• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu model pelatihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu model pelatihan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu model pelatihan

yang paling ideal menurut karyawan Generasi Y. Penelitian ini melibatkan 314

responden berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan berusia 18 hingga 34

tahun yang bekerja di sebuah organisasi atau di sebuah perusahaan. Jenis

organisasi atau perusahaan tempat peneliti melakukan pengambilan data bisa

berupa bidang perbankan, manufaktur, teknologi informasi, pendidikan, industri

kreatif, perminyakan, pertambangan, dan gas, bidang otomotif, dan lain-lain.

Untuk peneliti sendiri mengambil data di Kantor BNI Wilayah Jakarta Kota,

daerah Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Di lokasi penelitian ini, peneliti juga sedikit

mengambil data di Satuan Kredit Kecil (SKK) BNI Cabang Jakarta Kota.

Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang

cukup terkenal di Indonesia karena memiliki lebih dari 900 kantor cabang.

Di lokasi penelitian ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa jumlah

karyawan di SKK BNI Cabang Jakarta Kota ini tidak terlalu banyak. Dari hasil

wawancara dengan salah satu karyawan mengatakan bahwa unit SKK

membutuhkan beberapa SDM di posisi auditor kredit namun sampai saat ini

belum terlaksana. Karyawan-karyawan di unit SKK BNI Cabang Jakarta Kota ini

(2)

hampir seluruhnya merupakan karyawan Generasi Y dan jumlah antara laki-laki

dan perempuan hampir sama. Karyawan di kantor ini terbilang akrab dengan satu

sama lain dan karyawan tersebut bekerja dengan kondisi ruangan yang sangat

nyaman. Ruangan yang sejuk dan luas di lantai dua dengan jendela yang besar

membuat pencahayaan di ruangan ini sangat baik. Untuk karyawan di bidang

pemasaran lebih sering bekerja di luar kantor, seperti bertemu dengan klien dan

lain-lain. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja sebagai auditor lebih sering

menghabiskan waktunya di depan komputer, melakukan input data dan lain-lain.

Budaya organisasi yang dilakukan oleh Bank BNI secara umum adalah

mengawali hari dengan briefing singkat disertai dengan pembacaan visi dan misi

Bank BNI oleh seluruh karyawan. Terlihat juga ada beberapa karyawan yang

terlambat datang ke kantor sehingga tidak mengikuti briefing dari awal. Selain

itu, di SKK BNI Cabang Jakarta Kota ini ternyata baru saja terjadi pergantian

pimpinan. Peneliti berkesempatan untuk bertemu dan meminta ijin langsung

kepada pimpinan terkait proses pengambilan data dalam penelitian ini.

Terkait profil karyawan Generasi Y di SKK BNI Cabang Jakarta Kota ini,

peneliti mengobservasi bahwa hampir seluruh karyawan cukup ahli dan terbiasa

dengan teknologi. Beberapa ponsel yang digunakan merupakan smartphone

untuk menunjang pekerjaan karyawan tersebut dan di meja karyawan hampir

semuanya terdapat charger sehingga karyawan dapat bekerja tanpa takut

ponselnya kehabisan baterai. Di sela-sela jam istirahat juga tidak semua

(3)

untuk meminta bantuan dari office girl untuk membelikan makanan, sehingga

karyawan dapat makan siang sambil tetap bekerja.

Sedangkan untuk dua peneliti lain yang ikut mengambil data bersama peneliti

juga mengambil data di beberapa bank swasta di Yogyakarta, seperti di Bank

Permata, Bank CIMB Niaga dan Bank BRI. Selain itu juga pengambilan data

dilakukan di salah satu perusahan game ternama yaitu Gameloft dan juga di

BMT Bina Umat Sejahtera yang sama-sama berlokasi di daerah Yogyakarta

sehingga total keseluruhan pengambilan data mencapai 314 responden.

2. Persiapan

a. Persiapan Administrasi

Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan persiapan

administrasi berupa pengurusan perijinan kepada perusahaan terkait

pengambilan data. Peneliti mengurus surat-surat perijinan yang ditandangani

oleh pihak kampus dan oleh dosen pembimbing untuk selanjutnya diberikan

kepada pihak perusahaan yang menjadi tujuan peneliti dalam melakukan

penyebaran kuesioner. Berikut surat permohonan perijinan untuk penelitian:

1). Surat Nomor 215/Dek/70/Div.Umum&RT/III/2015 yang diajukan kepada

pimpinan Bank BNI Cabang Jakarta Kota yang diajukan pada tanggal 22

Maret 2015. Sebelumnya memang ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi peneliti jika ingin melakukan penelitian di perusahaan tersebut,

(4)

beserta kuesionernya, dan mengumpulkan surat pernyataan dari pihak

Bank BNI yang harus ditandatangani dan dicap oleh pihak kampus. Proses

perijinan di Bank BNI Cabang Jakarta Kota ini terbilang cukup cepat,

karena tiga hari setelah surat dan berkas-berkas diberikan, peneliti bisa

langsung melakukan pengambilan data.

b. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Peneliti

bersama dosen pembimbing dan dua praktisi HRD mendiskusikan hal-hal

yang dibutuhkan dalam pembuatan kuesioner. Kuesioner yang digunakan

berisi 15 butir aitem pertanyaan terkait aspek-aspek pelatihan. Di dalam

pembuatan kuesioner ini peneliti mengalami beberapa kali pergantian aitem

hingga akhirnya kuesioner siap diberikan untuk responden. Awalnya, peneliti

membuat aitem pertanyaan yang tidak berfokus pada model pelatihan yang

diinginkan oleh karyawan Generasi Y, melainkan pertanyaan yang bersifat

existing, yaitu hanya mengukur pendapat atau kepuasan responden terkait

model pelatihan di perusahaan saat ini. Peneliti mengalami kesulitan di dalam

membuat aitem pertanyaan karena sejak awal pembuatan tidak ada skema

yang jelas, sehingga dalam membuat aitem pertanyaan terkesan berantakan

dan tidak sistematis.

Di dalam pembuatan butir aitem pertanyaan, peneliti menggunakan teori-

(5)

bentuk dan metode pelatihan, tahap-tahap pelatihan, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pelatihan. Selanjutnya, peneliti membuat blueprint berisikan

aspek-aspek tersebut dan indikatornya, lalu membuat pertanyaan terkait hal

tersebut beserta pilihan jawabannya. Blueprint inilah yang mengelompokkan

teori-teori pelatihan yang digunakan beserta aitem pertanyaan terkait teori

tersebut sehingga di dalam pembuatan kuesioner ini menjadi lebih rapi,

tertata, dan lebih sistematis.

Di dalam pembuatan kuesioner, peneliti awalnya terlalu banyak

menggunakan pertanyaan yang bersifat existing, berikut adalah contoh

pertanyaan pada aspek komponen pelatihan: “Menurut Bapak/Ibu, apa yang

dirasakan selama mengikuti berbagai pelatihan yang ada di perusahaan tempat

Bapak/Ibu bekerja?”. Pertanyaan tersebut mengacu pada persepsi responden

terkait pelatihan, bukan terkait keinginan responden mengenai sebuah

pelatihan yang ideal.

Selain itu, peneliti juga membuat instruksi pemilihan jawaban dengan cara

mengurutkan berdasarkan ranking dan boleh memilih jawaban lebih dari satu.

Sebagai contoh: “Menurut Bapak/Ibu, perubahan apa saja yang Bapak/Ibu

harapkan dari sebuah pelatihan? (Urutkan jawaban Bapak/Ibu berdasarkan

ranking)”. Contoh selanjutnya: “Dari berbagai macam metode pelatihan yang

ada di bawah ini, menurut Bapak/Ibu pelatihan manakah yang paling efektif

(Boleh menjawab lebih dari 1)”. Setelah peneliti berdiskusi dengan dosen

(6)

digunakan di dalam memilih jawaban di kuesioner ini, yaitu dengan memilih

satu jawaban saja yang dirasa paling sesuai dengan harapan responden. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi kesalahan responden dalam memilih jawaban.

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan dua orang peneliti lainnya yang

memiliki tema serupa, yaitu sama-sama meneliti tentang Generasi Y namun berbeda

dalam jenis variabel yang diteliti. Untuk menghemat waktu dan biaya, peneliti dan

dua peneliti lainnya memutuskan untuk bekerjasama dalam hal pengambilan data.

Alat ukur berupa kuesioner yang peneliti gunakan memiliki tiga bagian yang terdiri

dari bagian peneliti dan sisanya merupakan bagian dua peneliti lainnya. Dalam

pemilihan tempat penelitian, peneliti berdiskusi dengan dua peneliti lainnya untuk

mempertimbangkan kriteria responden sesuai dengan yang ditentukan di awal.

Peneliti bekerjasama dalam pengambilan data yang dilakukan selama sebelas hari

mulai dari tanggal 16 Maret 2015 hingga 27 Maret 2015. Untuk peneliti sendiri

mengambil data di Bank BNI Cabang Jakarta Kota yang terletak di Jakarta Pusat dan

mendapat 66 responden. Sedangkan dua peneliti yang pertama mengumpulkan 30

responden yang merupakan karyawan di BMT Bina Umat Sejahtera daerah

Yogyakarta dan peneliti kedua mengumpulkan 218 responden yang tersebar di Bank

Permata, Bank CIMB Niaga, Bank BRI dan sebuah perusahaan game ternama yaitu

Gameloft. Setelah data dari peneliti dan dua peneliti lainnya dijadikan satu, terkumpul

(7)

C. Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data dan menghitung jumlah

keseluruhan dalam bentuk persentase. Dari ke-314 responden yang terkumpul, berikut

adalah data mengenai identitas responden:

Tabel 1

Identitas Responden

Jumlah %

Jenis Kelamin Laki-laki 153 49

Perempuan 161 51

Jumlah organisasi yang pernah menjadi tempat bekerja

1 81 25,8

2 82 26,1

3 46 14,6

Lebih dari 4 48 15,3

Belum pernah pindah 57 18,2

Pendidikan Terakhir SMA/SMK 35 11,1

Diploma 32 10,2

S1 184 58,6

S1 dan Profesi 49 15,6

S2 14 4,5

S3 0 0

Status Pernikahan Sudah 162 52

Belum 152 48

Jenis Organisasi Perbankan 147 46,8

Manufaktur 24 7,6 Teknologi Informasi 9 2,9 Pendidikan 4 1,3 Industri Kreatif 29 9,2 Perminyakan, pertambangan, dan gas 2 0,6 Otomotif 27 8,6 Lain-lain 72 22,9

(8)

Dari jenis kelamin ke-314 responden yang terkumpul, data di atas menunjukkan

bahwa 49% responden yang berjumlah 153 orang berjenis kelamin laki-laki.

Sedangkan 51% responden yang berjumlah 161 orang berjenis kelamin perempuan.

Data di atas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan

merupakan yang terbanyak di dalam penelitian ini.

Dari jumlah organisasi tempat responden bekerja, data di atas menunjukkan

bahwa 18,2% atau sebanyak 57 responden belum pernah pindah tempat bekerja.

Selanjutnya, 25,8% atau sebanyak 81 responden pernah sekali pindah tempat kerja.

Lalu 26,1% atau sebanyak 82 responden pernah dua kali pindah tempat kerja.

Selanjutnya, 14,6% atau sebanyak 46 responden pernah tiga kali pindah tempat kerja.

Terakhir, 15,3% atau sebanyak 48 responden pernah lebih dari tiga kali pindah

tempat kerja. Data di atas menunjukkan bahwa responden yang pernah dua kali

pindah kerja merupakan yang terbanyak di dalam penelitian ini, sedangkan responden

yang pernah tiga kali pindah tempat kerja merupakan yang paling sedikit di dalam

penelitian ini.

Dari pendidikan terakhir yang dimiliki responden, data di atas menunjukkan

bahwa 11,1% atau sebanyak 35 responden berpendidikan SMA/SMK. Lalu 10,2%

atau sebanyak 32 responden berpendidikan Diploma. Lalu 58,6% atau sebanyak 144

responden berpendidikan S-1. Lalu 15,6% atau sebanyak 49 responden berpendidikan

S-1 dan Profesi. Lalu 4,5% atau sebanyak 14 responden berpendidikan S-2. Terakhir,

0% atau tidak ada responden yang berpendidikan S-3. Data di atas menunjukkan

(9)

responden yang berpendidikan S-3 merupakan yang paling sedikit dalam penelitian

ini.

Dari status perkawinan ke-314 responden yang terkumpul, data di atas

menunjukkan bahwa 48% responden yang berjumlah 152 orang sudah menikah.

Sedangkan 52% responden yang berjumlah 162 orang belum menikah. Data di atas

menunjukkan bahwa responden yang belum menikah merupakan yang terbanyak di

dalam penelitian ini.

Terakhir, dari jenis organisasi ke-314 responden yang terkumpul, data di atas

menunjukkan bahwa 46,8% responden yang berjumlah 147 merupakan karyawan

perbankan. Lalu 7,6% atau sebanyak 24 responden merupakan karyawan perusahaan

manufaktur. Lalu 2,9 % atau sebanyak 9 responden merupakan karyawan perusahaan

teknologi informasi. Lalu 1,3% atau sebanyak 4 responden merupakan karyawan di

perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan. Selanjutnya, 9,2% atau sebanyak 29

responden merupakan karyawan industri kreatif. Lalu paling sedikit yaitu 0,6% atau

sebanyak 2 responden merupakan karyawan perusahaan peminyakan, pertambangan,

dan gas. Lalu 8,6% atau sebanyak 27 responden merupakan karyawan perusahaan

otomotif. Terakhir, 22,9% atau sebanyak 72 responden merupakan karyawan

(10)

Berikut adalah data responden mengenai tiap-tiap aitem pertanyaan terkait

pelatihan:

1. Pelatihan ideal menurut karyawan Generasi Y

Gambar 1: Pelatihan ideal menurut karyawan Generasi Y

(1). ah: 64,0% atau sebanyak 201 responden

(2). elum: 36% atau sebanyak 113 responden

Setiap karyawan tentu memiliki versi pelatihan ideal yang berbeda-beda. Menurut Bapak/Ibu, apakah pelatihan yang ada di organisasiBapak/Ibu

sudah merepresentasikan pelatihan ideal menurut versi Bapak/Ibu?

0 10 20 30 40 50 60 70

SUDAH

64.0%

(11)

Sebuah pelatihan diadakan karena diharapkan mampu memberi manfaat bagi karyawan. Menurut Bapak/Ibu, manfaat paling besar yang Bapak/Ibu

harapkan dari sebuah pelatihan adalah...

0 10 20 30 40 50 60

MAMPU MELAKUKAN PROBLEM SOLVING

KARYAWAN MEMILIKI KETERAMPILAN BARU

MENINGKATKAN LOYALITAS KARYAWAN MAMPU MELAKSANAKAN PEKERJAANNYA

DENGAN LEBIH EFEKTIF MEMENUHI TUNTUTAN PEKERJAANNYA

CEPAT BERADAPTASI DENGAN HAL BARU

MENINGKATKAN KEPUASAN KARYAWAN

MENJADI LEBIH TERMOTIVASI 2. Tujuan dan Manfaat

a. Manfaat pelatihan yang diharapkan dari sebuah pelatihan

20.1% 49.7% 10.5 % 7.6% 1.0% 6. 1% 0.3 % 4.8 %

Gambar 2: Manfaat pelatihan

1). Mampu melakukan problem solving: 20,1% atau sebanyak 63 responden

2). Memiliki keterampilan baru: 10,5% atau sebanyak 33 responden

3). Meningkatkan loyalitas karyawan: 7,6% atau sebanyak 24 responden

4). Mampu melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif: 49,7% atau

sebanyak 156 responden

5). Memenuh tuntutan pekerjaannya: 1,0% atau sebanyak 3 responden

6). Cepat beradaptasi dengan hal baru: 6,1% atau sebanyak 19 responden

7). Meningkatkan kepuasan kayawan: 0,3% atau sebanyak 1 responden

(12)

b. Alasan terkuat yang menjadi tujuan responden mengikuti sebuah pelatihan

Gambar 3: Tujuan pelatihan

1). Memenuhi tuntutan jabatan: 2,2% atau sebanyak 7 responden

2). Meningkatan kinerja: 52,9% atau sebanyak 166 responden

3). Mendapatkan bonus tambahan: 3,2% atau sebanyak 10 responden

4). Memperoleh keterampilan baru: 26,8% atau sebanyak 84 responden

5). Meningkatkan loyalitas: 12,1% atau sebanyak 38 responden

6). Persiapan promosi jabatan: 2,9% atau sebanyak 9 responden

Jika ada beberapa alasan mengapa sebuah pelatihan harus dilakukan, manakah dari pilihan jawaban ini yang menjadi alasan terkuat menurut

Bapak/Ibu?

0 10 20 30 40 50 60

MEMENUHI TUNTUTAN JABATAN 2.2%

MENINGKATKAN KINERJA 52.9%

MENDAPATKAN BONUS TAMBAHAN 3.2%

MEMPEROLEH KETERAMPILAN BARU 26.8%

MENINGKATKAN LOYALITAS 12.1%

(13)

3. Komponen Pelatihan

a. Adanya perubahan dan fokus dengan tujuan dilaksanakannya pelatihan

Gambar 4; Bentuk perubahan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Peningkatan kemampuan teknis (skill): 43,9% atau sebanyak 138

responden

2). Perubahan sikap dan perilaku (attitude): 31,8% atau sebanyak 100

responden

3). Perubahan pengetahuan (knowledge): 24,2% atau sebanyak 76 responden

Pelatihan dikatakan berhasil ketika mampu memberi perubahan nyata bagi karyawan. Menurut Bapak/Ibu, perubahan apa saja yang Bapak/Ibu

harapkan dari sebuah pelatihan?

0 10 20 30 40 50

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS (SKILL) 43.9%

PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU (ATTITUDE) PENINGKATAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

31.8% 24.2%

(14)

20.1% Sebuah pelatihan diyakini mampu memberi peningkatan pada

pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan perilaku karyawan. Dalam hal perubahan keterampilan (skill), menurut Bapak/Ibu, keterampilan apakah

yang dirasa penting untuk dimiliki oleh Bapak/Ibu?

0 5 10 15 20 25

KEPEMIMPINAN TEKNIS TERKAIT PEKERJAAN BERKOMUNIKASI MENGELOLA TIM (TEAMWORK)

PENGELOLAAN DIRI PENGELOLAAN TUGAS LAIN-LAIN 6.7% 21.3% 19.7% 8.9% 20.4%

b. Bentuk perubahan keterampilan (skill)

2. 9%

Gambar5: Bentuk perubahan keterampilan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Keterampilan dalam hal kepemimpinan: 6,7% atau sebanyak 21 responden

2). Keterampilan teknis terkait pekerjaan: 20,1% atau sebanyak 63 responden

3). Keterampilan berkomunikasi yang baik dan benar: 21,3% atau sebanyak 67

responden

4). Keterampilan di dalam mengelola tim (teamwork): 19,7% atau sebanyak 62

responden

5). Keterampilan dalam pengelolaan diri (misal: mengelola stress): 8,9% atau

sebanyak 28 responden

6). Keterampilan dalam pengelolaan tugas (multitasking): 20,4% atau sebanyak

64 responden

(15)

Dalam hal perubahan sikap dan perilaku, menurut Bapak/Ibu, sikap dan perilaku apakah yang dirasa penting untuk dimiliki oleh

Bapak/Ibu?

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

c. Bentuk perubahan sikap dan perilaku (attitude)

KEDISIPLINAN MENINGKAT 38.2%

MOTIVASI TINGGI 33.1%

HUBUNGAN YG BAIK DENGAN ATASAN DAN REKAN KERJA 20.1%

LEBIH PERCAYA DIRI 3.5%

KEPUASAN KERJA MENINGKAT 3.5%

LAIN-LAIN 1.6%

Gambar 6: Bentuk perubahan sikap dan perilaku yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Kedisiplinan meningkat (misal: masuk kerja tepat waktu, tidak pernah bolos

kerja, menyelesaikan tugas tepat pada waktunya): 38,2% atau sebanyak

120 responden

2). Memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja: 33,1% atau sebanyak 104

responden

3). Mampu menjalin hubungan yang baik kepada atasan dan sesama rekan

kerja: 20,1% atau sebanyak 63 responden

4). Menjadi lebih percaya diri: 3,5% atau sebanyak 11 responden

5). Meningkatnya kepuasan kerja: 3,5% atau sebanyak 11 responden

(16)

Dalam hal perubahan peningkatan pengetahuan, menurut Bapak/Ibu, pengetahuan apakah yang dirasa penting untuk

dimiliki oleh Bapak/Ibu?

