• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan

Perkantoran di Kota Banda Aceh

Saiful Anwar

Mahasiswa Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.

Abstrak

Bangunan perkantoran di Provinsi Aceh khususnya Banda Aceh banyak dipengaruhi oleh unsur-un-sur yang terdapat pada rumah Aceh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengindentifikasi keberadaan langgam Aceh yang di aplikasikan pada bangunan perkantoran di Kota Banda Aceh. Penentuan lima bangunan terpilih dalam penelitian ini yaitu Bangunan Kantor Gubernur, Kantor DPRA, Kantor Walikota Banda Aceh, Kantor Bank Syariah Mandiri dan Kantor Bank Mandiri didasarkan pada pilihan 154 responden. Metode yang digunakan adalah metode mixed-method . Data diambil melalui survei online terhadap masyarakat Aceh dengan usia responden 20-60 tahun. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapatnya pengabungan antara arsitektur modern dan arsitektur tradisional rumah Aceh pada bangunan perkantoran di Banda Aceh. Elemen-elemen yang digunakan meliputi penggunaan ornamen khas aceh, tulak angen, tameh, seuramoe rambat, Toi dan Rhoek dan bentuk atap.

Kata-kunci : bangunan perkantoran, rumah aceh, langgam, pengabungan,elemen

Pengantar

Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Aceh yang melayani hampir seluruh aktivitas administrasi pelayanan publik setingkat provinsi dan kota madya, dengan fasilitas bangunan perkantoran. Bentuk dan Fasad dari bangunan Perkantoran di pengaruhi oleh faktor lingku-ngan dan perkembalingku-ngan budaya. Bangunan perkantoran di Provinsi Aceh khususnya Banda Aceh banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur yang terdapat pada rumah Aceh. Seperti penerapan elemen bangunan rumoh Aceh diantaranya tulak angen, bentuk atap, penggunaan ragam hias dan ornamentasi pada bangunan.

Arsitektur tradisional rumah Aceh meliputi ben--tuk bangunan, struktur bangunan, ragam hias, fungsi dan cara pembuatan bangunan rumah yang diwarisi secara turun – temurun dan tidak terlepas dari faktor lingkungan tempatnya ter-bentuk. Rapoport (1969) menyatakan bahwa :

“Rumah merupakan suatu gejala struktural yang bentuk dan organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimilikinya, serta erat hubungan dengan kehidupan penghuninya. Makna simbolisme dan fungsi akan mencer-minkan status penghuninya. Manusia sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang erat, sehingga rumah sebagai lingkungan binaan menjadi refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti ke-percayaan, hubungan keluarga, organisasi so-sial, serta interaksi sosial antar individu. “ Usaha pengabungan langgam Aceh pada ba-ngunan Perkantoran dari hasil penelitian sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Curtis dan Suha Ozkan. Regionalisme merupakan usaha peleburan dan penyatuan antara yang lama dan yang baru (curtis,1985). Regionalisme diperki-rakan berkembang sekitar tahun 1960 (Jencks ,1977). Sebagai salah satu perkembangan arsi-tektur modern yang mempunyai perhatian besar pada ciri kedaerahan ( berkaitan erat dengan

(2)

budaya setempat, iklim, teknologi pada waktu itu) terutama tumbuh di negara berkembang (Ozkan, 1985). Suha Ozkan membaginya men-jadi dua yaitu “concrete regionalisme” dan abstract regionalis. Concrete regionalisme meli-puti semua pendekatan kepada ekspresi daerah dengan mencontoh kehebatannya, bagian-ba-giannya atau keseluruhan bangunan di daerah tersebut dan mempertahankan kenyamanan pada bangunan baru ditunjang dengan kualitas bangunan lama. abstract regionalism adalah menggabungkan unsur-unsur kualitas abstrak bangunan misalnya massa, rongga, proporsi, rasa meruang, penggunaan pencahayaan dan prinsip-prinsip struktur yang diolah kembali. Curtis mengungkapkan bahwa regionalisme adalah dengan menyatukan antara yang lama dan yang baru, antara regional dan universal. maksudnya arsitektur tradisional/masa yang lampau yang mempunyai lingkup regional se-dangkan baru berarti arsitektur masa kini /modern yang mempunyai lingkup universal. Jadi yang menjadi ciri utama regionalisme adalah menyatunya arsitektur tradisonal de-ngan arsitektur modern.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi keberadaan langgam Aceh yang di aplikasikan pada bangunan perkantoran di Kota Banda Aceh. Bangunan yang dijadikan objek penelitian Bangunan Kantor Gubernur, Kantor DPRA, Kantor Walikota Banda Aceh, Kantor Bank Syariah Mandiri dan Kantor Bank Mandiri

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode mixed-method (Creswell, 2008) dengan pengumpulan data secara random- purposive sampling. Data diambil melalui survei online terhadap masyarakat Aceh dengan usia res-ponden 20-60 tahun. Setelah Bangunan terpilih maka dilakukan observasi lansung dilapangan. Metode Pengumpulan Data

Data yang disebar secara online, terkumpul sebanyak 154 Responden. Terdiri dari jenis ke-lamin Laki-laki sebanyak 109 responden dan

Perempuan 45 responden(dapat dilihat pada gambar. ) Laki-Laki Perempuan 71,5 28,5 Laki-Laki Perempuan Total Level 113 45 158 Count 0,71519 0,28481 1,00000 Prob N Missing 0 2 Levels Frequencies Laki-Laki Perempuan Total Level 113 45 158 Count 0,71519 0,28481 Prob 0,640362 0,220197 Low er CI 0,779803 0,359638 Upper CI 0,950 1-Alpha

Note: Computed using score confidence intervals.

