• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA

DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG

Oleh :

AWAN FITRIATMAJA

NIM. 080 500 182

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA

DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG

Oleh :

AWAN FITRIATMAJA

NIM. 080 500 182

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memproleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)
(4)

ABSTRAK

AWAN FITRIATMAJA. Uji Modifikasi Alat Pengering Sederhana Dengan Komoditi Cabai dan Pisang (dibawah bimbingan M.yamin).

Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya buah cabai dan pisang yang mudah busuk dan dikeringkan dengan penjemuran langsung dengan sinar matahari sehingga kebersihan bahan sukar diawasi dan panas atau suhu tidak terus menerus sepanjang hari, sehingga lama penjemuran sukar ditentukan, penelitian ini membuat buah cabai dan pisang menjadi bahan uji komoditi alat pengering sederhana.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Juli 2011 bertempat di Laboratorium Pengolahan dan Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam analisis data penelitian ini menggunakan persamaan regresi, dengan dua metode pengering (menggunakan alat pengeringan sederhana dan menggunakan sinar matahari langsung).

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa alat pengering sederhana berpengaruh besar terhadap pengeringan cabai dan pisang. Dimana dari hasil yang didapat kadar air yang menguap lebih bayak dibanding dengan pengeringan langsung. Dari berat awal cabai 100 gr menjadi 19,11 gr berat akhir, sedangkan berat awal pisang 100 gr menjadi 27,43 gr berat akhir.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Awan Fitriatmaja lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, tanggal 27 Juni 1984. Merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara dari pasangan Sigit Prasetyo (Alm). Dan Emilia Rosa.

Tahun 1990 memulai pendidikan di SDN 067 Smarinda Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (MTS) Normal Islam. dan lulus pada tahun 1999, selanjutnya meneruskan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Widya Praja Samarinda, dan lulus pada tahun 2002. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Jurusan Pengolahan Hasil Hutan.

Tahun 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di UPTD-T2P Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011.

Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Uji Modifikasi Alat Pengering Sederhana Dengan Komoditi Cabai dan Pisang”.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat serta rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan karya ilmiah ini. Laporan ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (D3) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar tercinta yang telah memberikan doa serta dukungan, baik berupa moril maupun materil.

2. Bapak Ir.Wartomo,MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan,S.TP,MSc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

4. Bapak M. Yamin,S.TP.M.S.i, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini.

5. Bapak Anis Syauqi,S.TP.,M.Sc, selaku dosen penguji.

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf, Teknisi dan Administrasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, khususnya Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

(7)

7. Irine Ramadhini yang selalu memberi warna dan motivasi dalam hidup saya, Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan pahala dari Tuhan yang Maha Esa.

8. Teman-teman satu angkatan yang saya banggakan.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga proposal Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah ... 2 C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Hasil Yang Diharapkan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengeringan (Drying) ... 4

B. Tinjauan Umum Tentang Cabai ... 8

C. Tinjauan Umum Tentang Pisang ... 10

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

B. Alat dan Bahan ... 13

C. Prosedur Penelitian ... 14

D. Parameter Yang Diamati ... 16

E. Analisa Data... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Speifikasi Alat Pengering ... 18

B. Hubungan Alat Terhadap Pengeringan ... 18

C. Penurunan Berat dan Kehilangan Kadar Air Pada Cabai dan Pisang ... 25

D. Analisa Dengan Persamaan Regresi ... 26

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 27

B. Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Tubuh Utama Halaman

1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar Per 100 Gram ... 9 2. Pengamatan Perbandingan Suhu Alat Pengering Sederhana dan

Pengeringan Langsung ... 19 3. Kehilangan Rata-Rata Kadar Air Bahan Pada Alat Sederhana ... 22 4. Kehilangan Rata-Rata Kadar Air Bahan Pada Pengeringan

Langsung ... 22 5. Penurunan Berat dan Penguapan Kadar Air (%) ... 25

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Tubuh Utama Halaman

1. Data Pengeringan ... 30 2. Perhitungan Analisa Regresi ... 32 3. Perhitungan Kadar Air ... 37

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Tubuh Utama Halaman

1. 3.1 Rancangan Alat Pengering ... 14

2. 3.2 Alat Pengering Sederhana Yang Akan Dibuat ... 15

3. 4.1 Grafik Pengamatan Suhu ... 20

4. 4.2 Grafik Pengeringan Cabai ... 23

5. 4.3 Grafik Pengeringan Pisang ... 24

(13)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Bahan-bahan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak, sehingga setelah dipanen harus segera diberi perlakuan-perlakuan untuk memperpanjang masa simpannya. Teknologi-teknologi pengolahan diperlukan untuk mengolah dan menjadikan hasil pertanian tersebut menjadi bahan makanan yang dapat digunakan untuk menghasilkan makanan yang siap konsumsi dengan beraneka ragam olahan ataupun bahan baku untuk membuat suatu makanan. Hasil olahan bahan-bahan pertanian dapat berupa hasil atau hasil olahan yang masih memerlukan tahapan pengolahan lebih lanjut, yaitu hasil setengah jadi. Pengolahan hasil pertanian memerlukan penanganan yang baik agar dapat dijaga mutunya. Salah satu hasil pertanian yang rentan terhadap kerusakan fisiologi adalah cabai dan pisang.

Cabai biasanya dipanen pada pagi hari, dalam kondisi yang demikian permukaan kulit cabai terkena embun sehingga menyebabkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Kerusakan cabai disebabkan oleh kandungan airnya yaitu sekitar 90%, sehingga cabai basah tersebut harus dikeringkan agar tidak terjadi pembusukan. (Wiryanta, 2002).

Salah satunya jalan agar mendapatkan cabai yang kering dan berkualitas adalah melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan salah satu cara dalam tekhnologi pangan yang dilakukan dengan tujuan pengawetan.

(14)

Pengeringan dapat dilakukan secara alami dan juga menggunakan alat pengering.

Sedangkan pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi dari pada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain.

Di Indonesia khususnya Kalimantan Timur sering terjadi cuaca tidak menentu, maka dari itu pengeringan cabai dan pisang memerlukan alat pengering yang sehingga tidak tergantung pada alam untuk mendapatkan hasil yang baik.

B. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan waktu yang ada maka penulis membatasi permasalahan pada:

1. Perbandingan suhu antara alat pengering secara sederhana dan pengeringan matahari langsung.

2. Menganalisa hasil pengeringan dan kadar air yang terbuang dengan menggunakan alat pengering sederhana.

C. Tujuan Penelitan

1. Untuk mengetahui suhu pada alat pengering sederhana lebih baik atau tidak, jika dibanding dengan pengeringan matahari langsung.

2. Untuk mengetahui kadar air yang terbuang dengan menggunakan alat pengering sederhana.

(15)

D. Hasil Yang Diharapkan

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang: 1. Seberapa besar Suhu yang dihasilkan oleh alat pengering sederhana. 2. Hasil pengeringan dan seberapa besar kadar air yang terbuang dengan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengeringan (Drying)

Pengeringan adalah proses pemindahan kandungan air bahan dengan bantuan energi panas dari sumber panas dan dipindahkan dari permukaan bahan. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara dari bahan yang dikeringkan. Penguapan ini dilakukan dengan menurunkan kelembapan udara dalam ruangan dan mengalirkan udara panas ke sekeliling bahan sehingga kandungan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya uap air dari bahan ke udara (terjadi proses penguapan yaitu dari air menjadi gas atau uap air ). (Rukmana, 1996)

Keuntungan pengeringan adalah bahan awet dan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang. Banyak bahan-bahan yang dapat dipakai apabila telah dikeringkan, misalnya cabai dan lain sebagainya. Disamping keuntungan-keuntungannnya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, penurunan mutu, dan sebagainya. Kerugian lainnya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan

(17)

tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali sebelum digunakan. (Dewi, 2008)

Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada semua permukaan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut.

Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas di mana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan tetapi misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan. (Anonim, 2008)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: 1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering,yang termasuk golongan

ini adalah:

− Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat.

− Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat.

− Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat.

(18)

− Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering.

2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan, yang termasuk golongan ini adalah:

− Ukuran bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat.

− Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat.

Laju pengeringan tetap bergantung pada: a. Luas permukaan pengeringan

b. Perbedaan kelembapan antara aliran udara pengeringan dengan permukaan basah.

c. Koefisien pindah massa d. Kecepatan aliran udara.

Fungsi Pengeringan antara lain:

Membantu mengamankan hasil lepas panen

Menjamin serta manjaga kontiunitas dan kestabilan harga

Menjaga kontiunitas suplai dan dapat merambah pasar international. Menambah devisa negara dan penghasilan petani

(19)

Macam-macam pengeringan

Cara pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

Alat pengering buatan (Artificial drying), mempunyai keuntungan karena suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan, dan kebersihannya dapat diawasi. Proses pengeringan dengan cara ini sangat cepat, maka warna dan kerusakan kualitas yang ditimbulkan sangat kecil.

Penjemuran langsung (sun drying), memberikan keuntungan energi panas yang digunakan murah dan berlimpah, tetapi menimbulkan kerugian karena panas sinar matahari tidak terus-menerus sepanjang hari, dan kenaikan suhu tidak dapat diatur sehingga lama penjemuran sukar ditentukan. Hal ini disebabkan jumlah energi panas yang jatuh kepermukaan bumi biasanya tidak tetap. Selain itu karena penjemuran dilakukan ditempat terbuka yang langsung berhubungan dengan sinar matahari, maka kebersihan bahan yang dijemur sukar diawasi.

B. Tinjauan Umum Tentang Cabai

Cabai merah (Capsium annum var. Longum) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tanaman cabai berasal dari daratan Amerika Tengah hingga Amerika Selatan dan Peru. Cabai dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Cabai besar (Capsicum annum L.) dan Cabai kecil atau rawit (Capsicum

(20)

frutescens L.). Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 16° – 23° C. Suhu optimum untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah sekitar 15° – 20° C.(Wiryanta, 2002)

Tanaman ini juga menyebar keseluruh Eropa. Orang Eropa-lah yang lalu menyebrkannya keseluruh dunia. Bangsa Portugis, yang kemudian diikuti oleh Bangsa Belanda, antara lain menyebarkannya ke Indonesia.

Tanaman cabai merah merupakan jenis palawija yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik dan subtropik. Umumnya tanaman cabai tumbuh di dataran rendah seperti persawahan dan ladang. Jenis dari cabai merah sangat bervariasi, namun yang umum dikonsumsi adalah cabai jenis keriting. Cabai merah keriting ini memiliki banyak keunggulan di antaranya memiliki tekstur kulit yang tipis dan memiliki banyak isi. Buah cabai banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik keperluannya untuk memasak maupun untuk keperluan lainnya. Cabai merah memiliki dua komponen kimia yang penting yaitu capsaicin yang memberikan rasa pedas, dan capsantin yang memberikan warna merah pada cabai.

Upaya untuk mendapatkan hasil cabai kering yang berkualitas dan tahan lama yaitu dengan pengeringan. Cabai dikeringkan dengan cara penjemuran atau cara pengeringan mekanis. Pengeringan cabai dapat dilakukan dengan suhu sekitar 60ͦ C dalam waktu 24 -30 jam. Cabai dapat

dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai yang dibelah pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan cabai utuh. Pengeringan dengan alat pengering lebih baik dibandingkan

(21)

dengan penjemuran. Untuk mencapai kadar air 5 – 8%, cabai utuh membutuhkan waktu pengeringan 20-25 jam, sedangkan cabai belah membutuhkan waktu 10 -15 jam. Hasil cabai kering berkisar antara 40 -50%, susut berat 50 -60% dihitung dari berat cabai bersih. (Adhi.2008).

Pengeringan secara mekanis atau dengan alat untuk mendapatkan cabai yang kering dengan suhu yang dicapai 54ͦ C maka waktu yang dibutuhkan sekitar 5 -7 hari dengan kadar air 10 -13%.

Cabai mengandung gizi berupa protein dan vitamin yang berguna bagi tubuh, seperti yang terlihat di tabel dibawah ini

Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar Per 100 Gram

No Kandungan Gizi Satuan

1. Kalori 31,0 kal 2. Protein 1,0 gram 3. Lemak 0,3 gram 4. Karbohidrat 7,3 gram 5. Kalsium 29,0 gram 6. Fosfor 24,0 gram 7. Besi 0,5 mg 8. Vitamin A 470 (SI) 9. Vitamin C 18,0 mg 10. Vitamin B1 0,05 mg 11. Vitamin B2 0,03 mg 12. Niasin 0,20 mg 13. Kapsaikin 0,1-1,5% 14. Pektin 2,33% 15. Pentosa 8,57% 16. Pati 0,8-1,4%

(22)

Cabai memiliki manfaat untuk kesehatan manusia. Antara lain menambah nafsu makan, melarutkan lendir di tenggorokan, mengobati perut kembung, dan mempercepat metabolisme tubuh. Selain itu, cabai yang sudah diolah mengandung vitamin A yang lebih besar daripada kandungan vitamin A pada wortel. Bahkan masakan yang dicampuri cabai mampu membakar kalori hingga 25 persen. Pemanfaatan cabai dalam dunia farmasi yaitu sebagai campuran dalam pembuatan obat luar (obat gosok, penghilang rasa gatal dan pegal-pegal), caranya dengan mencampur bagian dari cabai yang memiliki rasa pedas dengan bahan utama pembuatan obat-obatan.

C. Tinjauan Umum Tentang Pisang

Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar di Asia yaitu 50 % dari hasil pisang di Asia. Dari 3,3 juta tanaman pisang setahun, 2,2 juta tanaman menjadi tanaman rakyat sedangkan 1,1 juta ton buah terbuang akibat hama penyakit dibiarkan membusuk tanpa ada usaha pengawetan. Produksi yang melimpah sebenarnya sangat menguntungkan karena disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi juga dapat dijadikan komoditas ekspor yang mampu memberikan devisa bagi Negara.

Pisang banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Indonesia. Namun, pemanfaatnya masih sebatas sebagai buah-buahan. Daya tahan penyimpanan buah sarat gizi ini tentunya menjadi singkat, dan perlu dijadikan suatu produk yang awet ditinjau dari segi kandungan gizi, variasi pemanfaatannya dan ketahanan penyimpanan. Sale pisang merupakan satu bentuk pengolahan buah

(23)

pisang dengan proses pengeringan. Sale pisang umumnya terbuat dari jenis pisang ambon, pisang raja, dan pisang mas. Ciri dari sale pisang yang berkualitas baik yaitu sale berwarna kuning kecoklatan, cita rasa dan aroma yang asli, tahan disimpan selama 6 bulan, tidak ditumbuhi jamur, kadar air 15-20%. (Suharto, 1991).

Pengolahan sale pisang dengan cara pengeringan tradisional dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari. Pada musim penghujan pengolahan sale pisang cara tradisional menghasilkan sale yang kurang bagus karena sale kurang berwarna cerah dan kurang menarik, yaitu kehitam-hitaman. Warna sale pisang yang baik adalah coklat.

Teknologi pembuatan sale dengan menggunakan alat pengering sangat diperlukan untuk memperbaiki mutu sale pisang. Pengeringan sale yang dilakukan dengan alat pengering lebih menguntungkan dibanding dengan sinar matahari karena waktu yang diperlukan lebih pendek dan pada prosesnya lebih terjamin kebersihannya.

D. Kadar Air Bahan

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen. Ada dua metode dalam menyatakan kadar air bahan yaitu kadar air basis basah dan kadar air basis kering. Kadar air basis basah merupakan perbandingan antara berat air terhadap berat bahan total (berat bahan kering dan berat air). Sedangkan kadar air basis kering merupakan perbandingan berat air terhadap berat bahan kering mutlak.

(24)

Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan basis basah. Namun dalam suatu analisis bahan, biasanya kadar air bahan ditentukan berdasarkan sistem basis kering. Hal ini disebabkan karena perhitungan berdasarkan basis basah mempunyai kelemahan yakni basis basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat. Kalau berdasarkan basis kering hal ini tidak akan terjadi karena basis kering bahan selalu tetap. (Taib, 1988 dalam rahmad, 2001).

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

2. Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 1 bulan, terhitung mulai bulan juni sampai dengan bulan Juli 2011.

B. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam membuat alat pengering yaitu : pisau, staples tembak, pahat, amplas, bor listrik, palu, gergaji, meteran, spidol, dan timbangan analitik.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : cabai, pisang, kayu, paku, plastic bening, kawat jaring, seng, dan pipa.

(26)

C. Prosedur kerja

(27)
(28)

1. Pengeringan bahan ada 2 sampel yaitu: Cabai

Cara kerja:

a. Cabai merah yang sudah dibersihkan kemudian ditimbang dan tanpa belah

b. Cabai kemudian siap untuk dikeringkan selama 3 hari. Pisang

Cara kerja:

a. Kupas kulit pisang yang telah tua dan matang. b. Kemudian pisang dibelah menjadi dua bagian.

c. Pisang kemudian siap untuk dikeringkan selama 3 hari.

D. Parameter Yang Diamati

Pada penelitian ini parameter yang diamati adalah perbandingan suhu dan penurunan berat bahan yang telah dikeringkan dengan menggunakan alat pengering sederhana dan pengeringan matahari langsung.

E. Analisa Data

Analisa data ini menggunakan persamaan regresi, dengan dua metode pengeringan (menggunakan alat pengering sederhana dan menggunakan sinar matahari langsung). Dari penggunaan persamaan regresi adalah memperkirakan nilai dari variabel tak bebas.

(29)

Contoh :

Y′ = ɑ + b X

Dimana ɑ = Y′ pintasan, (nilai Y′ bila X = 0)

b = Kemiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan Y′ untuk setiap perubahan satu-satuan X ) atau koefisien regresi, mengukur besarnya pengaruh terhadap Y′ kalau X naik satu unit.

X = Nilai tertentu dari variabel bebas

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Spesifikasi Alat Pengering Sederhana

Spesifikasi Keterangan

Nama Alat Pengering surya sederhana

Luas Rak (1) (2) (3) (2400 cm2) (3040 cm2) (3680 cm2)

Jumlah Rak 3 tingkat

Warna lantai Hitam

Bentuk Atap Persegi panjang

Panjang 80 cm

Tinggi 60 cm

Luas lubang udara masuk 9 cm2

Luas lubang udara keluar 9 cm2

Sumber energi panas Matahari

Suhu maksimum (Hasil penelitian) 60ͦ

Penutup/dinding Plastik transparan

Jarak antar Rak 15 cm

B. Analisa Perbandingan Suhu

Pengujian modifikasi rancang alat pengering sederhana adalah untuk menganalisa kinerja dan membandingkan dengan pengeringan surya biasa. Pengeringan yang dibutuhkan sekitar 3 hari. penjemuran dilakukan jam 10.00 Wita sampai jam 16.00 Wita setiap harinya, sedangkan pengamatan dilakukan setiap 2 jam dalam 1 hari, yaitu : Pukul 12.00, pukul 14.00, pukul 16.00.

Pada penelitian ini cabai terlebih dahulu dibersikan dari kotoran-kotoran yang dapat menurunkan kualitas dari cabai kering. Sedangkan pisang,

(31)

dikupas kulitnya kemudian dibelah menjadi dua lalu jemur kedua sampel. Berikut adalah data yang diperoleh pada pengamatan.

Tabel 4.1 Pengamatan perbandingan suhu antara alat pengering sederhana dan pengeringan langsung. Pengamatan Jam ke Jenis pengeringan SS SL 1 52ͦ 44ͦ 2 44ͦ 33ͦ 3 37ͦ 30ͦ 4 53ͦ 37ͦ 5 60ͦ 39ͦ 6 41ͦ 32ͦ 7 55ͦ 40ͦ 8 59ͦ 34ͦ 9 47ͦ 38ͦ

* SS : Alat pengering surya sederhana * SL : pengering surya langsung

(32)

Dari data yang ada diatas

membandingkan antara suhu pada alat pengering sederhana dan pada pengeringan matahari langsung.

Grafik di atas kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan selama 9 kali pengamatan, dilakukan

dilihat bahwa suhu tidak konsisten, hal ini disebabkan karena kondisi cuaca yang berubah atau sebab

menghalangi radiasi matahari sampai ke pengeringan.

Dari hasil pe

jam 10.00 Wita. Termometer pada alat pengering menunjukkan suhu di dalam dan di luar sama hal ini disebabkan karena udara yang berada di luar ikut masuk ke dalam sehingga terjadi keseimbangan. Kemudian

52 44 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2

Dari data yang ada diatas kemudian dibuat grafik dengan membandingkan antara suhu pada alat pengering sederhana dan pada pengeringan matahari langsung.

Gambar 4.1 Grafik pengamatan suhu

Grafik di atas kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan selama 9 kali pengamatan, dilakukan selama 3 hari. Pada grafik di atas juga dapat dilihat bahwa suhu tidak konsisten, hal ini disebabkan karena kondisi cuaca yang berubah atau sebab-sebab lain seperti terhalang awan sehingga menghalangi radiasi matahari sampai ke pengeringan.

Dari hasil penelitian yang pertama cabai dan pisang dimasukkan pada jam 10.00 Wita. Termometer pada alat pengering menunjukkan suhu di dalam dan di luar sama hal ini disebabkan karena udara yang berada di luar ikut masuk ke dalam sehingga terjadi keseimbangan. Kemudian setelah selang dua

44 37 53 60 41 55 59 33 30 37 39 32 40 34 2 3 4 5 6 7 8

Suhu

kemudian dibuat grafik dengan membandingkan antara suhu pada alat pengering sederhana dan pada

Grafik di atas kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan selama 9 selama 3 hari. Pada grafik di atas juga dapat dilihat bahwa suhu tidak konsisten, hal ini disebabkan karena kondisi cuaca sebab lain seperti terhalang awan sehingga

nelitian yang pertama cabai dan pisang dimasukkan pada jam 10.00 Wita. Termometer pada alat pengering menunjukkan suhu di dalam dan di luar sama hal ini disebabkan karena udara yang berada di luar ikut setelah selang dua

59 47 34 38 9 SS SL

(33)

jam dari awal memasukkan cabai dan pisang seperti yang dapat dilihat pada grafik 4.1 bahwa suhu di luar lebih rendah dibandingkan dengan suhu yang ada di dalam yaitu suhu luar 44ͦ C dan suhu di dalam 52ͦ C. Perbedaan suhu yang ada di dalam dan di luar ini diakibatkan karena adanya plat hitam yang memantulkan panas, sedangkan di luar hanya terjadi pemanasan biasa, oleh karena itu suhu luar dan suhu dalam jauh berbeda..

Hari kedua pada penelitian pertama yaitu suhu terus meningkat dan suhu tertinggi terjadi pada jam 14.00 Wita. Pada jam 14.00 Wita suhu di luar mencapai 39ͦ C dan suhu di dalam mencapai 65ͦ C.. Kemudian pada jam-jam berikutnya suhu menurun secara berlahan sampai pada jam 16.00 Wita suhu mencapai 32ͦ C di luar dan 41ͦ C di dalam, diperkirakan suhu lebih tinggi dibanding kemarin.

Dan pada pengamatan ketiga yaitu suhu tertinggi baik yang ada di luar maupun yang ada di dalam terjadi pada jam 14.00 Wita yaitu 43ͦ C di luar dan 59ͦ C untuk yang di dalam. Kemudian pada jam-jam berikutnya pengamatan sampai jam 16.00 Wita suhu menurun dibandingkan pada jam-jam sebelumnya.

(34)

Nilai Rata-Rata Pengeringan

Tabel 4.2 Kehilangan rata-rata kadar air bahan pada alat surya sederhana. Pengeringan Jam ke Cabai (gr) Pisang (gr) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100 70,14 62,81 60.73 50,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19,11 100 73,55 61,41s 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43

Tabel 4.3 Kehilangan rata-rata kadar air bahan pada pengeringan surya langsung. Pengeringan Jam ke Cabai (gr) Pisang (gr) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100 84,04 76,63 74,85 70,19 65,37 62,81 54,16 51,76 44,49 100 69,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,30 30,53 29,81 28,71

(35)

Dari data yang diperoleh di atas

Grafik diatas menunjukkan cabai yang dijemur menggunakan alat lebih cepat turun beratnya. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk ke alat lalu dipantulkan oleh seng hitam pada

menjadi panas. Tekanan udara yang panas akhirnya keluar lewat lubang udara membawa uap-uap air.

100 70.14 100 84.04 0 20 40 60 80 100 120 0 1

Dari data yang diperoleh di atas kemudian dibuat grafik sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik pengeringan cabai

Grafik diatas menunjukkan cabai yang dijemur menggunakan alat lebih cepat turun beratnya. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk ke alat lalu dipantulkan oleh seng hitam pada alas alat, sehingga suhu di dalam alat menjadi panas. Tekanan udara yang panas akhirnya keluar lewat lubang udara

uap air. 70.14 62.81 60.73 50.56 40.03 33.63 24.02 20.56 84.04 76.63 74.85 70.19 65.37 62.81 54.16 51.76 2 3 4 5 6 7 8 9

Penurunan Berat

kemudian dibuat grafik sebagai berikut:

Grafik diatas menunjukkan cabai yang dijemur menggunakan alat lebih cepat turun beratnya. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk ke alat lalu alas alat, sehingga suhu di dalam alat menjadi panas. Tekanan udara yang panas akhirnya keluar lewat lubang udara

19.11 44.49

Cabai (alat)

Cabai (para-para)

(36)

Grafik di atas menunjukkan bahwa pisang yang dijemur menggunakan alat tidak jauh berbeda dengan yang dijemur langsung, hal ini karena ukuran bahan yang agak tebal. Selain itu juga suhu alat yang panas menyebabkan permukaan pisang cepat kering, sehingga kandungan air di dalam pisang susah untuk keluar. 100 73.55 100 69.82 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2

Gambar 4.3 Grafik pengeringan pisang

Grafik di atas menunjukkan bahwa pisang yang dijemur menggunakan berbeda dengan yang dijemur langsung, hal ini karena ukuran bahan yang agak tebal. Selain itu juga suhu alat yang panas menyebabkan permukaan pisang cepat kering, sehingga kandungan air di dalam pisang susah

73.55 61.41 60.09 41.51 34.23 31.72 28.55 27.73 27.43 69.82 55.2 53.9 38.01 33.99 32.31 30.53 29.82 28.72 3 4 5 6 7 8 9

Penurunan Berat

Grafik di atas menunjukkan bahwa pisang yang dijemur menggunakan berbeda dengan yang dijemur langsung, hal ini karena ukuran bahan yang agak tebal. Selain itu juga suhu alat yang panas menyebabkan permukaan pisang cepat kering, sehingga kandungan air di dalam pisang susah

27.43 28.72 Pisang (alat) Pisang (para-para)

(37)

C. Penurunan berat Dan kehilangan Kadar Air Pada Cabai danPisang Berdasarkan hasil pengamatan, berat cabai merah awal 100 gr untuk masing-masing sampel. Setelah dikeringkan selama 3 hari berdasarkan pengamatan selama 18 jam berat masing-masing sampel adalah :

Tabel 4.4 Penurunan Berat dan Penguapan kadar Air (%) Jenis Bahan Massa Awal

(gr)

Massa Akhir (gr)

Kadar air yang menguap (%)

Cabai (alat) 100 19,11 80,89

Cabai (para-para) 100 44,49 55,51

Pisang (alat) 100 27,43 72,57

Pisang (para-para) 100 28,72 71,28

Dari tabel 4.4 dapat dilihat perubahan berat cabai dan pisang setelah dikeringkan .Pada penelitian ini menunjukkan bahwa cabai dan pisang yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering selama 3 hari (18 jam), cabai dan pisang yang lebih cepat kering, kadar air yang berkurang mencapai 80,89% pada cabai dan 55,51% pada pisang

D. Analisa Dengan Persamaan Regresi

Tujuan utama dari penggunaan persamaan regresi adalah memperkirakan nilai dari variable tak bebas pada nilai variable bebas tertentu.

Dari data yang tersaji pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 dilakukan analisa Regresi hubungan antara ramalan waktu dan berat pada pengeringan. Jika besarnya ramalan periode waktu (jam) pengeringan dinaikkan 20 ( X = 20), maka:

(38)

• Y = 20,08 + (-0,23) (20) = 15,48

Pengeringan cabai dengan menggunakan alat akan turun menjadi 15,48 gr.

• Y = 34,32 + (-0,37) (20) = 41,72

Pengeringan cabai dengan menggunakan matahari langsung turun menjadi 41,72 gr.

• Y = 20,2 + (-0,23) (20) = 15,6

Pisang yang dikeringkan dengan menggunakan alat turun menjadi 15,6 gr.

• Y = 19,86 + (-0,23) (20) = 15,26

• Pisang yang dikeringkan dengan menggunakan alat turun menjadi 15,26 gr.

(39)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan di bab IV, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengeringan dengan menggunakan alat pengering sederhana ini lebih baik jika dibandingkan dengan pengeringan matahari langsung karena alat ini mampu mengeringkan lebih cepat.

2. Alat pengering ini juga dapat menjaga bahan yang dikeringkannya dari debu dan kotoran, karena seluruh permukaannya tertutup.

3. Alat pengering sederhana ini dapat dijadikan salah satu alat alternatif untuk mengeringkan hasil pertanian lainnya.

B. Saran

1. Pada pengambilan data sebaiknya ada alat pengukur kelembaban dan pengukur kecepatan angin pada ruang pengeringan.

2. Pada pembuatan rangka alat sebaiknya jangan menggunakan kayu yang masih basah, karena pada saat proses penjemuran bahan, rangka kayu akan mengelami penyusutan yang menyebabkan terjadinya celah pada pintu alat.

3. Untuk pengeringan buah pisang perlu dikaji lebih lanjut.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Metode Pengeringan.

http://jut3x.multiply.com/journal/item/5/Metode_Pengeringan. Buletin Teknopro Holtikultura. 2004 edisi 69.

Adhi. 2008. Seri Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Depok Dewi. 2008. Teknologi Hasil Pertanian. Alfabeta. Bandung

Rukmana, 2002. Uji Performansi Alat Pengering Energi Surya Pada Umbi Kentang. Skripsi jurusan teknik pertanian. Fakultas teknologi pertanian. UB Rohani, 2006. Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah Secara

Elektrik. Libray Universitas Negeri Semarang

Rukmana, 1996. Seri Budi Daya Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta

Suharto. 1991. Tekninologi Pengawetan pangan. Melton Putra. Jakarta Supranto. 1987. Statistik Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta

Taib, G Said, W. 1988. Operasi Pengering pada pengolahan Hasil pertanian. P.T Melton putra. Jakarta

Wiryanta. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. AgroMedia Pustaka, Jakarta

(41)

Lampiran 1: Data pengeringan

a) Pengeringan cabai dan pisang menggunakan alat Tabel 1: Nilai rata-rata pengeringan (Alat)

Pengeringan Periode waktu (jam) Cabai (gr) Rata-Rata Pisang (gr) Rata-Rata U1 U2 U3 U1 U2 U3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 jam 2 jam 4 jam 6 jam 8 jam 10 jam 12 jam 14 jam 16 jam 18 jam 100 75,25 64,70 61,18 49,06 36,40 31,45 22,35 20,68 20,29 100 68,94 60,42 58,47 50,69 38.80 34,40 22,86 19,17 18,01 100 66,25 63,33 62,55 51,90 44,90 35,06 26,85 21,83 19,03 100 70,14 62,81 60,73 50,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19,11 100 72.73 59,52 58,34 41,02 34,33 32,26 29,89 29,18 28,98 100 78,73 66,53 65,32 44,27 36,27 33,12 29,05 28,03 27,73 100 69,56 58,20 56,63 39,25 32,10 29,80 26,72 25,99 25,60 100 73,55 61,41 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43

(42)

b) Pengeringan cabai dan pisang dengan matathari langsung Tabel 2: Nila rata-rata pengeringan dengan matahari langsung

Pengeringan Periode waktu (jam) Berat Cabai (gr) Pisang (gr) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 jam 2 jam 4 jam 6 jam 8 jam 10 jam 12 jam 14 jam 16 jam 18 jam 100 84,04 76,63 74,85 70,19 65,37 62,81 54,16 51,76 44,49 100 69,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,30 30,53 29,81 28,71

c) Suhu pada pengeringan

Tabel 3: Nilai rata-rata suhu pada saat pengeringan Pengamatan Jam ke Jenis pengeringan SS SL 1 52ͦ 44ͦ 2 44ͦ 33ͦ 3 37ͦ 30ͦ 4 53ͦ 37ͦ 5 60ͦ 39ͦ 6 41ͦ 32ͦ 7 55ͦ 40ͦ 8 59ͦ 34ͦ 9 47ͦ 38ͦ

(43)

Lampiran 2: Perhitungan analisa Regresi

Cabai

(1) Pengeringan dengan menggunakan alat:

X 100 70,14 62,81 60,73 50,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19,11

Y 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

X = berat bahan yang dikeringkan Y = waktu pengeringan

Jika besarnya ramalan periode waktu (jam) pengeringan dinaikkan 20 ( X = 20), maka dapat dihitung menjadi sebagai berikut:

X Y X2 XY (1) (2) (3) (4) 100 70,14 62,81 60,73 50,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19,11 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 10000 4919,62 3945, 09 3688,13 2556,31 1602,40 1130,97 576,96 422,71 365.19 0 140,28 251,24 364,38 404,48 400,30 403.56 336,28 328,96 343,98 = 481,59 X = 48,19 = 90 Y = 9 = 29207,38 = 2973,46 = ∑ − ∑ ∑− (∑ ) =10 (2973,46) − (481,59)(90)10(29207,38) − (481,59) =− 13608,560144,87 = −0,23

(44)

Coba dicek:

= ∑ =−1360,856014,487 = −0,23

= Y – X = 9 − −0,23 (48,19) = 9 – (-11,08) = 20,08 Yˈ = + = 20,08 + (−0,23)20) = 15,48

(2) Pengeringan dengan menggunakan matahari langsung: X 10 0 84,0 4 76,6 3 74,8 5 70,1 9 65,3 7 62,8 1 54,1 6 51,7 6 44,4 9 Y 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 X Y X2 XY (1) (2) (3) (4) 100 84,04 76,63 74,85 70,19 65,37 62,81 54,16 51,76 44,49 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 10000 7062,72 5872,16 5602,52 4926,64 4273,24 3942,09 2933,31 2679,09 1979,36 0 168,08 306,52 447,78 561,52 635,7 753,72 758,24 828,16 800,82 = 684,3 X = 68,43 = 90 Y = 9 = 49271,13 = 5260,54 b = ( , !)" ( #!,$)(% ) (!% & , $)" ( #!,$)'

=

" #%# , !!!!,#

=

0,37

(45)

Coba dicek:

= ∑ =−898,162444,48 = −0,37

= Y – X = 9 − (−0,37 (68,43)) = 9 − (−25,32)= 34,32 Yˈ = + = 34,32 + (−0,37)20) = 41,72

Pisang

(1) Pengeringan pisang dengan mengunakan alat:

X 100 73,55 61,41 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43 Y 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 X Y X2 XY (1) (2) (3) (4) 100 73,55 61,41 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 10000 5409,60 3771,18 3610,80 1723,08 1171,69 1006,15 815,10 768,95 752,40 0 147,1 245,64 360,54 332,08 342,3 380,64 399,7 443,68 493,74 = 486,22 X = 48,62 = 90 Y = 9 = 29028,95 = 3145,42 b = ($ ! ,! )" (!# , )(% ) ( % #,% )" (!# , )'

=

" $ , $#&%,

=

− 0,23 Coba dicek: = ∑ =−1230,565387,96 = −0,23

(46)

= Y – X = 9 − (−0,23 (48,62)) = 9— 11,20= 20,2 Yˈ = + = 20,2 + (−0,23)20) = 15,6

(2) Pengeringan pisang menggunakan matahari langsung:

X 100 69,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,31 30,53 29,82 28,72 Y 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 b = 10(3136,48)" (472,26)(90) 10(27114,75)" (472,26)2

=

"11138,6 48118

=

−0,23 Coba dicek: b = ∑ X∑ X+Y+ + = −1113,86 4811,8 = −0,23 a = Y – bX = 9 − (−0,23) (47,226) = 9 − (−10,86)= 19,86 Yˈ = a + bX = 19,86 + (−0,23)(20) = 15,26 X Y X2 XY (1) (2) (3) (4) 100 69,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,30 30,53 29,81 28,71 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 10000 4874,83 3047,04 2905,21 1444,76 1154,64 1043,29 932,08 888,64 824,26 0 139,64 220,8 323,4 304,08 339,8 387,6 427,42 476,96 516,78 = 472,26 X = 47,226 = 90 Y = 9 2 = 27114,75 = 3136,48

(47)

Lampiran 3: Perhitungan kadar air

a) Pengeringan cabai dengan menggunakan alat:

100

"19,11

100

× 100% = 80,89%

b) Pengeringan cabai dengan matahari langsung:

100

"44,49

100

× 100% = 55,51%

c) Pengeringan pisang dengan menggunakan alat:

100

"27,43

100

× 100% = 75,57%

d) Pengeringan pisang dengan menggunakan matahari langsung:

100

"28,71

(48)

Lampiran 4: Foto Dokumentasi

Gambar 1. Pembuatan kerangka alat

(49)

Gambar 3. Pemasangan kawat pada Rak

(50)

Gambar 5. Termometer untuk mengukur suhu

(51)

Gambar 7. Alat pengering sederhana tampak depan

(52)

Gambar 9. Persiapan bahan untuk dikeringkan

(53)

Gambar 11. Penjemuran bahan menggunakan alat pengering sederhana dan matahari langsung.

(54)

Gambar 13. Bahan yang dikeringkan

(55)

Gambar 15. Cabai hasil pengeringan menggunakan alat

Gambar

Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar Per 100 Gram
Gambar 3.1 Rancangan alat pengering
Gambar 3.2 Alat pengering sederhana yang akan dibuat
Tabel 4.1 Pengamatan perbandingan suhu antara alat pengering sederhana dan  pengeringan langsung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus selalu dijaga terus menerus, sebab reputasi sebagai perusahaan

Saya memiliki rasa takut yang menggangu konsentrasi saya pada saat bekerja.. Saya takut jika atasan mengetahui

Berdasarkan perhitungan Uji Cohen’s besar pengaruh pendekatan realistik mathematic education (RME) menggunakan media komputer terhadap hasil belajar matematika

AZAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA. KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMBELAJARAN

• In line with higher property price in 1Q17, Residential Property Sales growth decelerated to 4.16% (qtq) due to dwindling demand.... BBTN

Moreover, studies using cloned and expressed mutant RT at position 184 (substitution of methionone to valine [M184V]) were performed under steady-state conditions and compared to

Abstrak: Evaluasi Mutu internal (EMI) memberikan penilaian terhadap pencapaian sistem mutu suatu program studi sesuai standar yang telah ditetapkan, dan memprediksi

The Effect of Using Video on the Eighth Grade Students’ Listening Comprehension Achievement at SMP Negeri 2 Sukodono – Lumajang ; Tria Ratih Purnaningrum, 050210491087;