0 10 20 30 40 50

WAWASAN TERKAIT PEKERJAAN 45.9%

WAWASAN TERKAIT BISNIS ORGANISASI WAWASAN TERKAIT HAK DAN KEWAJIBAN

KARYAWAN

LAIN-LAIN

d. Bentuk perubahan pengetahuan (knowledge)

31.2% 20.1%

2.9%

Gambar 7: Bentuk perubahan pengetahuan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Memiliki wawasan yang luas terkait pekerjaan saat ini: 45,9% atau

sebanyak 144 responden

2). Memiliki wawasan terkait bisnis di organisasi: 31,2% atau sebanyak 98

responden

3). Memiliki wawasan yang luas terkait hak dan kewajiban karyawan: 20,1%

atau sebanyak 63 responden

(17)

Karena metode pelatihan saat ini sangat bervariasi, tentu setiap karyawan memiliki keinginan tersendiri mengenai metode pelatihan yang ideal dan

yang paling diminati. Menurut Bapak/Ibu, metode pelatihan yang ideal adalah pelatihan yang…

0 5 10 15 20 25 30 35 40 FULL DAY TRAINING

COACHING ADA OUTBOND-NYA BANYAK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BANYAK KESEMPATAN UNTUK PRAKTEK TIDAK DILAKSANAKAN DI KANTOR BISA DIKERJAKAN DI RUMAH 4. Bentuk dan metode pelatihan

a. Bentuk pelatihan yang diinginkan

3.2% 9.2% 19. 7 9% % 34.4 % 1 15.6 %

Gambar 8: Bentuk pelatihan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Full-day training: 3,2% atau sebanyak 10 responden

2). Coaching: 9,2% atau sebanyak 29 responden

3). Ada outbond-nya: 19,7% atau sebanyak 62 responden

4). Lebih banyak menggunakan teknologi (penggunaan e-learning, internet dan

smartphone): 16,9% atau sebanyak 53 responden

5). Metode yang banyak memberi kesempatan untuk praktek: 34,4% atau

sebanyak 108 responden

6). Tidak selalu dilaksanakan di dalam ruangan kantor (misal: di

hotel/villa/restoran yang lokasinya jauh dari perkotaan): 15,6% atau

sebanyak 49 responden

7). Bisa dikerjakan di rumah (takehome): 1,0% atau sebanyak 3 responden

(18)

b. Metode pelatihan yang paling efektif

Gambar 9: Metode pelatihan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Ceramah (mendengarkan tutor dan belajar di kelas): 0,6% atau sebanyak 2

responden

2). Audiovisual (melihat video dan slide presentasi): 3,8% atau sebanyak 12

responden

3). OJT (On-the-job Training adalah pelatihan dengan mengobservasi cara

kerja teman sesama karyawan atau cara kerja atasan dan mencoba untuk

menerapkannya langsung pada pekerjaan): 30,6% atau sebanyak 96

responden

Metode pelatihan yang diberikan oleh organisasi sangat bervariasi. Saat ini organisasi sedang mencari tahu metode pelatihan manakah yang paling tepat diberikan untuk karyawan

agar mampu memberikan manfaat yang nyata. Dari berbagai macam metode pelatihan yang ada di bawah ini, menurut Bapak/Ibu metode pelatihan manakah yang paling efektif?

0 5 10 15 20 25 30 35 CERAMAH AUDIOVISUAL OJT SIMULASI STUDI KASUS BUSINESS GAMES ROLE PLAY ADVENTURE LEARNING TEAM TRAINING ACTION LEARNING E-LEARNING LAIN-LAIN 0.6% 3.8% 30.6% 14.3% 15.6% 15.3% 3.5% 4.5% 4.1% 5.4% 2.2% 0.0%

(19)

4). Simulasi (metode pelatihan dengan menggunakan alat yang persis dengan

aslinya sehingga tidak menimbulkan fatal error ketika terjadi kesalahan

penggunaan): 14,3% atau sebanyak 45 responden

5). Studi kasus (peserta pelatihan diminta untuk mendiskusikan serta

menganalisis sebuah kasus dan mencari solusi yang terbaik): 15,6% atau

sebanyak 49 responden

6). Business Games (sebuah permainan mengumpulkan infomasi,

menganalisis, dan membuat keputusan terkait isu-isu manajerial. Metode

ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan karyawan dalam hal

manajemen): 15,3% atau sebanyak 48 responden

7). Role play/bermain peran (karyawan diminta untuk memerankan tokoh

dengan karakteristik tertentu agar hasilnya dapat diterapkan di dalam

lingkungan kerja) 3,5% atau sebanyak 11 responden

8). Adventure Learning (merupakan pelatihan menggunakan outbond): 4,5%

atau sebanyak 14 responden

9). Team Training (pelatihan yang difokuskan kepada anggota tim/grup untuk

meningkatkan kinerja tim/grup: 4,1% atau sebanyak 13 responden

10). Action Learning (metode pelatian untuk kelompok-kelompok kerja yang

ada di organisasi dengan memberikan suatu pemasalahan nyata yang harus

diselesaikan: 5,4% atau sebanyak 17 responden

11). E-learning (metode pelatihan via internet): 2,2% atau sebanyak 7

(20)

Terkadang di dalam mempersiapkan pelatihan, organisasi kurang memahami keinginan karyawan sehingga dalam pelaksanaannya menjadi

tidak maksimal. Menurut Bapak/Ibu, persiapan pelaksanaan pelatihan yang ideal adalah...

0 5 10 15 20 25 30 35

DIADAKAN BERDASARKAN KEBUTUHAN 8

PAHAM TUJUAN, HASIL, MANFAAT ADANYA SOSIALISASI YG JELAS ATASAN YANG MAU MEMBIMBING ADANYA KESEMPATAN UNTUK PRAKTEK MODEL PELATIHAN DISESUAIKAN KONDISI & KARAKTER INSTRUKTUR YG KOMPETEN & MEMOTIVASI RUANGAN PELATIHAN YG KONDUSIF

12). Lain-lain: 0% atau tidak ada responden yang memilih jawaban ini

5). Tahapan pelatihan

a. Persiapan pelatihan yang diinginkan karyawan Generasi Y

2 .0% 30.3 % 3.7% 1 8 .3% 9.9% 5.1% 4.5% 0.3%

Gambar 10: Persiapan pelatihan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Pelatihan diadakan benar-benar berdasarkan kebutuhan karyawan: 28,0%

atau sebanyak 88 responden

2). Karyawan harus paham tujuan, hasil, serta manfaat dari pelatihan yang

akan karyawan ikuti: 30,3% atau sebanyak 95 responden

3). Adanya sosialisasi yang jelas dan sistematis terkait dengan pelatihan

sehingga memberi kesiapan bagi karyawan: 13,7% atau sebanyak 43

(21)

4). Atasan yang mau membimbing selama kegiatan pelatihan berlangsung:

8,3% atau sebanyak 26 responden

5). Adanya kesempatan untuk praktek selama pelatihan berlangsung: 5,1%

atau sebanyak 16 responden

6). Model atau desain pelatihan yang disesuaikan dengan kondisi serta

karakteristik karyawan: 4,5% atau sebanyak 14 responden

7). Karakteristik pelatih/instruktur pelatihan yang kompeten dan mampu

meningkatkan motivasi: 9,9% atau sebanyak 31 responden

8). Ruangan pelatihan yang nyaman dan kondusif: 0,3% atau sebanyak 1

responden

b. Hal yang memotivasi karyawan Generasi Y mengikuti pelatihan

Gambar 11: Hal yang memotivasi karyawan Generasi Y mengikuti pelatihan

Di dalam mempersiapkan sebuah pelatihan, organisasi sebaiknya memahami hal-hal apa saja yang dapat memotivasi karyawan agar ketika pelatihan dilaksanakan, karyawan dapat menjalaninya dengan

baik. Menurut Bapak/Ibu, hal-hal apa saja yang dapat membuat Bapak/Ibu merasa termotivasi ketika mengikuti pelatihan?

0 10 20 30 40 50

PEMBERIAN PENGHARGAAN BERUPA

UANG 8.3%

FASILITAS PELATIHAN YG MEMADAI 41.7%

SUASANA PELATIHAN YG SANTAI DAN

TIDAK TERLALU FORMAL 27.4%

SELALU DIMBING OLEH ATASAN DAN

MENDAPAT FEEDBACK 5.1%

(22)

Pemilihan instruktur pelatihan menjadi salah satu hal penting yang dilakukan sebelum melaksanakan pelatihan. Tentu setiap karyawan memiliki keinginan yang berbeda-beda mengenai karakter instruktur yang

nanti akan memberi pelatihan. Menurut Bapak/Ibu, seorang instruktur pelatihan yang Bapak/Ibu inginkan adalah...

0 10 20 30 40 50 60 TERKENAL DAN BEPENGALAMAN

MAMPU MENINGKATKAN MOTIVASI %

USIANYA TIDAK BERBEDA JAUH BANYAK MEMBERIKAN KESEMPATAN

PRAKTEK

MENYESUAIKAN GENDER

1). Adanya penghargaan berupa uang yang diberikan di akhir pelatihan: 8,3%

atau sebanyak 26 responden

2). Fasilitas pelatihan yang memadai (peralatan yang dibutuhkan selama

pelatihan sudah tersedia dan seluruh biaya seperti transport dan akomodasi

ditanggung oleh organisasi): 41,7% atau sebanyak 131 responden

3). Suasana pelatihan yang santai dan tidak terlalu formal: 27,4% atau

sebanyak 86 responden

4). Selalu dibimbing oleh atasan dan sering mendapat feedback: 5,1% atau

sebanyak 16 responden

5). Budaya organisasi yang mendukung jalannya pelatihan (misal: nilai-nilai

organisasi terkait continous improvement akan memotivasi karyawan

untuk mengikuti pelatihan): 17,5% atau sebanyak 55 responden

c. Instruktur pelatihan yang diinginkan oleh karyawan Generasi Y

11 5

53.8 17.5%

16.2% 1.0%

(23)

Di dalam menjalankan sebuah pelatihan, ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan Bapak/Ibu dalam menerapkan hasil pelatihan yang sudah dilakukan. Menurut pengalaman Bapak/Ibu, hal-hal apa sajakah

yang paling mempengaruhi keberhasilan pelatihan?

0 10 20 30 40

PELATIHAN BERDASARKAN KEBUTUHAN 32.5%

ADANYA KESEMPATAN UNTUK PRAKTEK TEMA BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN PELATIHAN YANG TERKOORDINASI FEEDBACK SECARA RUTIN

1

ADA MOTIVASI DARI ATASAN ADANYA REWARD SETELAH PELATIHAN…

1). Instruktur yang terkenal dan sudah berpengalaman: 11,5% atau sebanyak

36 responden

2). Instruktur yang mampu meningkatkan motivasi: 53,8% atau sebanyak 169

responden

3). Instruktur yang usianya tidak berbeda jauh sehingga lebih nyaman dalam

berkomunikasi: 17,5% atau sebanyak 55 responden

4). Instruktur yang banyak memberi kesempatan untuk praktek: 16,2% atau

sebanyak 51 responden

5). Instruktur yang disesuaikan dengan gender (misal, untuk pria lebih

memilih pelatih wanita, dan begitu juga sebaliknya): 1,0% atau sebanyak

3 responden

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan

a. Faktor secara umum yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan

9.2% 18.8% 6.2% 4.5% 9.9% 8.9%

(24)

1). Pelatihan yang diadakan benar-benar berdasarkan kebutuhan karyawan:

32,5% atau sebanyak 102 responden

2). Adanya kesempatan untuk praktek: 9,2% atau sebanyak 29 responden

3). Tema pelatihan yang diadakan berkaitan dengan pekerjaan karyawan:

18,8% atau sebanyak 59 responden

4). Pelatihan yang terkoordinasi dan terencana dengan baik: 16,2% atau

sebanyak 51 responden

5). Feedback yang diberikan secara rutin: 4,5% atau sebanyak 14 responden

6). Adanya dorongan atau motivasi yang diberikan oleh atasan: 9,9% atau

sebanyak 31 responden

7). Adanya sistem penghargaan (bonus, sertifikat, promosi jabatan, pengakuan

dari atasan) yang diberikan setelah pelatihan berakhir: 8,9% atau sebanyak

(25)

b. Desain ruangan pelatihan

Gambar 14: Desain ruangan pelatihan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Ruangan berkapasitas kecil (hanya diisi oleh beberapa peserta pelatihan):

11,8% atau sebanyak 37 responden

2). Ruangan berkapasitas besar (mampu menampung banyak peserta sehingga

pelatihan dilaksanakan secara serentak): 10,2% atau sebanyak 32

responden

3). Dilengkapi musik sehingga membuat suasana pelatihan menjadi lebih

nyaman: 11,1% atau sebanyak 35 responden

4). Ruangan yang kedap suara sehingga tidak terganggu oleh suara-suara yang

dapat memecah konsentrasi: 10,5% atau sebanyak 33 responden

5). Ruangan yang sejuk, memiliki pencahayaan yang baik, serta dilengkapi

dengan pengharum ruangan: 39,2% atau sebanyak 123 responden

Desain ruangan pelatihan sangat menentukan kenyamanan pelatihan yang sedang berlangsung. Setiap karyawan tentu memiliki keinginan yang berbeda-beda mengenai desain ruangan yang nantinya akan dipilih sebagai tempat pelatihan. Menurut Bapak/Ibu, desain ruangan pelatihan yang ideal

adalah... 0 5

BERKAPASITAS KECIL BERKAPASTIAS BESAR DILENGKAPI MUSIK RUANGAN YANG KEDAP SUARA SEJUK, PENCAHAYAAN BAIK & ADA PENGHARUM PENATAAN KURSI BERBENTUK LINGKARAN PENATAAN KURSI BERBENTUK "U" PENATAAN KURSI SEPERTI RUANG KELAS

10 15 20 25 30 35 40 45 11.8% 10.2% 11.1% 10.5% 39.2% 8.6% 6.7% 1.9%

(26)

6). Penataan kursi berbentuk lingkaran mengitari instruktur pelatihan yang

berada di tengah: 8,6% atau sebanyak 27 responden

7). Penataan kursi berbentuk “U” dengan instruktur pelatihan berada di depan:

6,7% atau sebanyak 21 responden

8). Penataan kursi yang didesain seperti ruang kelas dengan instruktur

pelatihan berada di depan: 1,9% atau sebanyak 6 responden

c. Sistem penghargaan

Gambar 15: Bentuk penghargaan yang diinginkan karyawan Generasi Y

1). Uang atau bonus tambahan: 22,9% atau sebanyak 72 responden

2). Kenaikan gaji: 24,5% atau sebanyak 77 responden

3). Promosi jabatan: 35,4% atau sebanyak 111 responden

4). Pengakuan dari atasan: 5,7% atau sebanyak 18 responden

5). Sertifikat pelatihan: 11,5% atau sebanyak 36 responden

Jika organisasi akan memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi Bapak/Ibu dalam mengikuti pelatihan, maka bentuk hadiah seperti

apakah yang Bapak/Ibu inginkan?

