Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
Analisis Penyelesaian Persamaan Kuadrat Matriks
Hasmawati∗ dan Amir Kamal Amir∗∗
Abstrak
Persamaan kuadrat matriks dalam matriks n x n muncul dalam dunia aplikasi dan merupakan salah satu persamaan matriks nonlinier yang paling sederhana. Kita memberikan karakterisasi lengkap dari penyelesaian dalam bentuk generalisasi dekomposisi Schur. Beberapa variasi dari teknik penyelesaian numerik juga disajikan.
, 0 )
(X =AX2 +BX+C= Q
Keywords: dekomposisi Schur, iterasi fungsional, karakterisasi Solvent, metode Newton.
1. Pendahuluan
Untuk menentukan solusi dari persamaan kuadrat matriks, dapat diselesaikan secara langsung dengan menggunakan masalah nilai eigen kuadrat. Persamaan kuadrat matriks jika dihubungkan dengan masalah nilai eigen kuadratik adalah:
0 ) ( ) ( x= 2A+ B+C x= Q λ λ λ (1) Teori matriks-λ: jika X adalah pemecahan dari Q(X) maka X −λIadalah pembagi kanan dari Q(λ)dan hal ini mudah untuk dibuktikan karena hasil baginya dalam bentuk sederhana yaitu: λ2A+λB+C =−(B+AX +λA)(X −λI) (2) Karena pasangan nilai eigen dari X adalah pasangan nilai eigen dari Q(λ)maka solusinya dapat dikonstruksi dalam bentuk pasangan nilai eigen dariQ(λ). Jika Q(λi)wi =0, untuk setiap i = 1, 2, …, n maka (3) 0 ) ( )) ( (diag 2 +BWdiag +CW = AW λi λi
di mana dengan W adalah nonsingular. Persamaan (3) dikalikan dengan dari kanan, maka diperoleh
[
w wn W = 1,...,]
1 − W AWdiag((λi))2W−1 +BWdiag(λi)W−1+CWW−1 =0 Jadi X =Wdiag(λi)W−1 adalah solusi.Teorema 1.
Misalkan Q(λ) mempunyai nilai eigen yang berbeda
{ }
dengan dan bersesuaian dengan himpunan vektor eigen{ }
yang memenuhi kondisi Haar (setiap subset dari n vektor eigen adalah bebas linear), maka terdapat paling sedikit solusi yang berbeda dari Q(X) dan tepatnya jika , yang dirumuskan sebagai berikut:p i i =1 λ n p n≤ ≤2 vi ip=1 p n C p=2n dan 1 ) ( − =Wdiag W X λi W =
[
w1,...,wn]
(4) ∗Alumni pada Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Hasanuddin Makassar
∗∗
Staf Pengajar pada jurusan Matematika F.MIPA Universitas Hasanuddin
83
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
19
Vol 12, No 1, 19-30, Juli 2015 Vol 12, No 1, 19-29, Juli 2015
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
84
di mana pasangan nilai eigen adalah dipilih diantara pasangan nilai eigen dari Q. n i i i,w) 1 (λ = p i i i,w ) 1 (λ = Bukti:
Terdapat Cnp pilihan dari X pada persamaan (4).
Karena , maka .
Dan selanjutnya dikalikan dari kanan dengan , maka 0 2 + + = i i i i i Aw λw Cw λ AW(diag(λi))2 +BWdiag(λi)+CW =0 1 − W AWdiag((λi))2W−1 +BWdiag(λi)W−1+CWW−1 =0
Agar adalah solusi yang berbeda maka tidak boleh ada nilai eigen yang sama. Dari persamaan (2) diasumsikan bahwa
p n
C
) (λ
Q mempunyai p nilai eigen, maka terdapat solusi X dengan nilai eigen yang berbeda sehingga dapat didiagonalisasi. Karena pasangan nilai eigen dari X juga merupakan pasangan nilai eigen dari Q(λ), maka X dapat dituliskan X =Wdiag(λi)W−1, W =
[
w1,...,wn]
Contoh: Misalkan ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − + = 14 2 12 0 9 2 6 1 ) (X X2 X QPasangan nilai eigen (λi,wi) dari Q(λ)diperoleh dari persamaan:
⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − + = 14 2 12 0 9 2 6 1 ) (λ λ2 λ Q Maka diperoleh λ1 =1 λ2 =2 λ3 =3 λ4 =4
Vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen tersebut adalah - Untuk λ1 =1 vektor eigennya adalah: ⎥
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 0 1 1 w - Untuk λ2 =2 vektor eigennya adalah ⎥
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 1 0 2 w
- Untuk λ3 =3 vektor eigennya adalah ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 1 1 3 w - Untuk λ4 =4 vektor eigennya adalah ⎥
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 1 1 4 w
Dengan menggunakan Teorema 1 di atas maka diperoleh solusi dari pasangan nilai eigen yang berbeda kecuali 3 dan 4, yaitu:
, . ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 2 2 0 4 , 2 1 0 3 , 3 0 2 1 , 2 0 0 1 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 4 0 3 1
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
20 Hasmawati, Amir Kamal Amir
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
85
Suatu jalan alternatif untuk mendekati teori Solvent adalah melalui sistem eigen dari suatu masalah generalisasi nilai eigen. Perkembangan berikut ini diinspirasikan oleh matriks untuk Persamaan Aljabar Riccati XAX+BX +XC+D=0 yang dikarakterisasikan penyelesaian dalam suku-suku sistem eigen dari matriks
⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡− − B D A C
Analisis ini ditemukan oleh Anderson(1966) dan Ratter (1966).
Kita mulai dengan sebuah lemma yang mengkarakterisasi Solvent. Kita definisikan : dan (5) ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = B C I F 0 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = A I G 0 0 Lemma 2.
X adalah solusi dari Q(X)= AX2 +BX +C =0 jika dan hanya jika
X . (6) X I G X I F ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ Bukti:
Lemma diatas dapat diinterpretasikan bahwa X adalah sebuah Solvent jika dan hanya jika kolom-kolom dari membangun sebuah ruang bagian deflasi. (Interwart & Sum, 1990) untuk pasangan (F,G)
⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ X I
Lemma 2 dapat dikembangkan menjadi karakterisasi yang lebih konkrit dari Solvent dengan mempresentasikan ruang bagian deflasi yang disyaratkan dalam suku-suku dari sistem eigen pasangan (F, G).
Sebagai ganti dari bentuk kronik Kronecher kita menggunakan generalisasi dekomposisi Schur (Gohub & Van Loen, 1996)
2. Metode Schur
Metode kedua adalah metode Schur. Disini solusi akan dihitung dengan menggunakan generalisasi dekomposisi Schur dari F dan G pada (5). Teorema berikut akan menunjukkan bahwa jika adalah nonsingular maka
adalah solusi. S GZ Q T FZ Q* = , * = 11 Z 1 11 1 11 11 11 1 11 21 − − − = =Z Z Q T S Q X Teorema 3.
Setiap pemecahan dari Q(X) adalah berbentuk X =Z21Z11−1 =Q11T11 S11−1Q11−1 di mana
Q*FZ =T , Q*GZ =S (7)
adalah generalisasi dekomposisi Schur dengan Q dan Z adalah matriks uniter, T dan S adalah matriks segitiga atas dan setiap matriks adalah matriks blok 2×2.
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
86
Bukti
Pertama kita akan tunjukkan bahwa dengan nonsingular adalah solusi. Dari persamaan (7) yakni
1 11 21 − =Z Z X Z11 T FZ
Q* = dan Q*FZ =T dikalikan dengan Q dari kiri, maka diperoleh
FZ =QT dan GZ =QS - Untuk FZ =QT , maka FZ =QT ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − 22 12 11 22 21 12 11 22 21 12 11 0 0 T T T Q Q Q Q Z Z Z Z B C I ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + + = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − 21 11 21 12 22 22 22 12 12 11 11 11 22 12 21 11 22 21 T Q T Q T Q T Q T Q T Q BZ CZ BZ CZ Z Z - Untuk GZ =QS, maka GZ =QS ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 22 12 11 22 21 12 11 22 21 12 11 0 0 0 S S S Q Q Q Q Z Z Z Z A I ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + + = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 22 22 12 21 11 21 22 12 12 11 11 11 22 21 12 11 S Q S Q S Q S Q S Q S Q AZ AZ Z Z Sehingga diperoleh Z21 =Q11T11 atau Q11−1Z21 =T11 (8) −CZ11−BZ21 =Q21T11 (9) Z11 =Q11S11 atau Z11−1Q11= S11−1 (10) AZ21 =Q21S11 atau AZ21S11−1 =Q21 (11)
Persamaan (9) dikalikan dari kanan dengan Z11−1, maka diperoleh (−CZ11−BZ21)Z11−1 =Q21T11Z11−1 1 11 11 21 1 11 21 1 11 11 − − − − = −CZ Z BZ Z Q T Z −CI−BZ21Z11−1 =Q21T11Z11−1 −C−BZ21Z11−1 =Q21T11Z11−1 (12)
Selanjutnya persamaan (8) disubtitusi ke persamaan (12), maka diperoleh
21 111 (13) 1 11 21 1 11 21 − − − = − −C BZ Z Q Q Z Z
Persamaan (11) disubstitusi ke persamaan (13), maka diperoleh:
(14) 1 11 21 1 11 1 11 21 1 11 21 − − − − = − −C BZ Z AZ S Q Z Z
Persamaan (10) disubtitusi ke persamaan (14), maka diperoleh
1 11 21 1 11 11 1 11 21 1 11 21 − − − − = − −C BZ Z AZ Z Q Q Z Z 21 111 1 11 21 − − = AZ Z IZ Z 21 111 1 11 21 − − = AZ Z Z Z
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
87
Jadi diperoleh
X =Z21Z11−1
Misalkan X adalah solusi dari Q(X) yang memenuhi lemma 2 yakni persamaan (6). Misalkan pula (15) ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 0 0 22 21 12 11 R Z R Z Z Z Z X I
adalah faktorisasi QR. Itu mudah dilihat bahwa R dan adalah nonsingular dan . 11 Z 1 11 21 21 − = =Z R Z Z X
Dari persamaan (7) yaitu Q*GZ =S dikalikan dengan Q dari kiri, maka diperoleh GZ =QS ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 22 12 11 22 21 12 11 0 0 0 S S S Q Q Q Q Z A I
yang merupakan faktorisasi QR .
Persamaan (6) dikalikan dari kiri dengan Q* dan dengan menggunakan persamaan (15) diperoleh; X X I G Q X I F Q ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ * *
Dan selanjutnya substitusi persamaan (15), sehingga diperoleh Q FZ R Q G R⎥X ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 0 * 0 * T R S R⎥X ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 0 0 R S R X T T T T ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 0 0 22 21 12 11 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 0 11 21 11 S RX R T R T
Dari persamaan di atas diperoleh T21R=0dan mengakibatkan . Dan persamaan di atas, sebagai pelengkap generalisasi dekomposisi Schur untuk penguat
. Akhirnya diperoleh 0 21= T 1 11 21 − =Z Z X 111. 1 11 11 11 1 11 21 − − − = =Z Z Q T S Q X
Aspek tersembunyi dari teorema 3 adalah suatu catatan berharga. Jika A adalah singular maka persamaan (11) menunjukkan atau adalah singular. Namun, sebaliknya bagian pembuktian menunjukkan bahwa jika solusinya ada maka akan dipilih generalisasi dekomposisi Schur dengan dan Z
21
Q S11
11
S 11 adalah nonsingular. Untuk
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
23
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
88
contoh jika A = C = 0 dan B = I, solusinya hanya matriks nol maka dapat diambil Q = Z = I dan S11 =Z11 = I.
3. Metode Newton
Metode Newton untuk memecahkan persamaan kuadrat matriks dijabarkan dengan menggunakan ekspansi untuk Q(X + E)=0
C E X B E X A E X Q( + )= ( + )2 + ( + )+ =A(X +E)(X +E)+B(X +E)+C =A(X2+XE+EX +E2)+BX +BE+C =AX2+AXE+AEX +AE2 +BX +BE+C =Q(X)+AXE+AEX+BE+AE2 =Q(X)+[AEX +(AX +B)E]+AE2 diperoleh 0 ] ) ( [ ) (X + AEX + AX +B E +AE2 = Q
Dengan mengabaikan AE maka diperoleh: 2 ) ( ] ) ( [AEX + AX +B E =−Q X Dengan iterasi dituliskan
) ( ] ) ( [AEkXk + AXk +B Ek =−Q Xk
dan untuk mendapatkan matrik X pada persamaan kuadrat matriks , maka digunakan persamaan berikut :
0 ) (X = AX2 +BX +C = Q untuk k k k X E X +1 = + k=0,1,2,3, ...
4. Iterasi Fungsional
Salah satu cara untuk mencoba memecahkan persamaan kuadrat matriks adalah dengan menuliskan dalam bentuk
0 2 + + = C BX AX X = F(X)
Dan melalui iterasi didefinisikan : Xk+1 = F(Xk). Disini diasumsikan bahwa A adalah nonsingular. Ini dapat diselesaikan dengan beberapa cara yaitu:
1 12 1 ( A (BX C)) Xk+ = − − k + (16) (17) ) ( 2 1 1 B AX C Xk =− k + − + 1 1( 1) (18) − − + =− + k k A B CX X
Iterasi di atas tidak dapat ditransformasikan ke bentuk sederhana, sehingga sulit untuk mendapatkan hasil yang konvergen dari aplikasi yang praktis. Namun demikian hasil yang banyak berguna dan beberapa variasi dapat diperoleh dari analisis iterasi Bernoulli.
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
24
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
89
4.1 Iterasi Bernoulli
Misalkan persamaan kuadrat matriks dituliskan dalam matriks rekurensi 0 2 + + = C BX AX 0 1 1+ + − = + i i i BY CY AY (20) dimana Y0,Y1 diberikan. Dan didefinisikan: ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 2 1 2 1, ) ( S S I I S S V Teorema 4.
Jika dan adalah solusi dari di mana adalah nonsingular maka 1 S S2 Q( X) V(S1,S2) (21) 2 2 1 1Ω + Ω = i i i S S Y
adalah solusi umum dari persamaan (20), di mana Ω dan 1 Ω adalah ditentukan oleh 2 kondisi awal.
Bukti
Untuk yang didefinisikan oleh persamaan (21), maka persamaan (20) dapat dituliskan: i Y ) ( ) ( ) ( 1 1 1 21 2 1 1 2 2 1 1 1 21 2 1 1+ + = Ω + Ω + Ω + Ω + Ω + Ω − − + + − + i i i i i i i i i BY CY A S S B S S C S S AY =(AS1i+1+BS1i +CS1i−1)Ω1+(AS2i+1+BS2i +CS2i−1)Ω2 =(AS12 +BS1+C)S1i−1Ω1+(AS22 +BS2 +C)S2i−1Ω2 = 0
Jadi adalah solusi dari persamaan (20). Untuk i = 0 dan i = 1, maka persamaan (21) adalah: i Y 2 1 2 0 2 1 0 1 0 =S Ω +S Ω =Ω +Ω Y 2 1 2 1 1 1 1 =S Ω +S Ω Y
Sehingga dapat ditulis dalam bentuk persamaan matriks
⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ Ω Ω ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 1 0 2 1 2 1 Y Y S S I I
Dan karena matriks koefisien adalalah nonsingular, dan secara khusus ditentukan oleh dan .
) , (S1 S2 V Ω1 Ω2 0 Y Y1
Misalkan adalah solusi dari persamaan (20) dan misalkan adalah solusi dari persamaan (21) dengan
i Z Yi 0 0 Z Y = dan Y1 = , maka Z1 0 0 1 2 +BY +CY = AY AY2 =−BY1 −CY0 =−BZ1−CZ0 = AZ2
Karena A nonsingular, Z2 = . Dengan induksi Y2 Zi = untuk setiap i . Yi
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
25
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
90
Secara umum S1 dan S2 dengan kondisi λ(S1)∩λ(S2)=∅ akan menjamin nonsingular. Hal ini diperjelas dalam teorema berikut :
) , (S1 S2 V Teorema 5.
Jika S1 dan S2 adalah solusi dari Q( X)dengan λ(S1)∩λ(S2)=∅ maka adalah nonsingular. ) , (S1 S2 V Bukti
Misalkan V(S1,S2)adalah singular. Dan misalkan v∈N =null
(
V(S1,S2))
, maka dan kesamaan 0 ] [S1 S2 v= ] [ ] [ 12 22 2 1 1 1 S S S S I I B A C A ⎥=− ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − −Secara tidak langsung [ 22] 0, sehingga
2 1 S v= S (22) v S S S S I I v S S S S ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 0 0 0
Jadi yang berarti bahwa N adalah invariant subspace untuk . Oleh karena itu, N memuat vektor eigen w dari . Karena nilai eigen dan berbeda, maka w mempunyai bentuk atau
. N v S S diag( 1, 2) ∈ ) , (S1 S2 diag diag(S1,S2) 1 S S2 w=[w1T 0]T T T w w=[0 2 ] Pada setiap kasus
w S S I I w S S V ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = = 2 1 2 1, ) ( 0
Sehingga mengakibatkan w = 0. Hal ini kontradiksi dengan w adalah vektor eigen. Jadi nonsingular.
) , (S1 S2 V
Agar mendapatkan hasil yang konvergen pada metode Bernoulli, maka dibutuhkan lemma berikut.
Lemma 6.
Misalkan dan Z1 Z2 adalah matriks kuadrat sehingga
{
: ( )}
{
: ( )}
min λ λ∈λ Z1 >maks λ λ∈λ Z2 maka adalah nonsingular dan setiap norm matriks 1 Z 0 lim 2 1− = ∞ → i i i Z Z Bukti
Karena Z1 dan Z2 adalah matriks kuadrat yang memenuhi kondisi
{
: ( )}
{
: ( )}
min λ λ∈λ Z1 >maks λ λ∈λ Z2 maka adalah solusi dominan dari dan adalah solusi minimal dari . Karena merupakan solusi dominan, maka akibatnya nonsingular.
1 Z ) ( X Q Z2 Q( X) Z1 1 Z
Sehingga jelas untuk lim 2 1 =0
− ∞ → i i i Z Z
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
26
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
91
Teorema 7.
Misalkan Q(X) mempunyai solusi dominan dan solusi minimal dan adalah solusi rekurensi (21) dengan
)
(S1 (S2) Yi
0
0 =
Y dan Y1 = I. Maka adalah nonsingular jika i cukup besar dan
i Y 1 1 1 limYiYi S i = − − ∞ → Bukti
Dari teorema 5, diperoleh adalah nonsingular dan persamaan (21) adalah solusi umum dari persamaan (20). Dengan kondisi awal dan
) , (S1 S2 V 0 0 = Y Y1 = Imaka • Untuk 0Y0 = , diperoleh Ω1+Ω2 =0 • Untuk Y1 =I, diperoleh S1Ω1 +S2Ω2 =I Sehingga diperoleh:(S1−S2)Ω1 =I
Karena Ω nonsingular, maka pertama ditunjukkan bahwa adalah nonsingular 1 untuk i yang cukup besar.
i
Y
Karena nonsingular maka persamaan (21), dapat dituliskan menjadi S1 ) ( 1 1 2 2 1 Ω + Ω = − S S S Yi i i
Dari lemma 6, diperoleh untuk i yang cukup besar, sehingga . Jadi adalah nonsingular untuk i yang cukup besar.
0 2 1 → −i i S S 1 1Ω = i i S Y Yi
Dengan menggunakan persamaan (22)
1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 ( )( ) − − − − − = iΩ + iΩ i Ω + i Ω i iY S S S S Y 1 1 1 1 ) 1 ( 1 1 1 2 1 2 1 1 1 ) 1 ( 1 1 1 2 2 1 )( )(( )( )) ( + Ω Ω− − − −Ω + −Ω Ω− − − −Ω − = i i i i i i S S S I S S S S 1( 1) 1 1 1 2 1 2 ) 1 ( 1 1 1 2 2 1 ) ( ) ( + Ω Ω− − − + −Ω Ω− − − − = i i i i S S I S S S
Dari lemma 6 maka disimpulkan 0 lim 2Ω1Ω1−1 1−(−1) = ∞ → i i i S S dan lim 0 ) 1 ( 1 1 1 1 1 2 Ω Ω = − − − − ∞ → i i i S S Jadi diperoleh: 1 1 1 limYiYi S i = − − ∞ → Contoh 0 0 1 0 1 0 1 0 0 ) ( 2 ⎥= ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + = X X X Q
Dengan iterasi Bernoulli dan menetapkan Y0 =0dan Y1 = I, dari persamaan (20)
maka diperoeh 0 0 1 2 +BY +CY = AY AY2 =−(BY1+CY0) AY2 =−BI Y2 A 1BI − − = =−A−1B
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
27 Hasmawati, Amir Kamal Amir
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006 92 Jadi: ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 0 1 0 0 1 0 0 1 2 Y ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 0 1 0 0 Dari AY3 +BY2 +CY1 =0 maka AY3 =−(BY2 +CY1) 1( 2 1) 3 A BY CY Y =− − + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = 0 1 0 1 1 0 0 1 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 0 1 0 1 Jadi diperoleh ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 0 1 0 1 3 Y
Jika iterasi ini diteruskan, maka akan diperoleh Y2 =Y4 =Y6 =L dan L
= = = 5 7
3 Y Y
Y , sehingga dapat ditulis Y2j =Y2, Y2j+1 =Y3 untuk j≥1. Oleh karena itu setiap adalah singular, sehingga untuk contoh di atas iterasi Bernoulli gagal.
i
Y
4.2. Iterasi Untuk Menghitung Solusi
Untuk perhitungan yang lebih mudah, persamaan (20) dapat dituliskan dalam bentuk iterasi secara langsung untuk menentukan suatu solusi. Persamaan (20) dikalikan dari kanan dengan 1, maka diperoleh
1 − − i Y 0 1 1 1 1 1 + + = − − − − +Y BYY C AYi i i i
yang dapat dituliskan
0 ) ( 11 1 1 + + = − − − +Y B YY C AYi i i i
Dengan mendefinisikan dan menetapkan , , maka diperoleh iterasi 1 1 − + = i i i Y Y X Y0 =0 Y1 = I (AXi +B)Xi−1+C=0 (AXi +B)Xi−1 =−C AXi +B=−CXi−1 Untuk i = 1, maka 1 01 0 1 0 1 1 = = = − − − − X YY Xi Jadi 1 0 1 − − = +B CX AX AX1 =−B X1 A 1B (23) − − =
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi Vol. 3 No 1 Juli 2006
93
Dengan cara yang sama, persamaan (21) dikali dari kanan dengan , maka diperoleh 1 1 − + i Y 0 ) (AYi+1+BYi +CYi−1 Yi+−11 = A+BYiYi−+11 +CYi−1Yi+−11 =0 Misalkan Wi =YiYi−+11 A+(B+CWi−1)Wi =0 W0 =0 (24) Iterasi ini untuk memecahkan , yang mana solusinya adalah nonsingular yang merupakan invers dari solusi Q(X) = 0.
0
2 + + =
A BX CX
Dari teorema 7 disimpulkan bahwa jika Q(X) mempunyai solusi dominan dan solusi minimal serta barisan dan didefinisikan , maka
1 S 2 S Xi Wi dan 1 limXi S i→∞ = 1 1 lim − ∞ → Wi = S i
Peranan dan pada pembuktian Teorema 7 adalah untuk menjamin bahwa adalah nonsingular. Pada umumnya pemilihan dan akan berdampak yang sama, jadi dapat dicoba dimulai dengan matriks yang berbeda yaitu pada persamaan (23) dan (24), yang mungkin diperoleh jika iterasi mengalami kesulitan.
0
Y Y1
1
Ω Y0 Y1
Iterasi (23) dan (24) adalah iterasi titik tertentu yang dapat diperoeh pada bentuk . Iterasinya juga dapat ditulis dalam bentuk lain yaitu
0 2 + + = C BX AX (AXi−1 +B)Xi +C =0 X0 =0 (25) dan A B CWi Wi W C 1B (26) 1 1 0 ) ( + − = =− − +
Jika dihubungkan dengan rekurensi Bernoulli maka:
AZi−1+BZi +CZi+1 =0 Z0 =0, Z1 =I (27)
Jika Q(X) mempunyai solusi dominan dan suatu solusi minimal yang nonsingular maka solusi dari persamaan (27) adalah:
1 S S2 2 2 1 1Ω + Ω = i −i i S S Z
dengan Ω1 dan Ω ditentukan oleh kondisi awal, dan 2
1 2 1 1 lim + − − ∞ → Zi Zi = S i
Karena itu, selama barisan Wi dan Xi terdefinisi, maka 2 limXi S i→∞ = 1 2 lim − ∞ → Wi = S i
Daftar Pustaka
[1] Benjamin F.P, 1992, “An Introduction to Applied Numerical Analysis”, Pws-Kent Publishing Company, Boston.
[2] Gene H.G & Charles F.V.L, 1996, “Matriks Computations”, The John Hopkins University Press, Baltimore and London, Third Edition.
[3] Nicholas JH & Hyun-Min Kim, 2000, “Numerical analysis of a quadratic matrix Equation”, IMA Journal of Numerical Analysis 20, 499-519.
[4] Sastry S. S, 1997, “Introductory methods of numerical analysis”, PHI.
Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol. 12 No.1 Juli 2015
29