• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI

DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Neni Rusnita*, Estu Lovita.P

Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya

ABSTRAK

Mioma Uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot pada rahim. Mioma Uteri terjadi pada 20-25% perempuan usia reproduktif, tetapi faktor penyebab tidak diketahui secara pasti. Insidennya terjadi 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan kulit putih. Kasus Mioma Uteri di RS. Doris Sylvanus Palangka Raya mengalami penambahan dalam dua tahun terakhir ini.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui seperti apakah karakteristik wanita usia subur yang menderita Mioma Uteri di RS. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan crosssectional melalui pengumpulan data sekunder. Data sekunder diambil dari buku register dan rekam medik. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang didiagnosa Mioma Uteri di RS. Doris Sylvanus Palangka Raya selama bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015. Menggunakan total sampling dengan jumlah subjek 30 orang. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan program excel kemudian dianalisis dengan analisis univariat untuk setiap variabelnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita usia subur dengan Mioma Uteri paling banyak terjadi pada usia di atas 35 tahun (83%). Sementara itu berdasarkan berat badan hampir seluruhnya (97%) berada pada kelompok dengan katagori gemuk menurut perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut paritas sebagian besar (70%) merupakan wanita multipara.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat digambarkan bahwa sebagian besar wanita usia subur yang didiagnosa Mioma Uteri di RS,Doris Sylvanus Palangka Raya memiliki karakteristik umur yang lebih dari 35 tahun, termasuk katagori gemuk menurut IMT, serta sudah pernah melahirkan lebih dari satu.

Kata Kunci :

Mioma Uteri; Umur; Paritas; Berat Badan

PENDAHULUAN

Mioma Uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada uterus. Merupakan tumor kandungan yang terbanyak terjadi pada organ reproduksi wanita. Sebagian penderita Mioma Uteri tidak mengalami keluhan apapun dan biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan. Adanya rangsangan dari hormone Estrogen menyebabkan sebagian besar kejadian Mioma Uteri ditemukan pada masa reproduksi. Tidak dijumpai pada masa sebelum haid pertama (menarche) dan akan mengalami pengecilan

setelah kadar Estrogen dalam tubuh berkurang pada masa menopause. (Manuaba, 2010)

Kasus mioma uteri di Indonesia ditemukan sebesar 5,39% -15,8 % pada semua wanita kulit hitam di bandingkan wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali. (Sini, 2010)

Pada 3 tahun terakhir, mioma uteri menduduki urutan ke 4 dari 10 penyakit yang ditemukan di Kalimantan Tengah. (Barry,

(2)

2010) Berdasarkan data register yang didapatkan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, jumlah Wanita Usia Subur yang menderita Mioma Uteri pada tahun 2014 sebanyak 27 kasus dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 30 kasus. Penambahan jumlah kasus penderita mioma uteri menarik untuk dilihat bagaimanakah karateristik wanita usia subur yang menderita mioma uteri di poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan RSUD dr.Doris Sylvanus, Palangka Raya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan sumber data sekunder yang diambil dari buku register dan rekam medik yang ada di ruang Poli Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. Variabel yang diteliti meliputi usia, berat badan, serta paritas. Variabel berat badan diukur dengan menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai acuan.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang didiagnosa menderita Mioma Uteri di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2015 berjumlah 30 orang. Mengingat jumlah kasusnya yang terbatas, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling sehingga seluruh anggota populasi diikutsertakan sebagai subjek penelitian.

Pengolahan data dilakukan manual dengan menggunakan program excel, dan dianalisis secara univariat untuk

masing-masing variabel. Berikut dipaparkan hasil penelitian serta hasil pengolahan datanya, yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, berikut hasil penelitian yang dilakukan beserta analisis dan pembahasannya.

Pada tabel 1 berikut ini dapat dilihat bahwa sebagian besar dari subjek penelitian ini adalah wanita usia subur dengan karakteristik usia diatas 35 tahun, memiliki katagori berat badan Gemuk menurut perhitungan IMT, serta telah melahirkan anak lebih dari 2 orang.

Tabel 1. Karakteristik Wanita Usia Subur dengan Mioma Uteri Di Ruang Poli Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2015 Variabel Yang Diteliti Frekuensi (f) Persentase (%) Usia < 20 th 20-35 th >35 th Berat Badan Normal Gemuk Paritas Primipara Multipara Grandemultipara 2 5 1 4 25 1 29 3 21 6 3 13 83 3 97 10 70 20

(3)

Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoclonal yang dihasilkan dari mutasi somatic dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada diantara otot polos miometrium. Sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor predisposisi genetik adalah beberapa hormone seperti estrogen, progesterone, dan hormon growth hormone. (Thomas, 2008)

Ada beberapa faktor yang diduga merupakan predisposisi terjadinya mioma uteri. Antara lain adalah usia, berat badan, serta jumlah paritas. Menurut Wiknjosastro (2009), frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati angka 40%, jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause.

Sementara itu menurut Thomason (2008), mioma uteri terjadi pada wanita berusia lebih dari 30 tahun, tetapi bisa juga tumbuh pada wanita usia berapapun. Peningkatan resiko mioma uteri pada usia lebih dari 30 tahun, terkait dengan stimulasi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium yang mengalami peningkatan pada usia reproduksi. Mioma uteri pada umumnya tumbuh tanpa gejala.

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Djuwantono, 2004) Hal ini mungkin berhubungan dengan

konveksi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.

Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan resiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10 kg berat badan dan dengan peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT). Temuan yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Hasilnya menyebabkan peningkatan hormon estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya (Parker, 2007).

Hal yang menarik ada dua pendapat berbeda yang dikemukakan tentang bagaimana seorang wanita dengan jumlah paritas yang lebih kecil memiliki risiko menderita mioma uteri lebih kecil juga. Sementara pendapat lain mengatakan hal yang sebaliknya.

Ada yang berpendapat bahwa mioma uteri justru lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

Peneliti lain berpendapat sebaliknya, mioma uteri banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang memiliki riwayat frekuensi

(4)

melahirkannya satu kali. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa kehamilan. Hal ini menjadi penanda penting bahwa kemungkinan sangat dipengaruhi oleh keberadaan hormone Estrogen. Semakin diperkuat dengan fakta bahwa neoplasma ini jarang sekali ditemukan pada masa sebelum menarche dan juga pada masa menopause dimana keberadaan hormone Estrogen dalam tubuh sangat jauh berbeda dengan pada masa kehamilan.(Manuaba, 2007)

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Saifuddin (2001), bahwa perempuan multipara mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri sedangkan perempuan nulipara mempunyai resiko reatif menurun untuk terjadinya mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam tubuh dan dalam masa kehamilan serta bertambahnya vaskularisasi ke uterus.

Teori mengatakan bahwa Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kematian pada saat kontraksi rahim, perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.

Demikian juga, kehamilan juga bisa berdampak memperparah mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan tangki tumor bisa berputar.

Pada penelitian ini sebagian besar wanita usia subur yang didiagnosa mioma

uteri di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka raya adalah wanita dengan jumlah paritas lebih dari satu. Hanya 10% kasus saja yang terjadi pada wanita usia subur yang pernah melahirkan satu kali. Data yang diperoleh lebih bersesuaian dengan pendapat yang mengatakan bahwa wanita usia subur yang memiliki jumlah paritas lebih banyak akan berisiko menderita mioma uteri lebih besar dibandingkan dengan yang jumlah paritasnya kecil atau bahkan yang belum pernah melahirkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, variable usia dan berat badan masih cukup relevan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa mioma uteri jarang sekali ditemukan pada umur yang relative muda dan kelebihan berat badan merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya mioma uteri.

Hal menarik yang ditemukan pada penelitian ini adalah terdapat dua perbedaan dalam teori yang disampaikan mengenai pengaruh banyaknya jumlah paritas terhadap terjadinya mioma uteri. Pendapat pertama mengatakan bahwa wanita dengan jumlah paritas yang kecil berisiko terkena mioma uteri, sementara pendapat lain mengatakan hal sebaliknya bahwa justru wanita dengan jumlah paritas yang besarlah yang memiliki risiko terkena mioma uteri lebih besar dibanding dengan yang tidak.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini, sehingga dapat betul-betul dilihat pendapat manakah yang lebih relevan

(5)

dengan kasus-kasus yang terjadi belakangan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Djuwantono T. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12.

Juli 2004. Jakarta

Manuaba, I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi II. 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I. 2008. Jakarta: EGC

Parker WH. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.

Volume 87. 2007. Department of

Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive MedicineScott.

Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka. 2010. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifudin, Abdul Bari,dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2001. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta Sastrawinata, Sulaiman. Ginekologi Edisi 2.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip perhitungan massa gas CO 2 dapat dilakukan dengan berdasarkan pada berat kering biomassa dan perhitungan persamaan gas ideal. Prinsip perhitungan berdasarkan

menunjukan bahwa Pengetahuan Nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Preferensi Menabung di Bank BRISyariah Cabang Kendari... vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil kepemilikan saham manajerial perusahaan, maka pihak manajer tidak dapat mempengaruhi dalam

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada saat lift bergerak ke atas dan ke bawah dengan percepatan konstan akan mempengaruhi gaya normal yang di

If there is a phrase already in the table composed of a CHARACTER, STRING pair, and the input stream then sees a sequence of CHARACTER, STRING, CHARACTER, STRING, CHARACTER,

Waged nyurat Bali antuk huruf Latin patut nginutin Pedoman Umum Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin sané kamedalang antuk Balai Bahasa Denpasar warsa 2005 ,

komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan