BAB IV
AGENDA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
4.1. Agenda Pembangunan Daerah
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tantangan yang
dihadapi oleh pemerintah pada tahun 2013 tidaklah ringan, rintangan, tantangan dan
hambatan seperti adanya bencana alam: tanah longsor, banjir, angin beliung, yang
sulit untuk diprediksi, kondisi perekonomian lokal yang tidak menentu sebagai akibat
adanya goncangan perekonomian global yang berlanjut pada krisis energi dan pangan
yang terjadi pada akhir tahun 2006-2007 yang lalu, telah memberikan tekanan yang
kuat terhadap perekonomian nasional yang berdampak pula pada perekonomian
daerah Kabupaten Ponorogo. Tekanan ini berlanjut dengan terjadinya krisis finansiil di
Amerika serikat sejak tahun 2008 yang telah memicu terjadinya krisis Global yang
dicerminkan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi di barbagai negara termasuk
Indonesia. Dallam memasuki tahun 2009 tekanan tersebut terus perlu diwaspadai karna perekonomian dunia yang tidak menentu yang berdampak pada kondisi
perekonomian nasional dan regional. Pada pertengahan tahun 2010 pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang sangat berdampak pada meningkatnya beban bagi
masyarakat yakni naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL). Adanya kenaikan TDL mempunyai
multyfliyer effect yang akan mempengaruhi kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo sehingga diperlukan
agenda pembangunan yang jelas serta pendekatan-pendekatan dan strategi yang
yang sesuai dan dapat mendukung, mendorong dalam melaksanakan
program-program pembangunan pada tahun 2013.
Agenda utama Pembangunan Daerah yang akan dilaksanakan pada tahun
2013 merupakan upaya pemerintah kabupaten ponorogo untuk memberikan perhatian
lebih dalam menjawab berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapai dalam
tahun 2013. Tantangan pembangunan yang dihadapi pada tahun 2013 meliputi
1. Tantangan Internal
Tantangan internal merupakan hambatan yang berasal dari dalam,
diantaranya meliputi:
a. Masih tingginya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis
kemiskinan, bahkan dibeberapa daerah marginal dengan tingkat
kedalaman dan keparahan kemiskinan yang tinggi. Jumlah penduduk
miskin tahun 2011 mencapai 89.667 RTM atau (307.847 jiwa).
Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) untuk kategori 1: Sangat Miskin
berjumlah 24.977 RTM (109.792 jiwa), Kategori 2: Hampir Miskin
berjumlah 32.345 RTM (106.632 jiwa) dan Kategori 3: Miskin
berjumlah 32.345 RTM (91.423 jiwa). (Sumber TNP2K, 2011).
b. Jumlah penduduk yang belum memperoleh pekerjaan layak atau
menganggur masih cukup besar yang mencapai 3,25% pada tahun
2010.
c. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo yang masih rendah (5,97%) dan masih dibawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa
Timur (7,22%) dan pertumbuhan ekonomi Nasional (6,60%) pada
tahun 2011 (y o y).
d. Kondisi infrastruktur baik diperdesaan maupun di perkotaan yang
belum memadai
e. Kapasitas Fiskal Daerah yang rendah. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.07/2011 tentang Peta Kapasitas
Daerah bahwa Kabupaten Ponorogo mempunyai Ka[pasitas Fiskal
Daerah sebesar 0,1303 yang masuk dalam kategori rendah. f. Efektifitas birokrasi yang masih belom optimal.
2. Tantangan Eksternal
a. Adanya ketidak pastian global seperti kenaikan harga komoditas
dunia, kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada kenaikan
BBM, serta adanya krisis energi yang dibarengi dengan kebijakan
b. Adanya krisis politik timur tengah yang berkepanjangan
c. Adanya krisis fiskal di Eropa
d. Terjadinya perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim.
Adapun agenda pembangunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 yakni:
a. Perluasan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, dan pemberian
Kepastian Akses Kesehatan terutama bagi Masyarakat Miskin
b. Memacu produk unggulan pertanian, yang menjadikan Kabupaten
Ponorogo sebagai ikon Wilayah Agropolitan, Pertumbuhan Ekonomi
yang Inklusif dan Berkeadilan, Pengembangan Iklim dan Perluasan
Kesempatan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan
c. Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, akuntabel, serta
profesional
d. Peningkatan Peranan dan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
Desa
e. Pengembangan stabilitas pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan
budaya yang memberikan rasa aman bagi masyarakat, sehingga
menjadi daya tarik sektor pariwisata
4.2. Strategi dan Prioritas Program Pembangunan Daerah
Berdasarkan pencapaian pembangunan sampai dengan tahun 2010, 2011
dan perkiraan pencapaian pembangunan tahun 2012, serta masalah dan tantangan
yang harus dihadapi pada tahun 2013, masih diperlukan berbagai upaya percepatan
untuk mencapai sasaran RPJMD 2010-2015. Pencapaian pembangunan tahun 2010 2011 dan perkiraan pencapaian tahun 2012 harus dapat dimanfaatkan sebagai
modal untuk pelaksanaan pembangunan tahun 2013. Masalah dan tantangan yang
dihadapi tahun 2013 harus dapat diatasi dan diselesaikan dengan menggunakan
penekanan pembangunan dan strategi yang tepat sehingga rencana kerja
pemerintah yang dilaksanakan di samping dapat mencapai sasaran pembangunan
Ponorogo yang Sejahtera, Aman, Berbudaya dan Berkeadilan, yang menjadi Visi
Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015.
Masalah dan tantangan secara keseluruhan yang dihadapi tahun 2013 masih
cukup berat dan harus ditangani secara cermat agar memberikan hasil pembangunan
yang optimal. Masalah dan tantangan tersebut diantaranya ada yang berasal dari
lingkungan eksternal, dan ada juga yang berasal dari lingkungan internal
Guna mewujudkan sinergitas dan keberlanjutan pembangunan daerah
dengan prioritas pembangunan nasional maka penyusunan prioritas pembangunan
dalam Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 meperhatikan
pula Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 yaitu “Memantapkan
Ekonomi Domestik Yang Kuat Bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan
Rakyat” “
Ekonomi domestik yang kuat merupakan perwujudan dari: (1). Resilience
(Daya Tahan) ekonomi; (2). Daya Saing dan (3) Inklusif. Sedangkan untuk meningkatkan dan memperluas kesejahteraan rakyat dimaksudkan sebagai upaya
pemerataan dari kesejahteraan rakyat yang telah dicapai, diperlukan upaya-upaya
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menjaga stabilitas harga,
serta langkah-langkah perluasan / pemerataan untuk mengurangi kesenjangan
melalui kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin dan tertinggal.
Percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi selanjutnya dijabarkan kedalam
strategi untuk mendorong pertumbuhan (pro-growth), memperluas kesempatan kerja
(pro-job), menanggulangi kemiskinan (pro-poor), serta merespon
persoalan-persoalan perubahan iklim (pro-environment).
Strategi empat jalur (Four-track strategy) ini, dijabarkan kedalam
prakarsa-prakarsa baru sebagai pengungkit (leverage) bagi pemantapan ekonomi domestik..
Inisiatif-inisiatif tersebut antara lain mencakup:
1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) untuk mendorong percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
melalui pembangunan di enam koridor ekonomi. Upaya tersebut diharapkan
akan mampu memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta
2. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia
(MP3KI) yang dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan MP3EI. MP3Ei
merupakan affirmative action sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud
tidak hanya pro growt, tetapi juga pro job, pro enviroment termasuk penyediaan
lapangan kerja bagi masyarakat miskin.
3. Percepatan Pembangunan Duble Track Rel Kereta Api Semarang Surabaya.
4. Terselesainya Breakwater pelabuhan Bakaheuni-Merak
5. Peninjauan kembali terkait Investasi Daerah.
Prioritas pembangunan Nasional tahun 2013 meliputi 11 prioritas dan 3
prioritas bidang lainnya yaitu:
1. reformasi biorkrasi dan tatakelola
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Penanggulangan kemiskinan
5. Ketahanan pangan
6. Infrastruktur
7. Iklim Investasi dan Usaha
8. Energi
9. lingkungan hidup dan pengelolaan bencana
10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik
11. kebudayaan, kreativitas dan inovasi tegnologi
Disamping itu juga memperhatikan prioritas lainya dibidang Politik, Hukum
dan Keamanan; Prioritas dibidang Perekonomian serta Prioritas lainnya dibidang
Kesejahteraan rakyat, sebagaimana tertuang dalam Intruksi Presiden Nomor 1
Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional
Disamping memperhatikan prioritas pembangunan nasional untuk tahun
2013, penyusunan prioritas pembangunan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 juga
memperhatikan tema pembangunan Propinsi Jawa Timur tahun 2013 yaitu “
Meningkatkan kesejahteraan rakyat Jawa Timur melalui perluasan dan
penguatan UMKMK, pasar dalam negeri serta perbaikan infrastruktur”
Tema tersebut akan dijabarkan dalam 9 agenda pembangunan yaitu:
1. Peningkatan aksesibiltas dan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan
2. Perluasan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan
3. Revitalisasi pertanian dan penyediaan infrastruktur perdesaan
4. Pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup
5. Reformasi administrasi dan peningkatan pelayanan publik
6. Peningkatan kesalehan sosial
7. Peningkatan kesetaraan gender
8. Peningkatan keamanan dan ketertiban, supremasi hukum dan
penghormatan HAM
9. Percepatan penanganan dampak sosial ekonomi lumpur lapindo.
Adapun prioritas pembangunan Propinsi Jawa Timur Tahun 2013 meliputi
18 prioritas yaitu:
a. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan Pendidikan
b. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan Kesehatan
c. Perluasan lapangan kerja
d. Peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan
e. Peningkatan kesejahteraan sosial rakyat
f. Revitalisasi pertanian dan pengembangan agroindustri/ agrobisnis
g. Pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah
i. Peningkatan daya saing industri manufaktur
j. Pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur
k. Pemeliharaan kaulitas dan fungsi lingkungan hidup serta perbaikan pengelolaan
sumber daya alam dan penataan ruang
l. Percepatan pelaksanaan reformasi administrasi dan peningkatan pelayanan
publik.
m. Peningkatan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial
n. Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan di semua bidang dan
terjaminnya kesetaraan gender.
o. Peningkatan peran pemuda dan pengembangan olah raga
p. Penghormatan, pengakuan dan penegakan hukum dan HAM
q. Peningkatan keamanan dan ketertiban dan penanggulangan kriminalitas
r. Percepatan penanganan rehabilitasi dan rekontruksi sosial ekonomi dampak
lumpur panas lapindo.
Mengacu pada agenda dan prioritas pembangunan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tahun 2013 baik secara nasional dan maupun Propinsi Jawa
Timur maka tema pembangunan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 dalam rangka
menjawab permasalahan mendesak yang dihadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan
tahun 2013 dengan memperhatikan capaian pembangunan tahun 2010 dan 2011 serta
perkiraan pencapaian pembangunan tahun 2012 maka tema yang diambil dalam RKPD
Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 adalah “Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ponorogo yang lebih baik, Menuju Rahayuning Bumi Reyog” yang dirumuskan kedalam 3 strategi Pembangunan Ekonomi yaitu:
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah mempunyai peran yang sangat penting untuk ikut mengendalikan
pertumbuhan cenderung terjadi apabila perkembangannya diserahkan
sepenuhnya kepada kekuatan pasar dikhawatirkan akan berdampak semakin
jauhnya dari tujuan utama pembangunan. Pola pembangunan ekonomi akan
mengahsilkan perubahan atau perkembangan dalam struktur ekonomi dan
akan menghasilkan transformasi struktural. Pembangunan ekonomi diarahkan
untuk mendorong proses pertumbuhan yang menghasilkan perkembangan
industri sesuai corak dan karakteristik daerah dan diharapakan akan mampu
mendorong terbentuknya struktur perekonomian yang berimbang.
Pembangunan ekonomi diarahakan kepada pembangunan industri pertanian
berbasis pertanian. Keterkaitan sektor agroindustri dan sektor pertanian akan
menciptakan permintaan investasi pada sektor pertanian primer sebagai
penyedia bahan baku dan menciptakan konsumsi dari produksi industri yang
dihasilkan.
Pertumbuhan ekonomi bertumpu pada momentum pertumbuhan yang
meliputi:
a. Pertumbuhan pendapatan
b. Pertumbuhan investasi
c. Pertumbuhan kesempatan kerja
2. Pemeratan Ekonomi
Pemerataan ekonomi sangat terkait dengan upaya distribusi pendapatan,
pemeraan akses modal dan sarana prasarana. Dalam hal pemerataan
mempunyai dua dimensi yakni dimensi spacial dan dimensi horisontal.
Pemertaan spacial yakni pemerataan yang bersifat kewilayahan, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi problem ketimpangan perekonomian antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya. Banyak kasus ketimpangan terjadi
antara daerah perkotaan dengan perdesaan yang terpencil. Sementara
pemerataan horisontal merupakan pemerataan berdimensi kelas sosial
mengatasi kesenjangan perekonomian antara kalangan masyarakat borjuis
dengan kelompok termarginalkan. Isu distribusi pendapatan merujuk pada
persoalan seberapa jauh pendapatan terdistribusikan secara merata diantara
kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini menyangkut didalamnya kebijakan
penataan penciptaan kesempatan yang sama bagi usaha sektor formal
maupun sektor non-formal. Dalam kacamata ini, usaha non-formal selayaknya
tidak dipandang sebagai sumber problem, justru sebaliknya menjadi sektor riil
yang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian lokal.
Isu pemerataan akses modal menyangkut seberapa jauh masyarakat dari
kelas sosial yang berbeda mendapatkan kemudahan akses bagi permodalan.
Penguatan akses modal ini berangkat dari persoalan mekanisme dan
persyaratan akses modal konvensional seperti bank pada umumnya yang
tidak bisa dirasakan seluruh pelaku usaha terutama masyarakat kelas bawah
yang tidak memiliki jaminan. Dengan demikian kebijakan penguatan akses
modal diarahkan pada proteksi usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) melalui pinjaman lunak maupun kemitraan. Disebut pinjaman lunak karena
bunga pinjaman jauh dibawah bunga bank (sekitar 7-10%), masa
pengembalian (grace period) cukup panjang antara satu hingga 3 tahun dan
tanpa agunan. Pinjaman / kredit lunak sendiri pada pendistribusiannya bisa
melalui jalur perbankan maupun jalur alternatif lainnya.
Sumber pembiayaan bagi penciptaan pemerataan akses modal bisa
diupayakan pemerintah daerah berasal dari dana APBD maupun dana yang
terhimpun dari pihak lain atas jaminan dan perlindungan pemerintah daerah.
Tentu saja pemerataan distribusi akses modal disertai strategi program pendampingan optimalisasi pemanfaatan bantuan modal tersebut.
Isu pemerataan sarana dan prasarana penunjang perekonomian merujuk
pada persoalan seberapa jauh upaya pemerintah kabupaten / kota mengatasi
kesenjangan kemampuan usaha masyarakat akibat perbedaan ketersediaan
sarana prasarana penunjang perekonomian. Di banyak tempat, problem
kesenjangan ini lebih bersifat spasial, akibat hambatan georgrafis dan faktor
jasa fasilitasi sarana prasarana penunjang tersebut. Sarana Prasarana
penunjang ini setidaknya meliputi ketersediaan energi, listrik, komunikasi,
transportasi, dan air bersih. Tanpa dorongan kuat dari pemerintah daerah, bila
secara ekonomis tidak menguntungkan, penyedia jasa-jasa tersebut enggan
berinvestasi terutama bagi daerah pedalaman.
Dalam kaitannya dengan penilaian pemerataan ekonomi sebagaimana di
atas, rasio prosentase penduduk miskin ataupun angka tingkat kemiskinan
menjadi existing condition atas program pemerataan ekonomi yang dilakukan
pemerintah secara keseluruhan. Disamping itu rasio besaran anggaran yang
disalurkan langsung untuk menunjang program-program pemerataan di atas
diapresiasi sebagai bukti komitmen anggaran dari pemerintah kabupaten /
kota.
Masih terkait lingkup pemerataan ekonomi, juga diapresiasi model
penganggaran pembangunan yang sejak awal dikonsep sebagai upaya
pemerataan. Di banyak tempat model penganggaran bersifat block grand yang tersalur ke seluruh wilayah menjadi contoh model ini. Model
penganggaran block grand pada pemanfaatannya, biasanya memberikan
kebebasan bagi partisipasi warga untuk mengalokasikan pendanaan apakah
diperuntukan bagi ekonomi produktif atau pembangunan fisik atau kebutuhan
lain sesuai aspirasi lokal di wilayah tempat tinggal. Prinsip utama model
penganggaran pembangunan ini mengutamakan pemerataan spasial
selanjutnya baru diikuti pemerataan sektoral.
3. Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan Ekonomi Lokal dimaksudkan sebagai strategi yang mencoba
memadukan dua faktor kondisi ekonomi lokal yaitu tantangan (problem) dan
peluang (potensi). Pertama, Upaya untuk mengatasi berbagai kendala
maupun persoalan lokal yang menghambat perekonomian masyarakat pada
bagian wilayah tertentu atau beberapa bagian wilayah kabupaten / kota. Baik
budaya, maupun teknologi. Demikian pula dengan persoalan yang meliputi
faktor-faktor produksi dari mode produksi (mode of production) yang berjalan
pada sistem perekonomian setempat. Kedua, respon kabupaten / kota atas
kondisi peluang (potensi) perekonomian lokal yaitu upaya untuk
mengoptimalkan eksplorasi maupun eksploitasi berbagai potensi yang dimiliki
daerah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
lokal pada bagian wilayah tertentu maupun beberapa bagian wilayah. Respon
ini biasanya diaktualisasikan banyak daerah dalam bentuk pengembangan
produk unggulan daerah atau pencitraan daerah secara umum sebagai sentra
icon ekonomi tertentu.
Inovasi-inovasi pemberdayaan yang dapat dilaksankan sebagaimana berikut;
(a) Pemberdayaan ekonomi lemah yaitu kebijakan mengatasi problem yang
dialami pelaku ekonomi lokal yang memiliki keterbatasan penguasaan
faktor-faktor produksi (kapital, skill, in put & out put, dll), yang dipastikan merupakan
usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM). Hal ini menyangktu pembekalan teknis keahlian, keterampilan, managerial, akses pasar, modal dan kemitraan
usaha.
(b) Pemberdayaan Lembaga Ekonomi Lokal yaitu pendirian dan atau
pemberdayaan terhadap lembaga ekonomi seperti Lembaga Keuangan,
Koperasi, Lumbung Desa, Badan Usaha Milik Desa, maupun institusi kolektif
ekonomi lokal lainnya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat banyak. Kearifan lokal menjadi titik awal dalam merumuskan
kebijakan pemberdayaan lembaga ekonomi lokal. Dengan otonomi, tak saja
kearifan lokal yang ditumbuhkan tetapi juga lembaga-lembaga ekonomi lokal yang sebenarnya telah ada. Hanya saja, perannya kurang mendapat tempat
dalam struktur ekonomi formal. Ia muncul dan tumbuh dalam
komunitas-komunitas kecil sehingga peranannya tidak menonjol.
(c) Peningkatan Kapasitas Ekonomi Rakyat yaitu peningkatan kemampuan
produksi ekonomi rakyat lokal secara umum, atas mata pencaharian yang
digelutinya, dengan berbagai fasilitasi penunjang ekonomi lokal. Sasaran
sering disebut masyarakat miskin. Secara khusus penanganan kemiskinan ini
meliputi; Pertama, orientasi jangka pendek yang diarahkan pada upaya
pemenuhan kebutuhan pokok mendesak warga miskin. Kedua, orientasi
jangka panjang yang diarahkan pada pengentasan kemiskinan secara
struktural dan sosio kultural. Program ini terutama mengarah pada upaya
membangun budaya usaha (entrepreneurship) dari masyarakat miskin.
Disamping fasilitasi sarana dan prasarana penunjang ekonomi produktif yang
bisa dirasakan sebagian besar masyarakat.
Disamping itu dinilai pula komitmen anggaran ekonomi daerah yaitu rasio
anggaran yang dialokasikan langsung terkait usaha ekonomi produktif atau
inovasi pemberdayaan sebagaimana di atas, berbanding total anggaran
pembangunan daerah (belanja publik). Dengan demikian bisa terukur
seberapa jauh lembaga, ihtiar dan kearifan lokal bidang ekonomi, tidak saja
terlindungi, tetapi lebih diupayakan berkembang dan memainkan peran
signifikan, dalam dinamika ekonomi daerah secara keseluruhan.
Prioritas pembangunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 disusun secara
komprehensip dalam upaya lebih mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat yang lebih baik untuk mendorong pencapaian visi dan misi Pemerintah
Kabupaten Ponorogo 2010 – 2015. Program prioritas pembangunan Kabupaten
Ponorogo Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan
Momentum pertumbuhan mempunyai peranan sangat penting didalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat mudah dipahami bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemertaan
pertumbuhan maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga akan
meningkat pula kesejahteraan masyarakatnya. Perekonomian Kabupaten
Ponorogo pada Tahun 2013 ditagetkan mampu tumbuh sebesar 6,34 persen
sebagaimana proyeksi yang ada pada Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo
2015. Dengan memperhatikan capaian pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Ponorogo pada tahun 2010 yang mencapai 5,78 persen dan target
perekonomian pada tahun 2012 yang diproyeksikan akan mampu tumbuh 6,15
persen. Dengan melihat kondisi sektor dominan yang memberikan kontribusi
terhadap PDRB kabupaten Ponorogo yaitu sektor Pertanian, maka pada sektor
ini harus diberikan perhatian khusus untuk lebih didorong perkembangan dan
pertumbuhannya baik dari sisi mutu produk, kwantitas produk dan ketersediaan
produk secara kontinuitas (secara terus menerus) serta lalulintas barang
senantiasa terjaga. Dengan kontribusinya sektor pertanian yang mencapai
35,26% terhadap total PDRB Kabupaten Ponorogodengan tingkat pertumbuhan
3,26% menandakan bahwa sektor pertanian secara luas dengan sub-sub
sektornya yang mencakup subsektor perkebunan, hortikultura, perikanan,
tanaman pangan dan kehutanan harus senantiasa dijaga dan sekaligus dipacu
agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo sesuai
terget dan harapan kita semua. Sektor lain yang memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor perdagangan
dengan kontribusi sebesar 27,63% dengan tingkat pertumbuhan 8,57% dan jasa
– jasa memberikan kontribusi sebesar 14,05% dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 5,13%.
2. Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga negara yang harus
tersedia, terjangkau dan sekaligus berkualitas serta berbasis budaya berkarakter
bangsa. Pendidikan sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masnusia yang pada intinya memanusiakan, mendewasakan serta merubah perilaku serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Pada kenyataannya
pendidikan bulakanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan
yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring
dengan perubahan jaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus
perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidak puasan karena
pendidikan menyangkut investasi dan kondisi kehidupan yang akan datang
pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan
dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehudupan masyarakat.
Sekolah sebagai intitusi/ lembaga pendidikan, merupakan wadah atau tempat
proses pendidikan dilakukan. Sekolah memiliki sistem yang komplek dan
dinamis. Dalam kegiatannya sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar
tempat berkumpulnya guru dan murid, melainkan berada dalam satu tatanan
sistem yang rumit dan saling terkait. Oleh karenanya sekolah dipandang sebagai
suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Lebih dari itu kegiatan inti
organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia yang diharapkan
menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa.
3. Pelayanan Kesehatan Merata dan Terjangkau
Upaya pemertaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
bekum optimal. Hal ini disebabkan begitu kompleknya permasalahan kesehatan yang ada saat ini mulai dari infrastruktur kesehatan yang belum memadai,
terbatasnya penganggaran dan juga tenaga medis maupun paramedis.
Pembangunan kesehatan diarahkan pada terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya, yang ditandai dengan:
Meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi,
menurunnya angka kematian ibu melahirnkan dan menurunnya prevalensi gizi
kurang pada anak balita. Strategi yang dapat dilaksanakan agar tujuan yang
ditentukan dapat terealisasi antara lain:
a. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat.
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
c. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur menjadi bagian integral dari pembangunan nasional.
Infrastruktur merupakan penggerak pembangunan ekonomi. Kegiatan sektor
transfortasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun
penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan telekomunikasi terkait
dengan upaya modernisasi bangsa penyediaannya merupakan salah satu aspek
terpenting dalam meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan
sarana perumahan dan pemukiman antara lain air minum dan sanitasi, secara
luas dan merata serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan
menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sejak lama infrastruktur diyakini merupakan pemicu pembangunan suatu
kawasan. Dalam konteks ini kedepan pendekatan pembangunan infrastruktur
berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman
menunjukkan bahwa infrastruktur transfortasi berperan besar dalam membuka
isolasi wilayah serta ketersediaan pengairan merupakan prasyarat pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya.
Kondisi pelayanan dan penyediaan infrastruktur yang meliputi transfortasi,
ketenagalistrikan, energi, telekomunikasi, informatika, sumberdaya air,
perumahan, pelayanan air minum penyehatan lingkungan mengalami penurunan
baik kuantitas maupun kulitasnya. Hal ini akan berdampak luas terhadap
berbagai aspek kehidupan yang ujung-ujungnya akan berdampak negatif
terhadap upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu rehabilitasi
dan pembangunan kembali berbagai infrastruktur yang rusak, serta peningkatan
kapasitas dan fasilitas baru akan menyerap biaya yang cukup besar sehingga tidak dapat dipikul oleh pemerintah sendiri. Untuk itu mencari solusi inovatif
guna menanggulangi masalah perawatan dan perbaikan infrastruktur
meru[pakan masalah mendesak untuk diselesaikan.
5. Penciptaan Lapangan Kerja
Pengangguran merupakan masalah sosial yang dapat dipecahkan
ditimbulkan akibat adanya pengangguran yang tidak tertangani akan
menyebabkan krisis sosial yang multidimensional. Secara ekternal penyebab
sulitnya mencari pekerjaan diantaranya:
a. Krisis ekonomi yang menyebabkan macetnya perusahaan dalam
menjalankan roda bisnis oragisasinya.
b. Lulusan dunia pendidikan yang tidak link dan match dengan dunia kerja.
Banyaknya lulusan tidak sesuai dengan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan/ lowongan yang ada, hal ini disebabkan rendahnya kompetensi
tenaga kerja yang ada.
c. Rendahnya mobilitas masyarakat artinya masyarakat tidak berusaha untuk
mencari kerja ditempat lain yang membutuhkan tenaga kerja.
Disamping faktor ekternal yang tidak kalah pentingnya adalah faktor internal
pencari kerja/ orang yang bersangkutan. Rendahnya ketrampilan yang dimiliki
seseorang dan rendahnya prestasi yang dimiliki (Kompetensi) merupakan
penyebab seseorang sulit mencari atau mendapatkan pekerjaan. Untuk meraih suskses seseorang mau tidak mau harus melakukan upaya transformasi
keuanggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif melalui peningkatan
produktifitas. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pribadi pribadi yang
memiliki wawasan yang luas, terampil, disiplin, sanggup menghasilkan
karya-karya terbaik dan berdaya saing. Disamping itu perlu juga ditingkatkan
kecerdasan akademik, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sehingga
akan menjadi pribadi-pribadi super yang mampu mengelola waktu secara efektif,
percaya diri yang pada akhirnya mampu untuk mengantisipasi dan mengatasi
berbagi persoalan/ hambatan yang ada. Secara nasional jumlah pengangguran di indonesia cukup besar mencapai 9,25 juta sedangkang di Kabupaten
Ponorogo Tingkat Pengangguarn terbuka mencapai 3,45 persen atau sekitar 31
ribu pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 naik menjadi 3,83 persen. Dibawah
tingkat pengangguran terbuka Propinsi Jawa Timur Tahun 2010 sebesar 4,25
persen. Jumlah penggangguran akan bertambah setiap tahunnya apabila tidak
disebabkan dengan setiap tahun pengguran senantiasa bertambah dengan
bertambahnya lulusan sekolah yang tidak melanjutkan sekolah, sementara itu
pekerjaan belum diperoleh.
6. Investasi dan Iklim Berusaha
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi diperlukan peningkatan investasi
dan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan
ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Kebijakan penanaman modal selayaknya selalu
mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi. Untuk mendorong penanaman modal
diperlukan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan
kepastian hukum, keadilan dan efisien dengan tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional. Dengan adanya penanaman modal diharpakan
akan berdampak pada: meningkatnya pertumbuhan ekonomi, terciptanya
lapangan kerja, meningkatkan daya saing dunia usaha, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi
kekuatan riil dan goalnya akan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
7. Penanganan Kemiskinan
Berbicara masalah kemiskinan dan keterbelakangan tidak lepas dari maaslah
perdesaan. Kemiskinan terlihat dari rendahnya tingkat pendapatan, kurangnya
konsumsi kalori yang diperlukan dan melebarnya kesenjangan. Kemiskinan
yang menimpa masyarakat berhubungan erat dengan status sosial ekonomi dan
potensi wilayah. Faktor sosial ekonomi merupakan faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat sendiri dan cenderung melekat pada pribadi seseorang
seperti: tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah, rendahnya
aksesibilitas terhadap kesehatan dan juga pendidikan. Hal ini akan berdampak
pada penentuan aksesibilitas masyarakat miskin dalam memanfaatkan peluang
peluang ekonomi dalam menunjang kehidupannya. Ada tiga komponen
taraf hidup; (2) rendahnya rasa percaya diri dan (3) terbatsnya kebebasan.
Ketiga aspek ini mempunya hubungan timbal balik yang saling kait mengkait.
Rendahnya taraf hidup disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan,
rendahnya pendapatan disebabkan rendahnya produktifitas kerja, rendahnya
produktifitas kerja disebabkan oleh tingginya tingginya pertumbuhan tenaga
kerja yang tidak dibarengi peluang kerja, tingginya angka pengangguran, dan
rendahnya investasi.
Tingginya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo merupakan masalah
yang harus diupayakan penanggulangannya. Penanggulangan kemiskinan
memerlukan upaya yang bersifat pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat
miskin ini akan menjadi penting karena akan mendudukkan mereka bukan
sebagai obyek melainkan subyek dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
Untuk meningkatkan posisi tawar masyarakat miskin, diperlukan berbagai upaya
pemberdayaan agar masyarakat miskin lebih berkesempatan untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Selain itu diperlukan upaya pemberdayaan agar masyarakat miskin dapat berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi sehingga mengubah pandangan terhadap masyarakat miskin dari
beban (liabilities) menjadi potensi (Asset).
Management program-program kemiskinan dan pengangguran harus dilakukan
dengan lebih baik. Banyak program kemiskinan dan pengangguran milik
pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten yang saling tumpang tindih sehingga
efesiensi dan efektivitas program sangat rendah. Untuk itu pengelolaan program
yang lebih baik sudah merupakan keniscayaan yang saat ini diperlukan,
mengingat dana pembangunan kita semakin terbatas. Program untuk rakyat miskin seharusnya dapat dipetakan sehingga menjadi mosaik yang bagus dilihat
dari bentuk, ragam dan warna artinya: tidak perlu adanya penyeragaman
(standarisasi) tetapi yang diperlukan adalah koordinasi yang efisien dan efektif.
Lokasi, target, macam dan besarnya bantuan tentu bisa menjadi kualifikasi
mengelompokkan program. Mengingat Kabupaten Ponorogo ini cukup luas
dengan penduduk yang cukup besar managemen program ini sangat penting.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir , sejak tahun 2001 hingga tahun 2011
sudah terjadi ratusan kejadian bencana di Kabupaten Ponorogo. Sebagian
besar dari kejadian bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor.
