Aplikasi Metode Lean Six Sigma Untuk
Usulan Improvisasi Lini Produksi
Dengan Mempertimbangkan Faktor
Lingkungan
Studi Kasus : Departemen GLS (General Lighting
Services) Pt. Philips Lighting Surabaya
Outline
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Input
Process
Output
Latar Belakang
WASTE
Rumusan Masalah
Bagaimana mengatasi besarnya WASTE yang
terjadi pada proses produksi lampu dengan
Tujuan
1. Mengidentifikasi waste yang terjadi di proses
produksi Departemen GLS PT Philips Lighting
Surabaya.
2. Mengetahui akar penyebab permasalahan
terjadinya waste.
3. Memberikan alternatif solusi yang bisa
dilakukan perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
• Batasan
– Penelitian ini hanya
dilakukan pada
Departemen GLS PT
Philips Surabaya
• Asumsi
– Tidak terjadi perubahan
sistem produksi
perusahaan selama
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari peneliian ini adalah
memberikan alternatif-alternatif solusi bagi
perusahaan untuk meningkatkan performansi
lini produksi dengan mengurangi waste yang
terjadi sehingga dapat menurunkan cost
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah lampu
Perkembangan
industri lampu
Lean thinking
Activity classification
Waste
VSM
Green manufacturing
Six sigma
DMAIC six sigma
RCA
FMEA
Lean six sigma
Lean Six Sigma
Waste
Value
stream
Defect
Variance
Posisi Penelitian
No.
Peneliti
Permasalahan
Jenis
Industri
L
G
S
Kelebihan
Kekurangan
1 Cima et al.
(2009) Utilitas kamar operasi Service V V
mampu menunjukkan efek perbaikan juga ke dalam
perbaikan beban kerja pegawai
Masih belum bisa diketahui dampak lingkungan yang
dihasilkan 2 Ramamoorthy
(2007) assembly Penerba ngan V V Penurunan cost dan lead time 3 Qiu dan Chen
(2009) material handling Manufak tur V V
penggunaan loss model untuk monitoring emisi tiap proses
hanya berfokus pada waste dan lean, tidak ada fokus konsumen 4
Marudhamuthu, Krishnaswamy
(2009)
terjadinya non value added activity yang
berlebihan pada fasilitas baru
garmen V V
Mampu menunjukkan dampak perbaikan lean ke dalam dampak lingkungan (biaya pencegahan polusi) dengan menggunakan tools
yang mudah 5 Olson dan Brady
(2009) electronic manufacturing and warehouse fasility carbon emmition Manufak tur V V
Mampu menunjukkan emisi karbon tiap proses dengan menggunakan management
dashboard system
hanya berfokus pada pengukuran nilai sigma
dari emisi karbon perusahaan
Tahap Identifikasi
IDENTIFIKASI
PERUMUSAN MASALAH
PENENTUAN TUJUAN
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
DEFINE
MEASURE
DATA
CUKUP?
VISI, MISI, TARGET
PROCESS MAPPING, Activity
Classification, Waste
DPMO, SIGMA
CTQ, Financial Waste,
Tahap Analisis dan Perbaikan
ANALYZE
IMPROVEMENT
CONTROL
5 WHY’S, RCA, FMEA
Skenario Perbaikan, Value
Management, Perbandingan Nilai
Baseline
Tahap Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN
SARAN
SUDAH
SESUAI
DENGAN
PROBLEM?
Define Phase – PT. Philips
Lighting Surabaya
Director & General Manager Excecutive Assistant Lamp Factory & Manager Engineering Manager Lamp Compenent Factory & Plant FacilityManager Equipment Plant Facility Improvement Engineering GLS Runners & Pre Production GLS Specialist Production VTL Production Shift Management Quality Soda Lime Production
Stem Line & Finishing Production Shift Management
Maintenance Sales and Logistic Process & Quality
Plant Controller,
F&A, IT Factory Controller Personnel & Training
Factory Controller Personnel & Training
Product & Quality Manager
Huma Resources & Training – OD
Define Phase – Departemen GLS
GLS Manufacturing Manager Section Manager MT & Equipment Section Manager Process Section Manager Improvement Section Manager QualityEngineer / Planner Engineer / Tech. Advisor Shift Superintendent Group Leader A Group TL/Member B Group TL/Member Equipment TL/Member Group Leader Packing
Define Phase – Activity Classification
Aktifitas
VA
NNVA
NVA
Proses persiapan
0
1
0
Proses Persiapan Bulb
2
13
0
Proses Stem Making di SMM
11
12
2
Oven Lehr
1
2
1
Proses Mounting
12
14
2
Mount Chain
0
2
0
Proses Sealing
3
11
0
Proses Pumping
7
4
1
Rantai Uncap
0
1
6
Proses Cap filling
4
8
1
Proses Finishing
4
9
0
Define Phase – Waste Identification - EHS
• Environment
Suhu lingkungan kerja, Penggunaan material dan
energi
• Healthy
Ancaman gangguan kesehatan karena debu, suhu,
kontak dengan material B3
• Safety
Ancaman keamanan karena scrap material yang
terbuang (pecahan kaca)
Define Phase – Waste Identification -
Defect
WEEK
B Line
Reject
Output
% Defect
1201
1382560
5155398
26.82%
1202
1435110
5150556
27.86%
1203
1402780
5524005
25.39%
1204
1219420
5950698
20.49%
1205
1428000
4682122
30.50%
1206
1480810
5588168
26.50%
1207
1397380
4678855
29.87%
1208
1426710
3603164
39.60%
1209
1526970
2896134
52.72%
1210
1302550
4160483
31.31%
1211
1255450
4639402
27.06%
Define Phase – Waste
Identification – Over Production
• Jarang terjadi
Define Phase – Waste
Identification – Waiting
PERIODE
FINANCIAL
DOWNTIME
PRODUCTION
CAPACITY
%
DOWNTIME
1201
129,695 561,938
23.08%
1202
173,447 667,575
25.98%
1203
199,747 657,788
30.37%
1204
160,112 669,600
23.91%
1205
172,359 500,175
34.46%
1206
167,631 665,550
25.19%
1207
137,352 615,263
22.32%
1208
164,730 655,763
25.12%
1209
38,621 200,475
19.26%
1210
125,367 442,800
28.31%
1211
162,135 644,963
25.14%
1212
206,718 626,063
33.02%
Waiting :
-Planned Downtime
-Unplanned Downtime
Unplanned Downtime
tertinggi
Mesin Mounting
Define Phase – Waste Identification
– Not Utilizing Employee
• Tidak terlalu sering terjadi
• Pekerja mendapatkan proporsi kerja yang
sudah sesuai
Define Phase – Waste Identification
– Transportasi
• Jarang terjadi
• Terjadi untuk transportasi return dari packing
ke GLS
Define Phase – Waste
Identification – Inventory
• Jarang terjadi
Define Phase – Waste
Identification – Motion
• Jarang terjadi
• Terjadi untuk kegiatan transporter yang
mencari lini produksi yang sedang kekurangan
material atau yang akan segera kehabisan
Define Phase – Waste Identification
– Excessive Processing
Measurement Phase – EHS
Measurement
Measurement Phase – Defect
WEEK B Line
Reject Output % Defect DPMO Sigma
1201 1382560 5155398 26.82% 268177.16 2.12 1202 1435110 5150556 27.86% 278632.05 2.09 1203 1402780 5524005 25.39% 253942.57 2.16 1204 1219420 5950698 20.49% 204920.50 2.32 1205 1428000 4682122 30.50% 304989.92 2.01 1206 1480810 5588168 26.50% 264990.24 2.13 1207 1397380 4678855 29.87% 298658.54 2.03 1208 1426710 3603164 39.60% 395960.33 1.76 1209 1526970 2896134 52.72% 527244.25 1.43 1210 1302550 4160483 31.31% 313076.63 1.99 1211 1255450 4639402 27.06% 270606.00 2.11 1212 1316270 4063376 32.39% 323935.07 1.96
Defect
DPMO = 79316
Sigma =
2,92
Measurement Phase – Waiting
PERIODE
UNPLANNED
DOWNTIME
PRODUCTION
CAPACITY
%
1201
1,732,154
6,629,858
26.13%
1202
2,038,663
6,907,008
29.52%
1203
2,165,310
7,396,208
29.28%
1204
1,921,743
7,593,583
25.31%
1205
1,460,242
5,902,583
24.74%
1206
1,755,153
7,029,358
24.97%
1207
1,340,075
5,714,196
23.45%
1208
1,343,134
4,964,042
27.06%
1209
1,071,219
4,005,304
26.75%
1210
1,516,092
5,671,071
26.73%
1211
1,756,772
6,387,450
27.50%
1212
2,144,544
6,265,829
34.23%
1213
2,268,281
6,543,354
34.67%
TOTAL
22,513,379
81,009,846
27.79%
DPMO = 277.909
Sigma =
2,09
Measurement Phase – Excessive
Processing
Defect
Frekuensi
% Frekuensi
jumlah defect solder
115
0.20%
jumlah defect LBS
2306
4.04%
Jumlah defect MO tidak tergulung
146
0.26%
total input pengamatan
57113
DPMO = 44.946
Measurement Phase – waste selection
EHS waste
Rp.
4.668.781.943
Defect
Rp.
7.363.440.000
Waiting
Rp.
6.234.472.800
Analyse Phase – RCA (EHS)
Waste Sub
Waste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
EHS Environm ental Proses produksi menghasilkan dampak lingkungan yang besar proses produksi membutuhkan material yang banyak
Besarnya material bulb dan cap yang terbuang
Proses produksi yang menghasilkan banyak defect Safety Proses produksi membahayakan pekerja
potongan kaca bulb banyak tercecer di
lingkungan kerja
Proses produksi yang menghasilkan banyak defect
Saluran pembuangan tidak bisa menampung
defect process saluran pembuangan penuh Pekerja tidak mengetahui saluran pembungan yang sudah penuh posisi saluran
pembuangan tidak tepat
Pekerja tidak memeriksa posisi saluran pembuangan Pekerja terburu-buru dalam memasang saluran pembuangan Tidak ada sistem
Analyse Phase – RCA (Defect)
Waste Sub Waste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
Defect Bak A Lampu tidak menyala
Coil lampu putus
Coil tidak sesuai
sepesifikasi Coil lolos sortir
Jumlah jenis coil yang dibutuhkan banyak
Tegangan arus listrik yang dialirkan terlalu besar
Setting uji nyala lampu kurang sesuai
LIW tidak terputus
Pisau pemotong tidak mampu memotong LIW Pisau pemotong kotor Pisau pemotong renggang
Waste Sub Waste Why 1 Why 2 Why 3
Defect bocor Lampu yang dihasilkan retak
Bulb retak Material bulb kurang baik Flare retak
Material flare kurang baik Proses penanganan kurang hati-hati
Analyse Phase – RCA (Defect) cont
Waste Sub
Waste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
Defect LBS Sensor tidak mendeteksi adanya arus LIW tidak masuk pada lubang cap atas
Pengarah threading gagal mengarahkan LIW masuk ke
lubang
ujung LIW bengkok Meja pumping kasar LIW miring, terbuka terlalu
lebar
LIW menabrak stik pemotong exh tube terlalu keras posisi cap tidak tegak lurus pemegang cap tidak stabil
posisi lampu tidak tegak lurus pengarah lampu gagal mengarahkan
LIW tersangkut di cap
permukaan dalam cap kasar glass pada cap pecah LIW bengkok Meja pumping kasar LIW miring terlalu lebar
LIW menabrak stik pemotong exh tube terlalu keras
Waste Sub
Waste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
Defect LBS Sensor tidak mendeteksi adanya arus LIW tidak masuk pada lubang cap samping
Pengarah gagal mengarahkan LIW masuk ke lubang
pengarah tidak sesuai tekanan kurang LIW tersangkut di dalam cap LIW bengkok
Analyse Phase – RCA (Defect) cont
Waste Sub
Waste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
Defect LBS Sensor tidak mendeteksi adanya arus LIW putus terbakar
LIW terbakar di mesin pumping
LIW gagal diarahkan oleh gunting pumping
settingan gunting pumping tidak sesuai
gunting pumping rusak LIW bengkok
LIW terbakar di mesin
sealing LIW tidak masuk lubang
settingan pengarah mount mesin sealing tidak sesuai mount loader tidak seirama Lubang dipenuhi kotoran sisa proses
LIW bengkok
Waste Sub
Waste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4
Defect LBS
Sensor tidak mendeteksi adanya arus
coil putus
Coil putus dari proses material handling Coil putus karena guncangan Coil putus dari proses sebelumnya
Coil putus karena proses pumping Coil putus karena proses sealing Coil putus karena proses mounting
Analyse Phase – RCA (waiting)
Waste Subwaste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4
Waiting Mounting Roller element tidak berfungsi
Stuck up roller rusak
MO tidak tergulung MO tidak terpegang pacul Setting pacul kurang sesuai Sudut MO kurang sesuai
Waste Subwaste Why 1 Why 2 Why 3
waiting Mounting Inserting element tidak berfungsi
sudut inserting element tidak 45 derajat posisi inserting elemen tergeser karena getaran MO telah habis Tidak ada peringatan MO habis
Gerakan inserting element tidak sesuai Setting inserting element kurang tepat Inserting element kotor
Waste Subwaste why 1 why 2 why 3
Waiting Mounting Coil sucker tidak berfungsi
Bentuk penghisap tidak "V" setting longgar
Gerakan coil sucker tidak sesuai Setting gerakan coil sucker tidak sesuai Coil longgar tekanan coil sucker kurang
Coil sucker kotor
Waste Subwaste Why 1 Why 2 Why 3 Why 4
Waiting Mounting Button burner tidak berfungsi
Posisi button burner kurang sesuai
Button burner terlalu tinggi setting button burner kurang sesuai Button burner terlalu rendah setting button burner kurang sesuai Button burner kotor sisa-sisa glass menempel pada burner
Burner flame bed
Waste Subwaste Why 1 Why 2 Why 3
Analyse Phase – FMEA (EHS)
Waste Potential
Failure Mode Potential Effect S Potential Causes O Control D RPN
EHS Proses produksi mempunyai dampak lingkungan Dampak lingkungan sedang, terganggunya kesehatan pekerja
5 proses produksi banyak
menghasilkan defect 9 Adjustment, maintenance, analisis lebih lanjut 2 90
luka ringan pada operator, gangguan kesehatan
5
Potongan kaca bulb banyak tercecer di lingkungan kerja 9 Cleaning 2 90 Proses produksi berbahaya bagi pekerja Operator mendapatkan luka ringan
5 proses produksi banyak
menghasilkan defect 9 Adjustment, maintenance, analisis lebih lanjut 2 90 5 saluran pembuangan penuh 7 cleaning, membuang sisa scrap 3 105 5 posisi saluran
pembuangan tidak tepat 5 Adjustment 2 50
Analyse Phase – FMEA (defect)
Waste Potential Failure
Mode Potential Effect S Potential Causes O Control D RPN
defect
Coil lampu putus Lampu reject, tidak
dapat diperbaiki 7 jenis coil yang dibutuhkan banyak 3 analisis lebih lanjut 6 126 LIW tidak
terpotong
Lampu reject, dapat diperbaiki
5 Setting uji nyala lampu kurang sesuai 2 Adjustment 3 30 5 pisau pemotong LIW kotor 3 Cleaning 3 45 5 pisau pemotong LIW renggang 3 adjustment, maintenance 3 45
Lampu retak
Lampu menyala gelap (hitam atau putih), umur lampu
pendek, lampu reject, tidak dapat
diperbaiki
6 Material bulb kurang baik 8 analisis lebih lanjut 5 240 6 Material flare kurang baik 8 analisis lebih lanjut 5 240 6 Proses penanganan kurang hati-hati 2 Perbaikan penangan 2 24 6 Gunting pinching renggang 2 Maintenance 4 48 6 Setting pinching burner kurang tepat 4 Adjustment 4 96 6 Setting gas pengisi kurang tepat 3 Adjustment 3 54
LIW tidak masuk pada lubang cap
atas
Lampu reject, perlu dirework
5 Meja pumping kasar 2 Maintenance 5 50 5 LIW menabrak stik pemotong exh tube
terlalu keras 4 perbaikan pinching 4 80 5 pemegang cap tidak stabil 4 setting, maintenance 4 80 5 pengarah lampu gagal mengarahkan 2 Maintenance 5 50 5 vitrite cap pecah 3 perbaikan kualitas cap 5 75 5 LIW bengkok 5 rework, 4 100
Analyse Phase – FMEA (defect) cont
Waste Potential Failure
Mode Potential Effect S Potential Causes O Control D RPN
defect
LIW tidak masuk pada lubang cap
samping
Lampu reject, perlu dirework
5 tekanan pengarah LIW
samping kurang 2
Setting ulang pengarah
LIW samping 5 50 5 LIW bengkok 5 rework, meluruskan kembali LIW, membersihkan semen 4 100 LIW putus terbakar
Lampu reject, tidak dapat diperbaiki
6 gunting pumping kurang
sesuai 4 adjustment, cleaning 5 120 6 Setting pengarah mount di
mesin sealing tidak sesuai 2 adjustment 5 60 6 mount loader tidak seirama 2 adjustment 5 60 6 Lubang dipenuhi kotoran
sisa proses 5 cleaning 3 90
coil putus Lampu reject, tidak dapat diperbaiki
6 Coil putus karena
guncangan 2
diperlukan analisis lebih
lanjut 5 60 6 Coil putus karena proses
pumping 2
diperlukan analisis lebih
lanjut 5 60 6 Coil putus karena proses
sealing 2
diperlukan analisis lebih
Analyse Phase – FMEA (waiting)
Waste Potential Failure
Mode Potential Effect S Potential Causes O Control D RPN
waiting
Roller element tidak berfungsi
MO tidak tergulung, mount reject, perlu dirework
5 roller element rusak 8 Maintenance 3 120 5 setting pacul kurang sesuai 5 adjustment 5 125 5 sudut pemasangan MO tidak tepat 5 Adjustment 3 75
Inserting element tidak berfungsi
MO tidak terpasang, mount reject, tidak dapat diperbaiki
5 posisi inserting elemen tergeser karena getaran 5 maintenance 3 75 5 Tidak ada peringatan MO habis 8 replace 2 80 5 Setting inserting element kurang tepat 6 Adjustment 5 150 5 Inserting element kotor 6 Cleaning 2 60 coil sucker tidak
berfungsi
Coil tidak keluar, mount tidak bercoil, mount reject, tidak dapat diperbaiki
5 setting longgar 6 Adjustment 2 60 5 Setting gerakan coil sucker tidak sesuai 5 Adjustment 2 50 5 tekanan coil sucker kurang 5 Adjustment 2 50 5 Coil sucker kotor 5 Cleaning 2 50 button burner tidak
berfungsi
Mount tidak memiliki
button, mount reject 5 setting posisi button burner kurang sesuai 6 Adjustment 3 90 button crack, lampu
bocor, lampu reject
5 sisa-sisa glass menempel pada burner 6 Cleaning 2 60 5 Setting gas pembakaran kurang sesuai 5 Adjustment 5 125 coil drum tidak coil tidak keluar dengan 5 setting coil drum kurang tepat 5 Adjustment 2 50
Analyse Phase – Root Cause
Potongan kaca bulb banyak tercecer di lingkungan kerja
proses produksi banyak menghasilkan defect
saluran pembuangan penuh
jenis coil yang dibutuhkan banyak
Material bulb kurang baik
Material flare kurang baik
Setting pinching burner kurang tepat
LIW bengkok
gunting pumping kurang sesuai
Lubang dipenuhi kotoran sisa proses
roller element rusak
setting pacul kurang sesuai
Setting inserting element kurang tepat
setting posisi button burner kurang sesuai
Improvement Phase – Alternatif
1. Pembentukan dan pelatihan tim total
productive maintenance
2. Penelitian perbaikan kualitas bulb dan flare
3. Penelitian untuk mengurangi jumlah jenis coil
Improvement Phase – Biaya Alternatif
Alternatif
Jenis Biaya
Total Biaya
1
Jam kerja hilang
5,175,000
Opportunity lost pelatihan
759,750,000
Opportunity lost aplikasi
5,698,125,000
Total
6,463,050,000
2
Tenaga kerja
90,000,000
Material
60,000,000
Aplikasi penelitian
6,837,750,000
Total
6,987,750,000
3
Tenaga kerja
54,000,000
Material
8,050,000
Energi Listrik
330,531,250
Opportunity lost
9,117,000,000
Improvement Phase – Kriteria
No.
Kriteria Penilaian
Bobot
1
Defect
0.45
2
Downtime
0.45
Improvement Phase – Pemilihan Alternatif
No
A
lt
er
n
ati
f
Bobot kriteria
P
e
rf
o
rmanc
e
(P)
P
e
rf
o
rmanc
e
C
o
st
(C
)
V
al
u
e
D
ef
ect
D
o
wn
ti
me
O
u
tp
u
t
0.45 0.45 0.1
1
0
3
3
5
3.20
18,266,694,743
18,266,694,743
1.00
2
1
5
5
5
5.00
28,541,710,536
24,729,744,743
1.15
3
2
6
3
6
4.65
26,543,790,798
25,254,444,743
1.05
4
3
4
4
5
4.10
23,404,202,639
27,776,275,993
0.84
5
1,2
7
6
7
6.55
37,389,640,802
68,250,884,229
0.55
6
1,3
5
5
5
5.00
28,541,710,536
70,772,715,479
0.40
Improvement Phase – Alternatif Terpilih
• Pembentukan dan pelatihan tim total
productive maintenance
Waiting
Awal
Perbaikan
Downtime
22,513,379
21,087,369
Production Capacity
81,009,846
86,141,053
DPMO
277,909.17
244,800
Sigma
2.09
2.19
Defect
Awal
Perbaikan
DPMO
79313
56976
Improvement Phase – Alternatif Terpilih
(lanjut)
Control Phase - Control Plan
o
Form Control Sheet
o
Checklist aktivitas yang harus dilakukan operator
di dalam tim total productive maintenance
o
Automated Control Chart
o
Integrasi antara sensor dengan aplikasi komputer
untuk mengetahui proses in control atau out of
Kesimpulan (1)
Metode lean six sigma yang diaplikasikan pada
studi kasus di Departemen GLS PT. Philips
Lighting Surabaya dapat menemukan bahwa
terdapat tiga waste utama yang terjadi di
departemen ini, yakni EHS waste, defect, dan
Kesimpulan (2)
o
Penyebab utama EHS waste adalah defect bulb
o
Penyebab utama defect di mesin finishing meliputi jenis
coil yang dibutuhkan banyak, material bulb dan flare
yang kurang baik, pinching burner yang kurang sesuai,
LIW yang bengkok, setting gunting pumping dan gas
pembakaran pinching burner yang kurang sesuai, serta
lubang stengel yang kotor.
o
Penyebab utama waiting di mesin mounting
diakibatkan oleh rusaknya roller element, serta kurang
sesuainya setting pacul inserting element, dan posisi
Kesimpulan (3)
• Ada tiga solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
terjadinya waste. Alternatif pertama adalah melakukan
pembentukan dan pelatihan tim total productive
maintenance. Alternatif kedua adalah penelitian untuk
mendapatkan perbaikan kualitas bulb dan flare untuk
meningkatkan kapabilitas proses produksi. Alternatif
ketiga adalah dilakukannya eksperimen untuk
mengurangi jumlah jenis coil yang digunakan dalam
proses produksi.
• Solusi terbaik adalah dengan membentuk dan
Saran
• Untuk perusahaan
– Peran aktif seluruh pihak
terkait di dalam
perusahaan
• Untuk penelitian
selanjutnya
– Metodologi six sigma
merupakan metodologi
yang unik, dimana setiap
pelaksanaannya akan
menunjukkan hal yang
berbeda, tentunya jika
peneliti mampu
menganalisa secara dalam
dari permasalahan yang
terjadi di masing-masing
studi kasus.
Daftar Pustaka (1)
•
ALLAN-BRADLEY 2003. Illumination Selection For Indicator Lights. Rockwell Automation.
•
ANTHONY, J. Some Pros and Cons of Six Sigma.
•
ARTHUR, J. 2011. Lean Six Sigma Demystified : Hard Stuff Made Easy (2nd Edition), New York,
Mc Graw Hill.
•
AURORA, N. 2008. Green Manufacturing. Available:
www.manufacturingcrossing.com
[Accessed 2 February 2012].
•
AUSTIN, T. E. 2006. Application of Six Sigma Methodologies to Improve Requirements
management for Customer Programs. 2006 SAE World Congress. Detroit, Michigan, US: SAE
Technical Paper Series.
•
BERGMILLER, G. G. 2006. Lean Manufacturers Transcendence To Green Manufacturing:
Correlating The Diffusion Of Lean And Green Manufacturing Systems. Doctor of Philosophy
University Of South Florida.
•
BERGMILLER, G. G. & MCCRIGHT, P. R. Year. Lean Manufacturers’ Transcendence to Green
Manufacturing. In: Industrial Engineering Research Conference 2009, 2009.
Daftar Pustaka (2)
•
HELPER, S., CLIFFORD, P. G. & ROZWADOWSKI, H. 1997. Can Green Be Lean? Academy of
Management Annual Meeting Organization and The Natural Environment.
•
HINES, P. & TAYLOR, D. 2000. Going Lean, Cardiff, Lean Enterprise Research Centre.
•
MARUDHAMUTHU, R. & KRISHNASWAMY, M. 2009. The Development Of Green Environment
Through Lean Implementation In A Garment Industry. ARPN Journal of Engineering and
Applied Sciences 6.
•
NETWORK, G. S. 2011. Lean and Clean Value Stream Mapping.
•
OLSON, E. G. & BRADY, N. 2009. Green Sigma And The Technology Of Transformation For
Environmental Stewardship. IBM J. RES. & DEV, 53.
•
PARK, C. & LINICH, D. 2008. Green Lean Six Sigma: Using Lean To Help Drive Results In The
Wholly Sustainable Enterprise. Deloitte Development LLC.
•
PYZDEK, T. & KELLER, P. A. 2010. The Six Sigma Handbook. A Complete Guide for Green Belts,
Black Belts, and Managers at All Levels. New York: Mc. Graw Hill. Inc.
•
QIU, X. & CHEN, X. 2009. Evaluate The Environmental Impacts Of Implementing Lean In
Production Process Of Manufacturing Industry Master of Sciense, Chalmers University Of
Daftar Pustaka (3)
•
RAMAMOORTHY, S. 2007. Lean Six-Sigma Application in Aircraft Assembly. Master of Science,
University of Madras.
•
RAMASWAMY, R. 2007. Integrating Lean and Six Sigma Methodologies For Business
Excelence. ORIEL.
•
SITORUS, P. M. T. 2011. Quality Planning Improvement with Lean Six Sigma Approach and
Economic Valuation with Willingness to Pay. IEEE.
•
THORN, M. J., KRAUS, J. L. & PARKER, D. R. 2011. Life-Cycle Assessment as a Sustainability
Management Tool: Strengths, Weaknesses, and Other Considerations. Environmental Quality
Management.
•
THORNES, P. 2011. Light Bulb Clarity : New Electric Politics [Online]. Available:
www.ceolas.net
[Accessed 22 March 2012 2012].
•
WANG, H. 2008. A Review of Six Sigma Approach: Methodology, Implementation, and Future
Research IEEE.
•
WEDGWOOD, I. 2006. Lean Sigma: A Practitioner's Guide. Prentice Hall.
Lean Thinking
• Eliminate waste on the value stream
Activity Classification
NECESSARY
NON VALUE
ADDING
NON
VALUE
ADDING
VALUE
ADDING
Waste
EN
V
IR
O
N
ME
N
TA
L,
H
EA
LT
H
, A
N
D
SA
FE
TY
D
EF
EC
T
O
V
ER
P
R
OC
ES
SIN
G
W
AIT
IN
G
N
O
T U
TIL
IZIN
G
EM
P
LO
YE
E
TR
AN
SP
OR
TA
TION
IN
VE
N
TOR
Y
M
O
TION
EX
CE
SS
P
R
OCE
SS
IN
G
Green Manufacturing
7 Green Waste
(Wills, 2011)
:
energy waste, water waste, materials waste,
garbage waste, transportation waste,
LCA (Life Cycle Assesment)
• Untuk mengetahui
aspek
lingkungan
dan
dampak
potensialnya
terhadap
lingkungan
yang
Six Sigma
• Six Sigma is the way for
perfection, achieving
3,4
defect
in
1.000.000
product produced (
6σ
)
• Using the statistical data
to control the process
DMAIC Six Sigma
D
EF
IN
E
Penentuan
Problem,
Team
Member,
Project
Scope
M
EA
SURE
Base point,
Sigma Level,
CTQ,
Process
capability
A
N
A
LYZE
Analyze
problem
cause,
Compare the
data to
standard,
IM
PR
O
V
EM
EN
T
Problem
solving,
Repairing
method,
SOP
C
O
N
TR
O
L
Equipment
and material
recommen
dation and
controlling,
Control
checklist,
Inspection
schedule
FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis)
• 3 aspek FMEA
– Severity
– Occurance
– Detection
• Mengklasifikasikan
kegagalan dengan rinci
sehingga mampu
menunjukkan
kegagalan-kegagalan kritis yang harus
Kriteria Severity EHS
Severity
Keterangan
Rating
Tidak berbahaya Tidak berbahaya 1
Mempunyai dampak tetapi dapat diabaikan 2
Cukup berbahaya
Cukup mempunyai dampak bagi pekerja
3 Dapat menyebabkan luka ringan bagi pekerja
Pekerja tidak harus meninggalkan pekerjaan Cukup mempunyai dampak bagi pekerja
4 Dapat menyebabkan luka ringan bagi pekerja
Pekerja harus meninggalkan pekerjaan untuk sebentar
Berbahaya
Dapat menyebabkan luka sedang bagi pekerja
5 Pekerja harus meninggalkan pekerjaan untuk waktu satu minggu
Mempunyai dampak lingkungan yang sedang Dapat menyebabkan luka sedang bagi pekerja
6 Pekerja harus meninggalkan pekerjaan untuk waktu tidak lebih dari dua minggu
Mempunyai dampak lingkungan yang sedang
Sangat berbahaya
Dapat menyebabkan luka berat bagi pekerja
7 Mempunyai dampak lingkungan berat
Dapat menyebabkan kecacatan bagi pekerja
8 Mempunyai dampak lingkungan berat
Kriteria Detection EHS
Detection
Keterangan
Rating
Hampir pasti
Pemborosan langsung dapat dideteksi
1 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi sangat akurat Sangat mudah
Pemborosan dapat dideteksi melalui inspeksi visual
2 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi akurat
Mudah Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi Pemborosan 3
Pemborosan baru dapat diketahui setelah terjadi
Agak mudah Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi kegagalan 4
Pemborosan dapat diketahui saat proses telah selesai
Sedang Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi kegagalan 5
Pemborosan baru terdeteksi saat dilakukan analisa lebih lanjut
Agak susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 6
Dibutuhkan metode untuk mengetahui Pemborosan yang terjadi
Susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 7
Pemborosan mulai sulit untuk dideteksi
Sangat susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 8
Kriteria Occurrence EHS
Occurrence
Probabilitas kejadian
Rating
Tidak pernah
Tidak pernah terjadi
1
Jarang
Terjadi sebulan sekali
2
Terjadi dua minggu sekali
3
Kadang-kadang
Terjadi seminggu sekali
4
Terjadi tiga hari sekali
5
Lumayan sering
Terjadi tiap hari sekali
6
Terjadi tiap shift
7
Sering
Terjadi tiap jam
8
Terjadi tiap menit
9
Sangat sering
Terjadi tiap waktu
10
Kriteria Severity Defect
Effect
Severity
Rating
Tidak ada Tidak berpengaruh terhadap proses produksi 1
Sangat minor Sedikit berpengaruh terhadap proses produksi, namun dapat diabaikan 2
Minor Berpengaruh terhadap proses produksi, namun dapat diabaikan 3
Berpengaruh terhadap proses produksi, tidak menyebabkan kerusakan produk 4
Rendah Berpengaruh terhadap proses produksi, terdapat peluang kerusakan produk,
memerlukan proses tambahan 5
Sedang Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi 6
Membutuhkan adjustment
Tinggi Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi 7
Menghentikan proses produksi
Sangat tinggi Berpeluang membahayakan operator 8
Menghentikan sebagian proses produksi
Kerusakan pada produk pasti terjadi
Berbahaya Membahayakan operator 9
Menghentikan proses produksi
Terdapat peluang kerusakan fasilitas
Sangat berbahaya Membahayakan operator 10
Kriteria Occurrence Defect
Occurrence
Probabilitas kejadian
Rating
Tidak pernah
0%
1
Jarang
0%-2%
2
3%-5%
3
Kadang-kadang
6%-8%
4
7%-9%
5
Lumayan sering
10%-12%
6
13%-15%
7
Sering
16%-18%
8
19%-20%
9
Sangat sering
>20%
10
Kriteria Detection Defect
Detection
Keterangan
Rating
Hampir pasti
Pemborosan langsung dapat dideteksi
1 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi sangat akurat Sangat mudah
Pemborosan dapat dideteksi melalui inspeksi visual
2 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi akurat
Mudah Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi Pemborosan 3
Pemborosan baru dapat diketahui setelah terjadi
Agak mudah Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi kegagalan 4
Pemborosan dapat diketahui saat proses telah selesai
Sedang Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi kegagalan 5
Pemborosan baru terdeteksi saat dilakukan analisa lebih lanjut
Agak susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 6
Dibutuhkan metode untuk mengetahui Pemborosan yang terjadi
Susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 7
Pemborosan mulai sulit untuk dideteksi
Sangat susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 8
Kriteria Severity Waiting
Effect
Severity
Rating
Tidak ada Tidak berpengaruh terhadap proses produksi 1
Sangat minor Berpengaruh terhadap proses produksi, namun dapat diabaikan 2
Minor Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk dapat diperbaiki 3
Sangat rendah Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk tidak dapat diperbaiki 4
Menghentikan satu atau dua proses produksi
Rendah Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk tidak dapat diperbaiki 5
Menghentikan lini produksi untuk waktu sebentar
Sedang Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk tidak dapat diperbaiki 6
Menghentikan lini produksi untuk waktu kurang dari 60 menit
Tinggi Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk tidak dapat diperbaiki 7
Menghentikan lini produksi untuk waktu lebih dari 60 menit Sangat tinggi
Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk tidak dapat diperbaiki
8 Menghentikan lini produksi untuk waktu lebih dari 1 hari
Berpeluang membahayakan operator Berbahaya
Berpengaruh terhadap proses produksi, kerusakan produk pasti terjadi, produk tidak dapat diperbaiki
9 Menghentikan lini produksi untuk waktu lebih dari 3 hari
Kriteria Occurrence Waiting
Occurrence
Probabilitas kejadian
Rating
Tidak pernah
Lebih dari satu tahun
1
Jarang
Satu tahun sekali
2
Enam bulan sekali
3
Kadang-kadang
Tiga bulan sekali
4
Dua bulan Sekali
5
Lumayan sering
Sau bulan sekali
6
Dua minggu sekali
7
Sering
Satu minggu sekali
8
Tiga hari sekali
9
Kriteria Detection Waiting
Detection Keterangan Rating
Hampir pasti
Pemborosan langsung dapat dideteksi
1 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi sangat akurat Sangat mudah
Pemborosan dapat dideteksi melalui inspeksi visual
2 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi akurat
Mudah Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi Pemborosan 3
Pemborosan baru dapat diketahui setelah terjadi
Agak mudah Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi kegagalan 4
Pemborosan dapat diketahui saat proses telah selesai
Sedang Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi kegagalan 5
Pemborosan baru terdeteksi saat dilakukan analisa lebih lanjut
Agak susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 6
Dibutuhkan metode untuk mengetahui Pemborosan yang terjadi
Susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 7
Pemborosan mulai sulit untuk dideteksi
Sangat susah Membutuhkan alat bantu yang canggih 8