• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miftahul Jannah. Nama Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam Dayah Miftahul Jannah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Miftahul Jannah. Nama Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam Dayah Miftahul Jannah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Miftahul Jannah

Nama Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam Dayah

Miftahul Jannah Lokasi

Jl. Taruna No 15 Dusun III Desa Tambon Tunong Kec.Dewantara

Kabupaten Aceh Utara Hp.08526078 3535

Tahun Berdiri 1986 Jumlah Santri

57 Orang

Jumlah Ustadz9 Orang

Lembaga Pendidikan

Jalur Sekolah dan Luar Sekolah Ciri Khas

(2)

Sejarah Pendidikan

Semula berdirilah Pondok Pesantern Nurusy Syariah Arraniry Kutablang Samalanga. Dewasa itu masa kejayaan Raja/Hulubalang Samalanga di mana istana kerajaan terletak di Desa Meunasah Lueng yang lebih dikenal secara lengkap Rumoh Krueng. Hingga kini rumoh (rumah) tersebut masih utuh walau tak berpenghuni.

Suatu hari Hulu Balang Samalanga mengutuskan kurirnya ke Mekah Arab Saudi untuk menjemput seorang ulama Kiyai H. Abdul Jalil. Konon kabarnya, sejak kecil hingga lajang beliau berangkat meninggalkan kampung halamannya Peusangan untuk menuntut ilmu.

Suatu ketika beliau berniat pulang kampong. Sebelum pulang beliau mengirim ke Aceh. Namun sebelum pulang, beliau mengirimkan beberapa pucuk surat antara lain kepada ; Raja Peurelak, Gereudung Pase, raja Samalang, dan sampai ke Banda Aceh.

Alhamdulillah, berkat kecintaan yang luar biasa Ulee Balang Raja Samalanga dan kepiawaian kurirnya tanpa harus bermalam untuk segera menjemput ulama Kiyai H.Abdul Jalil. Berbulan-bulan perjalanan ditempuh melalui laut dengan hadangan angin topan dan tingginya hempasan gelombang, niat tersebut tak surut jua, hingga Allah memperkenankan tiba ke tujuan dengan selamat.

Betapa bahagianya Ulee Balang Raja Samalanga, hingga tak lupa bersujud syukur kehadirat Allah SWT karena telah mewujudkan impiannya untuk membawa pulang orang yang sangat dihormatinya itu. Sebagai wujud rasa hormat yang tinggi, Ulee Balang Raja menghibahkan satu unit rumah dan sebidang kebun, serta memberinya jodoh. Selain itu mewakafkan tanah untuk membangun mesjid, pesantren, sekolah, tanah sawah lengkap dengan bibit padinya. Semua ini dilakukan semata-mata untuk menghormati dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya, memberikan kesejateraan, walau belum seberapa. Disamping itu, agar beliau lebih focus untuk mengajar, membimbing, mendidik,dan mencurahkan segala ilmunya kepada para santri.

Sekitar tahun 1835, pembangunan pesantren, mesjid, sekolah sudah rampung didirikan. Tiga unit gedung sekolah, dan mesjid yang bergaya Timur Tengah membuat bangunan ini kelihatan sangat indah dan megah, hingga dikenal sampai ke Jakarta.

Waktu kian berubah hingga berada pada masa kejayaannya. Sudah beberapa generasi yang memimpin pesentren tersebut. Untuk lebih mempertajam system pendidikannya,tahun 1965 pesantren dipimpin oleh Tgk.H.Hasballah. sedangkan sekolah dipercayakan kepada Tgk.H.Muhammad Dahlan. Dewasa itu 80 % santri berasal dari Takengon Aceh Tengah, dan 20 % dari pesisir Aceh.

Pada tahun 1970, terjadi perselisihan pendapat dalam pengelolaan pesantren

tersebut sampai terpecah menjadi dua ke-lompok. Kelompok pertama dari Takengon yang berjumlah 80 %, menempati gedung dan mesjid tersebut. Sedangkan dari pesisir yang berjumlah hanya 20 % harus rela meninggalkan pesantren dan menempati pekarangan dan kebun mesjid dengan mendirikan bangunan seadanya secara swadaya.

Untuk kelancaran pendidikan dan pengajian para santri menghimpun dukungan dari pemuda dan tokoh masyarakat setempat. Alhamdulillah, mereka berhasil mendatangkan Ustadz Tgk.H.Badruddin dari Dayah Mudi Mesra sebagai pimpinan dayah, dan dibantu beberapa pengajar yang terdiri dari; Tgk.H.Nur Hasballah, dan Tgk. Ahmad Dewi. Menyadari bahwa

(3)

untuk membuat pesantren ini lebih maju, harus memperbaiki menajemennya. Maka dibentuklah Panitia dengan Struktur kepengurusan yang baru, disertai kurikulum sendiri. Semua pengurus bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan tak luput dari kerjasama dengan masyarakat. Alhasil, dari proses belajar dan mengajar yang tertata rapi, dan berjalan sesuai rencana, pesantren ini semakin maju.

Selama empat tahun memimpin ( 1970-1974 ), Tgk.H.Badruddin dengan berat hati harus meninggalkan para santrinya untuk menuntut ilmu ke negeri Kairo dan Arab Saudi. Tak ayal, keresahan para santri tak dapat dihindari. Agar persoalan ini tak berkepanjangan, pengurus bersama tokoh masyarakat mengadakan rapat dan mengambil kesimpulan untuk melanjutkan operasional pesentren tersebut. Alasan yang memperkuat disampaikan Tgk.Peutua Desa bahwa masyarakat telah banyak berkorban, dan memberikan wakaf, hibah berupa tanah dan sebagainya.

Untuk menjalankan roda pesantern agar berjalan seperti yang diharapkan, maka diputuskan bahwa kepemimpinan selanjutnya dipercayakan kepada Tgk. Syamsuddin Muhammad yang saat itu baru berusia 16 tahun, walau masih ada sosok lain yang jauh lebih senior. Usia yang sangat belia sekali untuk memimpin sebuah pesantren yang sudah dikenal masyarakat luas. Tgk. Syamsuddin sempat memimpin pesantren selama 4 tahun ( 1974-1978), sebelum hijrah ke Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara. Nenek yang sudah menginjak usia yang ke 65, memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan, sampai memberikan modal dan tempat usaha agar Tgk. Syamsudin betah.

Bulan berganti tahun, pengabdian Tgk.Sy- amsuddin menampakkan kepribadian yang fositif di mata keluarga tersebut, tahun 1980 beliau mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan swasta yaitu PT.PUPUK ASEAN ACEH FERTILIZER. Di tempat kerjanya yang baru beliau mendapat posisi di Dept. Umum dan Humas, dan yang terakhir Dept.Sekretaris Perusahaa (Sekper) membidangi Office Furnitur dan Equifment sebelum berhenti karena perusahaan tutup disebabkan tidak adanya pasokan gas untuk bahan bakar tahun 2004.

Di usia yang ke 20, TGk.Syamsuddin, mencoba bertunangan dengan seorang gadis yang baru duduk di kelas 1 Mtsn, bernama Cut Rosna hingga 6 tahun lamanya. Tahun 1985, ketika usia perkawinan baru berjalan satu tahun sang istri pun masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan kuliahnya BA di Fakultas Dakwah IAIN Banda Aceh. Tahun 1986, setelah meyandang gelar BA, beliau dipanggil untuk menjadi guru agama pada perusahaan AAF. Kegiatan semakin padat dengan undangan diberbagai tempat untuk mengisi ceramah.

Melihat kemampuan yang professional ini, masyarakat menyarankan untuk membuka balai pengajian, agar putra-putri disekitar tempat tinggal dapat belajar mengaji. Tepat pada 7 Mei 1986, Balai Pengajian Miftahul Jannah resmi dibuka, tanpa harus meminta sumbangan dari masyarakat.

Alhamdulillah, proses pengajian berjalan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme masyarakat untuk mengantarkan anak-anak mereka di tempat tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari, tanpa harus menginap.

Mengingat suhu politik di Aceh saat itu kian bergejolak, apalagi peristiwa Simpang KKA tahun 1999 yang telah merengut beberapa korban sipil, dan pada malam harinya diberlakukan jam malam. Pihak pengurus mengambil inisiatif untuk mengasramakan santrisantri tersebut, kendati sarana dan prasarana sangat minim sekali. Hal ini disebabkan karena sebagian besar santriwan/santriwati berdomisili di Lancang Barat, Bungkah, Bangka

(4)

Jaya, Batuphat Timur dan Barat. Pengurus bertekad untuk tetap menjalankan program ini dengan sagala keterbatasan.

Segala upaya dilakukan mulai dari pembenahan administrasi, struktur kepengurusan, sehingga harus mendaftarkan ke badan hukum dayah. Tepatnya 19 Mei 1999, resmilah Yayasan Pendidikan Islam Dayah Miftahul Jannah menjadi sebuah lembaga yang dipayungi hukum dengan Nomor 41 pada NOTARIS MUHAMMAD,SH, Jalan Sukaramai No.27 Telpon (0645) 43427 Lhokseumawe.

Kendati sudah tercatat pada notaris, pengurus masih mempertahankan prinsip untuk tetap menjalankan dayah tanpa harus meminta belas kasih pada pihak lain. Mengingat kondisi sudah berubah dan atas desakan Abu Mustafa Paloh Gadeng, pimpinan diminta menghadap. Dari pertemuan itu disarankan untuk mendaftarkan dayah tersebut ke Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Utara. Dari Dinas Syariat diberikanlah honor untuk satu orang guru. Sementara 8 lainnya harus ditanggulangi pihak pimpinan.

Menjelang berakhirnya tugas sebagai karyawan PT.AAF pada tahun 2004, Tgk.H.Syamsuddin Muhammad sebagai pimpinan bersama Hj.Cut Rosna mulai resah. Bahkan ingin menutup pengajian tersebut, karena biaya operasionalnya begitu tinggi. Di pihak lain sebagai orang tua, harus menyiapkan dana yang tidak kecil untuk melanjutkan pendidikan putra-putrinya. Hal ini semakin berat dihadapi karena peristiwa gempa dan tsunami Aceh 26 Desember

2004, menyisakan anak-anak yatim piatu hidup dalam kesengsaraan. Subhanallah, cobaan ataukah ujian yang datang silih berganti, sebelum permasalahan yang sedang dihadapi tak kunjung mendapatkan titik temu.

Di tengah kegalaun, pada 4 Januari 2005, mantan guru dari Pesantren Nurusy Syari`ah Kutablang bersilaturrahmi dan membawa sepucuk surat Mandat dari Nahdatul Ulama Aceh yang isinya memohon kesediaan pihak Dayah Miftahul Jannah agar bersedia membantu menangani dan membentuk POSKO Penanggulangan, pendataan korban gempa dan tsunami, serta pendistribusian. Di sisi lain dapat membantu kelanjutan pendidikan anak-anak tersebut.

Setelah melalui pertimbangan yang matang, diambillah kesepakatan untuk menindaklanjuti isi surat Nahdatul Ulama tersebut. Dengan segenap upaya dan do`a dari semua pihak, dayah tetap berjalan dan kian mengembangkan sayapnya. Hujan badai bukanlah penghalang untuk menggeluti persoalan umat manusia yang sangat mulia ini. Kian hari persoalan yang mendera, bagaikan sentuhan kasih yang tak lekang dikena panas dan tak lapuk ditelan hujan.

Kian hari kian menunjukkan tajinya. Namun bantuan pun sangat minim sekali. Sedikit demi sedikit dari swadana pengurus membangun ruang asrama lengkap dengan toeletnya, ruang shalat sekaligus ruang belajar. Disamping itu pihak yayasan juga menyediakan sandang pangannya. Termasuk segala kebutuhan sekolah lainnya. Mulai dari tas sekolah, buku, pakaian dan sepatu, sampai ke uang jajan harus disiapkan. Semua ini dilakukan karena panggilan nurani.

Yayasan semakin menunjukkan eksistensinya ketika berubah menjadi YAYASAN PEN- DIDIKAN ISLAM DAYAH MIFTAHUL JANNAH dengan diberikan SURAT KEPUTUSAN AKTE NOTARIS Nomor : 41 TERTANGGAL 19 Mei 1999, yang ditandatangani oleh NOTARIS BUKHARI AKHMAD, SH. Jl.Sukarami Nomor 27 Telp.(0645)43427- Lhokseumawe.

(5)

Sementara itu Yayasan tersebut mempunyai visi :

 Terwujudnya kemampuan dalam bidang duniawi maupun ukhrawi,  Kemampuan membaca Al-Quran, dan Kitab,

 Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar,  Kemampuan berbahasa Inggris secara teori dan paraktik,  Kemapuan berbahasa Arab

 Kemampuan menggunakan media informasi dan telekomunikasi  Santriwan/santriwati dapat bersikap sopan santun, berakhlaq mulia  Santriwan/santriwati harus disiplin.

Selain itu yayasan mempunyai misi :

 Melaksanakan proses belajar agama yang berkualitas,

 Mewujudkan pendidikan umum yang bertumpukan Imtaq dan Imtek,

 Melaksanakan program bimbingan secara efektif terhadap santri agar berkembang secara optimal.

Profil Pendiri

Tgk.H.Syamsuddin Muhammad, dilahirkan di Desa Mideun Jok ( Desa Dayah Mudi Mesra Kecamatan Samalanga ), tanggal 09 November 1958. Beliau adalah putra ke-2 dari 7 bersaudara yang terdiri dari dua laki-laki dan 5 orang perempuan. Dari cerita Ibu kandung dan Neneknya, Syamsuddin kecil memiliki sikap dan kelakuan yang beda dari kebanyakan anak-anak seusianya yang gemar bermain debu dan tanah, bermain layang-layang, burung-burungan dan lain sebagainya. Syamsuddin kecil lebih memilih kegiatan mengeja huruf hijaiyah alif,ba,tasa, atau bertakziah. Sepintas perilaku ini membuat kelucuan bagi yang melihatnya. Sebagai pemimpin di kelompok tersebut, semua teman sebayanya harus patuh terhadap perintahnya. Jika ada yang tidak menurut seperti apa maunya, tak segan-segan ia mengusirnya. Termasuk orang dewasa yang iseng mengganggunya, tak luput dari amarahnya.

Hobbi yang lain adalah mandi di sungai. Setelah mandi, semua teman-temannya diwajibkan untuk berpakaian rapi dan bermain dilokasi Dayah Mudi Mesra. Tak lain tujuannya adalah ketika pengajian kitab dimulai, seluruhnya duduk bersimpuh mendengarkan dengan cermat. Walau sebenarnya mereka belum paham isi pengajian kitab tersebut. Rupanya benih-benih Islami ini semakin men- jalar dan mendarahdaging di tubuhnya hingga menciptakan sosok yang familier, dermawan terhadap siapapun. Terutama kepada santriwan dan santriwati di yayasan tersebut.

Tgk. H. Syamsuddin, sosok yang sangat sederhana ini pernah berguru di Pesantren Nursy Syariah Kutablang dari tahun 1965-1978, masa-masa jayanya saat itu.

Kondisi Lingkungan Sosial Yayasan

Yayasan Pendidikan Islam Dayah Miftahul Jannah, berdiri pada 07 Mei 1986, terletak di Jalan Taruna Dusun III Desa Tambon Tunong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh

(6)

Utara. Pada mulanya kegiatan di yayasan ini hanya mengajarkan pengajian kepada anak-anak disekitarnya tanpa mondok. Setelah peristiwa gempa dan tsunami melanda Aceh, 26 Desember 2004, yayasan ini menampung anak-anak yatim tersebut.

Kondisi keberagaman di sekitar yayasan ini, sangat mendukung program kemanusiaan ini. Ditambah lagi upaya mendidik, mengajar, membimbing anak-anak demi masa depan yang cemerlang.

Model Kepemilikan/Pimpinan

Yayasan Pendidikan Islam Dayah Miftahul Jannah ini sejak tahun 2003, beban dan tanggung jawab operasional dipegang oleh Ummi Hj.Cut Rosna AR,BA, yang tak lain adalah istri dari Tgk.H.Syamsuddin Muhammad. Terutama dalam melakukan tugas ke instansi terkait. Sedangkan untuk pengawasan dayah, sepenuhnya dilakukan Tgk.H.Syamsuddin Muhammad. Namun kuduanya tidak bisa bekerja sendiri. Setiap pe- kerjaan diserahkan kepada masing masing staf yang dipercaya dengan berpedoman kepada menajemen dayah yang transparansi.

Pendidikan yang Diselenggarakan (SD – SMA) :

1. Pengajian Al-Quran dan kitab 2. Shalat berjamaa

3. Praktik shalat wajib, shalat Sunat, Qunut Subuh

4. Praktik fardhu kifayah, memandikan dan shalat jenazah, 5. Praktik imam dan bilal Shalat Tarawih,

6. Praktik Imam Shalat berjamaah, samadiah, doa segala arwah, 7. Tes kemampuan mental dalam muhadharah,

8. Belajar tilawatil Quran, Syarhil Quran, Qira`ah Sab`ah, Tahfidh Quran, dan Tartil Quran.

Kegiatan Ekstrakurikuler : 1. Dhalail Khairat 2. Zikir Maulid

3. Penghafalan Asmaul Husna 4. Salawat Badar

5. Membaca puisi Islami 6. Tarian Poh Kipah 7. Tarian Ranup Lampuan 8. Berbalas pantun

(7)

Sarana dan Prasarana

1. 1 ruang kantor/ administrasi

2. 1 ruang shalat dan belajar santriwati 3. 1 ruang belajar santriwan

4. 2 ruang kamar santriwan 5. 2 ruang kamar santriwati

6. 2 ruang toelet dan kamar mandi santriwan 7. 2 ruang toelet dan kamar mandi santriwati 8. 1 lapangan olahraga.

Program Pengembangan

Program pengembangan yang sedang dirancang meliputi bidang fisik dan non fisik. 1. Fisik : pengadaan sarana olahraga, fasilitas kantor, ruang emergensi, ruang les

computer, dan penambahan ruang santriwan dan santriwati sebagai antisipasi tahun mendatang.

2. Non Fisik : pelatihan peningkatan prestasi santri, peningkatan keterampilan ceramah, khutbah, serta kegiatan keagamaan dan ekstrakurikuler lainnya.

Prestasi Dayah

1. Juara I remaja putra-putri pada cabang Tilawatil Quran, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh,

2. Juara I dewasa putra pada cabang Qira`ah Sab`ah, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh, 3. Juara I dewasa putra pada cabang Fahmil Quran, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh, 4. Juara I putra-putri remaja pada cabang Khattil Quran, tingkat Kemukiman

Kr.Geukueh,

5. Juara I putra pada cabang Dekorasi,tingkat Kemukiman Kr.Geukueh,

6. Juara I remaja putra pada cabang Tahfidhul Qur`an 5 juz, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh,

7. Juara II dewasa putra pada cabang Tilawatil Qur`an, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh, 8. Juara II dewasa putra pada cabang Hiasan Mushaf, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh, 9. Juara II remaja putra pada cabang Tahfidhul Qur`an 1 juz,

10. Juara III kanak-kanak putra pada cabang Tilawatil Qur`an, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh,

11. Juara III remaja pada cabang Syahril Qur`an, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh. 12. Juara III dewasa putri pada cabang Hiasan Mushaf, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh, 13. Juara III remaja putri pada cabang Dekorasi, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh,

14. Juara III remaja putri pada cabang Tahfidhul Qur`an, tingkat Kemukiman Kr.Geukueh.

Referensi

Dokumen terkait

l) B erdasarkan hasil wawancara pelaksanaan pendidikan agama Islam di Pondok Pesantren Miftahul Ulum yaitu, pelaksanaannya dilala1kan di dalam kelas- kelas I

Pola Komunikasi antara pengasuh dan Santri di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah tidak ada yang dominan di antara komunikasi antarpribadi

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suhartutik selaku kepala pondok pesantren miftahul amal, sekelompok orang tentunya memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang

Peneliti berasumsi bahwa di PPM Miftahul Khoir Bandung ada suatu pola pendidikan Islam yang khas dalam membentuk kepribadian Islami yakni masih mempertahankan nilai-nilai pendidikan