PROFIL KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DIY
Distribusi Penduduk
• Menurut Susenas 2001, penduduk propinsi DIY diperkirakan sebesar 3.128,7 ribu jiwa
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Laki-laki dan Perempuan
Persentase Penduduk Berumur 7 Tahun ke Atas
Komposisi umur
• Komposisi penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam kategori anak-anak
(sampai dengan umur 18 tahun)
SITUASI KESEJAHTERAAN
KHUSUS ANAK
1. HAK HAK SIPIL DAN KEBEBASAN Nama dan Identitas
• Kab.Sleman : 17.481 akta (27,2%) • Kab.Bantul : 15.077 akta (23,91%)
Penyelenggaraan Catatan Sipil
• Kab/Kota telah melaksanakan Pencatatan dan Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran.
• Program sosialisasi telah dilakukan, namun ada hambatan-hambatan
Hak untuk tidak Disiksa/diperlakukan
Kejam/Hukuman yang tidak
Manusiawi/Menurunkan Martabat
• Kab.Sleman 19 kasus (73,08%), kasus kekerasan dan penyiksaan • Kab.Gn.Kidul 5 kasus (19,23%)
• Kab. Kln. Progo & Bantul 1 kasus (3,85%) • Kota Yogyakarta tidak ada kasus (0%) Kasus di Sleman :
Penganiayaan 11 kasus (42,31%) Pencabulan 5 kasus (19,23%) Jenis Kelamin :
Anak Perempuan : kasus Pencabulan 7 kasus (26,92%), di tiga Kab (Sleman, Gn.Kidul dan Bantul)
Anak Laki-laki : kasus penganiayaan/pengeroyokan, baik sebagai korban/pelaku.
LINGKUNGAN KELUARGA
DAN PERAWATAN
ALTERNATIF
Anak yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan keluarga :
• Kab. Gn.Kidul : 7559 anak (33,22%) • Kab. Sleman : 5992 anak (26,34%) • Kab. Bantul : 4429 anak (19,47%)
LINGKUNGAN KELUARGA
DAN PERAWATAN
ALTERNATIF
Dilihat dari jenis masalah, menunjukkan bahwa pada tahun 2002 di Prov. DIY terdapat :
19.179 anak terlantar (84,3%)
1595 anak balita terlantar (7,01%) 1074 anak jalanan (4,72%)
850 anak nakal (3,74%)
LINGKUNGAN KELUARGA DAN
PERAWATAN ALTERNATIF
Anak terlantar yang ada di Prov. DIY, bila ditinjau asal Kabupaten/kotanya menunjukkan hasil :
Kab. Gn. Kidul 6932 anak (36,14%) Kab. Sleman 5002 anak (26,1%) Kab. Bantul 3683 anak (19,2%)
Kab Kln. Progo 2978 anak (15,53%)
Kota Yogyakarta 584 anak terlantar (3,04%).
Prosentase Talak Cerai terhadap
Nikah Rujuk
Kab. Gn. Kidul (6,24%) Kota Yogyakarta (5,55%) Kab. Sleman (5,25%)
Kab. Bantul (3,24%)
Kab. Kulon Progo tidak terdata
Kab. Gn Kidul tercatat sebagai daerah yang terbanyak memiliki pasangan perkawinan dengan usia 16 tahun ke bawah (Putri); kemudian Bantul
Usia saat cerai yang terjadi pada 15-20 tahun, Gn. Kidul terbanyak baik pada putra/putri (61,36%), kemudian
ANAK JALANAN
Jumlah anak jalanan :
Kota Yogyakarta 623 anak (41,12%) Kab. Sleman 358 anak (23,63%)
Kab. Bantul 312 anak (20,59%)
RUMAH SINGGAH ANAK MANDIRI,
RUMAH SINGGAH DIPONEGORO,
LENTERA SAHAJA
Anak-anak jalanan yang terdata paling banyak : berusia di bawah 18 tahun
Rumah Singgah Anak Mandiri ada 76% anak-anak di bawah usia 18 tahun
Lentera Sahaja PKBI, kelompok Dampingan pada kategori usia B (15-24 tahun), 81,03% Rumah Singgah Diponegoro, anak-anak dengan usia 6-18 tahun, berjumlah 233
(67,53%) lebih besar jumlahnya dibanding
Berdasar Jenis Kelamin
Anak-anak jalanan memperlihatkan
perbandingan yang cukup menyolok, yaitu
anak-anak laki-laki lebih banyak yang berada di jalanan (Lentera Sahaja : 74%, Diponegoro :
80%) dibandingkan anak perempuan (LS : 26%); Diponegoro : 20%)
ANAK-ANAK ADOPSI
Cara-cara penyelesaian untuk merawat anak dalam lingkungan keluarga yaitu dengan
adopsi/pengangkatan anak
Kota Yogyakarta, adopsi anak 31 anak (75,6%)
Sleman & Gn. Kidul masing-masing 5 anak (12,2%).
Anak-anak Adopsi pencatatannya dilakukan oleh Catatan Sipil dengan menerbitkan Akta Kelahiran Anak berdasar data asli (anak kandung dari …..), kemudian dilakukan koreksi dengan dibuat Catatan Pinggir di Akta Kelahiran dengan menambah
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kesehatan Anak mengenai imunisasi (BCG, DPT I,II,III; Polio, Campak, TT) diperoleh hasil Kab. Sleman
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul Kota Yogyakarta Kab. Kulon Progo
Kesehatan Anak dengan status gizi :
Kab. Kulon Progo banyak terdapat anak dengan status gizi kurang dan buruk,
Kota Yogyakarta banyak terdapat anak dengan status gizi lebih Kab. Sleman banyak terdapat anak dengan status gizi baik.
Jumlah balita dengan status gizi buruk semakin sedikit jumlahnya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Persentase balita perempuan dengan gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan balita laki-laki
(80,81% : 74,54%).
Angka Kematian Bayi cenderung menurun, hal ini disebabkan
membaiknya kemajuan di bidang pengobatan dan kesehatan, serta kemampuan obstetri, berkurangnya proses persalinan melalui
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kehidupan penuh dan layak untuk anak cacat :
Di DIY, belum ada data terinci tentang anak cacat; namun orang penyandang cacat:
Cacat fisik, 14.424 orang
Cacat mental retardasi, 4.185 orang Cacat mental Psikotik, 3.183 orang Cacat Ganda, 1.435 orang
Cacat karena penyakit kronis, 242 orang
Anak penyandang cacat diprediksikan sekitar 25% dari jumlah keseluruhan penyandang cacat di DIY.
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
• Anak Balita Terlantar
Kab. Sleman 629 anak (39,4%)
Kab. Kulon Progo 507 anak (31,7%) Kab. Bantul 264 anak (16,8%)
Kab. Gunung Kidul 172 anak (10,7%) Kota Yogyakarta 23 anak (1,5%)
Sudah terbentuk penanganan, dengan Model “Pola Pelayanan Balita Terlantar di DIY”
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Prov. DIY
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk 10 tahun ke atas : Tamat SD (23,95%)
Tamat SLTA (29,94%)
Program Pemberantasan Buta Huruf
Ada 13,37% penduduk 10 tahun ke atas yang Buta Huruf.
Jenis Kelamin : Penduduk perempuan lebih banyak yang buta huruf (20,09%) dibanding penduduk laki-laki buta huruf (6,4%).
Ada Program Kejar Paket A atau Kejar Paket B sebagai
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Angka Partisipasi Sekolah (APS) :
Anak usia sampai dengan 18 tahun sebagian besar berstatus masih sekolah (78,42%).
Jenis Kelamin Perempuan pada kelompok usia 16-18 tahun, tidak ada yang belum sekolah. Jadi tingkkat partisipasi sekolah di Prov. DIY cukup tinggi.
Pada Profil Angka Lulusan, Mengulang dan Putus
Sekolah (DO), menunjukkan tingkatan yang cukup tinggi dalam hal Lulusan, namun angka Mengulang dan DO relatif lebih rendah bila dibandingkan Indikator
Kesejahteraan Anak. Sehingga dimaknai tingkat
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Selain pendidikan dasar dan menengah, juga dikembangkan PADU (Pendidikan Anak Dini Usia) yang dikembangkan dalam Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak serta satuan PADU sejenis.
PERLINDUNGAN KHUSUS
Pengungsi Anak :
Di Kab. Gunung Kidul ada pengungsi anak dari Timor Timur, sejumlah 46 anak yang ditampung oleh Yayasan Kasih Bangsa.
Dalam suatu penelitian, anak-anak Timor di Gn. Kidul dengan anak Timor di Kamp Pengungsi, ada perbedaan agresivitas, rasa aman diantara ke
duanya.
Anak dalam Situasi Konflik dengan Hukum :
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) : anak Laki-laki : 177anak (97,25%) anak Perempuan : 5 anak (2,275%) Usia 8-18 tahun : 117 anak (58,79%) Usia 18-21 tahun : 75 anak (41,21%) Asal Pengadilan Negeri :
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dalam Situasi Ekspolitasi :
Anak yang bekerja ada di Kab/Kota : Kab. Kulon Progo, 47 anak (40,52%) Kab. Bantul, 26 anak (22,41%)
Kota Yogyakarta, 19 anak (16,38%)
Konvensi ILO 1973 No. 138 dan UU No. 20 tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999 :
Usia Minimum untuk bekerja : 15 tahun Pekerjaan Berbahaya : 18 tahun
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dengan Penyalahgunaan Obat/Narkoba : Polda DIY : ada 9 anak usia 16-18 tahun.
LAPAS : hampir 50% penghuni adalah kasus penyalahgunaan obat/narkoba
Dinkesos : 278 anak
Penelitian Pratiwi & Anang (2002) :
Membuat Model Strategi Intervensi Preventif Pemahaman Narkoba pada Siswa SLTP dan SMU dengan pendekatan multi disiplin
(Medis, Psikologis, Hukum)
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dengan Eksploitasi Seksual :
Ada fenomena gunung es, sehingga data menyeluruh tentang hal ini sulit diperoleh.
Yang menghuni salah satu Panti Sosial Karya Wanita di Provinsi DIY, ada 33% anak
SARAN
• Untuk kesejahteraan anak dibidang hak-hak sipil
dan kebebasan agar tercapai perolehan jumlah akta yang sesuai target perlu ditingkatkan sosialisasi
tentang pencatatan akta. Untuk penegakkan hak anak untuk tidak disiksa maka RPK (polisi) perlun lebih mensosialisasikan pelayanan terpadu dengan kerjasama tripartit.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang lingkungan
keluarga dan perawatan alternatif khususnya pada masalah anak-anak terlantar, perlu dilakukan
• Untuk kesejahteraan anak di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial, perlu peningkatan sosialisasi model pola pelayanan Balita terlantar di DIY.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang pendidikan dan kegiatan budaya, waktu luang khusus untuk
anak-anak PADU perlu peningkatan sosialisasi program dan kurikulum PADU
• Untuk kesejahteraan anak di bidang perlindungan khusus, terutama dalam hal tenaga kerja anak
perlunya sosialisasi peraturan per Undang-Undangan Batas Minimum Usia Kerja serta UU Perlindungan
REKOMENDASI
• Bagi Pemerintah Daerah Kab/Kota dengan
dibantu PSW di PT serta dinas dinas terkait di daerahnya perlu mengembangkan :
MODEL INTERVENSI BAGI ANAK-ANAK TERLANTAR DENGAN PENDIDIKAN