Confidence Intervals Jenis Kelamin

Gambar 1. Diagram Perbandingan jumlah presentase antara responden laki-laki dan perempuan Metode Analisis Data

Penentuan lima bangunan terpilih dalam pene-litian ini yaitu Bangunan Kantor Gubernur, Kan-tor DPRA, KanKan-tor Walikota Banda Aceh, KanKan-tor Bank Syariah Mandiri dan Kantor Bank Mandiri didasarkan pada pilihan responden yang menye-butkan nama bangunan tersebut dalam perta-nyaan yang diajukan. Setelah dianalisis muncul lima nama bangunan kantor yang persentasenya paling besar ( untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.2 )

(3)

Persentase yang diperoleh berdasarkan analisis pada diagram diatas yaitu kantor Gubernur adalah 55,2%, Kantor Bank Syariah Mandiri 8,4%, Kantor Bank Mandiri 5,8%, Kantor DPRA 5,2% dan Kantor Walikota 1,9%.

Analisis dan Interpretasi

Rumah tempat tinggal bagi suku bangsa Aceh disebut rumoh dan Rumah tradisional ini dikenal dengan nama rumoh Aceh. Rumoh Aceh di dirikan di atas tiang-tiang yang disebut tameh. Terdiri akan tiga ruang yaitu seuramoe keue (serambi depan), Ruangan tengah yang disebut tungai, Ruang belakang (serambi belakang) yang disebut seuramoe likot.

Bentuk rumoh Aceh dapat dilihat dari bagian bawah (terdiri atas tameh,toi, rhoek, bajoe, puteng, riyeuen, Kindang,), bagian atas (terdiri dari binteh, tingkap, pintoe, seuramoe) dan ba-gian atap (terdiri atas Bara, tulak angen, bu-boeng, tampoeng, taloe bawai).

Bagian bawah berbentuk kolong yang dibiarkan dalam keadaan terbuka dan tidak diberi dinding. Tinggi lantai dari rumah lebih kurang 2,3 meter bagi lantai ruang depan dan ruang belakang, dan 2,8 meter bagi lantai ruang tengah. Pada Rumoh Aceh ragam hias banyak terdapat pada bagian atas, tengah dan bawah bangunan. Rumah Aceh

Gambar 3. Tampak Rumoh Aceh

Gambar 4. Analisis bagian Rumoh Aceh

Berdasarkan dari Unsur-unsur pembentuk ru-moh Aceh tersebut maka akan dianalisis kebera-daan unsur pembentuk rumah Aceh pada lima Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh yaitu Kantor Gubernur, Kantor DPRA, Kantor Walikota Banda Aceh, Kantor Bank Syariah Mandiri dan Kantor Bank Mandiri.

Kantor Gubernur

Gambar 5. Tampak Kantor Gubernur

Kantor Gubernur Aceh terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh, pada fasad bangunannya ter-dapat banyak penerapan unsur dari Rumah Aceh seperti keberadaan tameh, toi/rhoek, atap khas rumah aceh, tulak angen, ornamen khas rumoh Aceh, kesan panggung serta keberadaan seuramoe keu,seuramoe likot dan rumoh inong /tungai sebagai tempat tertinggi. Material dari bangunan merupakan perpaduan antara beton, kayu dan kaca.

(4)

Kantor DPRA

Gambar 6. Tampak Kantor DPRA

Kantor DPRA adalah singkatan dari Kantor De-wan perwakilan Rakyat Aceh. Kantor ini me-rupakan kantor Pusat Perwakilan Rakyat untuk Provinsi Aceh terletak di jalan Tgk. Daud Beu-reueh. Fasad bangunan terdapat banyak pene-rapan unsur dari Rumah Aceh seperti kebera-daan tameh, toi/rhoek, tulak angen, ornamen khas rumoh Aceh. Material dari bangunan meru-pakan perpaduan antara beton, kayu dan kaca. Kantor Bank Syariah Mandiri

Gambar 7. Tampak Kantor Bank Syariah Mandiri Kantor Bank Syariah Mandiri merupakan Kantor Pusat Pelayanan bank Syariah Mandiri setingkat Provinsi Aceh. Fasad bangunan terdapat banyak penerapan unsur dari Rumah Aceh seperti kebe-radaan tameh, toi/rhoek, tulak angen, ornamen khas rumoh Aceh, bentuk panggung, atap pela-na dan anjong (penanda pintu masuk bangunan yang menonjol keluar gedung). Material dari

ba-ngunan merupakan perpaduan antara beton, kayu, kaca.

Kantor Bank Mandiri

Gambar 8. Tampak Kantor Bank Mandiri

Kantor Bank Mandiri yang terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh ini menerapkan beberapa ele-men rumoh Aceh seperti pada bagian atap tulak angen, pengunaan Rhoek pada kolom,bentuk kolom menyerupai tameh rumah Aceh. Menggu-nakan atap pelana, serta penambahan ornamen khas Aceh pada bangunan.

Kantor Walikota

Gambar 9. Tampak Kantor Walikota

Kantor Walikota Banda Aceh didesain dengan sangat modern yang merupakan perpaduan an-tara material beton, kaca. Penerapan unsur ru-mah Aceh tidak terlihat secara fisik pada fasad bangunan. Untuk penjabaran secara ringkas dapat dilihat pada Tabel. 1 terkait keberadaan unsur-unsur pembentuk rumah Aceh yang terdapat pada kelima bangunan perkantoran dikota Banda Aceh.

(5)

Tabel 1. Identifikasi Elemen Rumoh Aceh

Berdasarkan Tabel diatas maka dapat dilihat penyatuan antara arsitektur tradisional Rumoh aceh dengan arsitektur modern.

Karakter fisik khas rumoh aceh seperti penggunaan ornamen khas aceh, tulak angen, tameh, seuramoe rambat, Toi dan Rhoek, bentuk atap diterapkan secara lansung di ba-ngunan Kantor Gubernur, Kantor DPRA, Kantor Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri. Kantor Walikota Banda Aceh tidak menggunakan penerapan secara fisik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapatnya penga-bungan antara arsitektur modern dan arsitektur tradisional rumah Aceh pada bangunan perkan-toran di Banda Aceh.

Elemen-elemen yang digunakan meliputi peng-gunaan ornamen khas aceh, tulak angen, tameh, seuramoe rambat, Toi dan Rhoek dan bentuk atap.

Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah mengali lebih dalam tentang Kantor Walikota Banda Aceh terkait elemen Rumoh aceh dan jumlah responden yang seimbang antara responden laki-laki dan perempuan.

Daftar Pustaka

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.

Hasjmy, Ali (1984) Arsitektur Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta : Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya, Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah

Ibrahim, M dkk (1991) Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Departemen

No Nama Kantor Bentuk Atap Rumoh Aceh Tulak Angen Tameh khas Rumoh Aceh Rhoek dan Toi Terkesan panggung Ornamen khas Aceh Seuram oe Rambat 1 Kantor Gubernur

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

2 Kantor DPRA

Ada Ada Tidak

Ada

Ada Ada Ada Tidak

Ada

3 Kantor Bank Syariah Mandiri

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

4 Kantor Bank Mandiri

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak

Ada 5 Kantor Walikota Banda Aceh Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

(6)

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Curtis, William (1985) “Regionalism in Architecture”. dalam Regionalism in Architecture editor Robert Power. Singapore : Concept Media

Ozkan, Suha (1985) “Regionalism within Modernism”. dalam Regionalism in Architecture editor Robert Power. Singapore : Concept Media

Rapoport, Amos(1969) “House Form and Culture”. USA : Prentice-Hall, Inc.

Gambar

Gambar 1. Diagram Perbandingan jumlah presentase   antara responden laki-laki dan perempuan
Gambar 4. Analisis bagian Rumoh Aceh
Gambar 7. Tampak Kantor Bank Syariah Mandiri  Kantor  Bank  Syariah  Mandiri  merupakan  Kantor  Pusat Pelayanan bank Syariah Mandiri setingkat  Provinsi Aceh
Tabel 1. Identifikasi Elemen Rumoh Aceh

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Tatag Muttaqin S.Hut selaku pembimbing skripsi pendamping yang telah memberikan saran, arahan yang tak henti-hentinya dan masukan- masukannya, sehingga

a) Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung. 17 Data primer yaitu data yang diperoleh dari

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran tematik dengan

Sama halnya seperti outer marker , middle marker   juga meman"arkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot dengan jarak  yang berbeda dari :M yaitu

Jadi ketika Anda punya kebiasaan melukai orang lain, bisa jadi sebenarnya Anda sendiri adalah seorang yang terluka.... (Kompetensi EQ:

Bentuk lain lagi dari saksi yang disebut token, yakni apabila kita mengambil benda atau barang kesayangannya agar anak mau mengubah tingkah laku buruknya beralih

Pencantuman logo atau nama perusahaan dan atau produk sponsor pada bagian bawah atau samping dibeberapa media publikasi dan promosi event dengan besar space 15 % dari space SPONSOR

Subrogasi atau subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang telah Subrogasi atau subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang