Block 4
Sesi1
Perubahan Lingkungan Usaha RS:
Skenario Sistem Pelayanan
Kesehatan dalam Konteks Good Governance, Corporate
Governance dan Clinical Governance
Tujuan
Memahami perkembangan Sistem Pelayanan Kesehatan
Memahami Skenario yang mungkin terjadi
Memahami Masa depan Misi Sosial RS Memahami makna Governance dalam
Isi
Perkembangan Sistem Kesehatan dan Skenario Sistem Pelayanan
Kesehatan
Perkembangan RS dan Misi Sosial
Perkembangan RS Pemerintah dalam BLU
Diskusi: Good Corporate dan Good Clinical Governance
Perkembangan Sistem Pelayanan
Kesehatan
Skenario Sistem pelayanan
Kesehatan
Masa Kolonial Belanda
RS pertama kali didirikan tidak untuk misi
sosial Tujuan untuk mendukung kolonialisme
Pengguna: Militer, Birokrat VOC dan Pemerintah Hindia Belanda, serta pegawai perkebunan
Misi Sosial RS
Dimulai oleh Gerakan Zending Kristen,
kemudian RS Katholik, PKO
Muhammadiyah (kecil) dan RS-RS pemerintah Hindia Belanda karena desakan politik etis.
Catatan: Pelayanan kesehatan
teknologi masih rendah dan relatif murah
Setelah Kemerdekaan
Penghentian Bantuan dari Eropa
Ada UU untuk merawat masyarakat miskin, namun tidak jelas
pelaksanaannya
Sampai di tahun 1997 (sebelum ada Safety Net), pembiayaan misi sosial tidak jelas
Pasca Krisis di tahun 1998
Dimulai Program Jaring Pengaman Sosial, yang berdasar model di
Amerika Serikat
Merupakan mekanisme reaktif, belum ada infrastruktur pendukung yang
2
Penafsiran
Penafsiran Sejarah Ekonomi
Indonesia bukan negara sosialis
Sistem Kesehatan Indonesia bukan seperti model Eropa Barat atau
Malaysia yang welfare-state.
Sistem menyerupai Amerika Serikat yang berbasis pasar dengan safety net bagi yang miskin.
Misi Sosial RS hanya dapat berjalan
apabila ada dana subsidi dari luar.
Subsidi silang tidak berjalan. Kebijakan subsidi silang mempunyai asumsi bahwa pengelola rumahsakit harus menjadi orang pajak.
Kebijakan subsidi silang terlanjur dilakukan.
Rumahsakit rumahsakit yang melakukan misi sosial dengan mengandalkan pendapatan dari pasien menjadi terbebani.
Dalam era rumahsakit yang penuh persaingan, maka muncul kesulitan bagi RS yang tidak mempunyai
3
Fakta-fakta
saat ini
Segmentasi Pasar
Rumahsakit di Indonesia mempunyai segmentasi pengguna berdasarkan status ekonomi masyarakat dan
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas
1
RS LN
2
3
Sos-ek kelas Men.4
5
6
Sos-ek kelas Bawah7
8
9
Kenaikan jumlah RS berbentuk PT
Semakin banyak jumlah RS baruyang tidak mempunyai misi sosial dari pendapatan pasien
(cross-subsidy)
Rumahsakit ini berbentuk PT, atau Yayasan yang seperti PT
Perkembangan RS berbentuk PT
Data 2003: 112 RSPerkembangan RS berbentuk PT
Data 2003: 112 RSData 2004: 123 RS
Bertambah
11 RS
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
RS Pondok Indah
RS Medistra RS Pondok Indah
Bagaimana perkembangan RS
berbentuk Yayasan
Data 2003: 529 RS
Bagaimana perkembangan RS
berbentuk Yayasan
Data 2003: 529 RS Data 2004: 521 RSBerkurang
8 RS
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
Ada fenomena
Sebagian rumahsakit Yayasan
berubah menjadi PT, atau menjadi Perkumpulan.
Semakin Berat aspek ekonominya karena segmen yang dilayani harus sampai ke masyarakat ekonomi
bawah.
Masyarakat bawah terutama yang
terkena krisis dan saat ini mendapat Askeskin
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
Bagaimana perkembangan RS
berbentuk Perkumpulan
Data 2003: 44 RS
Bagaimana perkembangan RS
berbentuk Perkumpulan
Data 2003: 44 RS Data 2004: 47 RSBertambah
3 RS
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
Bagaimana perkembangan RS
Daerah
Data 2003: 399 RS
Bagaimana perkembangan RS
Daerah
Data 2003: 399 RS Data 2004: 406 RSBertambah
7 RS
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
Bagaimana perkembangan RS
Pusat (Vertikal di bawah DepKes)
Data 2003: 31 RSTeknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas 1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
Fakta Misi Sosial (1):
Semakin banyak RS berbentuk PT Apakah Misi Sosial Semakin Hilang? Rumahsakit berbentuk PT menyatakan bahwa misi sosial sudah dilakukan melalui mekanisme Pajak Kelas III juga
Fakta Misi Sosial (2)
RS Keagamaan: harus
mempunyai misi sosial keagamaan
RS Pemerintah
ditetapkan oleh UU untuk mempunyai misi sosial.
RS berbentuk Yayasan semakin berkurang. RS Keagamaan mempunyai kelas yang broad spectrum:
Ada yang sampai 9 tingkat mulai dari kelas III sampai
Bagaimana mengelola Misi Sosial
secara baik?
Apakah akan seperti
penerbang Kamikaze?
Misi berhasil dilakukan
Fakta penting pendanaan
rumahsakit:
Adanya
Kebijakan
Askeskin
Fungsi Sosial semakin tegas didanai oleh Badan di luar rumahsakit, bukan dengan model subsidi silang
Rumahsakit berfungsi sebagai sarana pemberian fungsi sosial.
Kebijakan Askeskin
merupakan keputusan politik
yang tidak akan ditarik
selama:
masih ada masyarakat
miskin; dan
pilihan presiden secara
langsung.
Dana askeskin dapat dipergunakan oleh rumahsakit swasta asalkan mau memenuhi persyaratan termasuk
besarnya re-imburstment.
menjadi tantangan baru bagi
rumahsakit-rumahsakit keagamaan dan sosial lainnya: apakah akan
Perubahan yang terjadi
A • RS Swasta • RS Pemerintah • B • RS P RS Swasta Dana AskeskinBagi RS yang mempunyai misi sosial
Teknologi
Canggih Tek. Menengah Teknologi Sederhana Sos-ek kelas Atas RS LN1 2 3 Sos-ek kelas Men. 4 5 6 Sos-ek kelas Bawah 7 8 9
RS-RS yang harus memikirkan misi
sosial secara mendalam:
RS Keagamaan: MUKISI, PERDHAKI, PELKESI, Muhammadiyah, YAKKUM dll
RS Pemerintah RS-RS militer
Bagaimana dengan RS berbentuk
PT
Secara hukum sulit untuk memaksa karena sudah ada mekanisme pajak Indonesia berada dalam persaingan
regional dan global
Secara kultural, masyarakat miskin juga sulit menggunakan rumahsakit-rumahsakit yang bergerak di segmen kelas atas
RS-RS PT juga bersaing dengan RS
di Singapura, Bangkok, Malaysia,
Perkembangan RS
Pemerintah dalam
jalur BLU
Penyusunan Badan Layanan
Umum(BLU) untuk RS Zainoel
UU no 1 tahun
2004 mengenai
Perbendaharan
Negara
RUANG LINGKUP UU PBN
1. Pelaksanaan pendapatan & belanja negara/daerah 2. Pelaksanaan penerimaan & pengeluaran
negara/daerah
3. Pengelolaan kas, piutang, dan utang negara/daerah 4. Pengelolaan investasi dan barang milik
negara/daerah
5. Penyelenggaraan akuntansi, informasi, dan pertanggungjawaban keuangan
6. Penyelesaian kerugian negara
7. Pengelolaan Badan Layanan Umum
8. Perumusan standar, kebijakan, sistem & standar di bidang keuangan
PENGERTIAN BLU
BLU adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas
(Pasal 1 angka 23)
UU PBN Pasal 68 (1)
Badan Layanan Umum dibentuk untuk
meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
UU PBN Pasal 68 (4)
Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum
pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat
pengelola keuangan daerah dan pembinaan
teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja
perangkat daerah yang bertanggung
jawab atas bidang pemerintahan yang
UU PBN Pasal 69 (2)
Rencana kerja dan anggaran serta laporan
keuangan dan kinerja Badan Layanan
Umum disusun dan disajikan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari
rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja
Kementerian
UU PBN Pasal 69 (4)
Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan
Umum sehubungan dengan jasa layanan yang
diberikan merupakan Pendapatan
Negara/Daerah.
UU PBN Pasal 69 (5)
Badan Layanan Umum dapat memperoleh
hibah atau sumbangan dari masyarakat atau
UU PBN Pasal 69 (6)
Pendapatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan ayat (5) dapat digunakan
langsung untuk membiayai belanja Badan
UU PBN Pasal 69 (7) & 73
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum diatur dalam
peraturan pemerintah.
Ketentuan tindak lanjut UU ini sudah selesai
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak
PP 23 tahun
2005
sebagai
tindak lanjut
UU no 1
KETENTUAN UMUM:
BLU adalah instansi di lingkungan
pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan &
dalam melakukan kegiatannya dilaksanakan berdasarkan prinsip efisiensi & produktivitas
Menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa…..
ASAS
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan
Rencana kerja & anggaran serta laporan
keuangan & kinerja BLU disusun & disajikan sbg bagian yg tdk terpisahkan dari rencana kerja & anggaran serta laporan keuangan & kinerja kementrian/lembaga/SKPD/pemda
BLU mengelola penyelenggaraan layanan
BAB II. TUJUAN DAN ASAS
BLU beroperasi sebagai unit kerja
kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
BAB III
PERSYARATAN, PENETAPAN DAN PENCABUTAN
PERSYARATAN:
Suatu satuan kerja instansi
pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU bila
memenuhi syarat substantif, teknis & administratif
Syarat substantif:
Penyediaan barang &/atau jasa layanan
umum;
Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu utk
tujuan meningkatkan perekenomian masyarakat atau layanan umum;
dan/atau
Pengelolaan dana khusus dalam rangka
meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat
BAB III
PERSYARATAN, PENETAPAN DAN PENCABUTAN
Syarat teknis terpenuhi bila:
Kinerja pelayanan layak dikelola &
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/ pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dg kewenangannya
Kinerja keuangan satuan kerja instansi
yang bersangkutan adalah sehat
sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen tertulis
BAB III
PERSYARATAN, PENETAPAN DAN PENCABUTAN
Syarat administratif terpenuhi bila dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:
Pernyataan kesanggupan utk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan & manfaat bagi masyarakat
Pola tata kelola
Rencana strategis bisnis Laporan keuangan pokok
Standar pelayanan minimun; dan
Laporan audit terakhir atau pernyataan
PENETAPAN & PENCABUTAN
Menteri/ Pimpinan lembaga/kepala SKPD
mengusulkan instansi pmrth yg memenuhi syarat substantif, teknis & adm
Menkeu/Gub/Bupati/walikota menetapkan
dg memberi status BLU penuh atau BLU bertahap
Penetapan PPK BLU berakhir bila dicabut
oleh pejabat yg berwenang atau berubah statusnya menjadi kekayaan negara yg dpisahkan
BAB III
Menggunakan SPM yg diusulkan oleh instansi yg menerapkan PPK BLU, yg mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan & kesetaraan layanan
serta kemudahan utk mendapatkan layanan
Dapat memungut biaya sbg imbalan dlm bentuk tarif berdasarkan unit cost yg ditetapkan oleh
Menkeu/Gub/Bupati/ Walikota
BAB IV
PERENCANAAN & PENGANGGARAN
BLU menyusun Renstra 5 tahunan, RBA tahunan berdasar basis kinerja &
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya & berdasarkan
kebutuhan & kemampuan pendapatan yg diperkirakan akan diperoleh dari masy, badan lain, APBN/APBD
BAB V
RBA diajukan ke pejabat yg berwenang
disertai usulan SPM
Dokumen pelaksanaan anggaran mencakup
seluruh pendapatan & belanja, proyeksi arus kas, serta jumlah & kualitas brg/jasa
Dokumen pelaks anggr disahkan oleh
pejabat yg berwenang maksimal pd 31 Des. Jika belum, BLU dpt melakukan pengeluaran maksimal sama dengan tahun lalu
PENDAPATAN & BELANJA
Pendapatan BLU: anggaran dari APBN/APBD, hasil
usaha, hibah terikat maupun tdk terikat, hsl
kerjasama dg pihak lain, semuanya dpt dikelola langsung utk membiayai belanja BLU sesuai RBA;
Belanja BLU: fleksibel mengikuti praktek bisnis yg
sehat dlm ambang batas yg ditetapkan RBA. Jika melewati ambang batas, BLU mengajukan usulan tambahan anggaran dari APD/APBN
BAB V
PENGELOLAAN KAS
BLU: merencanakan penerimaan & pengeluaran
kas, pemungutan pendapatan/ tagihan,
menyimpan kas & mengelola rekening, melakukan pembayaran, mendapatkan sbr dana utk menutup defisit jangka pendek & memanfaatkan surplus kas jangka pendek utk memperoleh pendapatan
tambahan (pd investasi beresiko rendah)
Penarikan dana dg menerbitkan SPM,
Rekening bank dibuka oleh pimpinan BLU pd bank
umum
BAB V
PENGELOLAAN PIUTANG & UTANG
BLU dpt memberikan piutang yg berhubungan
lsg/tdk lsg dg kegt BLU, yg dikelola & diselesaikan scr tertib, efisien, ekonomis, transparan, bertg jwb, & memberikan nilai tambah
BLU dpt memiliki utang jangka pendek (hanya utk
belanja oprs) dan jangka panjang (hanya utk
modal) yg dikelola & diselesaikan scr tertib, efisien, ekonomis, transparan, bertg jwb
INVESTASI
Investasi jk pjg hy atas persetujuan pejabat yg
berwenang. Keuntungannya mjd pendapatan BLU
BAB V
PENGELOLAAN BARANG
Pengadaan barang dan jasa dilakukan
secara ekonomis & efisien sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
Brg inventaris BLU bisa dialihkan/dihapus (jual, hibah, tukar) & mjd penerimaan BLU, dan dilaporkan kpd pejabat yg berwenang Pengalihan aset tetap hrs dg persetujuan
pejabat yg berwenang, hasilnya merupakan pendapatan BLU
BAB V
AKUNTANSI, PELAPORAN &
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
BLU menerapkan SIM keuangan sesuai praktek
bisnis yg sehat, dg SAK yg diterbitkan AAI.
Jika tidak dpt menerapkan SAK, bisa memakai
std akuntansi industri yg spesifik (atas persetujuan Menkeu)
Laporan keuangan minimal memuat: realisasi
anggr/lprn oprs, neraca, arus kas, ctt atas laprn keu & laprn kinerja
Diaudit oleh pemeriksa eksternal
BAB V
AKUNTABILITAS KINERJA
Pimpinan bertanggung jwb atas oprs BLU, laporan kinerja terintegrasi dg laporan keu Surplus th seblmnya dpt digunakan utk th
berikut, kecuali atas perintah pejabat berwenang disetorkan sebagian atau seluruhnya dg mempertimbangkan likuiditas posisi BLU
BAB V
BAB VI
TATA KELOLA
Status & struktur kelembagaan instansi
pemerintah berubah untuk menerapkan BLU
Pejabat pengelola terdiri dari: pemimpin,
pejabat keuangan & pejabat teknis, bisa PNS maupun tenaga profesional non-PNS sesuai kebutuhan
Pembinaan teknis oleh atasan terkait,
keuangan oleh Menkeu/PPKD
Dapat dibentuk Dewan Pengawas
Pejabat pengelola, pengawas & pegawai
4.
Penafsiran 1:
UU No. 1/2004 menuntut BLU lebih akuntabel, transparan, efisien,
profesional good governance
RS berubah menjadi LTD (PP 8 tahun 2003 dan UU no 32 tahun 2004) RS Daerah sebagai Unit Birokrasi RS Daerah sebagai Unit Usaha yang berfungsi sosial
Anatomi Badan Usaha
yang berfungsi sosial
Fungsi
Keuangan Unit Pelayanan
1 2 3 3
Subsidi
Pendapatan
Penafsiran 1
Paket UU Bid. Keuangan merupakan paket reformasi pergeseran
pengganggaran tradisional ke berbasis kinerja
UU no. 1/2004 Pasal 68 & 69: tugas
pokok & fungsi BLU adalah memberi pelayanan kpd masy dg menerapkan pola pengelolaan keuangan yg
fleksibel dg menonjolkan
Penafsiran 1
Membedakan fungsi pemerintah
sebagai pelaksana dengan regulator & penentu kebijakan
Penafsiran 1
Kesempatan bagi BLU utk
mempekerjakan non-PNS secara
profesional, termasuk imbalan sesuai kinerja
Status Keuangan RS dan Menjalankan misi Memuaskan Pasien yang membeli (perorangan, asuransi, perusahaan) Memuaskan
Pemberi Subsidi Memuaskan Pemberi Donor Kemanusiaan Proses Pelayanan Yang bermutu Sumber Daya Manusia
Status Keuangan RS dan Menjalankan misi Memuaskan Pasien yang membeli (perorangan, asuransi, perusahaan) Memuaskan
Pemberi Subsidi Memuaskan Pemberi Donor Kemanusiaan Proses Pelayanan Yang bermutu Sumber Daya Manusia
Dampak BLU untuk RSD sebagai LTD Tingkat Otonomi Fungsi Manajemen dan Kebijakan Sentralisas i Penuh dengan Otonomi Rendah
Otonomi Sebagian Desentralisasi Penuh Otonomi Tinggi
A B C
Manajemen
Stratejik Sudah ada otonomi tinggi Administrasi Sudah ada otonomi
tinggi
Pembelian Sudah ada
otonomi
Manajemen
Keuangan Otonomi rendah Otonomi Tinggi Manajemen
Sumber Daya
Otonomi rendah
Kata akhir
Perubahan RS ZA menjadi BLU membutuhkan dukungan dari: Pemerintah Daerah
DPRD
Masyarakat Donor
Diskusi Kelompok: Apa perbedaan
dan hubungan antara:
Good-Governance
Corporate Governance Clinical Governance
Dalam konteks perkembangan lingkungan RS.