• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

Hama O. rhinoceros yang lebih dikenal sebagai kumbang tanduk atau kumbang badak atau kumbang penggerekpucuk kelapa pada saat ini menjelma sebagai hama utama di perkebunan kelap sawit. Sebelumnya, hama ini lebih banyak dikenal sebagai hama pada tanaman kelapa dan palma lain (Mahmud, 1989).

Kumbang berwarna cokelat gelap sampai hitam, mengkilap, panjang 35-50 mm dan lebar 20-23 mm dengan satu tanduk yang menonjol pada bagian kepala. Jantan memiliki tanduk lebih panjang dari betina. Jantan dapat dibedakan lebih akurat dengan ujung ruas abdomen terakhir dimana betina memiliki rambut (wood, 1968). Umur betina lebih panjang dari umur jantan, imago betina mempunyai lama hidup 274 hari, sedangkan imago jantan mempunyai lama hidup 192 hari. Dengan demikian, satu siklus hidup hama ini dari telur sampai dewasa sekita 6-9 bulan (Sudharto, 1990).

Kerugian akibat serangan O.rhinoceros pada perkebunan kelapa sawit dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara tidak langsung adalah dengan rusaknya pelepah daun yang akan mengurangi kegiatan fotosintesis tanaman yang pada akhirnya akan menurunkan produksi. Sedangkan kerugian secara langsungadalah matinya tanaman kelapa sawit akibat serangan hama ini yang sudah mematikan pucuk tanaman (Sudharto dkk, 2012)

Populasi yang sangat tinggi menyebabkan O.rhinoceros tidak hanya menyerang kelapa sawit dari kebun yang telah mengadakan replanting saja, tetapi juga menyerang kebun kelapa sawit generasi satu. Hal ini dimungkinkan apabila disekitar kebun tersebut sudah ada sumber O.rhinoceros misalnya tumpukan bahan organik atau kebun kelapa sawit disekitanya. Dampak lain yang diakibatkan populasi yang sangat tinggi adalah O.rhinoceros tidak hanya menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) saja tetapi pada saat ini mampu

(2)

menyerang tanaman kelapa sawit tua. Bahkan ada kebun yang harus melakukan kegiatan replanting yang dipercepat meskipun umur kelapa sawit baru 15 Tahun (Susanto dan Brahmana, 2008).

2.2 Biologi dan Siklus Hidup Oryctes rhinoceros 2.2.1 Sistematika Hama Kumbang Tanduk Klasifikasi kumbang badak adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Scarabaeidae Genus : Oryctes

Species : Oryctes rhinoceros (Kalshoven. 1981)

2.2.2 Fase fase perkembangan kumbang tanduk a) Telur

Telur O. rhinocerosberwarna putih kekuningan dengan diameter 3-4 mm. Bentuk telur biasanya oval kemudian mulai membengkak sekitar satu minggu setelah petakkan (Wood, 1968). dan menetas pada umur 8-12 hari (Bedford, 1976).(Gambar 2.1). Kumbang tanduk betina dalam satu siklus hidup menghasilkan 30-70 butir (Pracaya, 2009). Kumbang tanduk bertelur pada bahan organik yang telah dalam proses pelapukan.

(3)

Gambar 2.1 Telur O. rhinoceros Sumber :Dokumentasi Pribadi b) Larva

Larva O. rhinoceros yang sering disebut gendon atau uret berwarna putih kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut kerut, melengkung membentuk setengah lingkaran seperti huruf C dengan panjang sekitar 60-100 mm atau lebih (Gambar 2.2). Kepala keras dilengkapi dengan rahang yang kuat. Penutup kepala maksimum sekitar 10,6-11,4 mm. Tengkorak cokelat gelap dengan sejumlah lubang disekelilingnya, panjang spirakel toraks 1,85-2,23 mm dan lebar 1,25-1,53 mm. Tempat pernafasan memiliki jumlah lubang maksimum 40-80 atau lebih yang berbentuk oval disekeliling toraks. Spirakel toraks lebih besar daripada spirakel abdomen dan spirakel abdomen pertama lebih kecil daripada spirakel berikutnya (Bedford, 1976 dalam PPKS).

Larva berkembang pada kayu lapu, kompos dan pada hampir semua bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan dengan kelembaban yang cukup seperti rumpukan batang kelapa sawit dan tandan kosong kelapa sawit sebagai mulsa. Stadia larva Oryctes terdiri dari 3 instar, instar I berlangsung selama 10-21 hari, instar II berlangsung selama 12-21 hari, instar III berlangsung selama 60-165 hari. Larva Oryctes kemudian berubah menjadi prepupa dan selanjutnya menjadi pupa (Bedford, 1976 dalam PPKS).

(4)

Gambar 2.2 Larva O.rhinoceros Sumber: Dokumentasi Pribadi c) Pupa

Pupa terlihat menyerupai larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar terakhir dan menjadi berkerut serta aktif bergerak ketika diganggu. Lama stadia pupa berlangsung 8-13 hari. Pupa berwarna cokelat kekuningan berukuran sampai 50 mm dengan waktu 17-28 hari. Pupa kemudian berubah menjadi imago.(Gambar 2.3) (Sudharto, 1990).

Gambar 2.3 Pupa O.rhinoceos Sumber: Dokumentasi Pribadi

(5)

d) Imago

Kumbang berwarna coklat gelap sampai hitam, mengkilap, panjang 35-50 mm dan lebar 20-23 mm dengan satu tanduk yang menonjol pada bagian kepala (Gambar 2.4). Jantan memiliki tanduk yang lebih panjang dari betina. Jantan dapat dibedakan lebih akurat dengan ujung ruas abdomen terakhir dimana betina memiliki rambut. Umur betina lebih panjang dari umur jantan. Imago betina mempunyai lama hidup 274 hari, sedangkan imago jantan mempunyai lama hidup 192 hari, dengan demikian, satu siklus hidup hama ini dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan (Sudharto, 1990).

Gambar 2.4 imago O.rhinoceros Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.2.3 Gejala Serangan Oryctes rhinoceros

Makanan kumbang dewasa baik jantan maupun betina adalah tajuk tanaman, dengan menggerek melalui pangkal petiole ke dalam titik tumbuh. Kegiatan ini menciptakan kumpulan serat yang berada di dalam lubang gerekan. Serangan yang dihasilkan pada pelepah dengan bentuk huruf V terbalik atau karakteristik potongan serrate (Wood, 1968, Sadakhatua dan Ramachandran).

Gejala ini disebabkan kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka yang merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan. Kumbang jantan maupun betina menyerang kelapa sawit. Selama hidupnya, yang dapat mencapai umur 6 – 9 bulan, kumbang berpindah – pindah dari satu tanaman ke

(6)

tanaman lain setiap 4 – 5 hari, sehingga kumbang dapat merusak 6 – 7 pohon/bulan (Sudharto, 1990). Kumbang O. rhinoceros hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik tumbuh daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit, panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2 cm dalam sehari.

Dengan serangan ulang dan mencapai titik tumbuh maka tanaman dapat mati. Jika tanaman tidak mati akan menyebabkan gejala serangan berat berupa terpuntirnya titik tumbh sehingga tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. Serangan dalam bentuk ini akan mengakibatkan terhambatnya masa TM. Apabila serangan hama O. rhinoceros sangat tinggi maka serangan dapat juga terjadi pada pembibitan kelapa sawit (Susanto dkk, 2010).

2.2.4 Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) a).Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati O.rhinoceros yang biasa digunakan adalah dengan jamur Metarhizium anisopliae (Tey dan Ho, 1995 dalam PPKS) dan

Baculovirus oryctes. Untuk aplikasi virus saat ini belum digunakan secara

luas diperkebunan kelapa sawit. Jamur metarhizium dapat di produksi sendiri dengan menggunakan larva larva Oryctes yang terkumpul pada saat pengumpulan larva. Cara aplikasi dapat secara tabur atau dengan penyemprotan tergantung pada formula yang tersedia.

b).Pengendalian secara fisik dan mekanik

Populasi larva oryctes yang terlalu banyak pada tanaman TBM yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengutipan larva maka dapat dilakukan tindakan pengendalian secara fisik dan mekanik dengan menggunakan alat berat. Pada tempat tempat yang dicurigai sebagai tempat berkembang biak oryctes yang biasanya tandan kosong kelap sawit, tunggul tanaman lain, serta tanah gambut dilakukan pelindasan dengan menggunakan alat berat sekaligus membongkar gundukan gundukan yang besar dan selanjutnya dilakukan pengutipan larva hidup secara manual (Sudharto dkk, 2012).

(7)

c).Pengendalian Kimiawi

Pengendalian kimiawi masih diperlukan dalam pengendalian hama

Oryctes ini karena tidak semua Oryctes yang ditarik feromon masuk

dalam ferotrap. Oleh karena itu penggunaan insektisida untuk 6 tanaman di sekeliling feromon menjadi wajib dilaksanakan. Dengan demikian,penggunaan insektisida tidak harus digunakan untuk semua tanaman kelapa sawit. Insektisida yang banyak digunakan adalah yang berbahan aktif korbosulfan atau sipermetrin. Kelebihan pengendalian secara kimiawi adalah teknik ini langsung mematikan kumbang

O.rhinoceros apabila terjadi kontak antara kumbang dengan insektisida.

Sedangkan kelemahannya adalah biaya yang mahal dan relatif mencemari lingkungan (Sudharto dkk, 2012)

2.3 Tanaman Mimba (Azdirachta indica)

2.3.1 Botani dan Klasifikasi Tanaman Mimba (Azdirachta indica)

Mimba atau nimba (Azadirachta indica A. Juss) adalah tanaman berbentuk pohon. Tanaman mimba termasuk famili Miliaceae. Tingginya 10–25 m, batang tegak berkayu. Daunnya majemuk, letak berhadapan dengan panjang 5–7 cm dan lebar 3–4 cm. Bandingkan dengan daun mindi yang dijumpai tangkai dan anak tangkai daun. Bijinya bulat, berdiameter sekitar 1 cm berwarna putih. Tanaman mimba berasal dari Asia Selatan dan Tenggara. Saat ini tanaman mimba dijumpai di daerah tropik dan sub tropik Afrika, Amerika, dan Australia. Tanaman mimba tumbuh pada daerah subhumid sampai semiarid dengan curah hujan 450-750 mm/tahun. Tanaman mimba dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0- 670 m dpl., pada daerah kering dan panas tanpa irigasi (Benge, 1986; Schmutterer, 1990).

Mimba mempunyai akar tunggang. Perbanyakan tanaman dilakukan melalui biji. Mimba dapat tumbuh baik di daerah panas dengan ketinggian 1-700 m dpl dan tahan cekaman air. Di daerah yang banyak hujan bagian vegetatif

(8)

sangat subur, tetapi sulit untuk menghasilkan biji (generatif) (Kardinan, 2002)

Klasifikasi Mimba adalah :

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rutales

Suku : Meliaceae

Marga : Azdirachta

Jenis : Azdirachta indica A. Juss (Heyne, 1987)

2.3.2 Kandungan Bahan Aktif Daun Mimba (Azdirachta indica)

Bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan untuk insektisida nabati adalah daun dan biji. Aktivitas biologis dari tanaman mimba disebabkan oleh adanya kandungan senayawa-senyawa bioaktif yang termasuk dalam kelompok limonoid (triterpenoid). Setidaknya terdapat sembilan senyawa limonoid yang telah diindentifikasi diantaranya adalah

azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin dan nimbidin. Azadirachtin

(C35H44O16) adalah senyawa yang paling aktif yang mengandung sekitar 17

komponen sehingga sulit untuk menentukan jenis komponen yang paling berperan sebagi pestisida. Bahan aktif ini terdapat di semua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat pada bijinya (Kardinan, 2002).

Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, menurunkan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul (Schmutterer dan Singh 1995).

(9)

Senyawa azadirachtin berfungsi sebagai reppelent (penolak), zat anti feedant, racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilitas dan penghambat pertumbuhan (Nurtiati dkk, 2001 dalam Ardiansyah dkk. 2002).

Gambar

Gambar 2.1 Telur O. rhinoceros  Sumber :Dokumentasi Pribadi  b) Larva
Gambar 2.3 Pupa O.rhinoceos  Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.4 imago O.rhinoceros   Sumber: Dokumentasi Pribadi  2.2.3 Gejala Serangan Oryctes  rhinoceros

Referensi

Dokumen terkait

Perwujudan hal tersebut, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta bekerjasama dengan

Tugas sehari-hari seorang Public Relations officer (PRO) adalah mengadakan kontak social dengan kelompok masyarakat tertentu, serta menjaga hubungan baik (community

Kontruksi alat pencacah dan pemarut sagu yang telah dibuat mengacu pada desain gambar rancangan yang terdiri dari beberapa komponen meliputi rangka utama,

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

Kinerja Individu pengguna Core Banking System di Bank BPD Bali. Hal ini berarti semakin tinggi faktor kemanfaatan Core Banking System maka menghasilkan kinerja individu yang

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum- hukum, rumus,