• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA

KELAS V SD GUGUS KOMPYANG SUJANA

KECAMATAN DENPASAR UTARA

Made Ayu Kusumadewi

1

, I Wayan Sujana

2

, I Komang Ngurah Wiyasa

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : ayukusumadewi1011@gmail.com

1

,

sujanawyn59@gmail.com

2

,

komang.wiyasa@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini termasuk Quasi Eksperiment Design dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Grup Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara yang berjumlah 343 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling didapatkan SDN 2 Peguyangan sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 40 siswa dan SDN 3 Tonja sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 36 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk pilihan ganda biasa yang berjumlah 30 soal yang telah divaliditas. Data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t didapat thitung = 4,95 dan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 74 adalah 2,00. Berdasarkan

kriteria pengujian thitung > ttabel (4,95 > 2,00) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Rerata kompetensi

pengetahuan IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (81,00 > 70,00). Berdasarkan pengujian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata-kata kunci: two stay two stray, audio visual, kompetensi pengetahuan IPS

Abstract

This research has purpose to find out the significant difference of social science knowledge competence student groups which using the Two Stay Two Stray learning model assisted by audio visual media and the student groups that were taught by using conventional learning to 5th grade

students of Gugus Kompyang Sujana Elementary School of North Denpasar Sub-district Academic Year 2016/2017. It is a Quasi Experiment Design with Non equivalent Control Grup Design. This research population are the whole students Gugus Kompyang Sujana Elementary School with total of 343 students. Sample using random sampling technique and SDN 2 Peguyangan is as experiment group with total of 40 students and SDN 3 Tonja as control group with total of 36 students. Data was analyzed by t-test. Based on the t-test it is obtained tcount = 4.95 and ttable in significant level 5% and dk

74 = 2.00. Based on the testing criteria the tcount > ttable (4.95 > 2.00) so H0 is rejected and Ha is

accepted. The average of social science knowledge competence obtained by the students taught through Two Stay Two Stray learning model assisted by audio visual media is higher than the students taught through the conventional learning (81.00 > 70.00). Based on the testing it can be concluded that the Two Stay Two Stray learning model assisted by audio visual media has influence

(2)

2

to the social science knowledge competence the students of 5th grade of Gugus Kompyang Sujana

Elementary School of Nort Denpasar Sub-district of Academic Year 2016/2017. Keywords: two stay two stray, audio visual, social science knowledge competence

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan yang bertujuan memberikan suatu keterampilan kepada peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan bangsa.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru hendaknya mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri, menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri, mengembangkan kemampuan berpikir siswa menjadi kritis dan kreatif serta proses pembelajaran yang berkualitas dengan mengadakan inovasi dalam model, metode, strategi, pendekatan dan media dalam proses pembelajaran. Kualitas pendidikan, harus disadari juga terdapat banyak faktor penentu keberhasilannya. Kunci utama keberhasilannya adalah proses pembelajaran di dalam kelas dimana siswa dapat aktif dan memahami pembelajaran dengan baik khususnya dalam pembelajaran IPS.

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah sosial” (Gunawan, 2013:51). Mata pelajaran IPS bertujuan mengenalkan kepada siswa konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat.

Mutu pembelajaran IPS perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk

mengimbangi perkembangan teknologi dan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Pembelajaran IPS lebih menarik jika guru mampu menerapkan pembelajaran inovatif melalui penerapan model pembelajaran.

Namun pada kenyataannya mata pelajaran IPS masih dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang cukup sulit. Hal ini salah satunya karena dalam proses pembelajaran siswa diberikan hafalan bukan mengajak siswa menemukan suatu konsep untuk dipahami. Hal tersebut mempengaruhi siswa cenderung pasif, tidak aktif dalam proses pembelajaran dan merasa cepat bosan sehingga materi sulit diterima. Selain itu siswa melakukan pengerjaan tanpa memperhatikan prosesnya dan kurangnya memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru wali kelas V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana, untuk kompetensi pengetahuan IPS diperoleh data dari nilai rapot semester 1 yaitu dari 343 siswa di SD Negeri Gugus Kompyang Sujana terdapat 301 siswa yang memenuhi KKM dan 42 siswa yang mendapatkan nilai di bawah (KKM) 70. Terkait dengan hal tersebut diperlukan strategi pembelajaran untuk mengatasi proses pembelajaran IPS yang belum optimal adalah dengan cara menentukan model pembelajaran yang inovatif yang dapat menuntut siswa berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Fathurrohman (2015:198) menyatakan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif dan siswa dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya serta siswa lebih semangat dalam proses pembelajaran sehingga nantinya dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa tersebut. Salah satu pembelajaran yang mampu meningkatkan interaksi dan kerja sama antar siswa adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan membentuk

(3)

3 kelompok belajar untuk memberi kesempatan siswa berinteraksi dan bekerjasama.

Model pembelajaran kooperatif dengan stuktur dua tamu dua tinggal dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, berbagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui media audio visual siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkret dengan bantuan indera pengelihatan dan pendengaran

.

“Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi” (Huda, 2013: 207). Melalui struktur Two Stay Two Stray ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang. Mereka berdiskusi atau bekerjasama membuat laporan suatu permasalahan dengan tema tertentu yang disampaikan guru. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dikelompoknya bertugas membagikan hasil kerja atau menyampaikan informasi kepada tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka. Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta setiap siswa bebas mengemukakan dan mengomunikasikan idenya dengan siswa lain. Untuk menguji informasi yang didapat oleh setiap kelompok pada akhir pembelajaran dibuat suatu rangkuman dimana setiap siswa mempresentasikan hasil pembelajaran yang telah didapatkannya. Kelompok yang mendapat informasi yang sesuai dengan materi diberikan penghargaan. Selain menggunakan model pembelajaran, proses penyampaian materi agar lebih kreatif, bisa

dibantu dengan suatu media, dimana dalam penelitian ini juga menggunakan suatu media pembelajaran yaitu media audo visual.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan menyatakan struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama 6 tahun mulai kelas I sampai dengan kelas VI. Kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran ditambah muatan lokal, yang diantaranya terdapat mata pelajaran IPS.

“Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS, adalah Ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah” (Susanto, 2013:137). “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial” (Gunawan, 2013:51). Ilmu Pengetahuan Sosial ini mencakup berbagai kehidupan baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini.

pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang study yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat, salah satu mata pelajaran yang paling awal diketahui oleh peserta didik, serta membantu siswa mengetahui tentang diri dimana mereka hidup.

Pendidikan IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, anak diarahkan untuk menjadi

(4)

4 warga Negara yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis, demokratis, bertanggung jawab dan kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan hidup sosial kemasyarakatan sehari-hari serta memenuhi kebutuhan kehidupan sosial di masyarakat.

Pembelajaran berbasis kompetensi mengutamakan penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan peserta didik. Pendidikan berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi pesera didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketrampilan dan bertindak. Kompetensi merupakan sesuatu yang kompleks, yang didalamnya mengandung banyak aspek (ranah). Menurut kurikulum 2013, kompetensi itu mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kosasih, 2014:14). Di dalam kurikulum 2013, ketiga aspek itu dinyatakan di dalam rumusan kompetensi inti dengan menggunakan notasi sebagai berikut: (1) Kompetensi Inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual. (2) Kompetensi Inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial. (3) Kompetensi Inti 3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan. (4) Kompetensi Inti 4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Kompetensi inti merupakan kompetensi yang harus dicapai peserta didik dalam keseluruhan mata pelajaran dalam satu tingkatannya. Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu.

kompetensi pengetahuan IPS adalah penciptaan dan peningkatan serangkaian pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat, salah satu mata pelajaran yang paling awal diketahui oleh peserta didik, serta serta membantu siswa mengetahui tentang diri mereka hidup.

“Media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara” (Sanaky, 2011:105). Media pembelajaran berbasis audio visual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera penglihatan dan

pendengaran. Kelebihan dari media audio visual adalah menyajikan objek secara konkret, memiliki daya tarik tersendiri, mengurangi kejenuhan belajar serta menambah daya tahan ingatan tentang objek belajar yang dipelajari. Dengan semakin banyak indera yang terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkret. Dengan bantuan media audio visual peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran selain itu peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama.

Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray yang dikombinasikan dengan media audio visual digunakan dalam penelitian ini, karena model pembelajaran dan media ini dapat melatih kerjasama, pemahaman antar siswa sehingga mereka lebih aktif dalam belajar dan dapat memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Model dan media ini menekankan pada proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dan bermakna dalam mengembangkan pola berpikirnya (penalarannya). Penggunaan audio visual dalam penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah untuk mengatasi hambatan pemahaman yang sering mewarnai kerja kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara pada rentang waktu bulan Maret s/d April semester II (genap) tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini

(5)

5 termasuk Quasi Eksperiment Design dengan rancangan Nonequivalent Control Grup Design. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2015:117). Sedangkan Agung (2014:69) “populasi keseluruhan obyek dalam suatu penelitian”. Jadi berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek dalam suatu penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 343 siswa. Menurut Sugiyono (2015: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini disebut sebagai teknik random

sampling (sampel acak sederhana).

Pengacakan yang dilakukan adalah acak kelas kemudian dilakukan pengundian. Jadi setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya.

Teknik random sampling dilakukan dengan cara mengundi kelas-kelas yang sudah setara. Dengan kata lain, dalam penelitian ini seluruh kelompok yang menjadi anggota populasi diuji kesetaraannya. Untuk mendapatkan kelas yang setara, seluruh kelompok dalam populasi yaitu siswa kelas V di SD Gugus Kompyang Sujana diberikan pretest. Hasil dari pretest diuji analisis dengan uji beda rerata antar kelompok kelas. Selanjutnya diuji kesetaraan sampel menggunakan uji-t dengan rumus Polled Varians. Sebelum dilakukan uji kesetaraan kelas dari seluruh anggota populasi dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yakni dengan melakukan uji normalitas menggunakan rumus Chi Kuadrat dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett,

karena terdapat lebih dari dua kelompok data yang diujikan.

Hasil pretest kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V di SD Gugus Kompyang Sujana telah berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan uji kesetaraan seluruh kelas anggota dari populasi. Uji kesetaraan dalam penelitian ini dilakukan dengan memasangkan setiap kelas anggota dari populasi. Berdasarkan pemasangan yang dilakukan, terbentuk 21 pasang kelas. Tahap selanjutnya, setelah didapat 21 pasang kelas setara tersebut dipilih secara acak dengan teknik random

sampling. Berdasarkan hasil undian,

diperoleh pasangan kelas V SDN 2 Peguyangan dan kelas V SDN 3 Tonja. Kedua sampel tersebut diundi kembali untuk mengetahui kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelas yang menjadi kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengundian, kelas V SDN 2 Peguyangan menjadi kelompok eksperimen dan kelas V SDN 3 Tonja menjadi kelompok kontrol. Kelas V SDN 2 Peguyangan menjadi kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelas V SDN 3 Tonja menjadi kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensial (pendekatan saintifik).

Dalam penelitian ini terdiri atas 2 variabel yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (depedent variabel). “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel depedent (terikat)” (Sugiyono, 2014:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol. “Variabel terikat (dependent variabel), variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2014:39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPS.

(6)

6 Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data tentang kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana. Untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan tersebut digunakan metode tes. “Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian” (Sudijono, 2012:66). Pada penelitian ini jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes pilihan ganda biasa. Setelah instrument penelitian tersusun kemudian dilakukan uji coba instrument penelitian. Kompetensi pengetahuan yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 30 butir soal. Uji coba instrument yang dilakukan adalah uji validitas empirik oleh pendapat ahli (judgment experts) yang selanjutnya dianalisis dengan uji validitas, uji daya beda, uji tingkat kesukaran, dan uji reliabilitas.

Selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan dengan perlakuan terhadap masing kelompok sampel yakni model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok sampel tersebut diberikan postest. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kompetensi pengetahuan IPS. Kemudian nilai postest tersebut diuji dengan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor kompetensi pengetahuan IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan individu dalam kelompok dengan menggunakan uji F. Setelah uji prasyarat dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: “Tidak

terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hiopotesis dalam penelitian ini adalah uji-t dengan rumus polled varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data deskriptif kompetensi pengetahuan IPS disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Deskripsi Kompetensi Pengetahuan IPS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa kompetensi pengetahuan kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

B erdasarkan analisis data yang dilakukan, rangkuman hasil uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol menunjukkan bahwa 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 yakni pada kelompok eksperimen

Hasil Analisis Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean Median Modus 80,95 80,08 74,50 69,88 71,11 73,00

(7)

7 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 diperoleh 3,03, sedangkan pada kelompok kontrol 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 diperoleh 2,98 dibandingkan dengan 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 sebesar 11,07.

Maka H0 diterima ini berarti kedua data

berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan kriteria data homogen jika Fℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < F𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, rangkuman hasil uji hipotesis data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa Fℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 kompetensi pengetahuan IPS

adalah 1,05 sedangkan F𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,74

dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 (40-1=39) dan derajat

kebebasan untuk penyebut n2-1 (36-1=35)

dan taraf signifikan 5%. Hal ini berarti varians data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas varians diperoleh data kedua kelompok yaitu kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional berdistribusi normal dan varian kedua kelompok homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, kemudian dilanjutkan pengujian hipotesis. Uji hipotesis tersebut dilakukan melalui uji beda mean (uji-t) dengan rumus polled varians. Dengan kriteria pengujian jika thitung

< ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak,

dan jika harga thitung > ttabel, maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan (dk = n1 + n2 – 2).

Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Hipotesis

Sampel N dk 𝐭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝐭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 40 36 74 4,9 5 2,00 H0 ditolak

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari pada

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 4,95 > 2,00. Dengan hasil

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0

yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017”, ditolak dan Ha yang

berbunyi “terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS

antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017”, diterima. Hal tersebut diperkuat oleh rerata kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen adalah 81,00 lebih baik daripada kelompok kontrol adalah 70,00. Hal ini model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual lebih baik dalam mengoptimalkan kompetensi

(8)

8 pengetahuan IPS dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarakan seluruh temuan yang diperoleh melalui hasil uji-t serta penelitian yang mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual merupakan pembelajaran kelompok menggunakan sistem kerja kelompok dengan kelipatan empat, dimana dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang lain yang akan meminta informasi ataupun diberikan informasi. Suatu inovasi pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam kegiatan berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari kelompok heterogen dengan memanfaatkan media audio visual dalam proses untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara optimal. Selama kegiatan pembelajaran siswa diajak untuk bekerja sama dalam menemukan suatu konsep.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan siswa yang mempunyai pengetahuan lebih, sedang dan kurang saling berbaur dan saling mengisi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran berbantuan media audio visual yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkret dan menambah daya tahan ingatan tentang objek belajar yang dipelajari. Berbeda pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang hanya menggunkaan pendekatan saintifik berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan siswa yang kurang mampu mengaitkan antar materi pada muatan materi IPS dan kesulitan mengikuti setiap langkah

pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual pada muatan materi IPS memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai kegiatan bermakna dan teratur yang tentunya menyenangkan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya.

Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual pada penelitian ini memiliki keunggulan, yaitu pembelajaran yang melatih kerjasama, pemahaman antar siswa sehingga mereka lebih aktif dalam belajar dan dapat memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dan bermakna dalam mengembangkan pola berpikirnya (penalarannya). Selain itu, sistem pembelajaran berkelompok memiliki tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi serta melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh

thitung = 4,95 sedangkan pada taraf

signifikansi 5% dan dk = 74 diperoleh nilai ttabel = 2,00 sehingga thitnung = 4,95 > ttabel

=2,00. Dengan demikian, bahwa H0 yang

berbunyi “tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017”, ditolak dan Ha yang

berbunyi “terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan

(9)

9 menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017”, diterima. Nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual ( X = 81,00) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ( X = 70,00).

Hal tersebut didukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ni Putu Intan Paramita (2016) dari Universitas Pendidikan Ganesha yang meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Di Gugus Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2015/2016”. Dalam penelitian ini, Hasil Belajar kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Rata-rata kelas eksperimen adalah 82,31, sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 71,75.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, rerata kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (81,00 > 70,00). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t dengan dk = 74 pada taraf signifikansi 5% diperoleh thitung = 4,95

> ttabel = 2,00. Dengan demikian, hipotesis

nol (H0) yang berbunyi “tidak terdapat

perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017”, ditolak. Ha yang

berbunyi “terdapat perbedaan yang

signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017”, diterima.

Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang diajukan adalah 1) kepada guru agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa, 2) kepada siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan media audio visual pada muatan IPS, diharapkan siswa untuk aktif dan mengeluarkan ide-ide dari pemikiran kritis siswa untuk membangun pengetahunnya sendiri, 3) kepada sekolah disarankan agar kepala sekolah dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung dan acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas, 4) kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2014. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Singaraja : Aditya Media Publising

(10)

10 Ardy, Wiyani. 2013. “Desain Pembelajaran

Pendidikan”. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Arikunto, Suharsimi. 2013. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ”. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Asyhar, Rayandra. 2012. “Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran”. Jakarta : Refrensi Jakarta

Daryanto. 2014.” Pembelajaran Saintifik”. Yogyakarta : Gaya Media

Fathurrohman, Muhammad. 2015. “Paradigma Pembelajaran

Kurikulum 2013”. Yogyakarta:

Kalimedia

Gunawan, Rudy. 2013. “Pendidikan IPS”. Bandung : Alfabeta

Huda, Miftahul. 2013. “Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran :

Isu-Isu Metodis Pragmatis ”.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Imas & Berlin. 2016. “Model Pembelajaran”. Jakarta : Kata Pena

Jayanti, Armita. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran ASSURE Berbantuan

Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar PKn”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Volume 2, No 1 (hlm 1-10)

Kosasih. 2014. “Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013”. Bandung: Yrama Widya.

Koyan, I Wayan. 2012. “Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif)”. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Ngalimun. 2015. “Strategi dan Model Pembelajaran”.Yogyakarta. Aswaja Pressindo.

Sanaky, Hujair. 2011. “Media

Pembelajaran”. Yogyakarta.

Kaukaba Dipantara

Sudijono, Anas. 2012. “Pengantar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2015. “Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Jakarta: Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 1. Hasil Deskripsi Kompetensi Pengetahuan IPS Kelompok Eksperimen dan  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal penting dalam analisis model I-O adalah penyusunan suatu tabel yang dapat menunjukkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sebagai akibat

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa, berdasarkan output, sektor 3 dan sektor 4 mempunyai indeks keterkaitan ke depan langsung yang tinggi serta indeks

Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat.. - Mendata masalah yang terjadi di sekitar

Reliablitas Kesejahteraan Psikologis Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized.. Items N

Pemanfaatan media internet dalam menyampaikan informasi ini salah satunya adalah dengan membangun sebuah situs website gedungpernikahanku.com yang berisi informasi-informasi

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Berbagai Pengolahan Tanah Dan Waktu Penyiangan Yang Berbeda.. Universitas

Pembuatan aplikasi web ini bertujuan untuk membantu memudahkan masyarakat dalam menentukan pilihan tempat bersantai sekaligus menikmati suasana yang menyenangkan sambil