0 5 10 15 20 25 30 35 40

UANG ATAU BONUS TAMBAHAN 22.9%

KENAIKAN GAJI 24.5%

PROMOSI JABATAN 35.4%

PENGAKUAN DARI ATASAN

SERTIFIKAT PELATIHAN

5.7% 11.5%

(27)

D. Pembahasan

Peneliti akan melakukan pembahasan dengan mengaitkan hasil penelitian dengan

teori pelatihan dan juga teori Generasi Y sehingga akan memberikan gambaran

mengenai model pelatihan yang ideal menurut karyawan Generasi Y.

Pertama adalah dari identitas responden secara keseluruhan, terlihat bahwa

responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada yang berjenis

kelamin laki-laki. Selain itu, dari status perkawinan juga menunjukkan bahwa

Generasi Y belum banyak yang menikah, meskipun selisihnya hanya tipis dengan

responden yang sudah menikah. Dari segi pendidikan dan jumlah organisasi tempat

responden bekerja, lulusan S-1 sangat mendominasi sebagian besar responden pernah

bekerja di dua perusahaan yang berbeda. Hal ini didukung oleh teori dari Eugene dan

Jinping (2013) yang mengemukakan bahwa karyawan Generasi Y memiliki latar

belakang pendidikan yang tinggi. Dari hasil di atas, lulusan S-1 dan lulusan S-1 dan

Profesi menduduki dua peringkat teratas. Selain itu, banyaknya responden yang

pernah bekerja di dua perusahaan yang berbeda juga mendukung survey yang

dilakukan oleh Pwc (2011) yang menyatakan bahwa salah satu karakter karyawan

Generasi Y adalah tidak hanya loyal pada satu perusahaan saja.

Pertanyaan pertama yaitu pertanyaan existing terkait ideal atau tidaknya pelatihan

yang ada di perusahaan responden, 64% atau sebanyak 201 responden menjawab

pelatihan yang ada sudah ideal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar program

pelatihan yang ada di perusahaan-perusahaan tempat responden bekerja sudah

(28)

berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa responden yang peneliti kenal,

memang pelatihan di perusahaan tempat responden bekerja sudah cukup membantu

karyawan dalam menunjang pekerjaannya, walaupun beberapa ada juga yang merasa

masih butuh diberi pelatihan.

Selanjutnya, peneliti akan membahas hasil data dan dikaitkan dengan konsep

pelatihan yang ada di bab sebelumnya. Dari aspek pelatihan yang pertama, yaitu

aspek tujuan dan manfaat, peneliti membuat dua pertanyaan yang terdapat di dalam

kuesioner. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam menentukan manfaat apa yang

paling diinginkan dari sebuah pelatihan, sebanyak 49,7% atau sebanyak 156

responden menjawab mampu melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif

(menunjang peningkatan kinerja karyawan). Lalu dalam menentukan alasan yang

paling kuat untuk mengikuti sebuah pelatihan, sebanyak 52,9% atau sebanyak 166

responden menjawab untuk meningkatkan kinerja. Hal ini membuktikan teori dari

Howe dan Strauss (2003) yang menyatakan bahwa karakter dari Generasi Y adalah

memiliki prestasi yang tinggi (achieving). Howe dan Strauss mengungkapkan bahwa

Generasi Y fokus mendapatkan nilai (atau dalam hal ini kinerja) yang baik dan

memiliki sifat pekerja keras.

Selain itu, teori yang dikemukakan oleh Brown dkk (2009) bahwa karakter dari

Generasi Y salah satunya adalah fleksibel juga mendukung data di atas. Generasi Y

percaya bahwa Generasi Y bisa banyak menyelesaikan tugas dengan waktu yang

(29)

Lalu aspek selanjutnya adalah komponen pelatihan. Dari aspek ini, peneliti

membagi menjadi 4 bagian dengan masing-masing 1 pertanyaan. Bagian pertama

adalah komponen perubahan secara umum. Peneliti ingin mencaritahu bentuk

perubahan apa di antara perubahan knowledge, skill, dan attitude yang paling

dibutuhkan oleh karyawan Generasi Y di dalam menjalani sebuah pelatihan. Hasil di

atas menunjukkan bahwa sebanyak 43,9% atau sebanyak 138 responden menjawab

adanya peningkatan kemampuan teknis terkait pekerjaan (skill). Tidak jauh berbeda

dengan penjelasan di aspek sebelumnya bahwa Generasi Y ingin bekerja secara

efektif sehingga ingin meningkatkan kemampuan teknisnya dalam mengerjakan

tugas-tugas di perusahaan agar selesai dalam waktu yang singkat.

Di bagian selanjutnya peneliti membuat pertanyaan terkait komponen perubahan

menjadi lebih spesifik, yaitu bentuk perubahan keterampilan (skill) apa yang paling

diinginkan oleh karyawan Generasi Y. Jawabannya, 21,7% atau sebanyak 67

responden menjawab kemampuan berkomunikasi. Hal ini dapat dikaitkan dengan

teori Eugene dan Jinping (2013) yang mengatakan bahwa saat ini, Generasi Y lebih

suka berkomunikasi dengan menggunakan teknologi. Berdasarkan survey yang

dilakukan oleh Pwc (2011) yang menunjukkan bahwa karyawan Generasi Y lebih

menyukai berkomunikasi menggunakan teknologi. Dari penjelasan di atas, Peneliti

dapat menyimpulkan bahwa alasan responden memilih kemampuan berkomunikasi

sebagai jenis keterampilan yang penting untuk dimiliki adalah bahwa ketergantungan

Generasi Y terhadap teknologi membuat Generasi Y sulit untuk berkomunikasi

(30)

Tidak hanya kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar, di posisi kedua

dengan selisih 6 responden saja, sebesar 20,1% atau sebanyak 61 responden memilih

kemampuan teknis terkait pekerjaan. Hal ini memperkuat teori yang menunjukkan

bahwa Generasi Y adalah individu yang ingin meningkatkan kemampuan bekerja

secara lebih efektif dan juga merupakan individu yang ingin melakukan pekerjaannya

dengan sebaik mungkin.

Selanjutnya adalah komponen perubahan terkait knowledge atau pengetahuan.

Peneliti ingin mencari tahu peningkatan pengetahuan apa yang paling diinginkan oleh

karyawan Generasi Y. Data menunjukkan bahwa 43,9% atau sebanyak 138 responden

memilih adanya peningkatan kemampuan dalam hal wawasan yang luas terkait

pekerjaan saat ini. Sama seperti bagian sebelumnya, data di atas semakin memperkuat

teori bahwa karyawan Generasi Y memiliki achieving yang tinggi dan memiliki sifat

pekerja keras.

Lalu komponen terakhir adalah perubahahan terkait sikap dan perilaku (attitude).

Peneliti ingin mencari tahu peningkatan sikap dan perilaku apa yang paling

diinginkan oleh karyawan Generasi Y. Data menunjukkan bahwa 38,2% atau

sebanyak 120 responden menjawab kedisiplinan meningkat, misal masuk kerja tepat

waktu, tidak pernah bolos kerja, dan menyelesaikan tugas tepat waktunya. Hal ini

sesuai dengan teori milik Howe dan Strauss (2003) yang menunjukkan bahwa

Generasi Y sangat terlindungi. Karyawan Generasi Y semasa kecilnya sangat

dilindungi oleh orangtua dalam banyak hal, bahkan ketika mereka mendapat masalah.

(31)

individu yang terkesan manja dan menjadi tidak disiplin, karena terbiasa membawa

“bayang-bayang” perlindungan orangtua kemanapun Generasi Y ini pergi.

Aspek ketiga yaitu bentuk dan metode pelatihan. Pada aspek ini, peneliti

membagi menjadi dua bagian, yaitu bentuk pelatihan dan metode pelatihan dengan

masing-masing berisi satu pertanyaan. Peneliti ingin mencari tahu bentuk pelatihan

dan metode pelatihan apa yang paling diinginkan oleh karyawan Generasi Y. Data di

atas menunjukkan bahwa 34,4% atau sebanyak 108 responden memilih bentuk

pelatihan yang banyak memberi kesempatan untuk praktek. Hal ini sesuai dengan

teori dari Noe (1998) yang menyatakan bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan

pelatihan adalah adanya kesempatan untuk praktek. Praktek akan efektif apabila

dilakukan secara berulang-ulang oleh instruktur pelatih dengan komposisi waktu dan

peralatan yang memadai. Jika dikaitkan dengan karakteristik dari Generasi Y, hal ini

sesuai dengan teori dari Brown dkk (2009) yang menyatakan bahwa karakter

Generasi Y salah satunya adalah continous learning atau selalu ingin belajar. Peneliti

menyimpulkan bahwa keinginan untuk belajar yang kuat dari karyawan Generasi Y

ini memunculkan keinginan untuk praktek ketika sedang mengikuti pelatihan, jadi

tidak hanya menerima teorinya saja.

Masih di aspek ketiga, selanjutnya adalah metode pelatihan sepeti apa yang dirasa

paling efektif bagi karyawan Generasi Y. Data di atas menunjukkan bahwa 30,6%

atau sebanyak 98 responden menjawab on-the-job training (OJT). Senada dengan

pertanyaan sebelumnya, bahwa bentuk pelatihan yang diinginkan oleh karyawan

(32)

praktek. Sama dengan OJT, metode ini memberi kesempatan kepada peserta pelatihan

untuk mengobservasi cara melakukan suatu pekerjaan lalu langsung menerapkannya

pada pekerjaan. Sehingga, pelatihan OJT ini memberi kesempatan kepada karyawan

untuk praktek atau untuk menerapkan langsung hasil pelatihan ke dalam pekerjaan.

Aspek selanjutnya adalah tahapan pelatihan. Pada aspek ini, peneliti membagi

menjadi 3 bagian, yaitu tahap melakukan asesmen kebutuhan dan memastikan

karyawan siap untuk mengikuti pelatihan, kedua adalah tahap menciptakan suasana

atau lingkungan kerja, dan ketiga adalah memastikan pelatihan tersampaikan dengan

baik (transfer of learning). Di bab dua ada tahapan selanjutnya, yaitu tahapan

menentukan metode pelatihan yang dibutuhkan dan melakukan evaluasi pelatihan.

Namun kedua bagian ini tidak dimasukkan dalam pertanyaan dikarenakan metode

pelatihan sudah termasuk didalam aspek bentuk dan metode pelatihan. Sedangkan

untuk evaluasi pelatihan tidak dimasukkan ke dalam pertanyaan karena evaluasi

pelatihan menyangkut kepentingan organisasi/perusahaan yang mengadakan

pelatihan, bukan dari keinginan karyawan Generasi Y mengenai pelatihan yang

diinginkan.

Bagian pertama adalah tahap melakukan asesmen kebutuhan dan memastikan

karyawan siap untuk mengikuti pelatihan. Peneliti ingin mencari tahu sebenarnya

dalam hal persiapan, hal-hal apa saja yang perlu disiapkan sehingga dalam

pelaksanaannya menjadi maksimal. Dari data di atas, 30,3% atau sebanyak 95

responden menjawab bahwa karyawan harus paham tujuan, hasil, serta manfaat dari

(33)

dan Jinping (2013) yang menyatakan bahwa karyawan Generasi Y memiliki motivasi

yang tinggi dan berjiwa optimis. Peneliti menyimpulkan bahwa dengan karakter

Generasi Y yang secara naluri memiliki motivasi yang tinggi, hal-hal terkait tujuan

hasil, dan manfaat pelatihan yang dirasa menguntungkan bagi karyawan Generasi Y

akan menambah motivasi dalam mengikut pelatihan. Tidak jauh berbeda dengan

hasil di atas, di posisi kedua, 28,0% atau sebanyak 88 responden menjawab pelatihan

diadakan benar-benar berdasarkan kebutuhan karyawan. Hal ini sesuai dengan teori

Noe (1998) bahwa tahapan pertama, yaitu melakukan asesmen kebutuhan menjadi hal

yang paling penting dilakukan pada tahapan persiapan. Tahapan ini mencakup

tahapan analisis data berupa individu, tugas, dan organisasi. Peneliti menyimpulkan

bahwa keberhasilan suatu pelatihan salah satunya disebabkan oleh asesmen

kebutuhan yang tepat dan cermat, sehingga manfaat pelatihan pun dapat terasa bagi

karyawan.

Bagian selanjutnya adalah memastikan karyawan siap mengikuti pelatihan. Pada

tahapan ini, peneliti ingin mencari tahu hal-hal apa saja yang dapat memotivasi

karyawan dalam mengikuti sebuah pelatihan sehingga karyawan siap mengikuti

pelatihan dari awal hingga akhir. Data di atas menunjukkan bahwa 41,7% atau

sebanyak 131 responden menjawab fasilitas pelatihan yang memadai, seperti

peralatan yang dibutuhkan selama pelatihan sudah tersedia dan seluruh biaya seperti

transport dan akomodasi ditanggung oleh organisasi. Hal ini sesuai dengan teori

Howe dan Strauss (2011) yang menunjukkan bahwa salah satu karakter Generasi Y

(34)

secara khusus dan istimewa. Peneliti menyimpulkan bahwa ketika karyawan Generasi

Y diberi tanggung jawab untuk mengikuti sebuah pelatihan, karyawan Generasi Y

ingin segala sesuatunya sudah tersedia dan karyawan Generasi Y tidak perlu repot-

repot dalam mengurusi keperluan-keperluan pelatihan.

Tahapan terakhir dari aspek ketiga ini adalah memastikan pelatihan tersampaikan

dengan baik (transfer of learning). Pada tahapan ini, peneliti mencari tahu karakter

instruktur seperti apakah yang diinginkan oleh karyawan Generasi Y. Data di atas

menunjukkan bahwa 53,8% atau sebanyak 169 responden menjawab instruktur

pelatihan yang mampu meningkatkan motivasi. Hal ini senada dengan teori dari

Eugene dan Jinping (2011) yang menyatakan bahwa Generasi Y pada dasarnya

memiliki motivasi yang tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa karyawan Generasi Y

sebenarnya sudah memiliki motivasi yang tinggi di dalam diri dan ketika menjalani

pelatihan hal ini harus diimbangi oleh instruktur pelatihan yang mampu memberi

motivasi juga. Ketika instruktur pelatihan tidak bisa mampu memotivasi karyawan

Generasi Y, hal ini menyebabkan kesenjangan tingkat motivasi antara instruktur

pelatihan dan peserta pelatihan yang menyebabkan pelatihan menjadi tidak

maksimal.

