalui BAPEMAS (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Provinsi JATIM

tentang program pengentasan kemiskinan yaitu JALIN MATRA (Jalan Lain Menuju Mandiri dan sejahtera)

Secara umum kemiskinan di jawa timur dapat di golongkan menjadi 3

golongan

Penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan

3

(12)

Penduduk rentan (vurnerable) yakni penduduk yang hidup diatas garis

kemiskinan akan tetapi mudah jatuh pada kemiskinan

Penduduk kesenjangan (inequality) yakni ketimpangan jumlah penduduk

miskin dan tingkat kemiskinan antar kabupaten/kota, desa dengan kota atau

gender

Berdasarkan hasil hasil survey badan pusat statistic nasional bulan

September 2015 data kemiskinan di Indonesia sebesar 27,73 juta jiwa atau setara

11,13% dari penduduk Indonesia, sedangkan data tingkat kemiskinan di propinsi

jawa timur pada bulan September 2015 oleh badan pusat staistik isa di propinsi

jawa timur sebssar 4,78 juta jiwa atau setara 12,28% dari penduduk jawa timur.

Pada bulan Maret 2015 jumlah penduduk miskin di jawatimur 4.789.120 jiwa

(12,34%) dan pada bulan September 2015 sebesar 4.775.970 jiwa (12,28%).

Artinya telah terjadi penurunan kemiskinan sejumlah 13.150 jiwa (0,06%).4

Kemudian bisa kita lihat berdasarkan data yang tertulis diatas di

Provinsi Jawa Timur angka kemiskinan yang berkurang 0,06 persen dari bulan

maret sampai September saja. Ini menunjukkan bahwa program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu memberikan

kontribusi pada penurunan angka kemiskinan di Indonesia meskipun tidak terlalu

tinggi angka penurunannya, selain Program Jalin Matra, Pemerintah Provinsi

Jawa Timur juga melaksakan program-program yang berkontribusi menurunkan

4

(13)

angka kemiskinan, program-program tersebut antara lain adalah Koprasi wanita,

Bntuan untuk siswa (BOS SLTA, BOSDA MADIN), Jaminan Kesehatan daerah,

Pengembangan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes), Bantuan keuangan Desa

untuk pembangunan infrastruktur pedesaan, Pengembangan dana bergulir,

perbaikan Rumah tidak layak huni, dan lain-lain.

Berdasarkan pendataan Program Perlindungan Program Perlindungan

Sosial tahun 2011 (PPLS) yang bersumber dari basis data terpadu Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemikskinan (TNP2K) memuat data mikro propinsi

jawa timur yang diperoleh melalui sensus berdasarkan nama dan alamat (by name by adress) rumah tangga dengan status kesejahteraan terendah menunjukkan

hasil sebagai berikut:

Desil 1 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 10% terendah) sebesar

1.230.042 rumah tangga atau 5.174.675;

Desil 2 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 11%-20% terendah)

sebesar 1.189.670 rumah tangga atau 3.932.347 jiwa;

Desil 3 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 21%-30% terendah)

sebesar 1.189.652 rumah tangga atau 3.527.666 jiwa

Rumah tangga dengan klasifikasi desil 1 inilah yang dapat diartikan

rumah tangga miskin. dari 1.230.042 rumah tangga ini ditemukan kesejahteraan

5% terendah sejumlah 619.902 atau diklasifikasikan sebagai rumah tangga sangat

(14)

Kelompok rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 5% relatif belum

pernah menjadi target prioritas berbagai penanggulangan kemiskinan secara

eksklusif. Kendalanya memang pada data yang sangat sulit dan dalam

pendataannya pun susah mengklasifikasikannya. Akibatnya, kemiskinan

seringkali diperlakukan secara homogen (disamaratakan). Padahal kebutuhan

rumah tangga strata sangat miskin sangat berbeda jauh dengan kebutuhan rumah

tangga miskin atau hampir miskin. Berdasarkan program Jalinkesra yang

dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 hingga tahun 2013

telah menjangkau rumah tangga sangat miskin sejumlah 309.807 RTSM dari

target 493.003 atau masih tersisa yang layak dieksekusi 163.039 RTSM.

Kemudian untuk kelanjutan pengentasan kemiskinan di wilayah Jawa Timur

Pemerintah Provinsi Jawa Timur membangun kemitraan kerja dengan

Pemerintah Kabupaten Jawa Timur yang kemudian menetapkan program baru

yaitu program Jalin Matra Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (BRTSM)

yang direncanakan mulai tahun 2014-2015. Pilot project Jalin Matra BRTSM akan dilakukan semaksimal mungkin di seluruh wilayah Jawa Timur berdasarkan

data (by name by address).5

Daerah Dadapkuning juga merupakan target dimana program jalin matra,

dimana ada 61 RTSM yang menerima program JALIN MATRA. Menurut

peneliti sangan perlu adanya penelitian di daerah Dadapkuning dengan

5

(15)

mengamati perilaku penerima program Jalin Matra lebih khususnya Jalin Matra

BRTSM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka dapat

diambil sebuah fokus masalah, yaitu:

1. Bagaimana Perilaku Penerima Bantuan Jalin Matra BRTSM (Bantuan

rumah tangga sangat miskin) Dadapkuning Kecamatan Cerme

Kabupaten Gresik?.

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat latar belakang penelitian serta rumusan masalah yang

telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini sebagi berikut:

1. mengetahui bagaimana perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM.

2. Mengidentifikasi bagaimana pengelolaan bantuan program Jalin Matra

BRTSM.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi, antara

lain:

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada penulis

bahwa ada permasalahan sosial yang harus disikapi dalam

(16)

b. Penelitian ini akan memberikan pengalaman kepada penulis

bagaimana cara peneliti dan bagaimana cara menggunakan

teori sebagai kacamata untuk melakukan penelitian.

c. Penelitian ini juga merupakan kesempatan bagi penulis untuk

belajar mengaplikasikan teori-teori yang telah penulis dapatkan

selama ini dibangku perkuliahan, khususnya di prodi Sosiologi.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau

bahan rujukan bagi pihak yang akan melakukan penelitian

sejenis secara mendalam sebagai alternatif dalam memecahkan

masalah yang relevan.

b. Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai solusi

alternatif untuk daerah lain.

Hasil penelitian ini akan memberikan keyakinan kepada

mahasiswa bahwa mereka dapat mengaplikasikan keilmuannya dalam

dunia nyata yaitu pada kehidupan bermasyarakat .

E. Definisi Konseptual

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai

bahan penguat sekaligus spesifikasi mengenai penelitian yang akan dilakukan.

(17)

Perilaku Sosial dapat didefinisikan sebagai perilaku dari dua orang

atau lebih yang saling terkait atau bersama dalam kaitannya. Perbedaan

antara perilaku dan tindakan adalah jika perilaku dipengaruhi oleh sesuatu

kemudian tindakan tidak dipengaruhi oleh sesuatu, Artinya judul yang

dipilih ini tepat karna ada pola sebab dan akibatnya atau dapat

disederhanakan karna ada stimulus kemudian ada perilaku atau respon dari

masyarakat untuk menggunakan bantuan dari program pemerintah. Juga

tentang bagaimana dampak dari bantuan Jalin Matra terhadap perekonomian

masyarakat Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme .

2. Jalin matra BRTSM

Jalin matra BRTSM (bantuan rumah tangga sangat miskin) merupakan

salah satu program penanggulangan kemiskinan yang digagas oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai sebuah jawaban daripada problema

kemiskinan dijawa timur program ini ditargetkan pada kelompok rumah

tangga yang tingkat kesejahteraannya dibawah 5% menurut data PPLS

(pendataan program perlindungan sosial) yang termuat dalam data by name

by adress

Maksud dan tujuan program ini adalah

Membantu meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi rumah tangga

(18)

Meningkatrkan motivasi usaha (need for achievement) rumah tangga

sangat miskin dengan maksud mengeluarkan mereka dari kemiskinan

Memperluas akses rumah tangga sangat miskin terhadap usaha

produktif

A. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripso ini,

maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam beberapa bab yang

sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan tahapan awal dasar dari skripsi penelitian

ini yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual,

Sistematika Pembahasan.

Bab II : Kerangka teori (teori Behaviour B.F.skinner)

Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang Penelitian

Terdahulu dan Kajian Teori serta objek kajian yang dikaji,

penjelasannya meliputi: “Perilaku Penerima bantuan Jalin

Matra BRTSM studi kasus di Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.

(19)

Metode penelitian yang dituangkan pada bab ini adalah

kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di

lapangan. Adapun urutan pembahasannya yakni Jenis

Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Tahap-tahap

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data

dan yang terakhir Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Bab IV : Penyajian Data dan Analisis Data

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum

penelitian, dan deskripsi hasil penelitian. Bab ini berisikan

tentang laporan hasil penelitian, meliputi “Perilaku

Penerima bantuan Jalin Matra BRTSM studi kasus di Desa

Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi

(20)

BAB II

Teori pertukaran George Caspar Homans sebagai Analisa

A. Peneliti Terdahulu

Penelitian sebelumnya menjadi penting untuk dikemukakan pada

halaman ini, mengingat dari segi manfaat akademik, penelitian ini

dimaksudkan untuk memberi sumbangsih pengetahuan pada khazanah

ilmu-ilmu sosial, disamping itu dapat menjadi rujukan penelitian sosial. Adapun

penelitian terdahulu yang dianggap cukup relevan dengan penelitian ini

diantaranya:

1. Titin Hamidah, Pengentasan Kemiskinan oleh Penyuluh Pertanian di

Desa Mentaras, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik (Studi Dakwah

dengan Pendekatan Pekerjaan Sosial). Skripsi tahun 1999. Fokus kajian

penelitian ini membahas tentang upaya penyuluhan pertanian bapak Agus

Pamudji dalam mengentaskan kemiskinan pada sepuluh keluarga yang

tergolong dalam kelompok petani di Desa Mantras, Kecamatan Dukun,

Kabupaten Gresik. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan yaitu:

peran dakwah yang dilakukan oleh bapak agus pamudji dalam

memberikan penyuluhan kepada sepuluh keluarga miskin agar bisa

meningkatkan perekonomian keluarga. Penyuluhan tersebut dalam

(21)

pemeliharaan serta panen yang sesuai untuk tanaman, sehingga tanaman

bisa di produksi secara bertahap. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan pendekatan deskriptif.

2. Niken Setyaningsih, Implementasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan

di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pudak Payung

Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 - 2005), Skripsi tahun

2007. Fokus penelitiannya Implementasi Proyek Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Kesimpulan penelitian ini adalah

Implementasi P2KP di Kelurahan Pudak Payung lancar karena semakin

bertambahnya jumlah KSM yang pada awal pelaksanaan proyek ini

berjumlah 25 KSM dapat berkembang menjadi 102 KSM. Dengan

kemampuan mengembalikan angsuran yang tergolong lancar, dengan

jumlah KSM yang tergolong lancar lebih banyak SM) dibandingkan

dengan jumlah KSM yang tergolong macet (17 KSM) dan pencapaian

target dari perencanaan dan realisasi di BKM yang semakin meningkat

dari tahun ke tahun.

3. Suhartatik, Peranan Dakwah dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi

Peran Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Perdesaan

atau LPPMD dalam Menanggulangi Kemiskinan di Desa Randengansari

Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik), skripsi tahun 2007. Fokus

penelitiannya pada peranan LPPMD dalam menanggulangi kemiskinan di

Perdesaan. Kesimpulan penelitian ini adalah LPPMD mempunyai tugas

(22)

desa semakin berkembang. Selain itu LPPMD juga memberikan

pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat miskin akan pentingnya

nilai pendidikan, pada hidup sehat maupun peluang membuka usaha agar

masyarakat miskin kelak dapat mengangkat harkat dan martabat dirinya

sendiri, tanpa mempunyai ketergantungan pada bantuan pihak lain.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.

4. Mahira Yunani Abika, Upaya LSM SpeKtra dalam Mengentaskan

Kemiskinan (Studi tentang Pelaksanaan Program Gerakan Terpadu

Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten

Jombang). Skripsi tahun 2007. Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan

program gerakan terpadu pengentasan kemiskinan (gerdu taskin) di desa

grobogan, kecaatan mojowarno, kabupaten jombang. Kesimpulan

penelitian ini adalah Gerdu Taskin memiliki beberapa program untuk

mengentaskan kemiskinan yaitu memberikan pemberdayaan masyarakat

berupa kerajianan, ketarampilan sehingga dapat mendirikan usaha home

industri untuk menambah penghasilan masyarakat Desa Grobogan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka terdapat persamaan

diantara beberapa penelitian dengan penelitian yang sekarang yaitu

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan sama-sama

mengambil tema tentang penanggulangan kemiskinan. Sedangkan beberapa

(23)

tersebut terletak pada judul penelitian, rumusan masalah, sasaran penelitian

maupun lokasi penelitian. Selain itu, penelitian Titin Hamidah yang berjudul

Pengentasan Kemiskinan oleh Penyuluh Pertanian di Desa Mentaras,

Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik (Studi Dakwah dengan Pendekatan

Pekerjaan Sosial) lebih menekankan pada penyuluhan pertanian yang

dilakukan oleh bapak Agus Pamudji terhadap sepuluh masyarakat petani

miskin di Desa Mataras.

Mahira Yunani Abika yang berjudul Upaya LSM SpeKtra Dalam

Mengentaskan Kemiskinan (Studi tentang Pelaksanaan Program Gerakan

Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang)

lebih menekankan pada pelaksanaan program gerakan terpadu pengentasan

kemiskinan (gerdu taskin) melalui kerampilan untuk masyarakat.

Suhartatik yang berjudul Peranan Dakwah dalam Penanggulangan

Kemiskinan (Studi Peran Lembaga Pengkajian dan Pengembangan

Masyarakat Perdesaan atau LPPMD dalam Menanggulangi Kemiskinan di

Desa Randengansari Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik) lebih

menekankan pada peranan LPPMD dalam mengentaskan kemiskinan dengan

cara memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat miskin

akan pentingnya nilai pendidikan, pada hidup sehat maupun peluang

(24)

Dan Niken Setyaningsih, Implementasi Proyek Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pudak Payung

Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 - 2005) lebih menekankan

implementasi dan penerapan program P2KP dalam menanggulangi

kemiskinan dan meningkatkan kemampuan KSM.

Sedangkan penelitian ini membahas tentang Perilaku masyarakat

dalam peningkatan ekonomi melalui program bantuan jalin matra BRTSM

dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa Dadapkuning Kecamatan

Cerme Kabupaten Gresik) yang berorientasi pada peningkatan taraf hidup

juga dalam rangka peningkatan produktifitas ekonomi masyarakat desa.

Pemberdayaan masyarakat ini berupa dana yang di berikan kepada

masyarakat Desa Dadapkuning yang tingkat kesejahteraannya dibawah

rata-rata untuk menanggulangi kemiskinan sehingga dapat merubah perekonomian

masyarakat. Selain itu, dari penelitian-penelitian terdahulu belum ada yang

membahas tentang Perilaku masyarakat penerima bantuan jalin matra dalam

menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa Dadapkuning kecamatan Cerme

Kabupaten Gresik) yang dipilih oleh peneliti, sehingga dapat melengkapi

penelitian-penelitian yang terdahulu.

B. Kerangka Teori

Peneliti menggunakan teori pertukaran social yang digagas oleh

(25)

Bantuan Progran Jalin Matra BRTSM. Hal ini disebabkan karena perilaku

penerima bantuan merupakan bagian dari perilaku sosial. Perilaku sosial

dapat didefinisikan sebagai perilaku dari dua orang atau lebih yang saling

terkait atau bersama dalam kaitannya dengan lingkungan. Gagasan dasar

dari teori prilaku sosial adalah persoalan tingkah laku antara perilaku dan

lingkungannya. Tingkah laku individu dan lingkungannya akan

menghasilkan perubahan pada tingkah laku aktor.1

Ada dua teori yang termasuk dalam teori perilaku sosial yaitu teori

Behavioral Sociology dan Exchange Theory. Behavioral yang biasa disebut behaviour memusatkan perhatian pada hubungan antara akibat dari

perilaku yang terjadi didalam lingkungan aktor dan tingkah laku aktor.

Akibat-akibat tingkah yang diperlakukan sebagai variabel independent.

Secara metafisik bahwa pada behavior mencoba menerangkan akibat dari

tingkah laku yang terjadi di masa lalu memiliki pengaruh terhadap tingkah

laku yang terjadi dimasa sekarang. Konsep dasar behavior adalah ganjaran

(reward). 2

Inti dari teori behavior adalah terkaitnya antara Stimulus dan

Respon ini dapat dianalogikan program Jalin Matra memberikan Bantuan,

kemudian ada tanggapan dari masyarakat yaitu berupa perilaku yang

dilakuakan oleh masyarakat penerima bantuan dalam konteks penggunaan

1

B.F. Skinner, Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia, (Yogyakarta;Pustaka Pelajar. 2013) Hal. 459

2

(26)

bantuan dan dalam peningkatan taraf hidup penerima itu sendiri. Dengan

berkiblat pada teori ini, maka akan sangat tepat jika dikontekstualisasikan

ke dalam permasalahan yang diteliti.

1. Konsep Perilaku Sosial

Perilaku social lebih menekankan pada pendekatan obyektif

empiris atas kenyataan social. Perilaku social ini memusatkan

perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang

terjadi dalam lingkungan actor dengan lingkungan actor. Akibat-akibat

tingkah laku actor diperlakukan sebagai variable independen.ini berarti

bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu

melalui akibat –akibat yang mengikutinya kemudian.

Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan

tingkahlaku yang terjadi dimasa sekarang melalui kemungkinan

akibatnya yang terjadi dimasa yang akan datang. Yang menarik

perhatian Behavioral sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku

yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkahlaku yang terjadi di masa

lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi dimasa sekarang. dengan

mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkahlaku nyata di masa

lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan

bertingkahlaku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang.

(27)

Konsep dasar bevioral sosiologi yang menjadi

pemahamannya adalah “reinforcement” yang dapat diartikan sebagai

ganjaran (reward). Tak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang daopat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tak dapat

dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.

perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap actor. Sesuatu

ganjaran yang tak membawa pengaruh terhadap actor tidak akan

diulang.contoh ysng sederhana adalah tentang makanan. Makanan

dapat dinyatakan sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat.

Tapi bila seseorang sedang tidak lapar maka makan tidak akan

diulang.

Lalu apakah sebenarnya yang menentukan: apakah ganjaran

yang akan diperolaeh itu yang menyebabkan perulangan tingkahlaku?

Bila actor telah kehabisan makanan, maka ia akan lapar dan makanan

akan berfungsi sebagai pemaksa. Sebaliknya bila ia baru saja makan,

tingkat kerugiannya menurun sehingga makanan tidak lagi menjadi

pemaksa yang efektif terhadap perulangan tingkahlaku.

Dalam contoh diatas terkandung kerugian psikologis. Bila kita

meniadakan unsuir manusia, makanan, seks, air, atau udara, maka

semua akan menjadi pemangsa yang potensial. Bila

kebutuhan-kebutuhan psikologis ini dipenuhi maka kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak akan

(28)

Tetapi factor pemaksa itu tidak hanya psikologis semata. Dia

dapat juga dapat berupa sesuatu yang kita pelajari. Kita telah belajar

membutuhkan berbagai jenis barang. Sekali kita belajar

membutuhkannya maka barang tersebut akan menjadi pemaksa bila

kita kehilangan barang tersebut.3

2. Pertukaran Sosial

Geroge ritzer menjelaskan gagasan George C Homans

tentang teori pertukaran sebagai berikut :

Homans memandang bahwa perilaku adalah pertukaran

aktivitas ternilai ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau

mahal bagi dua orang yang saling berinteraksi. Teori pertukaran ini

berusaha menjelaskan tentang perilaku dasar berdasarkan imbalan dan

biaya. Homans mengakui bahwa sosiologi ilmiah memerlukan

kategori dan skema konseptual namun sosiologi pun juga memerlukan

proposisi tentang hubungan antar kategori, tanpa proposisi Homans

tidak menyangkal bahwa panangan Durkheimian bahwa sesuatu yang

baru dapat muncul dari interaksi.

Namun, Dia berargumen bahwa hal-hal yang baru muncul

tersebut dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologi. Dalam

karya teoritisnya, Homans membatasi dirinya pada interaksi social

sehari-hari. Namun, Dia juga sangat percaya bahwa sosiologi yang

3

(29)

terbangun dari prinsip-prinsip ini padan akhirnya aakan mampu

menjelaskan semua perilaku social, menurut ritzer Teori Homans ini

berangkat dari asumsi ekonomi dasar (pilihan rasional), yaitu individu

memberi apa dan mendapatkan apa, apakah menguntungkan atau

tidak.4

Berdasarkan pada temuan-temuan B.F. Skinner, homans lalu

mengembangkan beberapa proposisi yang merupakan inti dari dari

teori pertukaran social. Proposisi-proposisi tersebut antara lain sebagai

berikut:

a) Proposisi Sukses

Jika seseorang sering melakukan suatu tindakan dan

orang tersebut mendapatkan imbalan dari apa yang ia lakukan,

maka makin besar kecenderungan ia akan melakukannya pada

waktu yang akan datang.

Secara umum perilaku yang selaras dengan proposisi

sukses meliputi 3 tahap yaitu pertama tindakan seseorang,

kedua hasil yang diberikan dan ketiga pengulangan tindakan

asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal

menyerupai tindakan asli

4

(30)

Homans mencatat bahwa ada beberapa hal khusus

terkait dengan poroposisi sukses. Pertama meskipun secara

umum benar bahwa imbalan yang semakin sering dilakukan

mendorong peningkatan frekuensi tindakan. Situasi timbal

balik ini mungkin berlangsung tanpa batas. Dalam beberapa

hal individu sama sekali tidak dapat terlalu sering berbuat

seperti itu. kedua semakin pendek interval antara perilaku dan

imbalan, semakin besar kecenderungan seseorang melakukan

perilaku tersebut.

Sebaliknya semakin panjang interval antara perilaku

dan imbalan memperkecil kecenderungan melakukan perilaku

tersebut. Intinya adalah imbalan tidak teratur yang diberikan

kepada seseorang menyebabkan berulangnya perilaku,

sedangkan imbalan yang teratur justru membuat masyarakat

menjadi bosan dan muak melakukan hal yang sama pada

waktu yang akan datang.

b) Proposisi Nilai

Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang,

semakin semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa.

Dalam proposisi ini Homans memperkenalkan imbalan

(31)

lebih cenderung melahirkan sesuatu yang diinginkan.

Hukuman adalah tindakan yang bernilai negatif. Meningkatnya

hukuman berarti bahwa actor kurang cenderung menampilkan

perilaku-perilaku yang tidak dinginkan. Homans menganggap

bahwa hukuman sebagai cara yang tidak memadai untuk

menggiring orang mengubah perilaku mereka.

c) Proposisi Stimulus

Jika pada masa lalu tertentu,atau serangkaian stimulus

adalah situasi dimana tindakan seseorang diberikan imbalan,

maka semakin mirip stimulus saat ini dengan stimulus yang

lalu tersebut semakin besar kecenderungan orang tersebut

mengulangi tindakan yang sama atau yang serupa.

Homans tertarik pada proses Generalisasi yaitu

kecenderungan untuk memperbanyak perilaku pada situasi

serupa. Namun, dia juga berpendapat bahwa proses

diskriminasi juga penting. Seorang actor akan dapat merespon

rangsangan yang tidak relevan, paling tidak sampai situasinya

dibenahi oleh kegagalan yang berulang. Semua itu dipengaruhi

oleh kewaspadaan individu atau perhatian mereka terhadap

rangsangan.

(32)

Proposisi A : ketika tindakan seseorang tidak

mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau menerima

hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah. Ia cenderung

berperilaku agresif dan akibat dari perilaku tersebut menjadi

lebih bernilai untuknya.

Proposisi B : ketika tindakanseseorang menerima

imbalan yang diharapkannya, khususnya imbalan yang

lebih besar dari yang diharapkannya. Atau tidak

mendapatkan hukuman yang diharapkannya ia akan

senang.ia lebih cenderung berperilaku menyenangkan dan

hasil dai tindakan ini lebih bernilai baginya.

Kini kita akan terkejut ketika menemukan konsep

frustasi dan amarah dalam karya Homans karna dua konsep

tersebut nampaknya merujuk pada kondisi mental. Sebaliknya

Homans mengakui bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan

apa yang ia harapkan, ia dikatakan sebagai frustasi dari

harapan-harapan tersebut tidak harus “hanya” merujuk pada

kondisi internal, namun bisa merujuk pada “peristiwa

-peristiwa yang sepenuhnya eksternal” yang tidak hanya dapat

(33)

e) Proposisi Kelebihan dan Kekurangan

Jika pada saat tertentu orang miskin sering mendapat

imbalan tertentu, maka makin kurang bernilai imbalan yang

selanjutnya diberikan kepadanya.

Dalam hal ini Homans mendefinisikan dua konsep

kritis lain yaitu ongkos dan keuntungan. Ongkos didefinisikan

sebagai imbalan yang hilang dalam alur tindakan alternative

yang sedang berlangsung. Keuntungan dalam pertukaran social

dipandang sebagai jumlah imbalan yang lebih besar daripada

biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menggiring Homans

mengubah proposisi kelebihan-kekurangan menjadi “semakin

besar keuntungan yang diterima sebagai akibat dari tindakan,

semakin cenderung seseorang melakukan tindakan tersebut”.

f) Proposisi Rasionalitas

Ketika seseorang memilih tindakan alternative

seseorang akan memilih tindakan sebagaimana yang

dipersepsikannya kala itu jika nilai hasilnya dikalikan dengan

probabilitas keberhasilan, maka hasilnya adalah lebih besar.

Jika proposisi sebelumnya banyak bersandar dari

behaviourisme (perilaku sosial). Proposisi rasionalitas secara

(34)

pendekatan homans. Pada dasarnya, orang menelaah

melakukan kalkulasi atas berbagai tindakan alternative yang

tersedia baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan

yang diasosiasikan dengan setiap tindakan.

Merekapun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa

mereka benar-benar akan menerima imbalan. Imblan yang

bernilai tinggi akan hilang nilainya jika actor menganggap

bahwa semua itu cenderung tidak akan mereka peroleh.

Sebaliknya, imbalan yang bernilai rendah akan mengalami

pertambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin

diperoleh. Maka terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan

kecenderungan yang diperolehnya imbalan.

Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang

sangat bernilai dan sangat mungkin tercapai, sedangkan

Imbalan yang paling tidak di inginkan adalah imbalan yang

paling tidak bernilai dan cenderung tidak dapat diperoleh.

Homans juga berargumen bahwa struktur skala besar dapat

dipahami jika kita memahami secara baik perilaku social dasar.

Menurut Homans proses pertukaran identik pada level

masyarakat yang terdapat proses kombinasi fundamental yang

lebih kompleks.5

5

(35)

Sedangkan menurut khairul yahya, teori pertukaran

melihat tatanan social sebagai hasil yang tidak direncanakan

dari tindakan pertukaran antara anggota masyarakat. Teori

pertukaran secara eksklusif menunjukkan upaya untuk

menjelaskan kehidupan dengan metode pilihan rasional. Teori

pertukaran tumbuh dari fakta bahwa pasar lembaga non

industri masyarakat biasa lebih sederhana dari pada yang

ditemukan dalam ekonomi modern. 6

Dari beberapa uraian tentang proposisi diatas, ada dua jenis

proposisi yang mennurut peneliti sesuai untuk meneliti tentang perilaku

penerima bantuan JALIN MATRA BRTSM yang ada di Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme kabupaten Gresik. Dua jenis proposisi tersebut adalah

proposisi sukses dan proposisi nilai. Proposisi sukses menganalisis

bagaimana perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra

BRTSM terkait dengan pengulangan tindakan yang akan dilakukan pada

waktu selanjutnya karena memandang bahwa saat ini mempunyai sesuatu

yang berharga untuk dilakukan ulang.

Sementara itu, dalam konteks pertukaran sosial analisis proposisi

nilai, tindakan atau perilaku yang ditunjukkan penerima bantuan Program

Jalin Matra BRTSM semakin memberikan nilai dalam kehidupannya

6

(36)

cenderung akan diulangi pada waktu selanjutnya untuk hal yang bernilai

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah satu cara atau proses yang digunakan di

dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan

oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy

Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan

untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain,

metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik

penelitian.1

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti ingin

menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan

terperinci. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

peristilahannya”.

1

(38)

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti

berperan sebagai instrument kunci dengan analisis data bersifat

induktif dan hasil penelitian yang lebih menekankan makna dari

pada kesimpulan generalisasi. metode ini digunakan untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari

masalah sosial atau kemanusiaan, berfokus pada makan individual,

dan menterjemahkan kompleksitas suatu persoalan.2 Jenis

penelitian baru-baru ini memiliki dua pendekatan kualitatif, yakni

pengamatan melibat dan penelitian tindakan partisipatif.3

Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research menyebutkan bahwa penelitian kulitatif adalah jenis

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui

prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat

berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku

seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan

sosial, atau hubungan timbal-balik.4

2

Definisi mengenai penelitian kualitatif ini diambil dari makalah: Dr Rr. Suhartini, Dra., M.Si berjudul: Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada 25 Maret 2014

3

Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini sering dilakukan dalam penelitian sosiologi dan antropologi, di mana pendekatan kualitatif ini diperkaya oleh masuknya dua pendekatan motodologis yakni: interaksionisme simbolik dan pendekatan etnografi. Lebih jelas lihat: Dr. Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. viii

4

(39)

Metode penelitian kualitatif sering juga dinamakan sebagai

metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan

metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat

postpositivisme. Filsafat postpositivisme sering juga disebut

sebagai paradigma interpretatif dan konstruktif, yang memandang

realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh., kompleks,

dinami, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.

Dalam penelitian ini biasanya dilakukan pada obyek yang alamiah.

Obyek yang alamiah adalah byekyang berkembang apa adanya.,

tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.

Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau

human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrume,makapeneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan

yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan

mengkostruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan

bermakna.

Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena

proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut

sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di

(40)

lapangan. Selain itu, metode penelitian ini juga disebut sebagai

metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

yang alamiah; sering juga disebut sebagai metode ethnografi

karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk

penelitian bidang antropologi budaya; namun juga sering disebut

sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisis

yang dilakukan lebih bersifat kualitatif.

Oleh sebab itulah, metode ini biasanya digunakan dalam

metode penelitian di mana pendekatan-pendekatannya

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan

tema yang dilakukan oleh peneliti karena obyek penelitian atau

permasalahan yang diteliti oleh peneliti merupakan situasi sosial di

mana di dalamnya memiliki keadaan yang natural tanpa ada

rekayasa dari peneliti.

Sementara itu, pendekatan kualitatif ini juga memiliki

jenis-jenis penelitian. Jenis-jenis metode peenlitian biasanya

diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan obyek

yang diteliti. Jika ditinjau dari tujuan penelitian, maka metode

penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga; penelitian dasar,

penelitian terapan dan penelitian pengembangan.

Dalam penelitian mengenai perilaku penerima bantuan

(41)

Kabupaten Gresik jika ditinjau dari tujuannya, maka dapat

disimpulkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

penelitian terapan. Disebut jenis penelitian terapan karena jenis

penelitian yang digunakan bertujuan untuk mempraktikan teori

yang sudah diakui atau disepakati sebelumnya. Selain itu, sifatnya

yang semi sistematis di dalam obyek penelitian yang sedang

diteliti, maka penelitian terapan (applied research) sangat cocok.

Namun demikian, jenis penelitian biasanya juga dapat

ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian. Pada tingkat ini,

terdapat tiga jenis penelitian yang masing-masing memiliki

kekhasannya masing-masing yaitu: penelitian eksperimen,

penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Ketiga jenis

penelitian ini biasanya digunakan dalam rangka sejauh mana

tingkat kealamiahan obyek penelitian atau permasalahan yang

sedang diteliti.

Dalam konteks penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra di

Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, jika

ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian adalah termasuk jenis

penelitian naturalistik. Karena, jenis penelitian naturalistik

cenderung meneliti situasi sosial yang berjalan apa adanya secara

(42)

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan tujuan penelitian menggunakan jenis penelitian terapan dan

jenis penelitian naturalistik jika berdasarkan tingkat kealamiahan.5

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitihan ini dilakukan di Desa dadapkuning, Kecamatan

cerme, Kabupaten Gresik. Desa Dadapkuning merupakan salah

satu desa yang terletak di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

Menurut data yang diperoleh peneliti dari kepala Desa

Dadapkuning Bapak H. Saikun, Luas wilayah Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1,55 km2, dengan total

penduduk 1841 jiwa yang terdiri dari 525 Kartu Keluarga, juga

terdapat 2 Dusun yaitu dusun Dadapkuning dan leker rejo, 3 RW,

9 RT.

Dengan lokasi yang berada di daerah gresik paling selatan,

masyarakat di sekitar dan lingkungan desa ini masih dalam

kategori sederhana dan masih alami, yang menjadikan suasana

menjadi akrab dengan ketenangan, kesejukan dan keindahan.

Suasana seperti ini membuktikan bahwa desa ini tergolong desa

paguyuban seperti terdapat pada desa-desa kebanyakan.

5

(43)

Waktu penelitian di lakukan mulai bulan november 2016

sampai bulan januari 2016. Adapun alasan penelitian yang

menjadikan Desa Dadapkuning ini di jadikan objek penelitian

ialah, karena dari hasil dari pada perilaku penerima bantuan

program jalin matra dalam pengentasan kemiskinan di Desa

Dadapkuning.

C. Pemilihan Subyek Penelitian

Sasaran penelitian yang akan menjadi lokasi sampling

adalah warga 5 RTSM masyarakat Desa Dadapkuning yang

menerima bantuan dan pemerintah desa selaku pengelola program

Jalin Matra ditingkat Desa serta pendamping desa program jalin

matra itu sendiri, mengenai subyek penilitian akan diambil sampel

yang akan menjadi informan sebagai data yang akan diuraikan

dalam penelitian ini, dalam penentuannya peneliti mengambil dari

masing-masing Dusun yang ada 3 informan dari Dusun

Dadapkuning 2 dari Dusun Lekerrejo di Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme kemudian dalam prosedurnya peneliti juga akan

menambahkan beberapa informan dari Pemerintah Desa serta

Pendamping Desa yang mengakomodir bantuan dari Pogram Jalin

(44)

D. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yakni pra

lapangan dan lapangan.

1. Tahap Pra Lapangan:

a. Menyusun rancangan penelitian

Berangkat dari latar belakang masalah yang menjadi dasar

penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian

Lapangan penelitian berada di Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

c. Mengurus Perizinan

Mengurus perizinan sangat diperlukan untuk membantu

kelancaran dalam penelitian di lapangan.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Menilai keadaan lapangan dimaksudkan untuk menilai

situasi, latar belakang dan kondisi tempat penelitian apakah

sesuai dengan latar belakang.

(45)

Informan disini merupakan orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu

agar secepatnya dan tetap sedetail mungkin dapat

membenamkan diri dalam konteks setempat.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian yang dianggap penting

Perlengkapan disiapkan untuk membantu dalam kegiatan

penelitian seperti wawancara.6

2. Tahap Pekerjaan Lapangan :

Pada tahap ini peneliti berfokus pada data di lapangan,

adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar

belakang penelitian, bisa menempatkan diri atau beradaptasi,

menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat

penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subyek serta

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

b. Memasuki lapangan

6

(46)

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan

yang baik antara peneliti dengan subyek. Agar subyek secara

sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban

dengan subyek dan informasi lainnya perlu dipelihara selama

penelitian berlangsung.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Catatan lapangan merupakan data yang diperoleh selama

penelitian baik melalui wawancara, pengamatan atau

menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam mengumpulkan data

peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya seperti :

dokumen, laporan, foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan

informasi bagi peneliti.7

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi. Bagi peneliti kualitatif,

fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila

dilakukan interaksi dengan subyek melalui observasi pada latar

tempat dan wawancara mendalam, dimana fenomena tersebut

berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data

7

(47)

diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh

atau tentang subyek).

Dalam penelitian data dari subyek penelitian dikumpulkan

melalui :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah pada saat

penentuan informan dimana peneliti mengamati secara visual

menggunakan indera mata dan telinga sendiri untuk

mengetahui karakteristik masyarakat yang akan dijadikan

sebagai informan penelitian. Karakteristik yang dimaksud

adalah bagaimana pengetahuan dan pengaruh masyarakat

dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Selain itu, peneliti juga melakukan observasi mengenai

bagaimana peran program Jalin Matra BRTSM (bantuan

rumah tangga sangat miskin) dalam pemberian subsidi pada

masyarakat.

2. Wawancara

Proses menggali data terhadap informan dengan

menggunakan pedoman wawancara terbuka dan disertai

dengan wawancara lebih mendalam terhadap informan

(48)

menyerupai suatu dialog antara peneliti dan subyek penelitian

yang dilakukan dengan suasana keakraban dan santai dengan

menggunakan pedoman wawancara atau guide interview.

Dimana, dalam proses wawancara peneliti menyesuaikan

lokasi wawancara sesuai keinginan informan. Dengan cara ini

dapat menggali sebanyak mungkin informasi sehingga

memperoleh gambaran yang sejelas-jelasnya dan lebih

memungkinkan mendapatkan info yang unik dan jujur. Dalam

proses wawancara peneliti tidak terpaku pada pedoman

wawancara yang baku tetapi juga mengikuti alur pembicaraan

subyek penelitian dan memungkinkan peneliti untuk

mengembangkan pertanyaan. Pada saat melakukan

percakapan, peneliti berusaha untuk memberi kebebasan

kepada informan apapun pendapatnya dan tidak untuk

memotong atau menyela perkataan informan. Untuk

memudahkan proses wawancara peneliti menggunakan media

handphone dan kamera digital sebagai media untuk merekam

hasil wawancara serta mengabadikan suatu realitas yang terjadi

di lapangan sehingga hasil wawancara dapat terekam dengan

baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara

(49)

3. Studi pustaka atau literatur

menggunakan buku-buku atau artikel dalam kaitannya

dengan kajian teoritik yang dapat menjelaskan perilaku

masyarakat serta upaya penanggulangan kemiskinan dijawa

timur

4. Dokumentasi

Dokumentasi ini bisa diperoleh peneliti melalui gambar,

rekaman suara, atau tulisan yang diperoleh peniliti melalui

subjek secara langsung di lapangan sebagai penguat data.8

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kegiatan menyimpan data dari informan baik dengan bentuk

tulisan, gambar dan rekaman.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif. Dalam proses analisis data jelas peneliti

melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milih data sesuai

dengan kategori yang disepakati oleh peneliti. Deskripsi, yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data

8

(50)

yang telah terkumpul dalam rangka memperoleh pemahaman

komprehensif.9

Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis

data yang telah dikumpulkan, yaitu:

a) Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data

kasar yang diperoleh di lapangan studi.

b) Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks

naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang

memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and

verification), mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi

yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian

masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan

terus-menerus di verifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang

valid dan kokoh.

Dengan tiga langkah analisis data tersebut memudahkan

peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga

9

(51)

menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data

kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarik kesimpulan hasil

penelitian. Kategorisasi data yang tersebut dalam bentuk tabel

dimana jawaban informan di kategorikan menurut konsep-konsep

penelitian yang terpenting. Data juga dianalisis dengan

menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori

pertukaran social George Caspar Homans.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam proses penelitian tidak semua pernyataan atau

informasi yang didapatkan dari informan itu sesuai atau valid.

Maka dari itu uraian informasi, tindakan dan ungkapan yang didapat

perlu terlebih dahulu diukur keabsahan datanya. Proses ini sangat

penting dimaksudkan agar informasi yang diperoleh memiliki

derajat ketepatan dan kepercayaan sehingga hasil penelitian bisa

dipertanggung jawabkan.

Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka informasi

yang telah diperoleh dari satu informan dicoba untuk ditanyakan

kembali kepada informan yang lain dalam beberapa kesempatan dan

waktu yang berbeda. Proses ini mengikuti apa yang dikemukakan

oleh Moleong yaitu teknik member check (pengecekan anggota).

(52)

pertanyaan yang sama dengan informan yang berbeda hingga

informasi yang diperoleh menjadi sama atau memiliki kemiripan.10

Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data lebih bersifat

sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan

data kualitatif harus dilakukan sejak awal penelitian berlangsung.

Yakni pada tahap pengambilan data, yaitu sejak melakukan data

display dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk

memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan

dengan cara kredibilitas, Transferabilitas dan dependabilitas yang

maksudnya adalah.

1. Validitas Internal (kredibilitas)

Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang

diperoleh dengan instrumen. Yakni instrument itu sungguh – sungguh

mengukur variabel yang sesungguhnya.

Bila instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka data

yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaranya.sehingga hasil

penelitianya juga tidak dpat dipercaya. Atau dengan kata lain tidak

memenuhi syarat validitas.

Menurut Nasution validitas internal (kredibilitas) dapat dilakukan dengan

beberapa cara sebagai berikut:

10

(53)

a. Memperpanjang masa observasi.

b. Melakukan pengamatan terus-menerus

c. Trianggulasi data

d. Membicarakan dengan orang lain

e. Menganalisis kasus negative

f. Menggunakan bahasa referensi

g. Mengadakan membercheck

2. Validitas Eksternal

Validits Eksternal ditunjukkan dengan masalah generalisasi. Yakni

dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus

lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak dapat

menjamin keberlakuan hasil penelitian padasubjek lain.

Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan

untuk menggeneralisir. Karena penelitian kualitatif tidak menggunakan

sampling acak atau senantiasa bersifat purposive sampling.

3. Dependabilitas

Dependibilitas atau reliabiliats instrument adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

(54)

alat pengukur yang sama untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam

penelitian ini. Maka dilakukan dengan tehnik ulang atau checkreankeck.

4. Objektivitas

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha sedapat

mungkin mempercepat faktor subjektivitas. Penelitian akan dikatakan

objektif bila dibenarkan atau di confirm oleh peneliti lain. Maka

(55)

BAB IV

PERILAKU PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA BRTSM DI DESA DADAPKUNING MENURUT PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN

SOSIAL GEORGE C. HOMANS

A. Deskripsi Umum Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

1. Keadaan Demografi Desa Dadapkuning

Desa Dadapkuning merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

Gambar 4.1

Peta Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

(56)

Desa Dadapkuning ada di nomor 001 batas wilayahnya adalah:

Sebelah Utara : Desa lengkong (008)

Sebelah Timur : Desa Dooro (007)

Sebelah Selatan : Desa Ngembung (002)

Sebelah Barat : Kecamatan Benjeng

Menurut data yang diperoleh peneliti dari kepala Desa

Dadapkuning Bapak H. Saikun, Luas wilayah Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1,55 km2, dengan total penduduk

1841 jiwa yang terdiri dari 525 Kartu Keluarga, juga terdapat 2 Dusun

yaitu dusun Dadapkuning dan leker rejo, 3 RW, 9 RT. Berikut gambar

wilayah kecamatan Cerme.

Sementara itu, luas wilayah menurut penggunaan tanah di Desa

Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik memiliki luas tanah

sebanyak 154,80 hektar dengan rincian 99.20 hektar tanah sawa, 20 hektar

tanah tambak, 2 hektar tanah kering, 21,90 hektar tanah pekarangan dan

yang dipergunakan untuk kepentingan selain tersebut adalah seluas 11,70

(57)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Desa Dadapkuning

Penggunaan Tanah Luas (Ha)

Tanah Sawah 99,20

Tanah Tambak 20,00

Tanah Kering 2,00

Tanah Pekarangan 21,90

Hutan/ Negara -

Lain-lain 11,70

Jumlah 154,80

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

2. Lembaga Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan memiliki fungsi yang cukup besar

untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Fungsi pokoknya adalah menjadi

wadah pembinaan serta pengembangan anggotanya. Hal ini berarti fungsi

(58)

dan peningkatan keterampilan yang nantinya dapat disumbangakan dalam

pembangunan di segala bidang.

Lembaga atau organisasi kemasyarakatan di Desa Dadpkuning

Kecamatan Cerme Kabupaten gresik terdiri dari berbagai macam yang

dibentuk atas dasar sifat kekhususannya masing-masing. Lembaga

tersebut yakni organisasi perempuan, organisasi pemuda, organisasi

bapak-bapak, kelompok gotong royong dan juga kepemudaan seperti

karang taruna, menurut tutur Kepala Desa Dadapkuning dalam struktur

organisasi Desa ada perangkat Desa yang tersusun dengan 9 orang, BPD 5

orang, Serikat tani dan Tambak, LPMD, PKK, juga dalam Desa

Dadapkuning ada 2 karang taruna dari dua Dusun yaitu Dadapkuning dan

Lekerrejo .

3. Sarana dan Prasarana

Secara umum banyak di masyarakat kita sering menggabungkan

arti kata sarana dan prasarana. Sebenarnya kedua istilah tersebut sangatlah

berbeda. Singkat kata, sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang

bergerak seperti komputer dan mesin-mesin. Sedangkan prasarana lebih

ditujukan untuk benda yang tidak bergerak atau lebih tepatnya permanen

(59)

Kemudian disini peneliti akan lebih menjelaskan beberapa

prasarana yang ada di Desa Dadapkuning, Prasarana peribadatan yakni

seperti masjid sejumlah 2, mushola sejumlah 2, Prasarana kesehatan

Puskesmas ada 1 juga ada 1 dokter praktek prasarana kesehatan ini

sanagat penting adanya mengingat kesehatan adalah hal sangat

mempengaruhi tingat kesejahteraan masyarakat, kemudian prasarana

pendidikan yang ada di Desa Dadapkuning terdapat 1 sekolah dasar dan 1

taman kanak-kanak meskipun jenjang pendidikan yang ada di

Dadapkuning hanya sampai dengan sekolah dasar akan tetapi rata-rata

masyarakat juga mulai melek pendidikan sudah ada beberapa putra putri Dadapkuning yang mengenyam pendidikan tinggi.

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data kepadatan penduduk di Desa Dadapkuning Kecamatan

Cerme Kabupaten Gresik bahwa jumlah penduduknya adalah sebanyak

1841 jiwa, dengan penduduknya yang didominasi oleh perempuan yaitu

sebanyak 925, sementara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki adalah

berjumlah 916 jiwa. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.2

(60)

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki 916

Perempuan 925

Jumlah 1841

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Usia

Berdasarkan jumlah penduduk menurut usia di Desa Dadapkuning

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik adalah didominasi oleh penduduk

dengan tingkat usia 40-59 dengan jumlah 483 orang, disusul oleh

penduduk dengan tingkat usia 25-39 yaitu sebanyak 646 orang, lalu

penduduk dengan tingkat usia 20-24 yaitu sebanyak 141. Sementara

jumlah penduduk dengan tingkat usia yang paling sedikit adalah 0-4 tahun

yang hanya berjumlah sebanyak 126 orang. Hal ini dapat dilihat dari tabel

4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Usia di Desa Dadapkuning

No Usia Jumlah

(61)

2 5-9 133

3 10-14 141

4 15-19 135

5 20-24 141

6 25-39 464

7 40-59 483

8 >60 218

Jumlah 1.841

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

6. Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Desa Dadapkuning

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menjelaskan bahwa

penduduk yang bekerja di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme

Kabupaten Gresik didominasi oleh bidang pekerjaan sebagai buruh di

industri yaitu sebanyak 375 orang, disusul dengan angka orang yang

bekerja di bidang pertanian sebanyak 139 orang, sementara bidang

pekerjaan yang paling sedikit dilakukan oleh masyarakat Desa

Dadapkuning adalah bidang konstruksi yang hanya sebanyak 29 orang,

disusul kemudian di bidang angkutan yang hanya sebanyak 71 orang.

Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini.

(62)

Jumlah Penduduk Desa Dadapkuning Yang Bekerja

Bidang Pekerjaan Jumlah (Orang)

Pertanian 139

Industri 375

Konstruksi 29

Perdagangan 119

Angkutan 71

Jasa 115

Lainnya 443

Jumlah 1.291

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

7. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Sejahtera di Desa Dadapkuning

Berdasarkan data dari pemerintah Badan Pusat Statistik Kabupaten

Gresik terlihat bahwa Jumlah Keluarga berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera di Desa Dadapkuning terlihat kalau rata-rata menurut tingkatan

Kepala Keluarga (KK) berada dalam golongan Sejahtera III yaitu

sebanyak 283 KK, disusul oleh Tahapan Keluarga Sejahtera yang berada

Gambar

Gambar 4.1 Peta Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Desa Dadapkuning
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maksudnya pembahasan dimulai dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh dari lapangan tentang praktik sistem buwuhan, kemudian dianalisis dengan cara

Dalam upaya menemukan fakta dan informasi (data) pada penelitian ini, kedudukan peneliti menjadi instrumen utama (human instrument) untuk menjaring fakta dan informasi yang

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini terlebih dahulu disusun atau dikelompokkan dan kemudian diolah secara tabulasi dan untuk melihat apakah pembibitan karet dengan sistem

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah. menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan