BERKAH MELALUI PENGEMIS Armin Arief
Faalladziina aamanuu minkum wa anfaquu lahum ijarun kabiirun (QS Al Hadid, 57:7) “Barangsiapa yang beriman di antara kalian dan menafkahkan (hartanya di jalan Allah), disediakan pahala yang besar”
Seusai menghadiri acara pengajian ba'da shalah al-'Ashar, Asysyibli berniat pulang pergi ke rumahnya. Untuk sampai ke rumahnya, Asysyibli harus berjalan kaki melewati sela-sela pekuburan, karena rumahnya berada di seberang kompleks perkuburan tersebut. Tatkala Asysyibli melewati pekuburan, dari kejauhan dia melihat seorang pemuda bertubuh kurus kering, berambut tergerai bagaikan tak bersisir.
Pakaian pemuda kurus itu terlihat sangat kumal dan lusuh, tampaknya tidak terurus samasekali. Pemuda itu duduk di antara sela-sela kuburan berbanjar banyak itu. Sebentar-sebentar dia meletakan pipinya di tanah kuburan. Sekali-sekali dia menatap ke langit berurai air mata, kedua bibirnya tampak sibuk komat-kamit; dan sayup-sayup sampai Asysyibli mendengar pemuda itu bertasbih, tahmid, tahlil dan istighfar. Melihat keadaan demikian, Asysyibli semula harus berjalan lurus menuju pulang, kini tertarik hendak mendekati pemuda tersebut. la berbelok menuju arah pemuda itu. Pemuda tersebut tahu bahwa dia akan didekati seseorang (Asysyibli). Dia segera bangkit dan lari, berusaha menghindar menjauhkan diri.
Asysyibli berlari pula mendekati dan mengejar sang pemuda, namun tidak dapat mencapainya Asysyibli berucap: "Perlahan-lahanlah engkau, wahai waliyullah". Pemuda itu berkata: "Allah". Asysyibli berseru lagi, sambil tetap mendekati pemuda itu: "Demi Allah sabarlah menantiku". Pemuda itu dengan tangannya memberi isyarat: "Tidak, dan mengulangi ucapannya, Allah". Asysyibli mendekat terus sambil berkata: "Apabila benar yang engkau ucapkan itu, maka tunjukkanlah kepadaku kesungguhanmu kepada Allah". Tiba-tiba pemuda itu menjerit dengan suara keras: "Ya Allaah, ...."; lalu pemuda itu tersungkur pingsan.
Sewaktu Asysyibli mendekat dan sampai kepada pemuda itu, didapatinya pemuda itu telah meninggal dunia. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un ". Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali.
Asysyibli kini menjadi bingung, heran melihat kejadian itu, dan bersungguh-sungguh kepada Allah serta berucap: "Yakh tasshu birahmatihi man yasyaa'u, wala haula wala quwwata illa billahi aliyil adhiem ".
Dalam suasana kebingungan itu Asysyibli mendengar suara: "Ya Syibli, sudah ada yang menyelesaikan urusannya, pemuda itu telah dirawat oleh Malaikat, hendaknya kamu banyak bersedekah dan beribadat kepada Tuhan, karena pemuda ini tidak dapat mencapai kedudukannya itu kecuali oleh sedekahnya pada suatu hari".
Selesai mendengar suara itu, Syibli bermohon: "Demi Allah, beritakanlah kepadaku bagaimana sebenarnya sedekah pemuda itu?". Syibli segera mendapat jawaban: "Ya, Syibli; pemuda itu awalnya adalah fasiq, pelacur, pemabuk, pendurhaka, dan pemaksiat. Tiba-tiba pada suatu malam dia bermimpi, kemaluannya menjadi ular, mengeluarkan asap api dari lubangnya, dan api itu membakar seluruh tubuhnya sehingga menjadi arang hitam. Sewaktu dia terbangun dari mimpinya, dia bangkit dari tidurnya. Perasaannya gelisah dan ketakutan, dia melarikan diri dari orang banyak, dia pergi beribadat. Sampai saat ini dia telah dua belas tahun bertobat dan khusyu'.
Dan kemarin, sebelum dia meninggal, seorang pengemis atau peminta-minta datang menemuinya. Pengemis itu datang minta hajat makan untuk hari itu, karena pengemis tersebut sudah beberapa hari tidak makan. Pemuda itu membuka baju/gamisnya dan menyerahkan kepada peminta-minta itu karena hanya itu barang yang dipunyainya yang layak diberikan. Peminta-minta itu gembira sekali menerima pemberian pemuda itu; dia mengulurkan kedua tangannya dan berdoa agar Allah memberikan pengampunan kepada pemuda itu. Allah telah mengabulkan doa pengemis berkat sedekah yang menggembirakannya itu".
"A 'tanimuu da'watas saaili 'indafarhati qalbihi has shadaqatii "(Al-Hadits)..
Pergunakanlah kesempatan doa para peminta-minta ketika ia gembira hatinya menerima sedekah itu.
"Wa maa tunfiquu min khairin yuwaffa ilaikum wa antum laatudhlamuuna". (QS. Al-Baqarah 2:272)
Apa saja yang kalian nafkahkan berupa kebajikan, niscaya akan disempurnakan (pahalanya) kepada kalian, sedang kalian tidak akan dianiaya.
"Likulli syai-in miftaahun wa miftaahul jannati hubbul masaakiini walfuqaraa-i " (HR. Daruguthni)
Segala sesuatu itu mempunyai kunci. Kunci surga ialah mencintai kaum fakir miskin. Maka santunilah para dhu’afa, keluarkan dan serahkanlah hak para fakir dan miskin, agar kita sentosa.