Selanjutnya adalah aspek keempat, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

pelatihan. Pada aspek ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor secara umum yang

mempengaruhi keberhasilan pelatihan, desain ruangan pelatihan, dan sistem

penghargaan. Pada bagian pertama, peneliti ingin mencari tahu faktor manakah yang

(35)

atas menunjukkan bahwa 32,5% atau sebanyak 105 responden menjawab pelatihan

diadakan benar-benar berdasarkan kebutuhan karyawan. Hal ini sesuai dengan teori

dari Noe (1998) terkait asesmen kebutuhan pelatihan atau Training Need Analysis

(TNA) yang dilakukan di tahap awal sebuah pelatihan. Peneliti menyimpulkan

bahwa karyawan Generasi Y menginginkan sebuah pelatihan yang benar-benar

dilakukan karena memang sesungguhnya karyawan membutuhkan pelatihan tersebut.

Apabila analisis kebutuhan yang dilakukan sudah tepat, tentu manfaat pelatihan dapat

dirasakan oleh karyawan Generasi Y.

Bagian kedua adalah desain ruang pelatihan. Peneliti menganggap penting untuk

mencari tahu desain ruang pelatihan seperti apa yang paling diinginkan oleh

karyawan Generasi Y karena dapat membantu keberhasilan pelatihan. Dari data di

atas, 39,2% atau sebanyak 123 responden menjawab ruangan yang sejuk, memiliki

pencahayaan yang baik, serta dilengkapi dengan pengharum ruangan. Peneliti

menyimpulkan bahwa karyawan Generasi Y lebih mengedepankan kenyamanan

dalam desain ruang pelatihan yang diinginkan. Ruangan yang sejuk sepeti ada air

conditioner (AC), dengan pencahayaan yang cukup, dan dilengkapi dengan

pengharum ruangan mampu memberi kesan nyaman bagi karyawan Generasi Y

dalam mengikuti pelatihan.

Terakhir, adalah sistem penghargaan. Peneliti ingin mencari tahu bentuk sistem

penghargaan seperti apa yang diinginkan oleh karyawan Generasi Y setelah

mengikuti sebuah pelatihan. Data di atas menunjukkan bahwa 35,4% atau sebanyak

(36)

(2007) yang menunjukkan bahwa karyawan Generasi Y merasa sangat termotivasi

ketika atasan mengaitkan kinerja karyawan dengan promosi jabatan atau jenjang karir

selanjutnya di perusahaan. Survey dari Pwc (2011) juga menyatakan bahwa karyawan

Generasi Y lebih memilih bekerja di perusahaan yang memiliki jenjang karir yang

baik untuk karyawannya.

Selanjutnya peneliti akan membahas keterkaitan antara hasil penelitian yang

didapat dengan karakterstik bidang industri yang digeluti oleh responden. Penelitian

ini menunjukkan bahwa sebesar 48,6% responden bekerja di perusahaan yang

bergerak di bidang perbankan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada keterkaitan

antara bidang industri yang digeluti oleh responden dengan hasil penelitian ini,

seperti dalam hal bentuk dan metode pelatihan yang diinginkan oleh karyawan

Generasi Y, ternyata banyak responden yang memilih OJT sebagai metode yang

paling efektif. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa kerabat yang bekerja

di perusahaan perbankan, memang perusahaan tersebut memberi pelatihan dengan

metode OJT selama setahun sejak karyawan tersebut bergabung bersama dengan

perusahaan. Tidak menutup kemungkinan apabila penelitian dilakukan kepada

responden yang bekerja sebagai mekanik di bidang oil and gas akan memperoleh

hasil yang berbeda, karena di dalam mengoperasikan mesin-mesin yang digunakan

tidak bisa langsung praktek dan diterapkan di dalam pekerjaan, seperti OJT.

Peneliti menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan kelemahan di dalam

menjalankan penelitian ini. Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah responden

(37)

dapat diterapkan secara global, sehingga membutuhkan responden lebih dari 300

responden. Selain itu, penelitian ini juga tidak mengangkat masalah pelatihan yang

terjadi di perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah

pelatihan yang terjadi di perusahaan, seharusnya peneliti melakukan observasi

masalah terlebih dahulu. Ketiga, dalam hal penyebaran alat ukur untuk responden

yang mengikuti penelitian ini dirasa kurang merata. Penelitian ini seharusnya bisa

mencakup banyak bidang usaha organisasi, akan tetapi di penelitian ini kelemahannya

terletak pada penyebaran yang tidak merata sehingga bidang usaha organisasi yang

paling banyak adalah di bidang perbankan.

Kelemahan penelitian yang terakhir adalah konsep model pelatihan yang

digunakan di dalam penelitian ini masih kurang tepat. Seharusnya, konsep model

pelatihan berawal dari 3 komponen pelatihan, yaitu Knowledge, Skill, dan Attitude.

Selanjutnya dari ketiga komponen tersebut, pilih salah satu yang akan diteliti dan

menyesuaikan dengan bidang usaha apa yang akan dijadikan tempat penelitian ini,

sebagai contoh, adanya masalah lack of motivation (salah satu komponen attitude)

pada karyawan di divisi marketing pada perusahaan perbankan sehingga perusahaan

tersebut tidak dapat mencapai target nasabah yang diharapkan. Lalu, peneliti bisa

menggali model pelatihan seperti apa yang diinginkan oleh karyawan Generasi Y

sehingga masalah tersebut dapat teratasi, sehingga konsep model pelatihan yang baik

adalah model pelatihan yang memiliki arah dan tujuan agar menjadi lebih spesifik

Gambar

Gambar 1: Pelatihan ideal menurut karyawan Generasi Y
Gambar 2: Manfaat pelatihan
Gambar 3: Tujuan pelatihan
Gambar 6: Bentuk perubahan sikap dan perilaku yang diinginkan karyawan Generasi Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jasa Pemasaran TBS dan Angkutan Perolehan SHU pada jasa pemasaran TBS dan angkutan diperoleh dari pendapatan tanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh anggota KUD

Usahakan untuk tidak memeandikan bayi baru lahir dengan posisi berendam apabila tali pusat bayi belum puput atau belum terlepas.. Saat memakaikan popok, sebaiknya

jelaskan bahwa berkurangnya jumlah buah karena pengaruh genangan disebabkan karena berkurangnya total bahan kering tanaman sebagai akibat rendahnya efisiensi peng- gunaan

3) Peserta didik mengamati, melihat, mendengar tentang materi taktik dan strategi permainan (pola menyerang dan bertahan) salah satu permainan bola besar melalui permainan

Program-program dan kerja sama yang dibuat oleh Matahari Department Store merupakan bentuk dari relationship oriented promotion untuk menciptakan loyalitas konsumen

Klasifikasi adalah suatu proses untuk mengelompokkan sejumlah data ke dalam kelas-kelas tertentu yang sudah diberikan berdasarkan kesamaan sifat dan pola yang terdapat dalam

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel