• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. (network) dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : broadcast dan point to point.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. (network) dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : broadcast dan point to point."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer Berdasarkan Tipe Transmisi Data

Menurut Tanenbaum (2003:15), berdasarkan tipe transmisinya, jaringan (network) dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : broadcast dan point to point. Dalam broadcast network, komunikasi terjadi dalam sebuah saluran komunikasi yang digunakan secara bersama-sama, dimana data berupa paket yang dikirimkan dari sebuah komputer akan disampaikan ke setiap komputer yang ada dalam jaringan tersebut. Paket data hanya akan diproses oleh komputer tujuan dan akan dibuang oleh komputer yang bukan tujuan dari paket tersebut. Sedangkan pada point to point network, komunikasi data terjadi melalui beberapa koneksi antar komputer, sehingga untuk mencapai tujuannya sebuah paket mungkin harus melalui beberapa komputer terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam tipe jaringan ini, pemilihan rute yang baik akan menentukan bagus tidaknya koneksi data yang berlangsung.

Berdasarkan Skala Jaringan

Menurut Stallings (2007:423), LAN(Local Area Network) adalah sebuah jaringan komputer yang dibatasi oleh area geografis yang relatif kecil dan umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti perkantoran atau sekolah dan biasanya ruang lingkup yang dicakupnya tidak lebih dari 2 km2.

(2)

2.2 Topologi Jaringan Komputer

Menurut Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network (2011:6), topologi jaringan adalah hal yang menjelaskan hubungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station. Pada penelitian kali ini, akan digunakan topologi star dan extended star.

Topologi Star

Topologi star menghubungkan semua workstation ke satu buah titik pusat. Titik pusat ini biasanya berupa hub atau switch sehingga komputer yang terhubung berbentuk seperti bintang.

Gambar 2.1 Topologi Star

(3)

Topologi Extended Star

Topologi extended star menggabungkan beberapa topologi star menjadi satu.

Gambar 2.2 Topologi Extended Star

(sumber : Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network, 2011:3)

2.3 Protokol Jaringan

Agar dapat beroperasi, sebuah jaringan membutuhkan protokol jaringan. Menurut Stalling (2007:25), protokol jaringan adalah serangkaian aturan yang mengatur operasi unit-unit fungsional agar komunikasi bisa terlaksana. Terdapat dua protokol jaringan yang umum digunakan yaitu OSI model dan TCP/IP model.

(4)

2.3.1 OSI Layer

Menurut Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network (2011:11), OSI Layer adalah suatu protokol yang digunakan untuk komunikasi data yang berinteraksi melalui jaringan yang dalam prosesnya dibagi disetiap layer. Model OSI diciptakan oleh International Organization for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. Standar ini dikembangkan agar komputer dapat berkomunikasi pada jaringan yang berbeda secara efisien.

Gambar 2.3 OSI Layer

(sumber : Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network, 2011:11)

Terdapat 7 layer pada model OSI. Setiap layer bertanggung jawab secara khusus pada proses komunikasi data. Misal, satu layer bertanggung jawab untuk memaketkan data menjadi frame-frame, sementara layer lainnya bertanggung jawab untuk mengoreksi terjadinya error selama proses transfer berlangsung. Model layer OSI dibagi menjadi dua grup yaitu upper layer dan lower layer.

(5)

Upper layer fokus pada aplikasi pengguna dan bagaimana file direpresentasikan di komputer.

Lower layer adalah intisari komunikasi data melalui jaringan aktual, bagaimana data dikirimkan dari perangkat yang satu ke perangkat yang lain. Layer-layer yang berhubungan dengan penelitian ini adalah layer data link dan layer network.

Layer Data link

Lapisan data link bertanggung jawab untuk memaketkan data menjadi frame-frame transmisi, dan mentransmisikan via media. Untuk melaksanakan hal ini, seperangkat aturan dan prosedur harus didefinisikan untuk mengontrol aliran data dan error, dan mengalokasikan alamat-alamat fisik ke semua perangkat yang ada dalam jaringan.

Layer Network

Lapisan network bertugas dalam membentuk rute komunikasi dari suatu simpul ke simpul lainnya dalam suatu jaringan. Oleh karenanya, perlu dibuat alokasi alamat global yang unik untuk perangkat komputer (misalnya dengan IP Address) dan diperlukan protokol yang bertugas untuk melaksanakan fungsi routing.

(6)

2.3.2 TCP/IP

Menurut Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network (2011:22), Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) adalah suatu protokol (aturan) yang memungkinkan kumpulan komputer dapat berkomunikasi dan bertukar data di dalam suatu jaringan. Fungsi umum TCP adalah memecah pesan-pesan menjadi beberapa paket sehingga bisa dikirimkan dan juga menyatukan kembali (reassemble) paket-paket itu kembali pada stasiun tujuan.

Menurut Stalling (2007:26), arsitektur protokol TCP/IP adalah hasil dari penelitian protokol dan pengembangan pada jaringan percobaan packed-switched, ARPANET(Advanced Research Project Agency Network). Protokol utama dalam protocol TCP/IP adalah sebagai berikut:

Layer 1 Network Access :

Merupakan layer yang menangani media dan topologi yang digunakan untuk mengirimkan data dan menerima data. Media yang digunakan adalah media fisik seperti kabel, radio, dan sebagainya.

Layer 2 Internet :

Layer ini akan melakukan pemetaan jalur terhadap datagram yang dikirimnya dari layer sebelumnya yaitu transport layer. Layer ini akan memberikan alamat pada datagram sebagai referensi rute yang akan ditempuh. Alamat tujuan bersama diagram akan dikirim menjadi suatu paket diagram.

(7)

2.4 IP Address

2.4.1 Analogi IP Address

Menurut Towidjojo (2012:14), berikut ini merupakan contoh jaringan sederhana yang terdiri dari sebuah switch dan empat host.

Gambar 2.4 Laptop yang Terhubung dengan Switch (sumber : Towidjojo, 2012:14)

IP Address (Internet Protocol Address) merupakan metode pengalamatan pada jaringan komputer dengan memberikan sederetan angka pada komputer (host), router, atau peralatan jaringan lainnya. Angka yang dipakai adalah bilangan biner (bilangan yang hanya mengenal angka 1 dan 0). Baik host ataupun perangkat lainnya yang berada dalam satu jaringan harus menggunakan IP Address yang unik. Unik artinya tidak boleh ada dua host yang memiliki IP Address yang sama. Hal ini karena IP Address merupakan alamat atau pengenal bagi host dalam jaringan, maka pengiriman paket data tentu akan kacau jika ada dua host yang memiliki alamat yang sama.

(8)

Untuk dapat melakukan routing dengan baik, maka pengetahuan tentang IP Address sangat penting. IP Address yang akan dibahas adalah IPv4, karena sampai saat ini pada umumnya jaringan komputer masih memakai IPv4.

Komputer merupakan peralatan yang hanya mengerti sistem pengkodean on/off. Kode ini diwakilkan dengan bit atau binary digit (bilangan 1 untuk on dan bilangan 0 untuk off). IP Address merupakan kumpulan 32 angka bilangan biner (32 bit) dan dapat ditulis sebagai berikut :

11000000101010000000101000000001

Mengingat angka sebanyak 32 digit tidaklah mudah bagi manusia, maka oleh komputer, bilangan biner tadi diubah menjadi bilangan desimal 192.168.10.1. Bilangan desimal ini hanya untuk pengguna, komputer tetap akan menggunakan angka biner dalam proses pengalamatan.

Jika diperhatikan pada contoh gambar jaringan diatas, maka terlihat penulisan IP Address diimplementasikan dengan struktur tertentu. IP Address pada keempat host memiliki kesamaan di tiga oktet pertama, yaitu 192.168.10.x. Inilah yang disebut sebagai network ID. Sedangkan bagian yang unik (berbeda dari host lain) disebut host ID. Network ID adalah bagian IP Address yang menunjukkan identitas sebuah jaringan. Host-host yang terdapat dalam satu jaringan harus memiliki network ID yang sama. Sedangkan host ID adalah bagian dari IP Address yang menunjukkan identitas sebuah host. Host-host yang terdapat dalam satu jaringan, tidak boleh memiliki host ID yang sama.

(9)

Gambar 2.5 Network ID dan Host ID (sumber : Towidjojo, 2012:17)

Dalam IP Address berlaku aturan all zero and all one. Aturan all zero and all one akan menghasilkan dua buah IP Address yang invalid (IP Address yang tidak dapat dikonfigurasi sebagai alamat host. IP Address invalid adalah adalah IP Address yang semua bit host IDnya bernilai 0 dan semua bit host IDnya bernilai 1, antara lain sebagai berikut :

Gambar 2.6 Aturan all zero dan all one (sumber : Towidjojo, 2012:17)

IP Address all zero adalah IP Address terendah dalam satu blok IP Address, dan IP Address all one adalah IP Address tertinggi. Karena kedua IP Address tersebut tidak dapat dikonfigurasi, maka hanya IP Address 192.168.10.1 sampai 192.168.10.254 yang dapat digunakan, yang berarti jaringan tersebut dapat menampung 254 host.

(10)

2.4.2 Tipe Pengalamatan IP Address

Menurut Towidjojo (2012:17), IP Address dapat dibagi menjadi 3 jenis alamat, yaitu network address, host address, dan broadcast address. IP Address all zero disebut juga network address dan IP Address all one disebut juga broadcast address, dan jika mengacu kepada contoh IP Address diatas, maka IP Address 192.168.10.1 sampai 192.168.10.254 merupakan host address. Network address digunakan untuk menunjukkan identitas sebuah jaringan. Sedangkan broadcast address digunakan hanya untuk melakukan pengiriman paket data secara broadcast (pengiriman paket data dari satu host ke suruh host yang ada dalam satu jaringan). Dengan adanya broadcast address, pengguna host A cukup membuat paket data dengan IP Address tujuannya adalah broadcast address. 2.4.3 Prefix

Menurut Towidjojo (2012:21), banyaknya bit network ID dan host ID tidak selamanya adalah 24 bit awal dan 8 bit terakhir dari sebuah IP Address. Untuk penulisan IP Address seharusnya dilengkapi dengan network prefix (selanjutnya akan disebut prefix). Prefix berfungsi untuk menginformasikan berapa banyak bit yang digunakan untuk network ID. Pada contoh jaringan diatas, seharusnya IP Address ditulis 192.168.10.0 / 24, karena network ID pada jaringan tersebut adalah 3 oktet (24 bit) pertama dari IP Address dan sisanya yang 8 bit adalah host ID. Sehingga dapat dikatakan bahwa prefix dari jaringan tersebut adalah /24, tetapi tidak selamanya nilai prefix adalah /24, nilai prefix dapat diganti angka lain.

(11)

Untuk memudahkan gambaran penggunaan prefix adalah sebagai berikut: IP Address = 192.168.10.0 / 24

Gambar 2.7 Network Address dan Broadcast Address dengan Prefix /24 (sumber : Towidjojo, 2012:17)

Network address = 192.168.10.0 Broadcast address = 192.168.10.255

IP Address valid = 192.168.10.1 - 192.168.10.254 Jumlah host = 254

Apabila angka prefix diubah menjadi / 27, maka : IP Address = 192.168.10.0 / 27

Gambar 2.8 Network Address dan Broadcast Address dengan Prefix /27 (sumber : Towidjojo, 2012:17)

(12)

Network address = 192.168.10.0 Broadcast address = 192.168.10.31

IP Address valid = 192.168.10.1 - 192.168.10.30 Jumlah host = 30

Dapat dilihat dari uraian diatas, perubahan prefix mengakibatkan berubahnya broadcast address dan jumlah host dari sebuah jaringan.

2.4.4 IP Address Public dan Private

Menurut Towidjojo (2012:28), dalam implementasinya di internet, IP Address dibagi menjadi dua kategori, yaitu IP Address public dan IP Address private. IP Address public adalah IP Address yang digunakan oleh perangkat jaringan yang terhubung langsung dengan jaringan internet. Server - server web seperti google, yahoo, adalah server yang menggunakan IP Address public, begitu juga dengan router-router yang dimiliki oleh Internet Service Provider (ISP) yang menghubungkan jutaan host pengguna internet.

IP Address ini bersifat unik, tidak ada dua host di internet yang memiliki IP Address public yang sama. IP Address dari server google jelas akan berbeda dengan IP Address dari server yahoo.

IP Address private adalah IP Address yang digunakan oleh perangkat jaringan yang tidak berhubungan secara langsung dengan internet. IP Address private tidak dikenal di internet. Router-router dari ISP pun sudah dikonfigurasi untuk memblock paket data yang berasal dari dan ke IP Address private. Bukan berarti

(13)

host dengan IP Address private tidak bisa terkoneksi ke internet, host tetap dapat terhubung ke internet tetapi tidak secara langsung, melainkan melalui router yang memiliki IP Address public milik ISP. IP Address private dibagi menjadi beberapa blok, yaitu :

• 10.0.0.0 sampai 10.255.255.255 (10.0.0.0 / 8) • 172.16.0.0 sampai 172.31.255.255 (172.16.0.0 / 12) • 192.168.0.0 sampai 192.168.255.255 (192.168.0.0 / 16)

Contoh design penerapan IP Address public dan private:

Gambar 2.9 Design Penerapan IP Address public dan private (sumber : Towidjojo, 2012:30)

(14)

Pada jaringan diatas terlihat terdapat jaringan LAN yang terhubung ke internet melalui public router. Karena public router merupakan batas antara jaringan lokal dengan jaringan internet, maka public router memiliki IP Address public dan private.

Untuk IP Address private, public router menggunakan IP 192.168.2.2 dan 192.168.3.2 karena router ingin menghubungkan dua jaringan lokal. IP Address public yang digunakan adalah 64.110.10.1 agar public router dapat terhubung langsung dengan router ISP.

2.4.5 Pembagian Kelas IP Address Kelas IP Address:

Gambar 2.10 Pembagian Kelas IP Address

(15)

• Kelas A

Ketika ditulis dalam format biner, bit pertama (yang paling kiri) dari IP Address kelas A selalu 0. Pengguna kemudian dapat menetapkan 24 bit selanjutnya. Untuk mempermudah pengenalan alamat kelas A, oktet pertama selalu bernilai antara 0 – 126, semua alamat IP kelas A hanya menggunakan 8 bit pertama untuk mengidentifikasikan network ID , 24 bit selanjutnya dapat digunakan untuk bagian host ID. Setiap Jaringan yang menggunakan IP Address kelas A bisa memiliki 2 pangkat 24 minus 2 (2^24 - 2) atau 16,777,214 IP Address yang mungkin yang dapat digunakan untuk peralatan yang terhubung ke jaringan tersebut.

• Kelas B

Dua bit pertama dari IP Address kelas B selalu 10 (satu dan nol) . Contoh dari kelas B adalah 143.234.23.8. dua oktet pertama mengidentifikasikan network ID. Pengguna kemudian dapat menentukan 16 bit berikutnya. Oktet pertama dari alamat kelas B selalu bernilai antara 128 – 191. Alamat IP kelas B menggunakan 16 bit petama untuk mengidentifikasikan network ID dan 16 bit selanjutnya dapat digunakan untuk host ID. Setiap jaringan yang menggunakan kelas B dapat memiliki 2 pangkat 16 minus 2 (2^16 - 2) atau 65,534 IP Address yang mungkin digunakan untuk peralatan yang tersambung ke jaringan tersebut.

(16)

• Kelas C

Tiga bit pertama dari alamat IP kelas C selalu 110(satu, satu , nol). Contoh IP Address kelas C adalah 194.23.23.4. Tiga oktet pertama mengidentifikasiknan network ID. Pengguna kemudian dapat menentukan 8 bit selanjutnya. Nilai oktet pertama IP Address kelas C selalu bernilai antara 192 – 223. Setiap jaringan yang menggunakan alamat IP Class C dapat memiliki 2 pangkat 8 minus 2 atau (2^8 - 2) 254 IP Address yang mungkin untuk peralatan yang tersambung ke jaringan tersebut.

• Kelas D

IP Address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP Address kelas D selalu diset 1110 (satu, satu, satu, dan nol) sehingga byte pertamanya antara 224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP Address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah network ID dan host ID

• Kelas E

IP Address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP Address kelas ini diset 1111 (satu, satu, satu, satu) sehingga byte pertamanya antara 248-255.

(17)

2.5 Subnetting

Menurut Towidjojo (2012:34), subnetting adalah teknik memecah sebuah

jaringan menjadi beberapa jaringan baru. Hasil dari subnetting adalah beberapa jaringan kecil yang disebut sub jaringan. Untuk melakukan subnetting porsi bit network ID akan ditambahkan dari porsi sebelumnya dengan meminjam bit IP Address yang sebelumnya menjadi porsi host id. Misalnya ada jaringan dengan prefix /24 yang artinya porsi network id pada IP Address tersebut adalah 24bit. Maka untuk melakukan subnetting harus meminjam porsi host id sebanyak 1 bit sehingga prefix-nya menjadi /25. Prefix /25 ini akan menjadi prefix pada sub network yang baru.

Untuk penghitungan sub network dapat dihitung dengan rumus:

Sub network =2n

n = jumlah bit host id yang dipinjam untuk menjadi porsi network id

Pada gambar 2.11, terdapat sebuah jaringan yang menggunakan network address 192.168.10.0/24. Dengan menggunakan prefix /24, maka jaringan tersebut menggunakan satu jaringan utuh (single network) dengan kemampuan menampung 254 host. Karena menggunakan prefix /24 jumlah porsi network id dari bit IP Address adalah sebanyak 24 bit.

(18)

Gambar 2.11 Jaringan dengan Prefix /24 (sumber : Towidjojo, 2012:36)

Jika menggunakan IP Address 192.168.10.0 dan menggunakan prefix /25, maka akan didapat subnetwork pertama dengan network address 192.168.10.0 dan broadcast address 192.168.10.127. Network address kedua didapat dari IP Address setelah broadcast address subnetwork yang pertama. Broadcast address pada subnetwork pertama adalah 192.168.10.127, maka network address pada subnetwork kedua adalah 192.168.10.128 dan memiliki broadcast address 192.168.10.255

Sebelum subnetting :

Prefix = /24

Network Address = 11000000.10101000.00001010.00000000 (192.168.10.0) Subnet mask = 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0)

(19)

Sesudah subnetting : Prefix = /25 Network Address = 11000000.10101000.00001010.00000000 (192.168.10.0) Subnet mask = 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128) Prefix = /25 Network Address = 11000000.10101000.00001010.10000000 (192.168.10.128) Subnet mask = 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128)

Jika hasil subnetting tersebut diimplementasikan pada jaringan, maka akan didapat dua buah subnetwork dengan masing-masing subnetwork yang mampu menampung 126 host. Hasil dari teknik subnetting :

Gambar 2.12 Dua sub Jaringan dari Hasil Subnetting 192.168.10.0 /24 (sumber : Towidjojo, 2012:37)

(20)

Untuk menghitung jumlah host pada masing-masing subnetwork dihitung dengan rumus: Host per subnetwork = 2h-2

h = jumlah bit host id yang tersisa

Hasil pangkatnya dikurang dua karena setiap subnetwork memiliki satu IP network dan satu IP broadcast .

2.6. Routing

Menurut Towidjojo (2012:47), routing adalah proses penentuan jalur terbaik (best path) untuk mencapai suatu jaringan tujuan. Routing juga dapat diartikan sebagai proses memindahkan paket data dari host pengirim ke host tujuan, yang mana host tujuan tidak berada dalam satu jaringan. Routing erat kaitannya dengan pengalamatan IP Address. Yang diolah pada proses routing adalah paket data yang berupa Protocol Data Unit (PDU), dan perangkat yang digunakan adalah router.

Dalam melakukan routing, router akan menyimpan berbagai informasi routing sehingga dapat menentukan kemana sebuah paket data akan dikirimkan. Informasi routing ini membuat jalur terbaik yang sebaiknya ditempuh oleh sebuah paket. Informasi routing tersebut disimpan oleh router pada sebuah tabel yang disebut tabel routing.

Didalam tabel routing, informasi routing akan disimpan dalam bentuk entry-entry route (rute). Setiap rute akan menunjukkan network address dari jaringan yang dituju oleh router. Rute ini juga berisi tentang informasi bagaimana cara mencapai jaringan tersebut.

(21)

Rute pada tabel routing tersebut dapat dikonfigurasi secara manual oleh administrator jaringan atau dapat juga diperoleh router secara otomatis dengan melakukan pertukaran informasi routing dengan router lain. Teknik memasukkan rute ke dalam router secara manual inilah yang disebut routing statik (static routing), sedangkan teknik memasukkan informasi routing melalui pertukaran informasi dengan router lain disebut dengan routing dinamik (dynamic routing). Pada routing dinamik, administrator tidak akan memasukkan rute secara manual kedalam tabel routing.

Routing dapat menghubungkan beberapa jaringan yang terhubung langsung pada interface-nya seperti pada gambar 2.13. Pada jaringan tersebut tidak dibutuhkan teknik routing yang rumit karena merupakan jaringan yang sederhana. Administrator hanya perlu mengaktifkan IP Address pada masing-masing interface router dan kedua jaringan tersebut sudah dapat terhubung.

Gambar 2.13 Dua Jaringan Dihubungkan dengan sebuah Router (sumber : Towidjojo, 2012:49)

(22)

Namun routing juga dapat menghubungkan beberapa jaringan dengan menggunakan beberapa router seperti pada gambar 2.14. Tentu untuk jaringan yang rumit, dibutuhkan konfigurasi routing yang kompleks untuk menghubungkan PC1 dengan PC2, karena diantara dua host tersebut terdapat beberapa router dan dapat dilihat pula bahwa pengiriman data dari PC1 ke PC2 dapat melalui dua jalur.

Gambar 2.14 Jaringan yang Dihubungkan beberapa Router (sumber : Towidjojo, 2012:49)

Jalur pertama untuk pengiriman data dari PC1 ke PC2 yang dapat ditempuh adalah melalui Router0 - Router1 - Router2, dan jalur kedua yang dapat ditempuh adalah Router0 - Router3 - Router4 - Router2. Untuk jaringan seperti ini dibutuhkan teknik routing yang tepat untuk mendapatkan jalur terbaik antara PC1 dan PC2.

Routing Statis

Menurut Towidjojo (2012:74), routing statis adalah teknik routing yang dilakukan dengan memasukkan rute ke jaringan tujuan kedalam tabel routing secara manual oleh administrator jaringan. Dalam memasukkan rute tersebut, administrator harus dapat mengetahui dengan pasti gateway yang

(23)

akan digunakan untuk mencapai jaringan tujuan. Untuk jaringan yang terdiri dari beberapa router, maka penentuan gateway maupun path perlu dilakukan dengan cermat.

Jika dalam jaringan terjadi perubahan topologi maupun perubahan pengalamatan, maka administrator jaringan juga harus secara manual melakukan perubahan pada tabel routing.

Hal ini menjadi tidak efisien untuk jaringan berskala besar maupun jaringan yang sering mengalami perubahan. Namun, disisi lain routing statik memiliki keuntungan. Karena path ditentukan manual oleh administrator jaringan, maka perjalanan paket data dari satu jaringan ke jaringan tujuan dapat diketahui dengan pasti. Selain itu, routing statik juga tidak menguras resource dari router karena router hanya menjalankan rute yang sudah ditetapkan oleh administrator jaringan.

Routing Dinamis

Menurut Towidjojo (2012:76), routing dinamis merupakan teknik routing yang mana router akan memaskan sendiri rute kedalam tabel routing. Untuk melakukan itu, router akan saling bertukar informasi routing dengan router lainnya. Setelah mempelajari keberadaan jaringan lain beserta cara mencapai tujuan tersebut, router akan membuat rute dan pada akhirnya memasukkannya ke tabel routing.

(24)

Untuk bisa melakukan pertukaran informasi routing, maka router-router tersebut harus menggunakan protokol routing yang sama. Contoh protokol routing yang banyak digunakan :

1. RIP (Routing Information Protocol) 2. OSPF (Open Shortest Path First)

3. EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) 4. BGP (Border Gateway Protocol)

5. IS-IS (Intermediate System to Intermediate System)

Pada jaringan yang menerapkan routing dinamis, jika terjadi perubahan topologi maupun pengalamatan, maka router-router akan mengirimkan informasi tersebut ke router-router lainnya. Dari pertukaran informasi routing tersebut akan dihasilkan perubahan rute pada tabel routing secara otomatis

Penerapan routing dinamis akan menguras resource router. Hal ini karena router akan menjalankan protokol routing, membuat informasi routing, menerima informasi routing, menjalankan algoritma routing, menentukan best path, dan menyusun tabel routing. Bandwidth dalam jaringan juga akan terpakai oleh informasi routing yang dipertukarkan antara router. Penerapan routing dinamis yang tidak cermat akan mengakibatkan penggunaan bandwidth yang berlebihan.

(25)

2.7 Mikrotik

Mikrotik adalah perusahaan kecil berkantor pusat di Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukan Mikrotik diprakarsai oleh John Trully dan Arnis Riekstins. John Trully yang berkebangsaan Amerika Serikat berimigrasi ke Latvia dan berjumpa Arnis, seorang sarjana Fisika dan Mekanika di sekitar tahun 1995. Tahun 1996 John dan Arnis mulai me-routing dunia (visi Mikrotik adalah me-routing seluruh dunia). Visi ini dimulai dengan sistem Linux dan MS DOS yang dikombinasikan dengan teknologi Wireless LAN (WLAN) Aeronet berkecepatan 2Mbps di Moldova, tetangga Latvia, kemudian Mikrotik melayani lima pelanggannya di Latvia. Ambisi Mikrotik adalah membuat satu peranti lunak router yang handal dan disebarkan ke seluruh dunia.

Mikrotik memakai istilah Level pada lisensinya, tersedia mulai dari Level 0, 1, kemudian 3 hingga 6. Untuk Level 1 adalah versi demo Mikrotik yang dapat digunakan secara gratis dengan fungsi-fungsi yang terbatas. Tentunya setiap level memilki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan harganya, level 6 adalah level tertinggi dengan fungsi yang paling lengkap. Secara singkat dapat digambarkan jelaskan sebagai berikut:

- Level 0 (gratis) : tidak membutuhkan lisensi untuk menggunakannya dan penggunaan fitur hanya dibatasi selama 24 jam setelah instalasi dilakukan. - Level 1 (demo) : pada level ini fungsi routing standar saja dengan 1

(26)

- Level 3 : mencakup level 1 dan ditambah dengan kemampuan untuk management segala perangkat keras yang berbasiskan Kartu Jaringan atau Ethernet dan pengelolaan perangkat wireless tipe klien.

- Level 4 : mencakup level 1 dan 3 dan ditambah dengan kemampuan untuk

mengelola perangkat wireless tipe access point.

- Level 5 : mencakup level 1, 3 dan 4 ditambah dengan kemampuan mengelola

jumlah pengguna hotspot yang lebih banyak.

- Level 6 : mencakup semua level dan tidak memiliki limitasi apapun. (http://www.mikrotik.co.id/index_lihat.php?id=1, 12 Oktober 2012)

(27)

2.8 Wireless

Jaringan Nirkabel (Wireless) adalah jaringan yang dibentuk menggunakan frekuensi radio sinyal untuk berkomunikasi antar komputer dengan perangkat jaringan lainnya. Jaringan Wireless juga sering disebut sebagai Wi-Fi (Wireless Fidelity) atau WLAN (Wireless Local Area Network).

Teknologi wireless semakin populer sekarang ini, karena penggunaannya yang mudah dan tidak menggunakan kabel. Komputer, smartphone, dan perangkat-perangkat lain dapat terhubung satu sama lain dengan internet dimana saja dalam suatu area tertentu tanpa menggunakan kabel.

(http://www.home-network-help.com/wireless-network.html, 12 Oktober 2012) Menurut Joni Suhartono (2011:468), Jaringan nirkabel sering digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan pada cakupannya: wireless wide area network (WWAN), WLANS, wireless personal area network (WPAN). WWAN meliputi area teknologi seperti 2G selular, cellular data packet digital ( CDPD), Sistem Global untuk Komunikasi (GSM), dan Mobitex. WLAN mewakili jaringan lokal tanpa kabel meliputi 802.11, Hiperlan, dan beberapa jenis lainnya. WPAN mewakilkan teknologi jaringan area pribadi tanpa kabel seperti Bluetooth dan IR.

Menurut Hacker Friendly LLC (2007:54), sebelum paket dapat diteruskan dan diarahkan ke lapisan Internet, Layer 1 (Physical) dan Layer 2 (data link) harus

terhubung. Tanpa link konektivitas lokal, node jaringan tidak dapat berkomunikasi satu sama lain dan mengirimkan paket. Untuk menyediakan konektivitas physical, perangkat jaringan nirkabel harus beroperasi pada frenkuensi yang sama.

(28)

Jika salah satu kartu radio diatur ke saluran 2, sementara yang lain diatur ke saluran 11, maka radio tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Ketika dua kartu nirkabel dikonfigurasi untuk menggunakan protokol yang sama pada channel radio yang sama, maka mereka siap untuk bernegosiasi pada layer data link konektivitas. Teknologi utama yang digunakan untuk membangun jaringan nirkabel dengan biaya murah saat ini adalah 802.11 family of protocols, teknologi ini juga sebagai Wi-Fi.

Menurut Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network (2011:67), Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Saat ini terdapat 4 variasi yaitu :

Tabel 2.1 Spesfikasi IEEE 802.11

(29)

Menurut Hands Of Lab Bina Nusantara Computer Network (2011:67), Untuk mengakses koneksi Wi-Fi / WLAN terdapat 2 cara yaitu :

Ad-Hoc

Cara Ad-Hoc bekerja dengan cara menghubungkan beberapa komputer secara langsung, atau istilah lainnya adalah peer to peer. Cara Ad-Hoc memiliki kekurangan yaitu hanya bisa menangani sedikit client 2 atau 3 komputer saja, koneksi yang tidak stabil, dan jangkauannya kecil. Sedangkan kelebihan dari koneksi Ad-Hoc yaitu, murah karena tidak memerlukan alat tambahan / access point.

Gambar 2.15 Pengoperasian Ad-hoc

(30)

Infrastruktur

Menggunakan Access Point untuk menghubungkan dan mengatur lalu lintas data. Kekurangan dari koneksi jenis ini yaitu memerlukan biaya untuk perangkat Access Point. Sedangkan kelebihannya yaitu, dapat menangani banyak client, koneksi relatif stabil, jangkauan relatif luas (tergantung perangkatnya).

Gambar 2.16 Pengoperasian Infrastruktur

(31)

Kelebihan dari penggunaan jaringan nirkabel(wireless) : • Biaya pemeliharaan murah

Memiliki dimensi infrastruktur kecil Mudah dikembangkan atau diupgrade • Murah dan mudah dalam hal relokasi

(http://semangatku.com/715/teknologi/kelebihan-jaringan-wireless-atau-nirkabel/, 13 Oktober 2012)

Kekurangan dari penggunaan jaringan nirkabel(wireless) : Delay yang cukup besar dibandingkan kabel Propagasi gelombang elektromagnetik

• Keterbatasan spektrum frekuensi yang tersedia • Biaya awal perangkat yang mahal

(http://semangatku.com/703/teknologi/kelemahan-jaringan-wireless-atau-nirkabel/, 13 Oktober 2012)

Gambar

Gambar 2.1 Topologi Star
Gambar 2.2 Topologi Extended Star
Gambar 2.3 OSI Layer
Gambar 2.4 Laptop yang Terhubung dengan Switch  (sumber : Towidjojo, 2012:14)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pemberdayaan zakat produktif melalui Program OKU Taqwa oleh BAZNAS OKU Timur melalui zakat, dengan memberikan zakat dengan melalui penyediaan alat-alat

Di sini muncul daerah warna warna Ungu dikarenakan bahwa pada campuran ini menggunakan Oksigen murni sehingga reaksinya menjadi sangat reaktif ssehingga daerah

 Pada contoh ini, kata adverb beautifully menggambarkan adjective dressed – dia adalah seorang perempuan yang berpakaian dengan cantik atau indah.. Contoh: She is a truly

*Beban asuransi berasal dari biaya Asuransi Dibayar Dimuka yang dibayarkan pada tanggal 1 Januari 2005 untuk periode 1 Januari-31 Dersember 2005.. ** Beban sewa berasal dari

a. Semakin berkembangnya media massa sekarang ini mempengaruhi cepatnya informasi sampai pada pengamatnya. Informasi yang beredar dengan sangat cepat terkadang

8 Yang berisi tentang pelaksanaan metode Jadi, Penelitian ini merupakan penelaahan kembali terhadap penelitian yang sudah ada, yaitu sama-sama membahas tentang

Penyelesaian negosiasi masalah pembatasan domestic support on agriculture, India melakukan perannya sebagai NSB dengan mengakomodasi kepentingan NSB yang diupayakan

Kalau tidak adanya suatu sistem kerjasama yang baik antara pengelola di tingkat mikro dan makro, maka dapat dipastikan Perum Jasa Tirta I didalam pengelolaan air akan lebih banyak