• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

-105- copyright @ DTE FT USU STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

Silpina Abmi Siregar, Maksum Pinem

Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA

e-mail: [email protected]

Abstrak

Sistem Jaringan seluler indoor sudah menjadi suatu kebutuhan mutlak di area tertutup berupa gedung. Ketika cakupan sinyal yang dipancarkan BTS makro lemah untuk masuk dalam gedung maka perencanaan sistem jaringan seluler indoor merupakan solusi yang baik. Paper ini membahas tentang perhitungan parameter Link Budget pada jaringan seluler indoor. Dalam pelaksanaannya perhitungan ini menggunakan kelima antena indoor yaitu LD1, LD2, LD3, LD4, dan LD5 dengan jarak masing-masing antena 10 meter. Berdasarkan perhitungan link budget; EIRP, FSL, dan RSL , maka diperoleh hasil bahwa antena yang terbaik secara drive test, perencanaan, dan perhitungan adalah antena LD5 dengan RSL -62 dBm (drive test); RSL -109,6298 dBm dan FSL -27,4217 dB (perhitungan) ; RSL -131,7081 dBm dan FSL -87,9217 dB (secara perencanaan). Sedangkan antena yang terburuk kualitas sinyalnya baik secara drive test, perhitungan, maupun perencanaan adalah antena LD1 dengan nilai RSL -40 dBm (drive test), FSL -9,5783 dB dan RSL -56,3645 dBm (perhitungan), FSL -4,5783 dB dan RSL -51,3647 dBm (perencanaan).

Kata Kunci: Indoor Network, Drive Test, Coverage Building 1. Pendahuluan

Gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan tempat parkir di basement yang memiliki area yang luas dan memiliki desain interior bangunan yang tertutup, mengakibatkan sinyal dari BTS terdekat tidak dapat menembusnya. Hal ini berakibat pada pengguna telepon seluler yang berada di gedung tersebut sering tidak terlayani karena tidak mendapat sinyal. Sedangkan kecenderungan orang yang sering menghabiskan waktunya di dalam ruangan daripada di luar ruangan, memaksa operator seluler untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan yang berada di dalam ruangan.

Untuk memperbaiki kualitas sinyal di dalam gedung tersebut, perlu dibangun jaringan seluler indoor yang disebut In

building coverage system, yaitu suatu sistem

dengan perangkat pemancar dan penerima yang dipasang di dalam gedung dan bertujuan untuk melayani kebutuhan telekomunikasi baik kualitas sinyal, cakupan (coverage) maupun kapasitas trafiknya.

Drive test digunakan untuk mengecek

kekuatan sinyal, daya terima, tingkat kegagalan akses (originating dan terminating), tingkat panggilan yang gagal (drop call) yang dipancarkan oleh BTS

ataupun antena indoor. Kegiatan drive test harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan untuk menjamin kualitas jaringan yang baik, yang pada akhirnya demi untuk kepuasan pelanggan dalam berkomunikasi[1].

(2)

-106- copyright @ DTE FT USU 2. Sistem Komunikasi Seluler Indoor

Komunikasi jaringan indoor merupakan suatu sistem yang diterapkan dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel outdoor) dalam memenuhi layanan seluler dan wireless. Perencanaan sel dalam gedung (Indoor

coverage) meliputi perencanaan area

cakupan sesuai dengan komitmen area, kapasitas trafik sesuai kebutuhan, kualitas sinyal yang memuaskan pelanggan, dan dengan interferensi yang kecil. Prosedur dari perencanaan sel antara lain adalah cakupan dan analisa interferensi, perhitungan trafik, perencanaan frekuensi, dan parameter sel. Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam membuat suatu perencanaan sel adalah[1]:

1. Cakupan 2. Kapasitas 3. Kualitas

Sistem dalam gedung sangat berbeda dengan sistem luar gedung, hal yang paling mendasar adalah model perancangan sistem radio dan distribusi antenanya harus disesuaikan dengan karakteristik gedung tempat sel tersebut terpasang. Pada sistem sel dalam gedung dibutuhkan teknik khusus untuk mengatasi kondisi propagasi dalam ruangan. Tidak sama dengan area ruang kosong, sistem dalam gedung mengalami banyak rugi seperti kepadatan material dalam gedung, konstruksi gedung, kepadatan orang dalam gedung, dan terbatasnya celah antar ruangan seperti jendela dan pintu. Karakteristik sel dalam gedung yaitu :

1. Area cakupan sel kecil

2. Sinyalnya terbatas sampai pada sisi gedung

3. Daya pemancar yang digunakan rendah 4. Antena dipasang di dalam gedung 5. Ukuran antena kecil

3. Perencanaan Seluler Indoor

Untuk melakukan perencanaan dan perancangan sel maka yang perlu diperhatikan adalah mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh pada unjuk kerja

sistem, dan pemilihan perangkat jaringan yang digunakan dalam proses perancangan.

Dalam perencanaan sistem jaringan seluler indoor yang harus dilakukan adalah[2]:

a. Sistem Antena

Menentukan sistem antena, konfigurasi antena, memaksimalkan cakupan desain sesuai area yang direncanakan (coverage

desain), membuat skema desain

(schematik desain). Untuk perencanaan di dalam ruangan, biasanya dipakai dua jenis antena seperti antena

omnidirectional dan antena directional.

Penempatan antena baik itu di atas atap maupun di dinding harus memastikan cakupan yang baik disamping memastikan jarak yang aman antara user dengan Electromagnetic Radiation

(EMR) yang dipancarkan antena. Antena

omnidirectional sendiri ditempatkan

diatap ruangan sedangkan antena directional untuk pemasangan di dinding. Dalam penelitian ini penulis menggunakan antena omnidirectional buatan kathrein dengan Gain sebesar 2 dbi. Antena jenis ini paling banyak digunakan dalam perencanaan indoor. Antena omni memiliki karakteristik propagasi melingkar 3600. Gambar 1

menggambarkan antena

omnidirectional.

Gambar 1. Antena Omnidirectional b. Konfigurasi Antena

Konfigurasi antena untuk sistem antena

indoor dapat dibedakan ke dalam empat

kategori, yaitu antena terintegrasi, distribusi antena dengan jaringan kabel

coaxial, radiasi (leaking) kabel,

penyaluran antena dengan jaringan fiber optik. Sistem antena terdistribusi akan memberikan solusi yang baik dalam menjangkau area. Sistem antena

(3)

-107- copyright @ DTE FT USU terdistribusi ini terbagi dalam dua bagian

yakni antena distribusi aktif dan pasif. Perbedaannya terletak pada kelebihannya di dalam jangkauan, dimana antena distribusi aktif memiliki peralatan aktif seperti bidirectional amplifier (BDA) yang berfungsi untuk menguatkan sinyal. c. Coverage Desain

Cakupan area (Coverage area) jelas akan mempengaruhi jumlah antena dan material pendukung lainnya. Untuk penentuan area cakupan sistem yang akan dipasang, dibutuhkan plot area untuk memutuskan area mana yang akan dicakupi. Setelah area cakupan disetujui maka dirancanglah penempatan antena dan jalur distribusinya untuk memenuhi area tersebut. Setiap penempatan antena harus diperhatikan supaya dapat diperolehnya area cakupan yang maksimum.

d. Design RF untuk Sistem Jaringan Indoor Tujuan utama dari desain RF untuk sistem komunikasi indoor adalah bagaimana cara mendistribusikan daya dari BTS ke setiap antena pada setiap lantai dalam bangunan, dimulai dari daya keluaran dari BTS, dan kemudian ke redaman sepanjang jalur kabel.

3.1 Mekanisme Drive Test

Drive Test adalah pengukuran yang

dilakukan untuk mengamati dan melakukan optimasi agar dihasilkan kriteria performansi jaringan. Yang diamati biasanya kuat daya pancar dan daya terima, tingkat kegagalan akses (originating dan terminating), tingkat panggilan yang gagal (drop call) serta FER. Tujuan drive test yaitu :

1. Untuk analisis coverage sebuah cakupan jaringan atau cakupan sebuah sel pada suatu daerah tertentu dengan cara menggunakan sampel data user perception pada coverage area tertentu. 2. Mengkombinasikan pengukuran data dalam database tunggal untuk kecepatan dan perbandingan yang luas.

Mekanisme Drive Test yaitu menggunakan telepone yang terhubung

portable computer serta penerima GPS dan

antena (optional). Ditempatkan di kendaraan darat atau jalan kaki dan dijalankan ke seluruh area cakupan layanan nirkabel. Masalah yang muncul diukur lalu disimpan dalam basis data komputer, dan menandai data sesuai fungsi waktu dan lokasi.[3] 3.2 Alat- alat Drive Test

Sistem drive test melakukan pengukuran, menyimpan data di komputer, dan menampilkan data menurut waktu dan tempat. Beberapa tipe sistem drive test yang tersedia adalah drive test berbasis MS, berbasis receiver yang mampu mengukur semua sinyal plot yang ada dan kombinasi keduanya. Perangkat berbasis MS merupakan konfigurasi minimum yang dibutuhkan dalam melakukan drive test. Pengukuran umum seperti panggilan gagal ataupun terputus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana performa jaringan dari sudut pandang pelanggan. Alat yang dibutuhkan pada saat melakukan drive test yaitu :

1. Soft ware TEMS (Test Mobil system) version 8.0.

2. Mobile Phone sony Ericson K880i dan kabel data

3. Laptop

4. GPS dan USB GPS 5. Dongle

6. Peta digital (map info)

Gambar 2 menunjukkan sistem peralatan

drive test berbasis MS termasuk dengan receiver GPS untuk menentukan lokasi

akurat suatu peristiwa yang dialami MS[2].

(4)

-108- copyright @ DTE FT USU Parameter yang di ukur yaitu : RX

level Full, Rx Level Sub, Rx Quality Full, Rx Quality Sub, dan BER.

Ada empat tahap dalam melakukan persiapan drive test, yaitu mempersiapkan perangkat drive test, pemetaan area, persiapan rute dan pengambilan data drive

test. Keempat tahapan tersebut dapat dilihat

pada flowchart berikut[3]:

Gambar 3. Langkah – Langkah Drive Test 4. Analisa Perhitungan Link Budget Seluler Indoor

Link Budget juga merupakan patokan

dalam rancangan radiasi maksimum antena, redaman total, fading margin dan daya yang diterima oleh user. Perhitungan Link Budget dimaksudkan untuk dapat menghitung atau merencanakan kebutuhan daya sistem seluler sedemikian rupa, sehingga kualitas sinyal di penerima memenuhi standar yang diinginkan. Perhitungan Link budget

sebenarnya untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth) agar sinyal cukup kuat untuk diterima

receiver dengan baik. Perhitungan diawali

dengan menghitung besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar antena berupa EIRP kemudian mencari besarnya RSL berupa level sinyal yang diterima di penerima. Berikut ini akan diperoleh

perhitungan Link Budget pada jaringan seluler indoor[3].

4.1 Analisis EIRP

Bedasarkan parameter yang berpengaruh pada perhitungan Link Budget, maka EIRP diperoleh dengan menggunakan persamaan 1[3].

EIRP = Tx power ( dBm ) + G Tx ( dBi ) – L Tx ( dB )

= 44 dBm+2dBi-Σ(Feeder+Jumper)

= 44 dBm + 2 dBi +(-18,6155)

= 27,3845 dBm

4.2 Analisis Path Loss / Free Space Loss Besarnya nilai FSL dengan jangkauan antena di dalam gedung yaitu 10 meter ( r = 10 m) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2 yaitu[3]:

LP ( FS ) = 32,45 + 20 log f ( MHz) + 20 log d ( km )

= 32,45 + 20 log 1800 Mhz + 20 log 0,01

= 57,5554 dB

Perhitungan Path Loss / nilai propagasi indoor ini akan dihitung pada kelima antena omnidirectional dengan menggunakan persamaan 3. Sehingga Nilai

Path Loss dapat diperoleh hasilnya pada

Antena LD1 dengan jumlah p = 14 ; dan jumlah q = 5; dengan r = 10 m yaitu :

L ( R ) =

= -65,4217 + 35 + 40 = 9,5783 dB

4.3 Analisis Received Level Signal ( RSL) Untuk mengetahui kualitas sinyal

output dengan jarak dari antena ke MS

sejauh 10 meter maka akan dilakukan perhitungan RSL bedasarkan Persamaan 4. Nilai RSL dengan jarak dari antena ke

(5)

-109- copyright @ DTE FT USU a. Antena LD1 RSL = EIRP + FSL + lg + G Tx + L ( R ) = 27,3845 dBm + ( -57,5554 ) + (-18,6155 ) + 2 dBi + ( -9.5783 ) = -56.3645 dBm

Dengan menggunakan cara yang sama nilai RSL pada antena LD1, dimana nilai EIRP adalah sama untuk kelima antena tersebut maka nilai RSL antena LD2, LD3, LD4 dan antena LD5 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai RSL Antena Indoor

Nilai RSL jika posisi antena indoor sesuai dengan perencanaan perubahan posisi dalam gedung yaitu pada Antena LD1.

RSL = EIRP + FSL + lg + G Tx + L ( R )

= 27,3845 dBm + ( -57,5554 ) + (- 18,6155 ) + 2 dBi + ( -14,5783) = -58,3647 dBm

Dengan menggunakan cara yang sama nilai RSL sesuai perencanaan perubahan posisi pada antena LD1, dimana nilai EIRP adalah sama untuk kelima antena tersebut maka nilai RSL antena LD2, LD3, LD4 dan antena LD5 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai RSL Perubahan Posisi Antena

Indoor

4.4 Analisis Hasil Data Drive Test Proses optimasi / planning termasuk didalamnya proses optimasi/ planning

dengan menganalisa hasil drive test. Dengan

drive test kita dapat mengukur kualitas

sinyal yang dirasakan oleh user. Hasil data

Walk Test dengan satuan dbm yang

ditunjukkan pada legend ( warna hijau tua, hijau muda, kuning, orange, biru, merah ) pada lokasi atau tempat yang sudah ditentukan yaitu lantai dasar dengan memfokuskan pada kelima antena indoor yang sudah terpasang yaitu LD1, LD2, LD3, LD4, dan LD5. Hasil perhitungan Link

Budget tersebut telah di simulasikan pada

TEMS investigation. Gambar 4 menunjukkan hasil Walk test dengan jarak 10 meter pada antena LD1 dengan RSL perhitungan –56,3645 dBm dan RSL Walk

Test -40 dBm.

Gambar 4. Hasil Walktest Antena LD1 Setelah dilakukan perhitungan, perencanaan, dan pengukuran drive test jaringan seluler indoor pada GSM 1800 Mhz maka dapat dibandingkan hasil dari ketiga metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Grafik perbandingan FSL ditunjukkan pada Gambar 5 dan Grafik perbandingan RSL dapat dilihat pada Gambar 6.

(6)

-110- copyright @ DTE FT USU Tabel 3. Hasil Perhitungan dan Hasil

Pengukuran ( Drive Test ) Pada GSM 1800 Mhz.

Gambar 5. Grafik Perbandingan FSL Antena Indoor

Gambar 6. Grafik perbandingan RSL Antena Indoor

5. Kesimpulan

1. Dari hasil pengukuran drive test

diperoleh level sinyal yang terbaik terdapat pada antena LD5 dengan nilai level sinyal sebesar -62 dBm.

2. Dari hasil perhitungan teori diperoleh level sinyal yang terbaik terdapat pada antena LD5 dengan nilai level sinyal sebesar -109,6298 dBm dan redaman sebesar -27,4217 dB.

3. Dari hasil perencanaan diperoleh level sinyal yang terbaik terdapat pada antena LD5 dengan nilai level sinyal sebesar 131,7081 dBm dan redaman sebesar -87,9217 dB.

4. Dari hasil pengukuran, perhitungan dan perencanaan diperoleh level sinyal yang kurang bagus terdapat pada antena LD1. Level sinyal hasil perhitungan sebesar -56,3645 dBm dengan redaman -9,5783 dB, pada perencanaan diperoleh level sinyal -51,3647 dB dan redaman -4,5783 dB, sedangkan untuk hasil pengukuran level sinyal sebesar –40 dBm.

5. Metode yang paling baik menerima sinyal yaitu metode perencanaan karena

range dari nilai RSL nya lebih kecil

dibandingkan metode perencanaan dan pengukuran.

6. Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rustam Abadi Siregar dan Aminah Gurning selaku orang tua penulis, Bapak Maksum Pinem ST.MT, selaku dosen pembimbing, Bapak Rahmad Fauzi ST, MT, dan Ibu Naemah Mubarakah ST, MT, yang sudah membimbing penulis dalam menyelesaikan paper ini, dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

7. Daftar Pustaka

[1]. Lingga Wardhana, 1997,” Cell Planning of

GSM Indoor System”, LV/R-96: 247 Rev

C, Ericsson.

[2]. Anonim, 1995,” Global System for Mobile Communication”,An Introduction to GSM,(http://id.wikipedia.org/wiki/Global_

System_for_Mobile_Communications. [3].Anonim, 2011, “Konsep Dasar

KomunikasiSeluler”,PengertianKomunikasi

Seluler,( http://antzone.web.id/1748/konsep-dasar-komunikasi-seluler.php.

Gambar

Gambar  2  menunjukkan  sistem  peralatan  drive  test  berbasis  MS  termasuk  dengan  receiver  GPS  untuk  menentukan  lokasi  akurat suatu peristiwa yang dialami MS[2]
Gambar 3. Langkah – Langkah Drive Test  4.  Analisa Perhitungan Link Budget             Seluler Indoor
Tabel 2. Nilai RSL Perubahan Posisi Antena  Indoor
Gambar  5.  Grafik  Perbandingan  FSL  Antena Indoor

Referensi

Dokumen terkait

ƒ Contoh : meliputi konteks iklan pada halaman hasil mesin pencari, iklan banner, Iklan Rich Media, , , iklan jaringan sosial, iklan baris online, jaringan periklanan dan e-

Berapa kilogram rata-rata pakan hijau yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan untuk sapi perah laktasi selama tiga bulan terakhir (Maret, April, dan Mei).. Bulan

Pada gambar tersebut terlihat bahwa jumlah kumulatif larva udang windu yang mati tertinggi pada kontrol positif dan perlakuan dengan isolat BL548, yaitu masing-masing 10 ekor,

diperoleh dan dapat digambarkan pada metode estimating dan hasilnya disebut Preliminari estimate (sangat kasar), budget estimate (kasar), dan definitif estimate

Deklarasi, istilah ini dapat berarti traktat sebenarnya, misalnya Deklarasi Paris 1856, dapat juga berarti dokumen yang tak resmi yang dilampirkan pada suatu

 Salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada umumnya adalah kemampuan berbahasa asing yang masih minim, terutama bahasa Inggris.. Jika

sistem pakar diagnosa penyulit kehamilan dapat memaksimalkan deteksi dini mengenai penyulit kehamilan berdasarkan usia kandungan ibu hamil atau trimester kehamilan

Peny nyak akit it ja jant ntun ung g ko kong ngen enit ital al at atau au pe peny nyak akit it ja jant ntun ung g (a (a*a *aan an ad adal alah ah sekumpulan