• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN

MARELAN TAHUN 2014

Henny Oktaviani Srg1,Rahayu Lubis2,Jemadi2 1

Mahasiswi Departemen Epiemiologi FKM USU 2Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

Email: oktaviani_henny@ymail.com

ABSTRACT

Diarrhea is a global problem with the high rates of morbidity and mortality in children in the world. To achieve optimal growth and protect infant from disease like diarrhea mother should give an exclusive breastfeeding to the infant.The purpose of this research was to determine the associated between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrheain children aged 12-24 months at Puskesmas Terjun, Medan Marelan in 2014.

Method of research conducted is cross sectional analytic approach.,This sample is 105 children aged 12-24 months.The independent variable is the Exclusive Breastfeeding and the dependent variable is the incidence of diarrhea. The sampling technique used in this study was accidental sampling. The research instrument was a questionnaire. Analysis of data through two stages, univariate data were analyzed descriptively and bivarate data were analyzedusing chi square test with 95% confidence interval (CI).

The study results were obtained proportion of diarrhea in Puskesmas Terjun is as much as 61%. The highest proportion of children who have a mother with age <35 years old is 63,8%, a high education level (65,7%), not working mothers (51,4%), low knowledge (76,2%), children <18 months (54,3%), male gender (55,2%), PMT (supplementary feeding) ≤6 months (73,3%), complete immunization (81,9%), and not exclusive breastfeeding (73,3%). Bivariate results indicate a significant association between maternal education level (p = 0,003), occupation (p = 0,001) level of knowledge (p = 0,014), PMT (p = 0,001), the completeness of immunization (p = 0,022) and breastfeeding exclusive (p = 0,001) with the incidence of diarrhea.

It is recommended to mothers in Puskesmas Terjun, Medan Marelan to give the infants exclusive breastfeeding until 6 months old to reduce morbidity and mortality due to diarrhea.

Keywords: Characteristics,Exclusive breastfeeding, Diarrhea

Pendahuluan

Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun 1,5 juta

balita meninggal dunia akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi.1 Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar

(2)

14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang umumnya diderita oleh bayi dan balita dapat menjadi penyumbang kematian terbesar. Faktor hygiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada bayi.2

Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita adalah 10,2%, CFR Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia pada tahun 2011 adalah 0,29% meningkat menjadi 2,06% di tahun 2012 lalu mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 1,08%. Di Sumatera Utara, CFR diare untuk tahun 2012 adalah 1,22% , sedangkan di tahun 2013 meningkat menjadi 11,76%. Proporsi kasus diare yang ditangani di Sumatera Utara adalah 41,34%, sedangkan sisanya 58,66% tidak mendapatkan penanganan.3

Berdasarkan Depkes, diare adalah buang air besar dengan ditandai meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan konsistensi tinja yang lembek-cair dengan atau tanpa lendir dan darah selama 1 minggu. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi dehidrasi. Bayi memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa, hal ini disebabkan karena per kilogram berat tubuhnya mengekskresikan volume air yang lebih besar dari pada orang dewasa atau kehilangan air yang lebih besar secara proporsional.4

Air Susu Ibu adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Air Susu Ibu bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain

yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dapat menghindari anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2004-2012 cenderung menurun secara signifikan, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,33% dibandingkan tahun 2007. Pencapaian pada tahun 2012 sebesar 20,33% merupakan pencapaian terendah selama kurun waktu 2004 - 2012. Pada tahun 2013, persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan adalah 41,3%.5

Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni, bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi, tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan, dan ini sangat mempengaruhi pencernaan pada tubuh bayi yang pada hakikatnya pencernaan bayi belum siap untuk menerima makanan selain ASI hingga usia 6 bulan, sehingga bayi rentan mengalami diare.6

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalahMasih tingginya angka kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan dengan pemberian ASI Eksklusif yang rendah di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.Tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan dari bulan Februari – Januari 2015. Sampel penelitian ini adalah 105

(3)

anak yang berusia 12-24 bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare dan variabel independen adalah karakteristik Ibu (pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pengetahuan), karakteristik anak (usia, jenis kelamin, kelengkapan imunisasi, dan pemberian makanan tambahan).

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap ibu yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari tempat dilakukan penelitian yaitu Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis Univariat

Proporsi kejadian diare pada anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014 adalah sebanyak 64 anak (61,0%) yang menderita diare, sedangkan proporsi anak yang tidak diare ada sebanyak 41 anak (39,0%).

Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu dan Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu dan Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014

Karakteristik Ibu f % Umur (Tahun) <35 tahun ≥ 35 tahun 67 38 63,8 36,2 Tingkat Pendidikan Tinggi(SMA, Akademi,S1/S2/S3) Rendah (Tidak tamat SD, tamat SD, SMP) 69 36 65,7 34,3 Pekerjaan

Bekerja (PNS, pegawai swasta, wiraswasta, petani,) Tidak bekerja 51 54 48,6 51,4 Pengetahuan Baik Kurang 25 80 23,8 76,2 Karakteristik Anak F % Umur (Bulan) <18 bulan ≥18 bulan 57 48 54,3 45,7 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 58 47 55,2 44,8 PMT

Baik (Memberikan makanan tambahan pada usia >6) Tidak baik 28 77 26,7 73,3

(4)

(Memberikan makanan tambahan pada usia ≤6 bulan) Kelengkapan Imunisasi Lengkap Tidak Lengkap 86 19 81,9 18,1 Pada tabel 1. dapat diketahui bahwa

proporsi karakteristik Ibu berdasarkan umur, paling banyak ditemukan pada golongan umur <35 tahun yaitu 67 orang (63,8%) dan ≥35 tahun yaitu sebanyak 38 orang (36,2%). Proporsi responden berdasarkan tingkat pendidikan, tertinggi adalah Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, Akademik, S1/S2/S2) yaitu sebanyak 69 orang (65,7%), sedangkan untuk tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD, SMP) adalah 36 orang (34,3%). Proporsi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014 ditemukan bahwa Ibu yang bekerja (PNS, pegawai swasta, wiraswasta, petani,) ada sebanyak 51 orang (48,6%), sedangkan ibu yang tidak bekerja ada sebanyak 54 orang (51,4%). Proporsi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014 ditemukan bahwa Ibu dengan pengetahuan yang baik ada sebanyak 25 orang (23,8%), sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang ada sebanyak 80 orang (76,2%).

Proporsi karakteristik anak berdasarkan umur (bulan) ditemukan bahwa anak dengan umur <18 bulan memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak 57 anak (54,3%), anak ≥18 bulan sebanyak 48 anak (45,7%). Proporsi karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa anak berjenis kelamin Laki-laki memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak 58 anak (55,2%) dan perempuan sebanyak 47 anak (44,8%). Proporsi karakteristik anak berdasarkan pemberian makanan tambahan (PMT) ditemukan bahwa anak yang diberi PMT ≤6 bulan (tidak baik) memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak 77 anak (73,3%), dan anak yang diberi PMT >6 bulan (baik) ada sebanyak 28 anak (26,7%). Proporsi karakteristik anak berdasarkan kelengkapan imunisasi ditemukan bahwa anak dengan imunisasi lengkap memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak 86 anak (81,9%) sedangkan anak yang tidak imunisasi secara lengkap ada

sebanyak 19 anak (18,1%).

Analisis Bivariat

Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan

Tabel 2. Distribusi Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014

Pekerjaan Diare Tidak diare Jumlah χ 2 P RP(CI=95 %) F % f % f % Bekerja Tidak bekerja 45 19 88,2 35,2 6 35 11,8 64,8 51 54 100 100 31,014 0,001 2,508 (1,722– 3,651)

Dari Tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa, dari 51 orang responden yang bekerja, sebanyak 45 orang anaknya (88,2%) menderita diare dan 6 orang anaknya (11,8%) tidak menderita diare, sedangkan dari 54 orang responden yang tidak bekerja memiliki 19 orang anak (35,2%) menderita diare dan 35 orang anak (64,8%) tidak menderita diare.

Berdasarkan hasil analisis statistik uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan. Diperoleh nilai Ratio prevalence sebesar 2,508 (95% CI=1,722-3,651), berarti pekerjaan (Ibu) merupakan faktor resiko kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan.

(5)

Sejalan dengan penelitian Setyanto (2006) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan di rawat inap di Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobongan dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu (p=0,024) dengan kejadian diare.7

Pekerjaan orang tua, terutama ibu mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak. Ibu yang baik dapat menjaga dan dan melakukan tugas dirumah,

memperhatikan anak, baik makanan atau kesehatan, membina dan membimbing anak. Ibu yang bekerja biasanya kurang cepat memberikan penanganan terhadap anak yang sakit (diare) karena kesibukan dari pekerjaannya. Selain itu, seorang ibu yang bekerja juga akan sedikit mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya sehingga anak tidak mendapat cukup ASI (gizi) yang dapat berdampak pada kesehatannya, sehingga tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan mudah terkena diare.8

Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan

Tabel 3. Hubungan Pemberian Tambahan Makanan dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 Pemberian Makanan Tambahan Diare Tidak diare Jumlah χ 2 p RP(CI=95 %) f % f % f % Tidak Baik (≤6 bulan) Baik (>6 bulan) 62 2 80,5 7,1 15 26 19,5 92,9 77 28 100 100 46,450 0,001 11,273 (2,952– 43,051)

Dari Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa pada variabel pemberian makanan tambahan (PMT), dari 77 orang anak yang diberikan makanan tambahan ≤6 bulan sebanyak 62 anak (80,5%) menderita diare dan 15 anak (19,5%) tidak menderita diare, sedangkan dari 28 orang anak yang diberikan makanan tambahan >6 bulan, sebanyak 2 anak (7,1%) diantaranya menderita diare dan sebanyak 26 anak (92,9%) tidak menderita diare.

Berdasarkan hasil analisis statistik uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pemberian makanan tambahan (PMT) dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan. Diperoleh nilai

Ratio prevalence sebesar 11,273 (95% CI=2,952-43,051), berarti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan faktor resiko kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan.

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) saat ini kebanyakan diberikan pada saat usia dini. Selain adanya faktor pengetahuan ibu yang rendah, hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan pada masyarakat sehingga pemberian makanan tambahan dilakukan pada terlalu dini. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia penyebab utama kematian pada balita adalah diare, yaitu sebesar 25,2%. Salah satu faktor risikonya adalah pemberian MP-ASI dini.1

(6)

Tabel 4. Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014

Pemberian ASI Eklsusif Diare Tidak diare Jumlah χ2 p RP(CI=95 %) f % f % f %

Tidak ASI Eksklusif ASI Eksklusif 62 2 80,5 7,1 15 26 19,5 92,9 77 28 100 100 46,450 0,001 11,273 (2,952– 43,051)

Dari Tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa pada variabel pemberian ASI Eksklusif, dari 77 orang anak yang tidak ASI eksklusif sebanyak 62 anak (80,5%) menderita diare dan 15 anak (19,5%) tidak menderita diare, sedangkan dari 28 orang anak yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 2 orang anak (7,1%) diantaranya menderita diare dan sebanyak 26 anak (92,9%) tidak menderita diare, sedangkan Berdasarkan hasil analisis statistik uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan. Diperoleh nilai Ratio prevalence sebesar 11,273 (95% CI=2,952-43,051), berarti pemberian ASI eksklusif merupakan faktor resiko terhadap kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan.

Sejalan dengan penelitian Wahyuni dan Imelda (2013) dengan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi dengan nilai p=0,002 (p<0.05).6

Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan, kemudian setelah 6 bulan bayi dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun.10

Bayi yang baru lahir tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik seperti orang dewasa. Tubuh bayi belum mampu untuk melawan bakteri atau virus penyebab penyakit. Pada umumnya, tubuh bayi dilindungi oleh antibodi yang diterima melalui air susu ibu. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4

kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.2

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

a. Distribusi proporsi berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014 tertinggi yaitu umur <35 tahun (63,8%), tingkat pendidikan tinggi (65,7%), bekerja (63,8%), dan pengetahuan baik (70,5%). Berdasarkan karakteristik Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014 tertinggi yaitu umur <18 bulan (54,3%), jenis kelamin laki-laki (55,2%), PMT ≤6 bulan (73,3%), dan imunisasi lengkap (81,9%). tidak ASI eksklusif (73,3%), dan anak yang mengalami diare (61,0%).

b. Untuk menghindari terjadinya diare pada anak, maka Ibu harus memberikan makanan tambahan (PMT) setelah bayi berusia > 6 bulan, memberikan imunisasi dasar lengkap, dan memberikan ASI secara eksklusif. Saran

a. Bagi ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan harus memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. b. Disarankan kepada pihak Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan agar melakukan penyuluhan terhadap ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan kolostrum, manfaat pemberian oralit dan zink untuk penanganan diare pada anak, akibat

(7)

pemberian susu formula pada anak <6 bulan, pemberian imunisasi dasar lengkap, dan pemberian makanan tambahan setelah bayi berusia 6 bulan untuk mencegah dan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare.

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. 2009.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

2. Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Tersedia dari URL: http://www.depkes.go.id/downloads/ Buletin%20Diare_Final.pdf .

3. Depkes RI. 2013.Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan: Jakarta.

4. Depkes RI. 2013.Data dan Informasi Tahun 2013. Jakarta.

5. Dinas Kesehatan Kota. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Medan.

6. Wahyuni, S dan Imelda. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013. Skripsi.

7. Setyanto.2006.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan di rawat inap di Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobongan di Kecamatan Blang Pidie Aceh Barat Daya.Skripsi.Universitas

Muhammadiyah

Semarang.URL:http://digilib.unimus.a c.id diakses:06-Februari-2008

8. Pudjiadi, S.2000.Ilmu Gizi Klinis pada Anak. FKUI. Jakarta

9. Hardi,amin dkk.2012.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada batita di Puskesmas Barang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.Makassar.URL:http://repo sitory.unhas.ac.id/bitstream/handle/123 456789/4666/Jurnal%20Fix%20Amin %20Rahman%20Hardi%20%28K1110 7156%29.pdf?sequence=1

10. Roesli, Utami. 2001. Bayi Sehat Berkat

ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex

Referensi

Dokumen terkait

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

Metode Penelitian yang digunakan adalah mencari RSI yang lebih sering memberikan sinyal yang benar dari beberapa interval period, kemudian menggabungkan RSI yang terpilih

Perbedaan penelitian oleh Lewy, Zulkardi dan Aisyah dengan penelitian ini adalah soal yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak hanya soal untuk mengukur kemampuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan kedudukan laki-laki sebagai pemimpin dalam rumah tangga cenderung mengarah kepada menjadi penguasa dengan segala hak-hak

Begitu juga dalam karya tari Driasmara karya Sunarno yang didalamnya mengandung makna nilai kehidupan rohani pada seseorang yang sedang dilanda cinta seperti yang ditulis

Edem paru akut dan kerusakan paru bisa muncul dalam hitungan jam dikarenakan paparan yang berat, kerusakan paru kemudian berkembang menjadi fibrosis paru,

Berdasarkan nilai RMSEP, fungsi peragam yang relevan untuk pemodelan kalibrasi pengukuran konsentrasi kurkumin pada daerah identifikasi spektra infra merah dengan pendekatan

Tepat w aktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai niali yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar