• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHARANI ASTUTIK Nim :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHARANI ASTUTIK Nim :"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERTAMBAHAN PANJANG SULUR DAN KECEPATAN

BELIT LIANA (Merremia peltata L. MERR)

DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Oleh :

MAHARANI ASTUTIK

Nim : 080 500 013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

STUDI PERTAMBAHAN PANJANG SULUR DAN KECEPATAN

BELIT LIANA (Merremia peltata L. MERR)

DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Oleh :

MAHARANI ASTUTIK

Nim : 080 500 013

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : STUDI PERTAMBAHAN PANJANG SULUR DAN KECEPATAN BELIT LIANA (Merremia peltata L. MERR) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA.

Nama Mahasiswa : MAHARANI ASTUTIK

Nim : 080 500 013

Program Studi : MANAJEMEN HUTAN

Jurusan : MANAJEMEN PERTANIAN

Menyetujui, Pembimbing

Ir. M. Fadjeri, MP Nip. 19610812 198803 1 003

Penguji I,

Elisa Herawati. S. Hut, MP Nip. 19710305 199512 2 001

Penguji II,

Ilyas Teba. S. Hut, MP Nip. 19681119 199802 1 001 Mengesahkan

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP Nip. 19631023 198803 1 003 Lulus ujian tanggal : ………

(4)

ABSTRAK

MAHARANI ASTUTIK. Studi Tentang Pertambahan Panjang Sulur Dan Kecepatan Belit Liana (Merremia peltata L. Merr) di Areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. (Dibawah bimbingan M. Fadjeri).

Suatu kendala yang sering terjadi di dalam Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah masalah gulma. Salah satu gulma tersebut adalah liana, yang terdapat pada lahan terbuka maupun tegakan dan berperan sebagai penyaing dalam memperoleh unsur hara, cahaya matahari, dan tempat tumbuh. Liana merupakan salah satu jenis pionir yang tumbuh cepat setelah pembakaran. Liana mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang biak yang cepat sehingga usaha pengendalian secara mekanis maupun kimia perlu dilakukan secara teratur.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pertambahan panjang sulur dan kecepatan belit liana (M. peltata).

Dalam pengukuran pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) dilakukan mulai pada titik yang ditandai dengan ikatan tali rafia yang dipasang pada ruas terakhir sebelum ujung daun penutup. Pengukuran pertambahan panjang sulur dilakukan setiap minggu. Jumlah sampel yang diukur sebanyak 30 sampel. Untuk pengukuran kecepatan belit liana dilakukan dengan cara melilitkan dan mengikat ujung liana pada ajir yang sengaja ditanam tegak lurus. Jumlah ajir yang ditanam sebanyak 30 batang, dengan tinggi dari permukaan tanah 2 meter, adapun jarak antara ajir adalah 1meter. Setiap minggu kecepatan belit liana dihitung dengan cara mengamati berapa jumlah belitan liana yang terdapat pada ajir yang ada.

Hasil pengamatan rata-rata pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) adalah 78,57cm per minggu atau 11,22cm perhari, sedangkan kecepatan belitnya adalah 6,79 belit perminggu atau 0,97 belit perhari dengan waktu penelitian dua bulan (56 hari). Besarnya angka rata-rata pertambahan panjang dan angka kecepatan belit diduga disebabkan kondisi tempat tumbuh liana adalah tempat terbuka yang memperoleh cahaya matahari penuh dan mendukung pernyataan Anonim (2011)b yaitu adanya rangsangan cahaya akibat fototaksis terjadi pada tumbuhan merambat. Berdasarkan pengamatan

(5)

silvika di lokasi penelitian diketahui bahwa liana yang tumbuh pada tempat terbuka pertambahan panjang dan kecepatan belitnya lebih tinggi. Hal ini diduga dipengaruhi oleh banyaknya cahaya yang diterima oleh liana untuk melangsungkan proses fotosintesis sebagaimana yang ditambahkan oleh Suharti (1978) dalam Kamariah (1993). Dengan demikian maka dalam pembangunan HTI jenis liana ini perlu diawasi keberadaannya karena berpotensi menjadi tanaman penggangu baik anakan maupun pohon dewasa yang sebagai penyusun tegakan HTI tersebut.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Maharani Astutik lahir pada tanggal 30 Maret 1990 di Kelubir, Kecamatan Tanjung Palas. Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan Ibu Sri Astuti dan Bapak Kusyono.

Pada tahun 1996 ia mulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 058 Tanjung Palas Bulungan dan memperoleh ijazah pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2005. Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2008. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Jurusan Pengelolaan Hutan Program Studi Manajemen hutan.

Selama menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Surya Hutani Jaya, Site 32 Distric Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim selama 1 bulan, mulai dari tanggal 14 Maret 2011 sampai dengan tanggal 12 April 2011.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat petunjuk, rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Pada pelaksanaan pengamatan penelitian dan penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

2. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan dan selama pengamatan sampai penyusunan Karya Ilmiah ini.

3. Ibu Elisa Herawati S. Hut, MP dan Bapak Ilyas Teba S. Hut, MP selaku dosen penguji.

4. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Jurusan Pengelolaan Hutan yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi.

5. Rekan Mahasiswa Angkatan 2008 yang telah membantu dan mendukung selama penelitian sampai pembuatan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan karya ilmiah ini. Semoga apa yang tertulis dalam Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

I. PENDAHULUAN ………... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Tentang Tanaman Pembelit………. 3

B. Pemeliharaan Tanaman Dari Gangguan Gulma ……….. 11

C. Gerak Pada Tumbuhan ………. 13

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ………. 17

B. Alat dan Bahan ……….. 17

C. Prosedur Kerja ……… D. Pengambilan dan Analisis Data………... E. Pengolahan Data……… 18 18 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ……….. 20

B. Pembahasan ………... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 23

B. Saran ……… 23

DAFTAR PUSTAKA ……… 24

(9)

DAFTAR GAMBAR

Tubuh Utama

No. Halaman

1. Grafik pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) pada masing-masing pengukuran pada masing-masing pengukuran

selama 2 (dua)bulan………. 20 Lampiran

(10)

DAFTAR TABEL

Tubuh Utama

No Halaman

1. Hasil Pengamatan Rata-rata Pertambahan Panjang Sulur

Liana (M. peltata) perminggu dan perhari.……….. 20 2. Hasil Pengamatan Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M.

peltata) cm per minggu dan perminggu……… 21

Lampiran

3. Data Mingguan Pengukuran Panjang Sulur Liana (Merremia

peltata).………..……… 26

4.

5.

6.

Pengukuran Awal dan Akhir Panjang Sulur Liana (M. peltata) dan Rata-Rata Pertambahan per minggu……… Rata-Rata Pertambahan Kecepatan Belit Perminggu dan Perhari……… Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) Perminggu Dan Perhari………

27

29

(11)

I. PENDAHULUAN

Pembangunan Industri perkayuan di dalam negeri harus ditunjang oleh

persediaan bahan baku yang memadai agar dapat menjamin kelangsungan

produksinya. Masih sangat besarnya ketergantungan bahan baku untuk industri

pada hutan alam yang di luar Jawa tidak akan menjamin kelangsungan produksi

di masa akan datang. Hal ini mengingat produksi hutan alam tersebut telah

menurun sedangkan kebutuhan bahan baku terus meningkat, seiring dengan

perkembangan industri pengolaan kayu, serta meningkatkan kebutuhan akan

hasil olahan tersebut.

Pembangunan HTI secara besar-besaran memerlukan perencanaan yang

matang, baik perencanaan ekonomis maupun perencanaan teknis di lapangan,

HTI ini merupakan sistem silvikultur yang sudah cukup dikenal di Kalimantan

Timur, meskipun demikian masih banyak permasalahan yang perlu diatasi mulai

dari pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman sampai pemeliharaannya.

Sehingga mengundang berbagai masalah di luar dugaan semula.

Secara teknis keberhasilan tanaman industri ini di samping harus memilih

bibit yang berkualitas baik dan unggul, yang penting lagi bagaimana cara memilih

sistem yang tepat, mulai dari teknis persemaian, penanaman dan pemeliharaan

selanjutnya.

Liana merupakan salah satu masalah yang timbul dalam pembangunan

HTI. Biasanya terdapat pada lahan terbuka maupun pada tegakan, dan berperan

sebagai penyaing dalam memperoleh unsur hara, cahaya matahari, dan tempat

tumbuh. Liana merupakan salah satu jenis pionir yang tumbuh cepat setelah

(12)

2

tumbuh dan berkembang yang tinggi. Gangguan yang disebabkan oleh liana

adalah berupa kerusakan mekanis dalam bentuk penutupan tajuk tanaman

pokok dengan cepat sehingga menyebabkan percabangan rusak dan patah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan panjang

sulur dan kecepatan belit liana (Merremia peltata) di Areal Sekitar Kampus

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Adapun hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat

memberikan informasi mengenai pertambahan panjang sulur dan kecepatan belit

liana (Merremia peltata). Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya

pengendaliannya dilakukan baik secara mekanis maupun kimia terutama dalam

pembangunan HTI maupun kegiatan silvikultur lainnya.

(13)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Tentang Tanaman Pembelit

1. Klasifikasi dan Distribusi Famili Convolvulaceae

Klasifikasi Ilmiah Kingdom Plantae (unranked) Angiosperma (unranked) Eudicots (unranked Asterids Ordo Solanales Family Convolvulaceae Genus Merremia Spesies M. peltata Nama Kedua

Merremia peltata (L.) Merr. Dengan sinonim Convolvulus peltatus L dan Ipomoea nymphaeifolia Blume

Sumber: Anonim (2011)a

Menurut Ooststroom (1953), dalam Kamariah (1993), famili ini

terdiri dari 55 genera dengan kurang lebih 1650 spesies, menyebar luas di

daerah tropika, subtropika, jumlah species tersebar terdapat ditropik dan

subtropik yaitu di Amerika dan Asia.

Genera tersebar adalah Ipomoea (±500 spp), Vonvolvulus (± 250

spp), dan Cuscuta (± 165 spp), hanya saja kedaerah tropik dan subtropik.

Genera besar lainnya, seperti Merremia (± 80 spp) menyebar di daerah

tropika.

2. Ekologi Famili Convolvulaceae

Ooststroom (1953), dalam Kamariah (1993), menyatakan bahwa

spesies ini sebagian besar terdapat di lokasi terbuka dan mendapat sinar

(14)

4

sejenisnya, dalam hal ini sering terjadi di tepi – tepi belukar dan tepi hutan.

Di hutan – hutan primer famili ini sangat jarang.

Beberapa species dari famili Convolvulaceae menutupi tajuk atau

merambat pada pohon lain, contoh dari tipe ini didapat pada belukar dan

hutan sekunder, misalnya Mirremia peltata merupakan salah satu gulma

berkayu yang sangat merugikan di daerah tropika.

Penggunaan praktis dari famili biasanya di perkebunan, dimana

beberapa spesies dari famili Convolvulaceae biasa di gunakan sebagai

penutup tanah.

Nazif (1990), dalam Kamariah (1993), menyatakan M. peltata

merupakan salah satu gulma berkayu yang sangat merugikan di daerah

terbuka dan dapat menekan pertumbuhan anakan serta dapat menyebabkan

kebakaran. M. peltata merupakan gulma berdaun lebar yang dapat tumbuh

baik di daerah terbuka. Jenis liana ini tumbuh merambat dan dapat

menutupi tajuk serta melilit batang tanaman pokok. Akibatnya tanaman

pokok terganggu pertumbuhannya dan dapat menyebabkan cacat batang.

Jenis M. peltata tersebut sangat mengganggu pertumbuhan tanaman

pokok dan dapat menurunkan kualitas kayu, sehingga perlu segera

dilakukan usaha pengendaliannya.

Pengendalian gulma tersebut dapat dilakukan secara kimiawi,

mekanik maupun secara kultur teknis. Pengendalian secara kimiawi

sebaiknya dihindarkan jika ada cara lain yang lebih ekonomis masih dapat

dilakukan, mengingat akibat yang mungkin ditimbulkannya terhadap

(15)

5

3. Pengertian Liana

Menurut Arief (1994) dalam Cordova (2001), liana dinamakan juga

tumbuh-tumbuhan merambat. Batangnya tidak beraturan dan lemah,

sehingga tidak kuat mendukung tajuknya. Liana yang merupakan salah

satu ciri khas hutan terutama yang berkayu, dapat merupakan bagian tajuk

hutan yaitu mendesak tajuk pohon, tempat liana bertumpu. Liana juga bisa

mengisi lubang-lubang tajuk hutan diantara beberapa pohon guna

memperoleh sinar matahari sebanyak-banyaknya. Batang-batangnya

terkadang menyerupai tali atau kawat setebal paha manusia dan

menggantung tertutup daun. Contoh: rotan, vanili, dan lain-lain. Tumbuhan

merambat yang berstatus gulma, bisa sangat agresif dan perlu

pengendalian. Tanaman pembelit ini mungkin menimbulkan masalah

mekanis seperti: Mikania chordata di pertanaman karet, kelapa sawit dan

kehutanan atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan Cassytha

filiformis, karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat. Dilaporkan bahwa parasit

Cuscuta sp di Srilanka dapat mengendalikan pertumbuhan rapat dari Mikania sp. Tumbuhan memanjat atau liana, yang mengadakan persaingan atas cahaya dan ruang, merupakan suatu yang menarik perhatian di hutan

hujan.

a. Kerugian Tanaman Pembelit

Kerugian yang ditimbulkan sebenarnya amat besar, hanya saja

tidak mudah dilihat karena terjadi pelan-pelan tidak drastis seperti yang

disebabkan oleh patogen atau hama Tjitrosoedirjo (1984) dalam

(16)

6

timbul sebagai masalah besar hanya pada waktu-waktu tertentu, tetapi

masalah yang ditimbulkan oleh gulma lebih bersifat tetap, karena adanya

persaingan. Persaingan yang terjadi antara gulma dengan tanaman

pokoknya adalah dalam pengambilanan cahaya, unsur-unsur hara, air

dan ruang. Beberapa sifat umum gulma, dapat membentuk banyak biji,

cepat berkembang biak, sifat dorman yang luas dan sebagainya.

Ditambahkan oleh Sutidjo (1974), dalam Kamariah (1993),

bahwa beberapa kerugian yang disebabkan oleh gulma antara lain yaitu:

1) Menurunnya produksi tanaman pokok yang dibudidayakan

2) Menurunnya mutu dan jumlah hasil

3) Sebagai tempat pembentukan sarang hama dan penyakit

4) Makin tingginya biaya pemeliharaan tanaman

5) Berkurangnya debet air dan mutu air.

Selanjutnya Ilyas (1987), dalam Kamariah (1993),

mengemukakan hasil penelitian bahwa dengan terbukanya lahan setelah

pembakaran maka gulma sebagai vegetasi pionir akan tumbuh pesat,

baik pada lahan yang belum ditanami merupakan pengganggu bagi

tanaman pokok terutama dalam persaingan mendapatkan hara tanah,

ruang tumbuh, dan sinar matahari. Di antara gulma yang sangat

menganggu adalah liana, karena tumbuhan ini bersifat intoleran,

merambat dan menjalar mengikuti bentuk tanaman yang dirambatnya

sehingga dapat menutupi seluruh tajuk tanaman.

Menurut Richands (1975), dalam Kamariah (1993), menyatakan

bahwa tumbuhan liana mempunyai ketergantungn pada individu lain

(17)

7

ini ditambah lagi dengan daya tahan yang tinggi sehingga sulit untuk

ditanggulangi.

b. Persaingan Pembelit dengan Tanaman Pokok

Persaingan diartikan sebagai perjuangan dua organisme untuk

merebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai

keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang

normal yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2.

Persaingan terjadi bila unsur – unsur penunjang pertumbuhan tersebut

tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya. Persaingan

gulma dengan tanaman yang berbeda, sedangkan persaingan yang

terjadi antara species tumbuhan yang sama merupakan persaingan intra

spesifik Sukman (1991). Persaingan cahaya matahari seperti yang

dikemukakan oleh Suharti (1978), dalam Kamariah (1993), akan terjadi

karena pertumbuhan gulma lebih cepat dan lebih tinggi dari pada

tanaman pokok.ditambahkan pula bahwa persaingan cahaya akan terjadi

apabila tanaman tersebut tumbuh dan menutupi tanaman lain sehingga

intensitas cahaya dan mutu cahaya matahari yang diterima tanaman

pokok menjadi berkurang.

Air merupakan salah satu faktor pembatas dalam produksi

tanaman Siregar (1987), dalam Kamariah (1993), sehingga pada daerah

– daerah yang jelas dengan keadaan perbedaan musim basah dan

musim kering, persaingan antara gulma dan tanaman dalam hal air pada

musim kering merupakan masalah yang serius. Lebih lanjut Nazif (1992),

dalam Kamariah (1993), mengemukakan bahwa penggunaan air yang

(18)

8

keadaan persaingan air yang terbatas. Kemampuan gulma untuk

bersaing dalam hal pengguaan air yang efesien, juga bergantung dari tipe

perakarannya, jumlah akar dan kelembaban di sekitarnya, tipe perakaran

yang banyak akan membuat gulma dapat menyerap air lebih banyak dari

tanaman pokok.

Gulma juga memerlukan hara yang paling untuk diambil dari

dalam tanah. Nitrogen adalah unsur paling serius diperebutkan antara

tanaman pokok dengan gulma.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persaingan Antara Gulma Dengan Tanaman Pokok

1) Jenis Gulma

Tiap jenis gulma mempunyai kemampuan bersaing yang

berbeda satu dengan yang lainnya. Jenis gulma yang mempunyai

sistem perakaran yang dangkal, kurang mempunyai daya persaingan

dibandingkan dengan jenis – jenis yang mempunyai perakaran dalam

dan menyebar menurut Mercado (1979), dalam Kamariah (1993).

2) Jenis Tanaman

Jenis tanaman merupakan faktor pembatas dari persaingan

oleh gulma. Jenis tanaman yang tumbuh lambat lebih mudah

tertekan oleh gulma, sehingga untuk dapat melepaskan diri perlu

bantuan manusia secara terus menerus Sudrjat (1985), dalam

Kamariah (1993).

Beberapa jenis yang selama ini di anjurkan oleh Manan (1976),

dalam Kamariah (1993), dalam pembangunan HTI antara lain :

Accacia mangium, Albizia falcataria, Leucaena leucocephala, dan beberapa jenis lainya.

(19)

9

3) Tingkat Keperluan Unsur Hara

Setiap lahan berkapasitas tertentu dalam mendukung berbagai

pertanaman dan pertumbuhan yang tumbuh di permukaannya.

Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan pada lahan itu tetap

walaupun komposisi tumbuhannya berbeda. Tingkat keperluan unsur

hara tersebut secara langsung sejalan dengan tingkat pertumbuhan

tanaman itu sendiri. Respon gulma terhadap penambahan unsur

hara merupakan pengetahuan sederhana yang sering digunakan

dalam pengendalian gulma Sukman (1991).

4) Tingkat Keperluan Cahaya

Percobaan Suharti (1979), dalam Kamariah (1993), ini

membuktikan bahwa kecepatan pertumbuhan dan biomas (bobot

basah) Mikania micrantha dipengaruhi oleh intensitas cahaya

dibawah naungan penuh dalam hal ini 25% dan 50% mempunyai

pengaruh yang baik bagi kecepatan pertumbuhan dan pembentukan

biomas M. micrantha. Kecepatan pertumbuhan dan pembentukan

dan pembentukan biomas yang paling rendah terjadi pada intensitas

cahaya kurang dari 100% dan 0%.

Dari kenyataan di atas mungkin dapat diharapkan bahwa

tegakan dengan tajuk yang rapat dapat menekan pertumbuhan M.

micrantha.

4. Morphologi Liana

Ilyas (1987), dalam Kamariah (1993), mengemukakan hasil

pengamatan jenis Liana yang terdapat pada areal penelitian (PT. Kiani

(20)

10

dalam golongan semak atau tumbuhan berkayu, memiliki getah, kebanyakan

tumbuhan ini membelit. Daun tersebar, tunggal, kadang – kadang tanpa

daun penumpu. Bunga kebanyakan beraturan, berkelamin dua, berbilangan

4 – 5. Kelopak daun lepas, mahkota daun lekat dengan tajuk dalam, tunas

terletak seperti katup melipat. Benang sari berseling dengan tajuk mahkota.

Bakal buah menumpang, beruang 2 – 5, tangkai putik satu atau dua. Buah

kotak dengan biji sedikit.

Selanjutnya menunjukkan bahwa jenis yang terdapat di areal penelitian

ialah Merremia peltata dan Ipomea crassicaulis. Adapun morphologi dari

jenis tersebut merupakan tanaman merambat dengan panjang bisa

mencapai 30 meter atau lebih. Kadang bisa menutupi pohon yang

dirambatinya, bergetah putih pada tangkai daunnya berbulu halus. Berdaun

tunggal, berbentuk ovale (bulat telur) sampai orbicular atau kadang – kadang

juga kordate ( bentuk jantung ), panjang daun antara 7 – 30 cm, dengan tata

bunga corymbase dengan pedicel 1,5 – 2,5 cm. Kuncup bungan acute,

sepal 15 mm, corolla lebar. Buah tunggal berbiji kotak. Tumbuh terutama

pada hutan – hutan setelah penebangan dan tumbuh sampai ketinggian 700

meter di atas permukaan laut.

B. Pemeliharaan Tanaman Dari Gangguan Liana

1. Penyiangan Secara Umum

Penyiangan adalah salah satu bagian dari rangkaian kegiatan

pemeliharaan tanaman. Pelaksanaan awal pemeliharaan adalah

penyiangan, setelah itu kegiatan pembersihan, pembuangan gulma, dan

pembebasan Soesono (1976), dalam Kamariah (1993). Salah satu faktor

(21)

11

yang terjadi di antara pohon-pohon yang dipelihara maupun antara pohon

(tanaman pokok) dengan penyiangnya.

Kegiatan penyiangan meliputi dua cara pekerjaan:

a) Pengendalian gulma pendek (rumput, herba dan semak) yang harus

dilakukan dini begitu tanaman selesai.

b) Pengendalian perambat, yang mungkin meliputi kurun beberapa

tahun.

2. Penyiangan Tanaman Hutan Tanaman Industri

Selanjutnya Tangketasik (1989), dalam Kamariah (1993),

mengatakan bahwa penyiangan tanaman HTI di Kalimantan Timur umumnya

dilaksanakan secara manual.

a) Pembersihan

Pemberantasan terjadi dalam tegakan bila pohon-pohon masih

dalam tahap sapihan atau lebih kecil. Maksud pembersihan adalah

membebaskan satu jenis dari dominasi jenis lain. Satu jenis tidak

diinginkan jika menaungi atau mengancam untuk menaungi jenis yang

dipilih. Pembebasan adalah kegiatan yang lebih memerlukan inventasi

dari pada memberikan keuntungan finansial yang segera, sehingga

dikerjakan dengan cara termurah dan efektif , menggunakan

penyemprotan atau injeksi herbisida, menebang pohon pesaing atau

bahkan hanya membentuk tajuk. Hanya pohon berharga terpilh yang

dibebaskan, karna pemusnahan jenis yang lebih jelek bukan merupakan

tujuan. Maksud pembersihan hanya untuk membebaskan secara

memadai jenis yang dipilih untuk menjamin dominasi tepat tumbuh yang

(22)

12

b) Pembuangan Gulma

Pembuangan gulma sama dengan pembersihan, tetapi diterapkan

untuk membebaskan semai atau sapihan dari persaingan vegetasi

tumbuhan bawah, liana, dan belukar. Persaingan dihilangkan dengan

memotong atau membuang gulma sekitar semai atau membasmi gulma

dengan herbisida.

Ditambahkan lebih lanjut oleh Tangketasik (1989), dalam

Kamariah (1993), yang mengatakan dewasa ini cara mengatasi

tumbuhan pengganggu dibidang kehutanan dengan jenis herbisida

belum banyak dilakukan, terutama sampai titik yang diharapkan.

Kehadiran tanaman pengganggu M. peltata dapat menghambat

pertumbuhan tanaman pokok. Sifat pertumbuhannya selalu merambat

dan membelit inilah yang dapat merugikan tanaman pokok. Gulma ini

umumnya tumbuh dengan baik di tepi jalan biasanya pada radiasi 10

sampai 50 meter dari tepi jalan utama.

Penanggulangan tumbuhan pengganggu perlu segera dilakukan

mengingat sifatnya yang dapat merugikan tanaman pokok, baik

petumbuhan diameter maupun tinggi pohon. Tanaman yang di ganggu

hidupnya merana, kerdil dan apabila populasinya cukup banyak akan

menyebabkan kematian tanaman pokok.

c) Pembebasan

Pembebasan juga di kerjakan ketika invidu jenis yang diinginkan

pada sapihan atau lebih kecil, tetapi berbeda dengan pembebasan

karena pohon yang dihilangkan membentuk kelas umur yang lebih tua

(23)

13

lapisan bawah. Jika lapisan atas laku dijual, penghilangannya

sederhana, tetapi kegiatan tersebut biasanya dikerjakan dengan banyak

biaya. Biaya ini kadang – kadang dikurangi dengan penggunaan

herbisida atau dengan girding dari pada tebangan, yang dalam hal ini

lapisan atas yang diperlukan mati pelan – pelan dan pohon mati yang

tumbang sedikit saja merusakkan lapisan bawah yang kuat.

C. Gerak Pada Tumbuhan

Anonim (2011)b Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan

gerak. Namun, gerak yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan

oleh hewan maupun manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas.

Gerakan yang dilakukan tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu.

Misalnya bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar

daun tertentu. Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses

pertumbuhan dan adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang

dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut,

tumbuhan melakukan gerakan yang mungkin menuju ke arah rangsang atau

menjauhi dan melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu. Beberapa jenis

gerakan tumbuhan yang tergolong iritabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu:

tropisme, taksis, dan nasti.

1. Tropis

Tropisme adalah gerakan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsang dari

luar. Rangsang dari luar yang mempengaruhi gerak tumbuhan ada

bermacam-macam. Misalnya cahaya, gravitasi, air atau kelembaban, dan

(24)

14

tropisme dibedakan menjadi fototropisme, geotropisme, hidrotropisme, dan

tigmotropisme.

a) Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi oleh

rangsang cahaya. Apabila gerak tumbuhan tersebut menuju kearah

cahaya, berarti tumbuhan tersebut melakukan gerak fototropisme positif.

Apabila gerakan tumbuhan ini menjauhi arah cahaya, maka disebut

fototropisme negatif. Contoh gerak fototropisme positif adalah tanaman

biji-bijian yang sedang tumbuh tunas.

b) Geotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena pengaruh

gravitasi (gaya tarik) bumi. arah pertumbuhan tersebut ke atas, maka

termasuk geotropisme negatif. Akan tetapi, apabila arah pertumbuhan

menuju kebawah berarti termasuk gerak geotropisme positif. Contoh

geotropisme positif adalah pertumbuhan akar yang selalu menuju ke

bawah atau ke dalam tanah.

c) Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan menuju kearah yang

basah atau berair. Arah pertumbuhan menuju temapt yang berair

disebut gerakan hidrotropisme positif. Apabila araah pertumbuhan

tanaman menjauhi tempat yang berair disebut gerakan hidrotropisme

negatif. Contoh hidrotropisme positif adalah arah pertumbuhan ujung

akar didalam tanah yang selalu mengandung air.

d) Tigmotropisme adalah gerak tumbuhan dari bagian tumbuhan akibat

persinggungan. Contohnya: sulur markisa, dan batang mentimun yang

(25)

15

2. Taksis

Tumbuhan umumnya hanya mampu melalukan gerak pada sebagian

anggota tubuhnya, misalnya akar yang mendekati air atau pucuk yang

mendekati cahaya. Namun, pada tumbuhan tingkat rendah mampu

melakukan gerak berpindah tempat. Seluruh tubuhnya berpindah. Misalnya,

tumbuhan euglena dan bakteri besi. Gerak seluruh tubuh tumbuhan yang

disebabkan oleh datangnya rangsang disebut gerak taksis. Berdasarkan

rangsang penyebabnya, taksis dibedakan menjadi fototaksis dan kemotaktis.

Fototaksis merupakan gerak seluruh tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh

rangsang cahaya. Misalnya gerakan euglena yang selalu mendekati

cahaya.

3. Nasti

Daun putri malu akan menutup apabila disentuh dan setelah

didiamkan agak lama, daun tersebut akan membuka kembali. Gerak tersebut

sebagai tanggapan atas reaksi yang datang dari luar, sedangkan arah

gerakannya tidak ditentukan oleh arah datangnya rangsang. Gerakan

tersebut disebut gerakan nasti. Gerak nasti dibedakan menjadi dua, yaitu

seismonasti dan gerak niktinasti. Seismonasti adalah gerak bagian tubuh

tumbuhan yang disebabkan oleh rangsang sentuhan. Sedangkan gerak

niktinasti adalah gerak tubuh tumbuhan karean adanya rangsang intensitas

(26)

16

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda, Kelurahan Sei Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan mulai bulan 5 Mei sampai dengan

bulan 5 Juli 2011.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a) Meteran, untuk mengukur panjang liana (Merremia peltata).

b) Tali rafia, untuk membuat batasan masing-masing sampel liana (M.

peltata).

c) Karpet plastik, untuk pemberian nomor-nomor sampel liana (M. peltata).

d) Ajir, untuk memasang awal pengukuran pada masing-masing sampel

liana (M. peltata).

e) Parang, untuk membuat ajir.

f) Alat tulis menulis.

g) Kamera Digital untuk dokumentasi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi liana

(27)

17

C. Prosedur Kerja

1. Lokasi penelitian ditentukan setelah dilakukan orientasi lapangan

2. Menentukan jenis liana (Merremia peltata) yang diamati

3. Mencari ajir disekitar lokasi pengamatan

4. Mempersiapkan peralatan pengamatan

5. Pemberian tanda pada ujung masing-masing sampel liana ditandai dengan

ikatan tali rafia yang dipasang pada ruas terakhir sebelum ujung daun

penutup.

6. Pada tali rafia tersebut dimasukkan nomor yang dibuat dari karpet plastik

7. Mengukur panjang sulur liana yang ditandai dengan tali rafia sebelum ujung

daun penutup (pengukuran awal)

8. Mengukur panjang liana setelah dua bulan (pengukuran akhir).

D. Pengambilan dan Analisis Data

Adapun data yang dikumpulkan antara lain:

1. kecepatan belit liana yang sengaja dibelitkan pada ajir buatan. Yang diukur

kecepatan belitnya setiap seminggu sekali dan akhir penelitian diukur

panjang liana yang membelit dengan cara direntangkan menurut garis lurus.

2. Pertambahan panjang sulur yang diukur dengan cara memberi tanda pita

pada buku-buku sulur yang diamati sebagai titik awal pengukuran.

3. Jumlah sampel untuk kedua jenis penelitian tersebut adalah 60 sampel

masing-masing 30 sampel.

E. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan rumus rata-rata menurut

(28)

18

a. Nilai rata-rata pertambahan panjang liana ( M. peltata )

Dimana :

nilai rata-rata pertambahan panjang seluruhnya liana ( M. peltata )

nilai pertambahan panjang seluruhnya. n = jumlah sampel yang diamatai

b. Nilai rata-rata pertambahan panjang liana ( M. Peltata ) tiap satu sulur liana.

Dimana :

nilai rata-rata pertambahan panjang liana, untuk satu sulur liana ( M.

peltata ).

P1= pengukuran awal.

P2= pengukuran akhir

W= lamanya waktu pengamatan (minggu).

c. Rata-rata kecepatan belit (M. peltata) tiap satu turus.

Dimana :

nilai rata-rata pertambahan panjang liana, untuk satu sulur liana

(M. peltata ).

b = kecepatan belit

(29)

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan pengukuran panjang sulur dan kecepatan belit liana

(Merremia peltata) Selama 2 (dua) bulan diketahui pertambahan rata-rata

panjang sulur dan kecepatan belit liana (M. peltata) per minggu sebagaimana

terlihat pada table 4 dan 5 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Rata-rata Pertambahan Panjang Sulur Liana (Merremia peltata) per minggu dan perhari.

No Pengukuran Panjang Sulur Jumlah (cm ) Rata-Rata (cm)

1 Total pengukuran awal

(P1) 172,5 5,75

2 Total Pengukuran akhir

(P2) 19029,5 634,2

3 Total Pertambahan

Panjang rata-rata 2357,13 78,57

4 Rata-rata pertambahan

panjang perhari - 11,22

Untuk memperjelas tentang pertambahan panjang sulur liana (M. peltata)

pada masing-masing pengukuran selama satu bulan dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Gambar 1. Grafik pertambahan panjang sulur liana (M. peltata) pada masing-masing pengukuran selama dua (2) bulan

(30)

20

Tabel 2. Hasil Pengamatan Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) perminggu dan perhari.

No Kecepatan Belit Perminggu

(belit/minggu)

Perhari (belit/hari)

1 Total Kecepatan Belit 203,75 29,11

2 Rata-Rata 6,79 0,97

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, setiap individu liana

(Merremia peltata) pertambahan sulur dan kecepatan belitnya didapat hasil

rata-rata 78,57cm/minggu atau 11,22 cm/hari, dan kecepatan belitnya 6,79

belit/minggu atau 0,97 belit/hari dimana menunjukkan suatu pertambahan yang

cepat. Besarnya angka rata-rata pertambahan panjang dan angka kecepatan

belit diduga disebabkan kondisi tempat tumbuh liana adalah tempat terbuka yang

memperoleh cahaya matahari penuh dan mendukung pernyataan Anonim

(2011)b yaitu adanya rangsangan cahaya akibat fototaksis terjadi pada

tumbuhan merambat.

Pertambahan sulur dan kecepatan belit liana (M. peltata) yang cepat

karena liana mampu hidup pada semua kondisi tanah, baik tanah yang subur

maupun yang miskin hara, sebagai mana yang diungkapkan oleh Moenandir

(1988), dalam Kamariah (1993), bahwa gulma adalah tumbuhan yang mudah

tumbuh pada setiap tempat mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang

kaya nutrisi.

Selain faktor di atas faktor-faktor lain yang merangsang cepatnya

pertambahan panjang liana (M. peltata) tersebut adalah faktor lingkungan

(31)

21

penelitian diketahui bahwa liana yang tumbuh pada tempat terbuka pertambahan

panjang dan kecepatan belitnya lebih tinggi. Ditambahkan oleh Sukman (1991)

bahwa tumbuhan yang dibelit oleh liana akan cepat ternaungi tajuknya sehingga

pertumbuhannya akan terhambat dan lama-lama akan mati.

Teori lain yang sependapat dengan keterangan di atas adalah penelitian

yang dilakukan oleh Suharti (1979) dalam Kamariah (1993). Bahwa dengan

bertambahnya intensitas cahaya yang diberikan makin bertambah pula:

1. Pertumbuhan memanjang.

2. Ketebalan atau kekerasan batang.

Intensitas cahaya khususnya cahaya matahari dapat berpengaruh

langsung ataupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman, karena erat

berhubungan dengan prosesnya. Intensitas cahaya yang terbaik bagi

pertambahan panjang liana adalah 25% sampai dengan 50% sedangkan pada

intensitas cahaya 100% akan memberikan pertumbuhan yang terhambat. Hal

tersebut karena intensitas cahaya dapat berpengaruh dengan suhu, kelembaban,

kemampuan evaporasi dan transpirasi serta fotosintesis tanaman.

Menurut Najib (1990), dalam Kamariah (1993), Merremia peltata

merupakan salah satu gulma berkayu yang sangat merugikan di daerah terbuka

dan dapat menekan pertumbuhan anakan serta dapat menyebabkan kebakaran,

hal ini disebabkan karena jenis ini merupakan gulma berdaun lebar yang dapat

tumbuh baik di daerah terbuka. Jenis liana ini tumbuh merambat dan dapat

menutupi tajuk serta melilit batang pokok yang mengakibatkan tanaman

pokoknya terganggu cacat batang serta penurunan kualitas kayu, sehingga perlu

(32)

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. KESIMPULAN

1. Rata-rata pertambahan panjang sulur liana adalah 78,57 cm/minggu atau 11,22cm/hari

2. Rata – rata Kecepatan belit liana adalah 6,79 belit/minggu atau 0,97 belit/hari.

3. Jenis liana ini berpotensi mengganggu tanaman HTI mulai dari anakan sampai dengan tingkat pohon.

B. SARAN

1. Mengingat tingginya pertambahan kecepatan rata-rata panjang sulur liana dan kecepatan belitnya, maka perlu menjadi perhatian dalam penanganan jenis ini di areal HTI.

2. Mengingat besarnya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertambahan sulur dan kecepatan belit liana maka perlu diadakan penelitian serupa di tempat lain agar diperoleh data pembanding yang menjadikan penelitian ini lebih akurat.

(33)

23

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM. 2011a. http://en.wikipedia.org/wiki/Merremia_peltata. (07/06/2011).

ANONIM. 2011b. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2011994-gerak-pada-tumbuhan (08/08/2011).

CORDOVA, Y. 2001. Studi Tentang Cara Pemberantasan Tanaman Pembelit

(Liana) Terhadap Pertumbuhan Suatu Tanaman Di Hutan Tanaman Industri (HTI) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

KAMARIAH, N. 1993. Studi Pertambahan Panjang Sulur Liana (Merremia

peltata) Di Areal Kampus Politeknik Pertanian Unmul.

SUKMAN, Y. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. Fakultas Pertanian

(34)

(35)

26

Tabel 3. Data Mingguan Pengukuran Panjang Sulur Liana (Merremia peltata). NO

LIANA

PENGAMATAN SETIAP MINGGU (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 1 5,4 76,4 160,4 245,4 357,4 430,4 516,4 610,4 2 6 89 135 228 315 409 500 587 3 7 108 162 224 326 399 500 604 4 5 116 202 288 382,4 466,4 547,4 645,4 5 9 84 181 261,2 357,8 434,8 521,8 614,8 6 5,5 87,5 203,5 281,9 369,3 452,3 550,3 660,3 7 8,5 77,5 178,5 267,5 368,7 440,7 550,7 649,7 8 4,5 56,5 149,5 249,5 343,5 432,5 510,5 599,5 9 6 88 170 240 337 442 525 618 10 3,5 93,5 145,5 221,5 307,5 405,5 497,5 611,5 11 4 62 152 233 304 417,5 489 587 12 7 97 164 267 360 455 546,7 657,3 13 5,5 73,5 146,5 241 325 414 515,8 608,8 14 6 79 166 244,4 320,8 418,8 510,8 622,8 15 6 73 182 278 362 455 565 689 16 11 91 203 286 378 465 563 669 17 4 82 180 269,3 381,3 479,3 562,3 661,3 18 5 75 157 251,5 330,5 429,7 523,7 612,7 19 3 63 152 253,2 334,2 413,2 489,2 587,8 20 5,5 70,5 143,5 241,1 331,1 414,1 503,1 610,1 21 4,5 109,5 165,5 232,5 306,5 400,5 505,5 626,5 22 8 71 138 223,4 309,4 413,4 500,4 598,4 23 7 107 175,5 265,5 356,5 454,5 577,5 689,2 24 6,5 116,5 196 265,5 347,5 426,5 537,5 653,5 25 4 72 194 308 384 472 575 698 26 4,6 129,6 242,6 345,6 438,6 522,6 613,6 722,6 27 5 77 169 255 319 414 498 596 28 6 96 200 273,2 355,2 453,2 536,2 632,2 29 4 124 213 297,5 393,5 490,5 588,5 693,5 30 5,5 63,5 156,5 236,2 314,2 396,2 499,2 613,2 JUMLAH 172,5 2608,5 5183,5 7773,9 10415,9 13117,6 15919,6 19029,5 RATAAN 5,75 86,95 172,78 259,13 347,20 437,25 530,65 634,32

(36)

27

Tabel 4. Pengukuran Awal dan Akhir Panjang Sulur Liana (M. peltata) dan Rata-Rata Pertambahan per minggu.

No Sampel Pengukuran Awal (cm) P1 Pengukuran Akhir (cm) P2 Rata-Rata Pertambahan Panjang Sulur (cm/minggu) 1 2 3 4 1 5,4 610,4 75,63 2 6,0 587 72,63 3 7,0 604 74,63 4 5,0 645,4 80,05 5 9,0 614,8 75,73 6 5,5 660,3 81,85 7 8,5 649,7 80,15 8 4,5 599,5 74,38 9 6,0 618 76,5 10 3,5 611,5 76 11 4,0 587 72,88 12 7,0 657,3 81,29 13 5,5 608,8 75,41 14 8,2 622,8 77,1 15 6,0 689 85,38 16 11 669 82,25 17 9,0 661,3 82,16 18 6,8 612,7 75,96 19 7,4 587,8 73,1 20 5,5 610,1 75,58 21 8,0 626,5 77,75 22 7,0 598,4 73,8 23 6,5 689,2 85,28 24 4,0 653,5 80,88 25 4,6 698 86,75 26 5,0 722,6 89,75 27 6,0 596 73,88 28 4,0 632,2 78,28 29 5,4 693,5 86,19 30 9,2 613,2 75,96 Jumlah 172,5 19029,5 2357,13 Rata-rata 5,75 634,32 78,57

(37)

28

Contoh perhitungan untuk mendapatkan Rata-rata pertambahan panjang sulur yaitu :

, misalnya = 75,63 cm/minggu

Ket : P1 = Pengukuran awal (cm) P2 = Pengukuran akhir (cm)

W = Waktu lamanya pengukuran (/minggu)

nilai rata-rata pertambahan panjang liana, untuk satu sulur liana ( M.

(38)

29

Tabel 5. Data Mingguan Hasil Pengukuran Cepat Belit Liana (Merremia peltata) NO

LIANA 1 2 PENGAMATAN SETIAP MINGGU (belit/minggu) 3 4 5 6 7 8

1 0 5 7 9 11 8 7 12 2 0 9 6 7 5 7 8 9 3 0 4 5 7 8 5 10 6 4 0 8 6 8 5 7 6 9 5 0 3 7 7 6 9 11 9 6 0 5 6 5 7 6 5 6 7 0 8 5 11 9 7 6 8 8 0 2 8 6 5 9 11 11 9 0 6 4 10 9 10 7 8 10 0 4 8 7 11 10 9 10 11 0 7 6 9 8 6 8 5 12 0 5 7 11 7 12 6 8 13 0 9 8 5 11 7 11 7 14 0 3 6 5 7 9 7 9 15 0 7 5 6 9 12 9 11 16 0 5 8 6 10 8 6 6 17 0 7 11 8 12 9 7 12 18 0 10 9 11 10 7 10 7 19 0 7 10 5 7 8 9 6 20 0 11 7 10 11 9 11 5 21 0 5 6 9 7 6 8 9 22 0 6 9 11 9 11 6 7 23 0 4 7 6 8 5 9 6 24 0 2 11 10 11 7 6 8 25 0 8 6 8 7 6 7 7 26 0 5 8 6 11 6 8 5 27 0 4 9 11 9 7 10 11 28 0 9 7 9 12 9 8 8 29 0 11 11 9 9 8 9 7 30 0 8 6 9 12 10 7 6

(39)

30

Tabel 6. Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M. peltata) Perminggu Dan Perhari

Jumlah Belitan

Selama 2 Bulan Jumlah Minggu

Rata-rata/Individu/

minggu/belit

Jumlah Hari Rata-rata/Individu/

Hari/belit 59 8 7.38 7 1.05 51 8 6.38 7 0.91 45 8 5.63 7 0.80 49 8 6.13 7 0.88 52 8 6.5 7 0.93 40 8 5 7 0.71 54 8 6.75 7 0.96 52 8 6.5 7 0.93 54 8 6.75 7 0.96 59 8 7.38 7 1.05 49 8 6.13 7 0.88 56 8 7 7 1 58 8 7.25 7 1.04 46 8 5.75 7 0.82 59 8 7.38 7 1.05 49 8 6.13 7 0.88 66 8 8.25 7 1.18 64 8 8 7 1.14 52 8 6.5 7 0.93 64 8 8 7 1.14 50 8 6.25 7 0.89 59 8 7.38 7 1.05 45 8 5.63 7 0.80 55 8 6.88 7 0.98 49 8 6.13 7 0.88 49 8 6.13 7 0.88 61 8 7.63 7 1.09 62 8 7.75 7 1.11 64 8 8 7 1.14 58 8 7.25 7 1.04

Jumlah Belitan Seluruh Individu

Liana 203.75 29.11

Jumlah rata-rata belitan setiap

(40)

31

Contoh perhitungan:

? Hasil rata-rata belit perindividu setiap minggu diperoleh dari = Rata-rata jumlah individu /minggu dibagi 30hari(1 bulan). Yaitu

? Hasil rata-rata belit perindividu setiap hari diperoleh dari = Rata-rata jumlah individu perhari dibagi 30hari(1 bulan). Yaitu =

(41)

32

Gambar Pengukuran Liana (M. peltata) Di Lapangan

Gambar 2. Liana yang membelit ajir Gambar 3. Liana yang menjalar

Gambar 4. Barisan ajir yang dipasang Gambar 5. Liana yang membelit pohon sengon(Falcataria molucana)

(42)

33

Gambar 6. Liana yang menutupi tajuk Gambar 7. Liana (Merremia peltata) pohon

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Rata-rata Pertambahan Panjang Sulur Liana  (Merremia peltata) per minggu dan perhari
Tabel 2.  Hasil Pengamatan Rata-rata Kecepatan Belit Liana (M.  peltata)   perminggu dan perhari
Tabel 3.  Data Mingguan Pengukuran Panjang Sulur Liana (Merremia peltata).
Tabel 4.  Pengukuran Awal dan Akhir Panjang Sulur Liana (M.  peltata) dan Rata- Rata-Rata Pertambahan  per minggu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan di lakukan adalah jenis penelitian deskriptif -survei dengan menggunakan pendekatan waktu cross sectional .Variabel yang di teliti pada penelitian

Dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rasio imbal hasil terhadap risiko pada produk kontrak berjangka Euro-Dolar yang dijual oleh beberapa

etun'uk 7 Pada tes ini anda diminta untuk melengkapi kalimat yang  belum selesai dengan memilih salah satu jawaban yang paling  tepat dari lima jawaban yang tersedia.. 1aktu

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besar pengaruh suhu perawatan terhadap kuat tekan beton dan dengan suhu perawatanmanakah yang menghasilkan kuat tekan beton yang

Mengenai periodesasi, sebenarnya memang sudah jelas didalam perjanjian kerja perusahaan kapan pengupahan itu diberikan. Dan lagi perjanjian itu sudah disetujui oleh

Keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan sekolah perempuan desa Sumberejo terihat dari penerapan setelah melakukan srangkaian kegaiatan dan materi yang berkaitan

• Pada blok Client ini, melakukan request alamat web dari webgis layanan kesehatan ini, kemudian memilih jenis request pada halaman web berupa zona wilayah yang ingin

 Untuk mempelajari kata kerja (sekitar 100 kata untuk level pemula hingga dasar) dan kata sifat untuk minggu depan yang telah ada di daftar .ppt ini, tidak perlu khawatir,