KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Medan, 24 Januari 2015
Oleh:
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas
RINGKASAN
OUTLINE PAPARAN
Slide - 2
I. PENGANTAR
II. ARAH DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
I.
PENGANTAR
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DASAR HUKUM PENYUSUNAN
RPJMN
1.
UU 25/2004
(Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional),
Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana pembangunan jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan; Presiden sebagai penanggungjawab
Perencanaan Pembangunan Nasional
2.
UU No. 17/2007
(RPJPN 2005-2025), dibagi dalam 4 tahap RPJMN, yaitu:
RPJMN I 2005-2009
RPJMN II 2010-2014
RPJMN III 2015-2019
RPJMN IV 2020-2024
3.
PP 40 tahun 2006
(Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional):
Pasal 17:
(1) Presiden menetapkan Rancangan Akhir RPJM Nasional menjadi RPJM Nasional
dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik.
(2) RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai:
a.
pedoman penyesuaian dalam rangka penetapan Renstra-KL; dan
b. bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas
pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam
RPJM Nasional
RANCANGAN AKHIR RPJMN 2015-2019
•
Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019 terdiri dari:
–
Buku I
: Agenda Pembangunan Nasional
–
Buku II
: Agenda Pembangunan Bidang
–
Buku III
: Agenda Pembangunan Wilayah
•
Dalam masing-masing buku telah disusun indikator-indikator pembangunan
beserta sasarannya (berdasarkan
exercise
Pagu Indikatif Jangka Menengah
2015-2019)
•
Telah dibahas oleh berbagai pemangku kepentingan (
stakeholders
)
pembangunan, yaitu kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, perguruan
tinggi, partai politik, organisasi profesi, para ahli di berbagai bidang, dan
organisasi masyarakat sipil, antara lain dalam forum:
–
Musrenbang Regional
–
Musrenbang Nasional (18 Desember 2014)
–
Trilateral Meeting Bappenas-K/L-Kemenkeu (23-31 Desember 2014)
•
Persetujuan Presiden dalam Sidang Kabinet ditindaklanjuti dengan penetapan
RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden (Perpres)
TRISAKTI DAN NAWACITA
VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
7 MISI
Keamanan nasional yg mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dg mengamankan
SD maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
Masyarakat maju, berkeimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum.
Politik LN bebas aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim
Kualitas hidup manusian Indonesia
yg tinggi, maju dan sejahtera
Bangsa berdaya saing
Indonesia menjadi negara maritim yg mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional
Masyarakat yg berkepribadian
dalam kebudayaan.
NAWACITA –9 agenda prioritas
Akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh
WN
Akan membuat Pemerintah tidak
absen dg memba-ngun tata kelola Pem.
yg bersih, efektif,
demo-kratis dan terpercaya
Akan membangun Indonesia dari
pinggiran dg memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan
Akan menolak Negara lemah
dengan melalukan reformasi sistem
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya.
Akan mening-katkan kuali-tas hidup manusia Indonesia
melalui: Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja dan Indonesia
Sejahtera
Akan mening-katkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional
Akan mewujudkan kemandirian ekonomi dg menggerak-kan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik
Akan melakuka n revolusi
karakter bangsa
Akan memper-teguh
Kebhi-nekaan dan memperkuat restorasi sosial.
BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK (12 program aksi-115 prioritas utama)
BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI (16 program aksi)
BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3 program aksi)
1.Membangun wibawa politik LN dan mereposisi peran Indonesia dalam isu-isu global (4) 2.Menguatkan
sistem pertahanan negara (4) 3.Membangun
politik keamanan dan ketertiban masyarakat (8) 4.Mewujudkan
profesionalitas intelijen negara (7)
5. Membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik (7) 6.Mereformasi
sistem dan kelembagaan demokrasi (6) 7.Memperkuat
politik desentralisasi dan otda (11) 8.Mendedikasikan
diri untuk memberdayakan desa (8)
9. Melindungi dan memajukan hak-hak masyarakat adat (6) 10.
Pemberda-yaan Perempuan dalam politik dan pembangunan (7)
11. Mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan (42) 12. Menjalankan
reformasi birokrasi dan pelayanan publik (5)
1.Dedikasikan
pembangunan kualitas SDM
2.Membangun ke-daulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan 3.Mendedikasikan
program u/ mem-bangun daulat energi berbasis kepentingan nas.
4.Untuk pengua-saan SDA melalui 7 langkah & mem-bangun regulasi mewajibkan CSR &/atau saham u/ masyarakat lokal/ sekitar tambang, penguatan kapa-sitas pengusaha nasional (trmsuk penambang rakyat) dlm penge-lolaan tambang berkelanjutan.
5. Membangun pemberdayaa n buruh 6.Membangun
sektor keuangan berbasis nasional 7.Penguatan
investasi domestik 8.Membangun
penguatan kapasitas fiskal negara 9.Membangun
infrastruktur
10. Membangun ekonomi maritim 11. Penguatan
sektor kehutanan 12. Membangun
tata ruang dan lingkungan
karakter dan potensi wisata 15.Mengembangk
an kapasitas perdagangan nasional 16.Pengembanga
n industri manufaktur
1. Berkomitmen mewujudkan pendidikan sbg
pembentuk karakter bangsa
2. Akan memperteguh
kebhinekaan Indonesia dan
memperkuat restorasi
sosial
3. Akan memban gun jiwa bangsa melalui pemberd ayaan pemuda dan olah
raga
MENUJU INDONESIA
YANG JAUH LEBIH BAIK
1. Mengejar peningkatan daya saing
2. Meningkatkan kualitas manusia, termasuk melalui
pembangunan mental
3. Memanfaatkan dan mengembalikan potensi yang hilang di
sektor maritim dan kelautan
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
5. Mengurangi ketimpangan antarwilayah
6. Memulihkan kerusakan lingkungan
7. Memajukan kehidupan bermasyarakat
II.
STRATEGI PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
STRATEGI PEMBANGUNAN
NORMA PEMBANGUNAN
3 DIMENSI PEMBANGUNAN
QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN
KONDISI PERLU
Kepastian dan Penegakan Hukum
Keamanan dan
Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB
Pendidikan
Kesehatan
Perumahan
Antarkelompok Pendapatan
Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran,
(3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur
Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan
Kelautan
Pariwisata dan Industri
1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;
2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar;
3) Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan.
4) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem
Mental / Karakter
III.
SASARAN PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SASARAN MAKRO
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Indikator
2014*
(Baseline)
2019
Pembangunan Manusia dan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
73,83
76,3
Indeks Pembangunan Masyarakat
10,55
Meningkat
Indeks Gini
0,41
0,36
Meningkatnya presentase penduduk yang
menjadi peserta jaminan kesehatan melalui
SJSN Bidang Kesehatan
51,8%
(Oktober 2014)
Min. 95%
Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan
Pekerja formal
Pekerja informal
29,5 juta
1,3 juta
62,4 juta
3,5 juta
*Perkiraan
Slide - 12
1. SASARAN MAKRO(1)
1
Indikator
2014*
(Baseline)
2019
Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi
5,1%
8,0 %
PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2010
PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2000
43.403
41.163
72.217
Inflasi
8,4%
3,5%
Tingkat Kemiskinan
10,96 % *)
7,0-8,0%
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
5,94%
4,0-5,0%
*Perkiraan
Slide - 13
1. SASARAN MAKRO(2)
SASARAN EKONOMI MAKRO (1)
Perkiraan
2014
Proyeksi Jangka Menengah
2015
2016
2017
2018
2019
Perkiraan Besaran-besaran Pokok
Pertumbuhan PDB (%)
5,1
5,8
6,6
7,1
7,5
8,0
PDB per Kapita (ribu Rp)
43.403
47.804
52.686
58.489
64.721
72.217
Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%)
8,4
5,0
4,0
4,0
3,5
3,5
Nilai Tukar Nominal (Rp/US$)
11.900
12.200
12.150
12.100
12.050
12.000
Pengangguran dan Kemiskinan (%)
Tingkat Pengangguran
5,9
5,5-5,8
5,2-5,5
5,0-5,3
4,6-5,1
4,0-5,0
Tingkat Kemiskinan
10,96**)
9,5-10,5
9,0-10,0
8,5-9,5
7,5-8,5
7,0-8,0
*)Tahun 2015 menggunakan Angka RAPBN-P 2015
SEKTOR-SEKTOR PRODUKSI
Perkiraan2014
Proyeksi Jangka Menengah Rata-Rata
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,9 4,1 4,3 4,5 4,7 4,9 4,5
Pertambangan dan Penggalian 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,2 2,0
Industri Pengolahan 4,7 6,1 6,9 7,4 8,1 8,6 7,4
Pengadaan Listrik dan Gas, dan air bersih 5,0 5,6 6,3 7,2 7,9 8,7 7,1
Pengadaan Air 4,2 5,3 6,2 6,7 7,2 7,7 6,6
Konstruksi 6,0 6,4 6,8 7,3 7,5 7,8 7,2
Perdagangan besar dan eceran, dan Reparasi 4,5 4,9 7,3 7,9 8,0 8,4 7,3
Transportasi dan Pergudangan 6,9 8,1 8,7 9,3 9,7 10,3 9,2
Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 5,1 5,7 6,3 7,2 7,8 8,6 7,1
Informasi dan Komunikasi 9,1 9,7 10,6 11,6 12,3 13,4 11,5
Jasa Keuangan 8,2 8,8 9,2 9,6 10,0 10,4 9,6
Real Estate 6,3 6,8 7,4 7,9 8,5 9,0 7,9
Jasa Perusahaan 8,7 9,1 9,2 9,4 9,5 9,6 9,4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 0,6 1,4 2,6 3,7 4,8 6,0 3,7
Jasa Pendidikan 7,3 8,8 9,4 10,1 10,7 11,4 10,1
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,6 6,9 8,1 9,0 10,0 11,0 9,0
Jasa lainnya 6,1 6,7 7,0 7,3 7,7 7,9 7,3
Peta IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
TINGKAT KEMISKINAN
DAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN TAHUN 2014
SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
MASYARAKAT
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Indikator (Baseline)2014 2019
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Rata-rata Laju Pertumbuhan
Penduduk
1,49%/tahun (2000-2010)
1,19%/tahun (2010-2020)
Angka kelahiran total (Total
Fertility Rate/TFR)
2,6 (2012) 2,3
Angka prevalensi Pemakaian
kontrasepsi (CPR) suatu cara (all methods)
62% (2012) 66%
Slide - 19
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
Arah Kebijakan
Kependudukan
1.Penguatan dan pemaduan kebijakan
pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi
2.Peningkatan jumlah dan penguatan
kapasitas tenaga lapangan KB, tenaga
kesehatan pelayanan KB, dan
penguatan lembaga di tingkat
masyarakat
3.Peningkatan pelayanan KB dengan
penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang
Indikator
2014
(Baseline) 2019
Pendidikan
Rata-rata lama sekolah penduduk usia diatas 15 tahun
8,1 (tahun) 8,8 (tahun)
Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun
94,1% 96,1 (%)
Prodi perguruan tinggi minimal berakreditasi B
50,4% 68,4 (%)
Persentase SD/MI berakreditasi minimal B
68,7% 84,2%
Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B
62,5% 81,0%
Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B
73,5% 84,6%
Pesentase Kompetensi Keahlian SMK berakreditasi minimal B
48,2% 65,0%
Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya
0,85 (2012)
0,90
Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk termiskin dan 20%
penduduk terkaya
0,53 (2012)
0,60
Slide - 20
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
Arah Kebijakan
Pendidikan
1.Melanjutkan upaya untuk memenuhi
hak seluruh penduduk mendapatkan
layanan pendidikan dasar berkualitas
2.Meningkatkan akses Pendidikan
Menengah yang berkualitas
3.Memperkuat peran swasta dalam
menyediakan layanan pendidikan
menengah yang berkualitas
4.Meningkatkan relevansi pendidikan
kejuruan dengan kebutuhan dunia
kerja
5.Meningkatkan akses terhadap layanan
pendidikan dan pelatihan
keterampilan
6.Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
No Indikator 2014
(Baseline) 2019
1 Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat
1. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran 346 (SDKI 2012)
306 2. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup 32 (2012/2013) 24 3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak
balita (persen)
19,6 (2013) 17
4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak baduta (persen)
32,9 (2013) 28
2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular
1. Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 penduduk 297 (2013) 245 2. Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2013) <0,5 3. Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 23,4 4. Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun
(persen)
15,4(2013) 15,4
5. Persentase merokok penduduk usia 15-19 tahun 7,2 (2013) 5,4
3 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1
puskesmas terakreditasi
0 5.600
2. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi
- 95
3. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan
1.015 5.600
Slide - 21
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
Arah Kebijakan
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan
5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas 6. Meningkatan Akses Pelayanan
Kesehatan Rujukan yang Berkualitas 7. Meningkatkan Ketersediaan,
Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan
8. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan 9. Meningkatkan Pengawasan Obat dan
No Indikator 2014
(Baseline) 2019 1 Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Indeks Pembangunan Gender (IPG) 69,6 (2013) Meningkat
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 70,5 (2013) Meningkat
2 Perlindungan Anak
Prevalensi Kekerasan terhadap Anak Anak laki-laki: 38,62 persen; Anak perem-puan: 20,48 persen (2013)
Menurun
Slide - 22
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
Arah Kebijakan
1.
Memperkuat sistem perlindungan
anak dan perempuan dari berbagai
tindak kekerasan, termasuk tindak
pidana perdagangan orang (TPPO),
dengan melakukan berbagai upaya
pencegahan dan penindakan;
2.
Meningkatkan kapasitas
kelembagaan perlindungan anak
dan perempuan dari berbagai
tindak kekerasan dan perlakuan
salah lainnya
No Indikator 2014
(Baseline) 2019
1 Indeks gotong royong (mengukur
keperca-yaan kepada lingkungan tempat tinggal, ke-mudahan mendapatkan pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan bakti sosial, serta jejaring sosial)
0,55 (2012) Meningkat
2 Indeks toleransi (mengukur nilai toleransi
masyarakat dalam menerima kegiatan agama dan suku lain di lingkungan tempat tinggal)
0,49 (2012) Meningkat
3 Indeks rasa aman (mengukur rasa aman
yang dirasakan masyarakat di lingkungan tempat tinggal)
0,61 (2012) Meningkat
4 Jumlah konflik sosial (per tahun) 164 (2013) Menurun
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
Arah Kebijakan
1.
Memperkuat pendidikan
kebhinekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antar warga
2.
Membangun kembali modal sosial
dalam rangka memperkukuh karakter
dan jati diri bangsa
3.
Meningkatkan Peran Kelembagaan
Sosial
4.
Meningkatkan kepatuhan terhadap
hukum dan penghormatan terhadap
lembaga penegakan hukum
5.
Meningkatkan pemahaman,
penghayatan, pengamalan dan
pengembangan nilai-nilai
keagamaan,
6.
Meningkatkan kerukunan umat
beragama
7.
Meningkatkan pembudayaan
kesetiakawanan sosial dalam
penyelenggaraan perlindungan sosial
Pembangunan Masyarakat
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
REVOLUSI MENTAL
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
119.2 147.5 179.4 205.1 237.6
2.13
2.32
1.97
1.45 1.49
0
SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000 SP 2010
Ju
Jumlah Penduduk (juta jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%)
Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Indonesia, 1971-2010
Piramida Penduduk Indonesia, 2010
0.37
Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat DI Yogyakarta Sumatera Utara NTB Sulawesi Selatan Lampung Sulawesi Utara Sumatera Barat DKI Jakarta INDONESIA Bengkulu Kalimantan Tengah Sumatera Selatan Jawa Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan NTT Sulawesi Tenggara Bali Gorontalo Aceh Maluku Utara Jambi Sulawesi Barat Banten Maluku Bangka Belitung Riau Papua Barat Kalimantan Timur Kepulauan Riau Papua
Laju Pertumbuhan Penduduk 2000-2010
0.0
Kab/Kota terendah Rata-rata Provinsi
Kab/Kota Tertinggi
Laju
pertumbuhan
penduduk di
beberapa
daerah masih
sangat tinggi
Angka prevalensi
pemakaian
kontrasepsi (CPR)
di berbagai daerah
masing sangat
rendah
Kesenjangan CPR antardaerah, 2012
Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan, dengan laju yang meningkat dalam 10 tahun terakhir
14 12 10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12 14
(dalam juta)
Jumlah Penduduk
2010
•
Rasio jenis
kelamin:
101,4
•
Rasio
ketergan-tungan:
50,4
•
Penduduk
perdesaan:
50,2%
KESEHATAN IBU DAN ANAK
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi walaupun dalam beberapa dekade terakhir AKI dan AKB telah mengalami penurunan.
DISPARITAS
MASIH LEBAR
AKI Tahun 1994-2012 dan Target RPJMN 2019
57
1994 1997 2002-2003 2007 2012 2019 SDKI Target RPJMN 2019
Ke
AKB Tahun 1994-2012 dan Target RPJMN 2019
390
334 307 228
1994 1997 2002-2003 2007 2012 2019
K
100.000
K
SDKI Target RPJMN 2019
Persalinan di Fasilitas Kesehatan (%)
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (%)
Tertinggi Pada pelayanan kesehatan rujukan, banyak rumah sakit
yang belum memenuhi standar ketenagaan.
89 88
Sp. Penyakit Dalam
Sp. Bedah Sp. Anak Sp. Obstetrik
Ginekologi
Kelas C Kelas D
Persentase RSU Pemerintah Menurut Ketersediaan Dokter Spesialis pada RSU Tipe C dan Tipe D, 2011
Sumber: Riskesdas, 2013
Sumber: Risfaskes, 2011
Kesinambungan pelayanan belum terjaga:
Sebagian pelayanan kesehatan ibu dan anak cakupannya masih rendah
61.9
Pemakaian Kontrasepsi*
Anemia ibu hamil WUS
Pemeriksaan Kehamilan
(K4)
Persalinan di Faskes
Bayi berat badan lahir
rendah
Imunisasi dasar lengkap
ASI Esklusif 6 bulan
Kunjungan Neonatus
(KN1)
Sumber: Riskesdas 2013 dan *) SDKI 2012
Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (%)
RS Rujukan Regional: 51 RSUD: 119
RS Rujukan Regional: 21 RSUD: 46
RS Rujukan Regional: 29
RSUD: 68 RS Rujukan
Regional: 22 RSUD: 53
RS Rujukan Regional: 14 RSUD: 33 RS Rujukan
Regional: 47 RSUD: 111
Penguatan Pelayanan Kesehatan Rujukan Untuk Mendukung Percepatan
Penurunan AKI dan AKB serta Pemenuhan
Supply Side
JKN, 2015-2019
RS Pratama: 13
RS Pratama: 55
Strategi 2015-2019:
1. Penguatan sistem rumah sakit rujukan nasional (14 RS)
2. Penguatan sistem rumah sakit rujukan regional (184 RS)
3. Penguatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) (430 RS)
4. Pembangunan RS Pratama di DTPK (68 RS)
RS Rujukan Nasional
1990
2000
2010
Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yaitu kondisi penyakit menular masih muncul sedangkan penyakit tidak menular semakin meningkat
Jumlah Kasus HIV-AIDS (kumulatif)
2013
Prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia hingga tahun
2013 adalah 0,43 persen dengan sebaran seperti grafis
diatas
TB
•Prevalensi 297 per 100.000 penduduk
•Jumlah penderita 893.000 kasus (2013)
DBD
•Angka kesakitan 45,85 per 100.000 penduduk
•Jumlah penderita sebanyak 112.511 penduduk (2013)
Malaria
•Angka kesakitan 1,14 per 1.000 penduduk
•Jumlah kasus sebanyak 412.000 kasus (2013)
Filariasis •Jumlah kasus sebanyak 12.714 kasus (2013)
Merokok pada penduduk - usia < 18 tahun (7,2 %) - usia > 15 tahun (36,3%) Penduduk Kurang Aktivitas Fisik (26,1 % penduduk)
Penduduk > 10 tahun Kurang Konsumsi Buah dan Sayur (93,5%)
Fak
Ranking Beban Penyakit
Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular
Penyakit Beban Penyakit
Penyakit Beban Penyakit
Tuberculose (2) 7,6% Stroke (1) 8,0%
Diare (3) 4,0% Jantung Iskemik (4) 3,8%
Infeksi Pernapasan (5)
3,7% Diabetes (6) 3,5
STATUS GIZI DI INDONESIA
Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi : masalah gizi kurang dan gizi lebih masih tinggi
19.6
STUNTING MENURUT PENGELUARAN
STATUS GIZI BALITA STATUS GIZI BALITA 2005 - 2013
Sumber : Riskesdas, 2013
48.4
42.4 38.5
32.3
29
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Disparitas
Prevalensi
Tertinggi
Sulteng : 16,9%
Terendah
Sumut : 7,2%
Nasional
10,2%
ANEMIA PADA IBU HAMIL
38%
bayi usia kurang dari 6 bulan
mendapat
ASI eksklusif
ASI EKSKLUSIF
Sebanyak
Ibu hamil mengalami
anemia
37,1%
12.2
14
11.9
2007
2010
2013
BALITA OVERWEIGHT (GEMUK) DEWASA OBESE (GEMUK)
19.7
32.9
Laki-laki Perempuan
STATUS GIZI DI INDONESIA
Sumber: Riskesdas 2013
>40 30-39
20-29 <20
BALITA STUNTING (PENDEK): Terjadi pada hampir seluruh wilayah
•
Variasi rata-rata lama
sekolah penduduk
usia 15 tahun ke atas
masih cukup lebar.
•
Masih cukup banyak
daerah yang rata-rata
lama sekolahnya
masih dibawah 6
tahun.
•
Akan tetapi,
kesenjangan masih
terlihat di beberapa
provinsi
Terendah Rata-rata Tertinggi Rata-rata Buta Huruf Penduduk Berusia 15 tahun ke atas
di Kabupaten/Kota Setiap Provinsi, 2011
0
Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf
•
Proporsi buta aksara
penduduk berusia 15
tahun ke atas
mengalami
penurunan signifikan,
dari 5,3% (2009)
menjadi 4,4% (2011)
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Per Provinsi, 2012
-Angka terendah tk kab/kota Rata-rata tk provinsi Angka tertinggi tk kab/kota
Disparitas akses pendidikan dasar sudah semakin kecil
baik antar daerah maupun antar kelompok
sosial-ekonomi. Namun masih perlu upaya besar untuk
menjamin semua anak usia 7-15 tahun untuk mengikuti
pendidikan yang berkualitas.
62.5
77.7
93.3
Papua Barat Papua Kep. Babel Malut Kep. Riau Sumbar Bali DIY DKI Jakarta
APM SMP/MTs per Provinsi, 2011
APS penduduk usia 7-15tahun
menurut kelompok pengeluaran keluarga, 2012. APS 13-15 tahun antar provinsi dan kab/kota
Kesenjangan Partisipasi Pendidikan
9
7-12 Tahun 13-15 Tahun
Kuintil-1 (termiskin) Kuintil-2
Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 (terkaya)
1
APK SM per Provinsi, 2012
Persentase Kecamatan yang Memiliki SMP/MTs atau SMA/SMK/MA (negeri dan/atau swasta)
Perkembangan APS Penduduk Usia 16-18 tahun menurut pengeluaran keluarga
Kesenjangan Partisipasi Pendidikan
59,68 78,50
108,45
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 Kalimantan Barat
Papua Barat Nusa Tenggara Timur Lampung Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Papua Jawa Barat Jawa Tengah Gorontalo Banten Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Indonesia Sumatera Barat Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Sumatera Utara Kalimantan Timur Kepulauan Bangka Belitung Sulawesi Barat Riau Bengkulu Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Maluku Aceh Maluku Utara DKI Jakarta DI Yogyakarta Bali
Ada SMP/MTs Ada SMA/SMK/MA
Tahun 2011: dari 6.637 kecamatan:
1.735 kec. belum memiliki satuan pendidikan
menengah negeri
935 kec. tidak memiliki satuan pendidikan baik
negeri maupun swasta.
Kesenjangan partisipasi pendidikan menengah semakin mengecil, tetapi masih membutuhkan perhatian besar untuk terus diturunkan
27
2000 2006 2009 2012
Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
2
Kualifikasi Guru per Provinsi, 2012 Tren Sertifikasi Guru
Kualitas Guru
21,15
Sumber: NUPTK 2012
Sumber: Kemdikbud
•
Masih banyak guru yang belum memenuhi
persyaratan kualifikasi akademik minimal
sebagaimana diamanatkan UU Guru dan Dosen
•
1,5 juta guru yang tersertifikasi (55% dari seluruh
jumlah guru)
Indeks Pembangunan Masyarakat
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 Jawa Barat
Banten DKI Jakarta Sumatera Barat Jawa Tengah NAD Papua Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kepulauan Riau NTB Sulawesi Selatan Bangka belitung Sumatera Selatan Jambi INDONESIA Jawa Timur Bengkulu Gorontalo Sulawesi Barat Sumatera Utara Riau Lampung Sulawesi Tenggara Papua Barat Bali Kalimantan Barat Maluku Sulawesi Tengah DI Yogyakarta Kalimantan Tengah NTT Maluku Utara Sulawesi Utara
Sumber: dihitung menggunakan data Susenas Modul Sosial Budaya 2012
Indeks Pembangunan Masyarakat, 2012
0.61 0.55 0.56 0.47
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 Indeks Tingkat
Kepercayaan Indeks Tolong
Menolong Indeks Aksi
Kolektif Indeks Jejaring
Sosial
0.55 0.49
0.61
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 Indeks Gotong
Royong Indeks Toleransi
Indeks Rasa Aman
Dimensi Indeks Pembangunan Masyarakat, 2012
Indeks Pembangunan Masyarakatmerupakan indeks komposit yang mengukur:
1. Indeks gotong-royong (mengukur modal sosial kepercayaan kepada lingkungan tempat tinggal, kemudahan mendapatkan pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan bakti sosial, serta jejaring sosial)
2. Indeks toleransi (mengukur kohesi sosial
toleransi masyarakat dalam menerima kegiatan agama dan suku lain
di lingkungan tempat tinggal
)3. Indeks rasa aman (
mengukur rasa aman yang dirasakan masyarakat di lingkungan tempat tinggal)
Dimensi Indeks Gotong Royong, 2012
0.52
Indeks Toleransi, 2012
SASARAN PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
INDIKATOR 2014
(baseline) 2019
Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan
- Padi (Juta Ton) 70,6 82,0
- Jagung (Juta Ton) 19,13 24,1
- Kedelai (Juta Ton) 0,92 2,6
- Gula (Juta Ton) 2,6 3,8
- Daging Sapi (Ribu Ton) 452,7 755,1 - Produksi perikanan (juta ton) 12,4 18,8
Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi:
- Pembangunan dan Peningkatan Jaringan irigasi
air permukaan , air tanah dan rawa (juta ha) 8,9 9,89
- Rehabililtasi jariangan irigasi permukaan, air
tanah dan rawa (juta ha) 2,71 3,01
- Pembangunan dan Peningkatan irigasi tambak
(ribu ha) 189,75 304,75
- Pembangunan waduk)* 21 49
Slide - 38
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
ARAH KEBIJAKAN:
1.Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i) penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan (menahan konversi sawah) dan perluasan sawah baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi penyuluhan dan sistem perbenihan-1.000 desa berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik;
(iv) bank untuk pertanian-UKM-Koperasi; Produk
perikanan: 40 juta ton (ikan dll)**
2.Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan
cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii) pengembangan sistem logistik ikan.
3.Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi
protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii) penggunaan pangan lokal non beras .
4.Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan
pangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, sekolah iklim dan asuransi pertanian.
CACATAN:
Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi. Untuk kedele fokus pada konsumsi DN utamanya untuk tahu dan tempe; Gula, daging sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga.
Kedaulatan Pangan
BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN
KEDAULATAN
PANGAN
Pembukaan 1 juta lahan sawah baru Reforma agraria
9 juta Ha Perbaikan dan pemb. Jaringan
irigasi, bendungan,
pasar, dan sarpras transportasi
Stop konversi lahan produktif
Pemulihan kualitas kesuburan lahan;1000 DesaMandiri
Benih
Gudang dgn fasilitas pengolahan pasca panen di sentra produksi;
Pendirian bank pertanian &
UMKM Peningkatan
kemampuan petani Pemb. Agribisnis kerakyatan
Pengendalian impor pangan
Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH; Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda
Kemendag; Kemen Pertanian
Kemen Pertanian; Kemen Perindustrian; Pemda
Bank Indonesia; Kemen Koperasi
Kemen Pertanian; Kemen BUMN; Pemda
Kemen Pertanian; KLH/BPLH
Pemda (BUMDes- Dana Desa) Pemda;
Kemen Agraria & TTR Kemen PU;
Kementan Kemendag; Pemda
KEDAULATAN PANGAN
SEBARAN PRODUKSI BAHAN PANGAN POKOK
Komoditi Target 2019
Padi 20.075.415
Jagung 5.808.034
Kedelai 190.587
Daging 162.972
Gula 1.589.780
Komoditi Target 2019
Padi 41.891.800 Jagung 11.938.815 Kedelai 1.288.455 Daging 439.060 Gula 2.089.547
Komoditi Target 2019
Padi 5.947.947 Jagung 459.506 Kedelai 21.933 Daging 42.246 Gula
-Komoditi Target 2019
Padi 9.345.196 Jagung 3.866.099 Kedelai 152.373 Daging 48.270 Gula 120.673
Komoditi Target 2019
Padi 473.235 Jagung 65.405 Kedelai 14.487 Daging 10.950 Gula
TARGET PEMBERIAN HAK KELOLA HUTAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2015 –
2019
Indikator
2015
2016
2017
2018
2018
Luas hutan yang
dikelola
masyarakat*)
2.540.000
5.080.000
7.620.000
10.160.000
12.700.000
Jumlah DAS
yang akan
ditangani
5
7
10
12
15
Sumber: Trilateral Meeting, (BAPPENAS, Kemenkeu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) 23–24 Desember 2014
Catatan:
* Dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR), Hutan Adat dan Kemitraan (Ha)
DAS yang akan dipulihkan dalam tahun 2015-2019
1. DAS Citarum
2. DAS Ciliwung
3. DAS Cisadane
4. DAS Serayu
5. DAS Solo
6. DAS Brantas
DAS Moyo
1. DAS Asahan Toba
2. DAS Siak
3. DAS Musi
4. DAS Way
Sekampung
5. DAS Way Seputih
DAS
Kapuas
1. DAS
Jeneberang
2. DAS Saddang
LOKASI PEMBANGUNAN 49 WADUK
WADUK KEUREUTO, RUKOH, TIRO, JAMBO AYE (NAD)
WADUK LOGUNG, JLANTAH, MATENGGENG (JATENG)
WADUK TELAGAWAJA, LAMBUK (BALI)
WADUK KARIAN, SINDANGHEULA (BANTEN)
WADUK BENER, KARANGTALUN (DIY)
WADUK CIAWI, SUKAMAHI, CIPANAS, LEUWIKERIS, SADAWARNA, SANTOSA, SUKAHURIP (JABAR)
WADUK SEMANTOK, WADUK BAGONG, WADUK LESTI, WADUK WONODADI (JATIM)
WADUK TAPIN (KALSEL)
ESTUARI SEI GONG, DOMPAK, BUSUNG (KEPRI)
WADUK SUKOHARJO, SEGALAMINDER, WAY SEKAMPUNG, SUKARAJA III (LAMPUNG)
WADUK BINTANG BANO, TANJU DAN MILA, MUJUR (NTB)
WADUK RAKNAMO, KOLHUA, ROTIKLOD, NAPUNGGETE (NTT) WADUK
LOMPATAN
HARIMAU (RIAU) WADUK KARALOE,
PASELORENG,
PAMUKULU, JENELATA, NIPA-NIPA (SULSEL)
WADUK LOLAK, KUWIL (SULUT)
WADUK SEPAKU SEMOI, MARANGKAYU, TERITIP (KALTIM)
WADUK LASONGI (SULTRA)
WADUK LAUSIMEME (SUMUT)
INDIKATOR 2014
(baseline) 2019*
Peningkatan Produksi SD Energi:
- Minyak Bumi (ribu BM/hari) 818 700
- Gas Bumi (ribu SBM/hari) 1.224 1.295
- Batubara (Juta Ton) 421 400
Penggunaan DN (DMO):
- Gas bumi DN 53% 64%
- Batubara DN 24% 60%
Regasifikasi onshore (unit) - 6
Pembangunan FSRU (unit) 2 3
Jaringan pipa gas (km) 11.960 17.960
Pembangunan SPBG (unit) 40 118
Jaringan gas kota (sambungan
rumah) 200 ribu 1 jt
Pembangunan kilang baru (unit) - 1
Slide - 44 ARAH KEBIJAKAN:
1. Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR,
pengembangan gas non konvensional (shale gas dan CBM).
2. Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii)
pengadaan kontrak jangka menengah dan panjang untuk SD energi.
3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi: (i) insentif dan harga yang tepat; (ii) pemanfaatan bahan bakar nabati. 4. Meningkatkan Aksesibilitas: (i) mendorong
penggunaan SD energi utk penggunaan setempat; (ii) pemanfaatan gas kota; (iii) konversi BBM ke BBG. 5. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi: (i)
pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan utk teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit energi; (iii) peningkatan peran perusahaan layanan energi (ESCO).
6. Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran
7. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA (kelistrikan)
* Dengan badan usaha
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
KEDAULATAN ENERGI
Slide - 45
BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN
KEDAULATAN
ENERGI
Pembangunan
kilang migas efektif & efisien Tata kelola yg industri migas dan energi (a.l
kontrak pembelian minyak jangka
menengah)
Percepatan Pembangunan Pembangkit listrik
dan peningkatan Penggunaan Batu bara dan Gas utk produksi Listrik
Realokasi subsidi BBM ke
biofuel
Pengembangan energi baru &
terbarukan Iklim investasi
migas yg kondusif Pengalihan
Transportasi berbasis BBM
ke gas (percepatan Pembangunan
SPBG) Sistem fiskal yg
flexibel
Peningkatan produksi minyak
bumi memperpanjangu
sia sumur2 tua dan Pengendalian
impor minyak
Kemen ESDM; Kemen Perhubungan Kemen Perindustrian
Kemen ESDM; Kemen BUMN
Kemen ESDM; Kemen BUMN; SKK Migas
Pertamina, PLN, PGN
Kemen ESDM; Kemen BUMN; PLN; PGN
Kemen ESDM; Kemen Keuangan Kemen BUMN Kementan
Kemen ESDM;
Kemen BUMN; Kemen Ristek Kemen Keuangan;
Kemen ESDM; Kemen BUMN
Kemen ESDM; Kemen BUMN; Kemendag; Pertamina
Kemen ESDM; Kemen Keuangan; Pemda
Peningkatan kapasitas tangki/minyak mentah, BBM,
Rencana Pembangunan Infrastruktur Migas
Jaringan Pipa Gas
Gresik –Semarang (267 Km)
Jaringan Pipa Gas
Arun –Belawan –KIM –KEK Medan
(480 Km)
Jaringan Pipa Gas
Muara Karang –Muara Tawar –
Tegal Gede (70 Km)
Jaringan Pipa Gas
Porong –Grati (56 Km)
Jaringan Pipa Gas
Duri –Dumai (132,4 Km)
Jaringan Pipa Gas
Muara Bekasi –Muara Tawar –
Muara Karang (44 Km)
Jaringan Pipa Gas
Kalija I Kepodang –Tambak
Lorok (207 Km)
Jaringan Pipa Gas
Gundih –Semarang (140 Km)
Jaringan Pipa Gas
Pemping –Batam (13,5 Km)
Receiving Terminal
Arun
LNG Donggi –
Senoro dan LNG South Sulawesi
Receiving Terminal Banten Tangguh Train - 3
Sumber : BPH Migas dan KESDM, diolah oleh Bappenas 2014 Kilang
Minyak Bontang
RASIO ELEKTRIFIKASI DAN ENERGI
YANG DIKONSUMSI PER KAPITA TAHUN 2013
Sumber: Statistik Listrik, 2013 (BPS)
WILAYAH Penduduk
(1.000)
Rumah Tangga (1.000)
Pelanggan KWh Jual
Rasio Elektrifkasi
(%)
kWh jual/kapita RT
(1.000)
Persen terhadap Indonesia
KWh (1.000)
Persen terhadap Indonesia
SUMATERA 53.539,0 13.056,4 9.917 19,78 25.739 13,95 75,95 480,75
JAWA 141.985,6 38.193,2 31.655 63,13 137.029 74,28 82,88 965,09
BALI & NUSA TENGGARA 13.721,1 3.480,9 2.203 4,39 5.687 3,08 63,30 414,49
KALIMANTAN 14.751,4 3.674,4 2.617 5,22 6.988 3,79 71,23 473,74
SULAWESI 18.216,9 4.262,2 3.019 6,02 7.266 3,94 70,83 398,85
MALUKU & PAPUA 6.604,1 1.537,2 733 1,46 1.773 0,96 47,72 268,46
LUAR JAWA 106.832,5 26.011,3 18.461 36,82 49.463 26,81 70,97 463,00
JAWA 141.985,6 38.193,3 31.655 63,13 138.081 74,85 82,88 972,50
INDONESIA 248.818,1 64.204,3 50.145 100,00 184.482 100,00 78,10 741,44
INDIKATOR 2014
(BASELINE) 2019
Memperkuat Jatidiri sebagai negara Maritim
Penyelesaian pencatatan/deposit
pulau-pulau kecil ke PBB 13.466
17.466 (Selesai th 2017)
Penyelesaian batas maritim antar
negara 1 negara 9 negara
Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar
• Meningkatnya ketaatan pelaku
perikanan 52% 87%
Membangun Konektivitas Nasional:
Pengembangan pelabuhan untuk
menunjang tol laut -- 24
Pengembangan pelabuhan
penyeberangan 210 270
Pembangunan kapal perintis 50 unit 104 unit
Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan
Produksi hasil perikanan (juta ton ) 22,4 40-50
Pengembangan pelabuhan perikanan 21 unit 24 unit
Peningkatan luas kawasan konservasi
laut 15,7 juta ha 20 juta ha
Slide - 48
ARAH KEBIJAKAN:
1. Penyelesaian tata batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau2 dan pendaftarannya;
2. Pengaturan dan pengendalian ALKI;
3. Penguatan lembaga pengawasan laut;
4. Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana;
5. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi multimoda;
6. Melakukan upaya keseimbangan antara
transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan
kewilayahan;
7. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan;
8. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut;
9. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan;
10. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
PEMBANGUNAN KEMARITIMAN
BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
KEMARITIMAN
Peningkatan kapasitas dan pemberian akses terhadap sumber modal, sarana
produksi, infrastruktur, teknologi dan
pasar
Pembangunan 100 sentra perikanan sbg
tempat pelelangan ikan
terpadu dan pembangunan 24
pelabuhan strategis
Pemberantasan
illegal, unregulated
dan unreported fishing (IIU)
Mengurangi intensitas penangkapan di
kawasan
underfishing
sesuai batas kelestarian
Penguatan keamanan laut,
daerah perbatasan dan
pengamanan SDA dan ZEE
Peningkatan luas kawasan konservasi perairan berkelanjutan
(17 juta ha) dan penambahan kawasan konservasi 700 ha dan
rehab. Kerusakan lingkungan pesisir &
laut
Penerapan best aqua-culture practicesuntuk
komoditas-komoditas unggulan Mendesain tata
ruang wilayah pesisir dan lautan
yg mendukung kinerja pembangunan
maritim dan perikanan
Peningkatan produksi perikanan dua kali lipat (40-50
juta ton per tahun pada thn
2019
Kemen KP;
Kemen Ristek DIKTI
Kemen KP; Kemen Koperasi UKM; Kemen PU; Kemen Hub; Kemen Ristek DIKTI; Kemen Perdagangan; Perbankan; Pemda
Kemen KP; Kemen Hub Kemen BUMN;
Pemda
Kemen KP; POLRI;
Kemen Hukum HAM; Pemda
Kemen KP; Pemda
Kemen Han Kemen KP; Kemen Dagri; KemenLu. Kemen KP;
Kemen Agraria & TTR; Pemda
Kemen KP
Kemen KP; Kemen LH & Hut; Pemda
WILAYAH LAUT INDONESIA
No
Perairan
Luas (km
2)
1
Perairan Kepulauan
2,95 juta
2
Territorial
0,3 juta
3
ZEE Indonesia
2,55 juta
Total
5,8 juta
Luas Laut Indonesia
WILAYAH PENANGKAPAN
DAN POTENSI PERIKANAN DI INDONESIA
(satuan dalam 1.000 ton/tahun)
WPP Selat Malaka dan Laut Andaman
276,1
WPP Samudera Hindia A
(Barat Sumatera dan Selat Sunda)
565,1
WPP Samudera Hindia B
(Selatan Jawa -Laut Timor Barat)
491,7
WPP Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan
1.059
WPP Laut Jawa
836,6
WPP
Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan
Laut Bali
929,7
WPP Teluk Tolo dan Laut Banda
278,0
WPP
Laut Aru, Laut Arafura dan Timur Laut Timor
855,6
WPP
Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik
299,2
WPP
Laut Sulawesi dan Utara Pulau Halmahera
333,7
WPP Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera,
Laut Seram, dan Teluk Berau;
595,5
Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 45/2011 tentang Estimasi Potensi SDI di WPP (total sebesar
6,52 juta ton/tahun)
NAD Papua Barat
PPI:12
SEBARAN PELABUHAN PERIKANAN (total)
Kaltara PPI:3
Ket:
• PPS : Pelabuhan Perikanan Samudra
• PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara
NAD SUPM Ladong
Sumbar SUPM Pariaman
Lampung SUPM kota
Agung DKI STP Jakarta
Jatim AP Sidoarjo Jateng
SUPM Tegal
NTT SUPM Kupang
Papua Barat AP Sorong; SUPM
Sorong
Maluku SUPM Waiheru Kalbar
SUPM Pontianak
Sulut AP Bitung
Sulsel SUPM Bone
SEBARAN SEKOLAH PERIKANAN
Ket:
• STP : Sekolah Tinggi Perikanan (PUSAT)
• AP : Akademi Perikanan (PUSAT)
Sumbar LPSDKP Bungus (KerentananPesisir)
DKI
P3SDLP (SD laut & pesisir); BBRP2B Jakarta (bioteknologi perikanan); BBRSE (sosial ekonomi perikanan)
BALI
BBPPBL Gondol (Budidaya Laut); BPOL Perancak
(Observasi Laut)
Sulsel BPPAP Maros (budidaya air payau)
SEBARAN BALAI DAN LOKA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
(UPT PUSAT)
JABAR
BBAT Bogor (budidaya air tawar); BPPIH Depok (ikan Hias); BPPI Sukamandi (pemuliaan Ikan);
BP2KSI Jatiluhur (konservasi SD ikan) Sumsel
BRPPU Palembang (Perairan Umum)
Sultra LPTK Wakatobi (Teknologi Kelautan)
PETA SEBARAN BALAI/UPT PERIKANAN BUDIDAYA
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG POROS MARITIM
DUNIA
Keterangan Program Nilai
(Rp.Milyar) Keterangan
24 Pelabuhan Strategis 243,696 Termasuk pengerukan, pengembangan terminal kontainer, serta lahannya Short sea shipping 7,500 Kapal, pelabuhan Panjang, sumur, Bojanegara, Kendal, Pacitan, Cirebon Fasilitas kargo umum dan bulk 40,615 Rencana induk pelabuhan nasional
Pengembangan pelabuhan
non-komersil 198,100 1.481 pelabuhan
Pengembangan pelabuhan komersil
lainnya 41,500 83 pelabuhan
Transportasi multimoda untuk
mencapai pelabuhan 50,000 Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir. Revitalisasi industri galangan kapal 10,800 12 galangan kapal
Kapal untuk 5 tahun ke depan 101,740 Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug & barge, tanker, dan kapal rakyat Kapal patroli 6,048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V
Total 699,999
Pengembangan Transportasi Penyeberangan
(Komplemen Konsep Tol Laut)
Arah kebijakan
pengembangan
transportasi penyeberangan
2015-2019:
•
Penyelesaian dan penguatan jalur
lintas
Sabuk Utara, Sabuk Tengah
dan Sabuk Selatan serta poros
penghubung.
•
Terobosan regulasi
termasuk
kebijakan pengadaan kapal oleh
pemerintah dan pembentukan
Otorita Pelabuhan
Penyeberangan
.
Program Strategis dan Target:
• Pembangunan pelabuhan penyeberangan
di 60 lokasi
• Pembangunan kapal penyeberangan
(terutama perintis) 50 unit
• Pemisahan operator dan regulator
(pembentukan Otorita Pelabuhan)
• Pembangunan kapal untuk mengatasi
bottleneckpada lintas utama termasuk
lintas Merak -Bakauheni (melalui PMN pada
BUMN) Koridor
Penyebe rangan
Kondisi Saat ini dan Rencana Pembangunan Keb. Biaya
Sabuk Utara Terdapat lintas yang belum terhubung yaitu: Tj. Pinang –Sintete, akan diselesaikan pada 2017-2019
Rp. 40 T
Sabuk Tengah
Terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai – Fak Fak, akan diselesaikan pada akhir tahun 2014. Akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal)
Sabuk Selatan
Telah terhubung sejak tahun 2013, akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal)
INDIKATOR
2014
(Baseline)
2019
Pariwisata
Kontribusi terhadap PDB
Nasional
4,2%
8 %
Wisatawan Mancanegara
(Orang)
9 juta
20 juta
Wisatawan Nusantara
(Kunjungan)
250 juta
275 juta
Devisa (triliun rupiah)
120
260
Industri
Sasaran Pertumbuhan:
Industri (%)
4,7
8.6
Kontribusi dalam PDB
20,7%
21,6%
Penambahan jumlah Industri
skala menengah dan besar
-
9.000 unit*
Slide - 59 ARAH KEBIJAKAN:
1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara
2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga
berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri
3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata:
membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional
5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa
6. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha
7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja)
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Pariwisata dan Industri
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA
Slide - 60
BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
KARAKTER
DAN POTENSI
PARIWISATA
Percepatan Pembangunan
Akses
Transportasi Percepatan Pembangunan Akses Informasi dan Komunikasi
Peningkatan Infrastruktur Pengembangan
Budaya Lokal
Percepatan Pengembangan
dan Pengelolaan
Kawasan Pariwisata (intersullar tourism)
Peningkatan Kualitas SDM Masyarakat Lokal /Sekitar Objek Wisata Pengembangan
Ekonomi Kreatif Berbasis pada
Eco-tourism Keterlibatan
Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan
Lokasi Pariwisata Kebijakan Anggaran Pembangunan
Pariwisata
Peningkatan Jumlah Investor
Nasional
Kemen Pariwisata; Pemda
Kemen Pariwisata; Kemen PU;
Kemen Perhubungan; Kemen BUMN; Pemda
Kemen Pariwisata; Kemen Kominfo; Pemda
Kemen Pariwisata; Kemen BUMN; Pemda
Kemen Pariwisata;
Kemen Budaya Dikdasmen; Pemda
Kemen Pariwisata; Kemen Keuangan; Pemda
Kemen Pariwisata; Pemda
Kemen Koperasi &UKM; Kemen Pariwisata;
Badan Pengembangan Ekonomi Kreatif; Pemda;
Kemen Pariwisata;
POTENSI WISATA ALAM
Hasil Pemetaan 16 Destinasi MICE - Ditjen PDP, Kemenparekraf, 2013
POTENSI WISATA MICE (Meeting, Incentives, Conference, Exhibition)
POTENSI WISATA BAHARI
Indikator 2014
(Baseline) 2019
Ketahanan Air
Kapasitas air baku nasional 51,44 m3/det 118,6 m3/det
Pembangunan Waduk* 21 waduk 49 waduk
Ketersedian air irigasi yang bersumber dari waduk
11% 20%
Terselesaikannya status DAS lintas negara
0 19 DAS (kumulatif)
Berkurangnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi dalam KPH
500.000 ha 5,5 juta ha (kumulatif) Pulihnya kesehatan 5 DAS Prioritas (DAS
Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS Bengawan Solo, dan DAS Brantas) dan 10 DAS prioritas lainnya sampai dengan tahun 2019
0 15 DAS
Terjaganya / meningkatnya jumlah mata air di 5 DAS prioritas dan 10 DAS prioritas lainnya sampai dengan 2019 melalui konser-vasi sumber daya air
0 15 DAS
Kapasitas/Daya tampung 15,8 miliar m3 19 miliar m3 Pengembangan dan pengelolaan
Jaringan Irigasi (permukaan, air tanah, pompa, rawa, dan tambak)
9,136 Juta Ha 10 Juta Ha
Rata-rata kapasitas Desain Pengendalian Struktural dan Non Struktural Banjir
5-25 tahun 10-100 tahun
Slide - 64
ARAH KEBIJAKAN:
1. Pemeliharaan dan pemulihan sumberdaya air dan ekosistemnya.
2. Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air
untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat
3. Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan
sosial dan ekonomi produktif
4. Peningkatan ketangguhan masyarakat dalam
mengurangi risiko daya rusak air termasuk
perubahan iklim
5. Peningkatan kapasitas kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam
pengelolaan sumber daya air yang terpadu,
efektif, efisien dan berkelanjutan, termasuk
peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses
terhadap data dan informasi
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Ketahanan Air
Indikator 2014
(Baseline) 2019 Infrastruktur Dasar dan Konektivitas
Rasio elektrifikasi 81,5% 96,6%
Konsumsi Listrik Perkapita 843KWh 1.200KWh Kawasan permukiman kumuh perkotaan 38.431 Ha 0 ha Kekurangan tempat tinggal (backlog)
berdasarkan perspektif menghuni
7,6 juta 5 juta
Akses Air Minum Layak 70 % 100%
Akses Sanitasi Layak 60,9 % 100%
Kondisi mantap jalan nasional 94 % 98 %
Pengembangan jalan nasional 38.570 km 45.592 km
Pembangunan jalan baru * 1.202 km 2.650 km
Pengembangan jalan tol * 807 km 1.000 km
panjang jalur kereta api 5.434 km 8.692 km
Pengembangan pelabuhan 278 450
Dwelling Time Pelabuhan 6-7 hari 3-4 hari
Jumlah bandara 237 252
On-time Performance penerbangan 75% 95 %
Kab/Kota yang dijangkau Broadband 82% 100%
Jumlah Dermaga Penyeberangan 210 275
Pangsa Pasar Angkutan Umum Perkotaan
23% 32%
Lingkungan
• Emisi Gas Rumah Kaca 15,5% ~ 26%
• Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 63,0-64,0 66,5-68,5
• Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta ha** 750 ribu ha***
Slide - 65
ARAH KEBIJAKAN:
1. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat
2. Mempercepat pembangunan transportasi dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global.
3. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota.
4. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas. 5. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband
termasuk di daerah perbatasan negara. 6. Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK. 7. Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan
dalam Bauran Energi
8. Meningkatkan Aksesibilitas Energi
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Infrastuktur Dasar dan Konektivitas
*) Kumulatif 5 Tahun
Kapasitas pembangkit sekitar 85,7 GW dan Rasio Elektrifikasi 96,6 persen
2014
RENCANA BESAR PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
LISTRIK 35.000 MW 2015-2019
Kapasitas Pembangkit 2014 adalah 50,7 GW dan Rasio Elektrifikasi 81,5 Persen
Kebutuhan Investasi :
PT. PLN 545 triliun dan Swasta Rp 435 triliun
2019
Kemampuan Investasi PT. PLN adalah Rp 250 triliun dalam 5 tahun
Investasi yang paling mendesak untuk mengatasi krisis listrik/potensi krisis listrik
Diperlukan program penyehatan kondisi keuangan PT. PLN melalui :
Penyesuaian tarif dasar listrik mencapai nilai keekonomiannya pada tahun 2017, dengan tarif yang mencerminkan kemampuan investasi PT. PLN secara mandiri (memperhitungkan beban investasi sesuai kondisi demografi dan geografi yang ada serta beban sasaran bauran energi)
Peningkatan injeksi PMN
Subsidi yang semakin tepat sasaran (hanya untuk pengguna dibawah 60 KWh) per bulan
Fasilitasi pemerintah dalam mengatasi hambatan (bottleneck) investasi, berupa: (a) penjaminan pemerintah untuk investasi; (b) Percepatan persetujuan PKLN; (c) fasilitasi pembebasan lahan; (d) mempermudah perijinan (e) penyesuaian harga jual beli listrik IPP yang lebih menarik terutama energi terbarukan; (f) fasilitasi
penyediaan gas untuk pembangkit listrik: serta (g) perlindungan hukum bagi pelaksana proyek.
Pertumbuhan Ekonomi 6-7 persen
Oleh PLN: Pembangkit: 16,4 GW ( berikut Transmisi 50 ribu kms; Jaringan Distribusi 150 ribu kms)
Oleh Swasta: Pembangkit18,7 GW (berikut transmisi 360 kms)
843 1.200
Konsumsi Listrik per kapita (kWh)