Tak terhitung betapa besarnya kerugian yang diakibatkan oleh bencana
tersebut, baik dari sisi materiil maupun imateriil. Jika menyimak jenis bencana
yang terjadi sebagian besar sebenarnya lebih diakibatkan oleh kesalahan dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Belajar dari pengalaman, kiranya sudah saatnya
mengajak masyarakat untuk akrab dengan bencana, terutama bagi masyarakat
yang berada pada wilayah rawan bencana.
9. Ketahanan Pangan dan Energi
Merujuk pada Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996, Ketahanan
Pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan bagin
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan ketahanan
energi adalah kondisi terpenuhinya energi bagi rumah tangga, komersial, transfortasi dan industri yang cukup baik jumlah maupun mutunya, dengan
harga yang terjangkau baik dalam kondisi normal maupun krisis dan darurat
energi.
Ketahanan pangan merupakan tantangan yang cukup besar bagi negara-negara
ASEAN karena bisa dilihat dari fenomena Global saat ini dimana harga pangan
dan enrgi cenderung semakin meningkat di pasar dunia bahkan dalam enam
bulan terakhir harga pangan dan minyak bumi naik secara sistematis. Kenaikan
harga pangan yang terus melambung akan memberikan dampak negatif bagi
kesejahteraan rakyat bahkan akan dapat meningkatkan jumlah kemiskinan di masyarakat. Dalam menghadapi krisi pangan di ASEAN, dilaksanakan ASEAN
Integrated Food Security Frame Work yakni suatu penelitian dan
pengembangan serta investasi dalam bidang pangan yang secara khusu
memformulasikan cadangan pangan di ASEAN.
Nyaris tidaka ada kegiatan di masyarakat yang lepas dari peran penting energi,
ketahanan energi akan menentukan ketahanan ekonomi. Dalam menghadapi
krisis energi ini sangat diperlukan solusi inovatif dengan meningkatkan
keanekaragaman sumber energi dan mengurangi konsumsi energi yang
berlebihan serta mengurangi dampak-dampak negatifnya pada lingkungan.
10. Reformasi Birokrasi dan Tatakelola
Reformasi birokrasi dilakukan untuk mewujudkan tatakelola kepemerintahan
yang baik dalam mengemban amanah rakyat. Reformasi birokrasi pada
hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek kelembagaan, tatalaksana dan sumberdaya apartur.
Reformasi birokrasi merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur
negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas
pemerintahan dan pembangunan. Reformasi birokrasi merupakan proses
pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan
reformasi birokrasi ditujukan untuk:
a. Menghilangkan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).
b. Meningkatnya kualitas pelayanan publik sehingga sesuai harapan
masyarakat.
c. Meningkatnya efektifitas, efiensi dan produktifitas birokrasi
pemerintahan
d. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan
e. Meningkatnya disiplin dan etos kerja pegawai.
11. Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak
Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan kesetaraan dan keadilan pendidikan bagi penduduk laki-laki dan perempuan. Hal itu dapat
terlihat dari semakin membaiknya rasio partisipasi pendidikan dan tingkat melek
huruf penduduk perempuan terhadap penduduk lai-laki, kontribusi perempuan
dalam sektor non pertanian, serta partisipasi perempuan dibidang politik dan
mewujudkan persamaan akses pendidikan yang bermutu dan berwawasan
gender bagi semua anak laki-laki dan perempuan, menurunkan buta huruf
penduduk dewasa terutama penduduk perempuan melalui peningkatan kinerja
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan baik melalui pendidikan sekolah
maupun luar sekolah, pendidikan kesetaraan dan pendidikan baca tulis
fungsional bagi penduduk dewasa dan meningkatkan kemam[puan
kelembagaan dalam mengelola dan mempromosikan pendidikan berwawasan
gender.
12. Politik Hukum dan Kamtibmas
Sistem dan politik hukum di Indonesia pada dasarnya sangat menentukan arah
kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan yang akan dilaksanakan
dalam satu periode. Karena arah kebijakan pembangunan tertuang dalam
berbagai peraturan perundang undangan, dan dalam undang-undang dan
peraturan daerah yang tertuang dalam program legislasi daerah (Prolegda).
Berbagai langkah dalam mewujudkan supremasi hukum antara lain dengan pembenahan sistem dan politik hukum melalui langkah-langkah penguatan
subtansi hukum baik dalam bentuk peraturan perundang undangan maupun
kekayaan kearifan lokal.
Dalam kehidupan berdemokrasi tetap membutuhkan situasi dan kondisi
keamanan yang kondusif. Bahkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat maka diperlukan keamanan dan ketertiban yang menjamin rasa